Anda di halaman 1dari 20

Validation of

Raw Materials
Kelompok 12
Hafifah Hardini (1811013009)
Reghina Dwita (1811013011)
Elsadipa Afrima Putri (1811013013)
Dinda Fadila (1811013015)
Hanifah Nofila (1811013017)
Validasi Bahan Baku
I. Pendahuluan
Industri farmasi sebagai sebagai unit usaha yang menunjang kesehatan masyarakat mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk memproduksi obat yang bermutu tinggi, berkhasiat dan terjamin keamanannya. Karenanya
pemerintah membuat kebijakan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.43/MenKes/II/1988 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Sesuai dengan ketentuan CPOB bahwa dalam pelaksanaan produksi haruslah berdasarkan pada prosedur tertulis yang
dapat menjamin kebenaran bahan yang digunakan, keandalan peralatan, sistem kerja serta kemampuan petugas
pelaksanaan untuk memastikan obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB, yaitu suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini berguna untuk menjamin bahwa produk
Indonesia adalah produk unggul.

No.43/MenKes/II/1988 tentang Pedoman CPOB


Bahan baku sediaan farmasi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
bahan aktif, bahan tambahan (eksipien), dan bahan pembantu proses.
● Bahan Aktif adalah bahan aktif (bahan berkhasiat) adalah semua komponen formulasi yang akan
menimbulkan efek farmakologi dari sediaan
● Eksipien adalah eksipien adalah komponen yang merupakan dasar atau pembawa untuk bahan aktif
seperti air, polietilenglikol, pengisi minyak lemak dan sebagainya. Komponen seperti pewarna, flavour,
pengawet, dapar, dan sebagainya merupakan komponen eksipien yang ditambahkan dalam formulasi
dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan stabilitas dari sediaan.
● Bahan pembantu proses adalah pembantu yang digunakan selama proses manufaktur produk yang pada
tahap akhir dihilangkan dari produk yang diproses, seperti zat pembantu untuk proses penyaringan
(filter aids), pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan sebagainya.

(Rachna, et.al, 2012& Kumar, et.al, 2015)


Secara umum, bahan baku yang terdapat di industry farmasi diberi
perlakuan khusus, yaitu diantaranya:

● Semua bahan dan produk harus disimpan di bawahckondisi yang sesuai yang ditetapkan oleh
produsen dancsecara tertib untuk memungkinkan pemisahan batchcdan rotasi stok dengan
aturan First Expiry First Out dan / atau First In First Out.
● Sistem dan prosedur manajemen stok yang tepat harus ditetapkan dengan penggunaan kartu
bin dan kartu stok atau sistem rekaman elektronik yang sepenuhnya divalidasi
● Bahan tidak boleh disimpan yang secara langsung bersentuhan dengan lantai, lebih dekat ke
dinding dan langit-langit untuk memungkinkan ruang yang tepat untuk pembersihan dan
pemeriksaan.
● Air yang digunakan dalam pembuatan produk farmasi harus sesuai untuk penggunaan yang
dimaksudkan.

EFMHACA, 2014 : 20
Bahan Awal
● Pembelian bahan awal merupakan proses penting yang harus melibatkan staf yang
memiliki pengetahuan khusus dan menyeluruh tentang produk dan pemasok.
● Bahan awal harus dibeli hanya dari pemasok yang disetujui dan, jika memungkinkan, langsung
dari produsen.
● Semua bahan yang masuk harus diperiksa untuk memastikan bahwa kiriman sesuai dengan
pesanan. Wadah harus dibersihkan dan diberi label jika diperlukan dengan informasi yang
ditentukan. Jika label tambahan dilekatkan pada kontainer, informasi asli tidak boleh hilang
● Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat mempengaruhi kualitas bahan harus dicatat dan
dilaporkan ke departemen pengendalian mutu dan diselidiki.

EFMHACA, 2014 : 20
● Jika satu pengiriman bahan terdiri dari batch yang berbeda, setiap batch harus dianggap
terpisah untuk pengambilan sampel, pengujian, dan pelepasan
● Bahan di ruang penyimpanan harus diberi label yang sesuai. Label seharusnya setidaknya
berisi informasi berikut:
(a) nama produk dan referensi kode internal jika berlaku;
(b) nomor bets yang diberikan oleh pemasok, pada saat diterima, nomor kontrol atau bets yang
diberikan oleh pabrikan, jika ada, didokumentasikan untuk memastikan ketertelusuran;
(c) status konten (misalnya pada karantina, pada saat pengujian, dirilis, ditolak, dikembalikan,
ditarik kembali
(d) jika diperlukan, tanggal kedaluwarsa atau tanggal diluar yang pengujian ulang diperlukan

EFMHACA, 2014 : 21
● Ketika sistem penyimpanan komputerisasi yang divalidasi sepenuhnya digunakan, tidak semua
informasi di atas harus dalam bentuk yang dapat dibaca pada label.
a) Harus ada prosedur atau tindakan yang tepat untuk memastikan identitas isi setiap wadah
bahan awal.
b) Hanya bahan awal yang dikeluarkan oleh departemen control kualitas dan dalam masa simpan
dan / atau periode uji ulang yang harus digunakan untuk produksi.
c) Bahan awal hanya boleh dikeluarkan oleh orang yang ditunjuk,mengikuti prosedur tertulis,
untuk memastikan bahwa bahan yang benar ditimbang secara akurat atau diukur ke dalam
wadahyang bersih dan diberi label dengan benar.

EFMHACA, 2014 : 21
● Setiap bahan yang dikeluarkan, berat atau volumenya harus diperiksa dan direkam secara
terpisah.
● Bahan-bahan untuk setiap bets produk akhir harus disimpan bersama-sama dan diberi label
yang jelas.

EFMHACA, 2014 : 21
Validasi Bahan Baku
Validasi bahan baku meliputi:

● Perkiraan pengadaan bahan baku


● Laporan kebutuhan bahan baku
● Verifikasi vendor
● Pengadaan bahan baku
● Validasi kondisi penyimpanan
● Spesifikasi bahan baku
● Pengujian bahan baku
● Analisis konfirmasi spesifikasi
● Persiapan rencana pengambilan sampel
● Memastikan pengujian bahan baku dilakukan dengan metode yangdivalidasi
● Laporkan regenerasi
● Pemindahan bahan baku
● Dokumentasi

Kumar, et.al, 2015


Hal yang diperhatikan dalam Validasi Bahan Baku

● Setiap bahan baku harus divalidasi dengan melakukan pemeriksaan pada beberapa bets
(setidaknya 3 bets) dari pemasok utama dan juga pemasok lainnya. Bets terpilih harus
menunjukkan rentang spesifikasi yang dapat diterima.
● Stabilitas fisika, kimia, fisikokimia dan mikrobiologi bahan baku harus dinilai. Terutama
untuk bahan cair atau semisolid, dimana interaksi dengan wadah atau permeabilitas wadah
terhadap udara dan kelembapan dapat memiliki efek terhadap bahan baku.

Kumar, et.al, 2015


● Setelah sampel bahan baku yang tepilih memenuhi dan masuk dalam rentang spesifikasi
dan stabilitasnya, hal ini digunakan untuk pembuatan bets produk akhir.
● Langkah terakhir dari validasi bahan baku harus melibatkan inspeksi di tempat pemasok
untuk meninjau operasi manufaktur vendor dan prosedur kontrol. Keandalan masing-
masing vendor dan seberapa baik masing-masing vendor harus sesuai dengan persyaratan
peraturan yang ditentukan

Kumar, et.al, 2015


Langkah-Langkah dalam Validasi Bahan Baku
Langkah-langkah berikut dibutuhkan secara bertahap dan sistematis dalam melakukan validasi bahan
baku :

1. Membuat daftar semua bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat suatu bentuk produk
Dalam daftar ini termasuk semua bahan aktif eksipien dan bahan-bahan pembantu proses yang
digunakan dalam produksi dan semua bahan kimia standar yang telah ditetapkan dan bahan-bahan
laboratorium yang digunakan untuk pengujian.

2. Mencari sekurang-kurangnya 2 supplier untuk setiap bahan baku


Sesudah menyusun daftar lengkap bahan baku yang dibutuhkan, industri harus mencari sumber bahan
baku tersebut. Untuk mencegah seminimal mungkin ketergantungan dari satu sumber perlu
diupayakan sekurang-kurangnya ada 2 sumber dan produk dari kedua sumber tersebut.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


Beberapa pertimbangan harus dievaluasi untuk menetapkan supplier, diantaranya:
• Pertama ialahmereka sanggup menyediakan bahan yang dibutuhkan
• kedua, jika lebih dari satu kualitas bahan baku yang dibutuhkan.
• Ketiga, supplier harus mampu menyediakan kualitas yang dibutuhkan agar supaya rencana
produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
• Keempat, suplier harus dievaluasi kemampuan supplier jika permintaan meningkat dengan cepat
sesuai dengan perkembangan produksi.
• Kelima, industri harus tahu secara pasti apakah supplier tersebut produsen atau distributor. Akan
lebih baik jika suplier adalah produsen karena industri dapat dengan cepat dan langsung
berhubungan dengan bagian QC daripada harus melalui pihak ketiga. Jika supplier hanya
merupakan penyalur saja kemungkinan tidak melakukan kontrol kualitas atau hanya empunyai
waktu yang sangat sedikit untuk melakukan kontrol.
• Keenam, pertimbangan harga bahan baku.
• Ketujuh, reputasi dan keandalan supplier berdasarkan pengalaman.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


3. Jika supplier baru kunjungi fasilitas industri tersebut

4. Memperoleh cuplikan dan sertifikat analisis dari supplier


Setelah industri farmasi mempunyai gambaran tentang suplier yang akan dipilih untuk
menyediakan bahan baku, maka tahap selanjutnya ialah memperoleh cuplikan dengan
sertifikat analisis dari masing-masing cuplikan tersebut. Sebaiknya dipilih 2 atau lebih
supplier untuk setiap komponen yang akan digunakan dalam formulasi dan cuplikan yang
diminta berasal dari 2 atau 3 lot yang berbeda dari masing-masing cuplikan tersebut.
Cuplikan dan sertifikat analisis akan dapat menunjukkan adanya variasi antara lot pada
pengujian spesifik. Penting sekali artinya untuk mengetahui dan mengukur variasi dari
suplier yang sama antara supplier yang berbeda. Makin kecil perbedaan tersebut makin
seragam dan reprodusibel lot dari bahan baku tersebut.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


5. Menetapkan Spesifikasi untuk setiap bahan
Jika monografi bahan baku terdapat dalam kompendium maka dengan sertifikat analisis yang
dikeluarkan oleh industri dapat dibuat spesifikasi bahan baku. Kecuali kalau ada informasi yang
bertentangan maka ketentuan dalam monografi resmi harus diikuti. Untuk beberapa alasan kadang-
kadang spesifikasi dibuat lebih ketat. Apabila bahan baku tidak diuraikan dalam kompendium maka
tugas industri menetapkan spesifikasi jadi lebih sulit. Hal yang penting diperhatikan ialah rentang
yang dapat diterima (atau tidak dapat diterima) harus ditetapkan dan divalidasi berdasarkan
persyaratan produk dan kemampuan supplier.

6. Menetapkan prosedur pengujian


Sesuai dengan pengembangan spesifikasi harus pula ditetapkan metoda pengujian untuk masing-
masing spesifikasi tersebut. Untuk bahan baku yang terdapat dalam kompendium prosedur pengujian
disesuaikan dengan metoda uji dalam monografi yang sesuai.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


7. Menetapkan prosedur pengambilan cuplikan jika dibutuhkan persyaratan khusus
Cara pengambilan cuplikan secara umum harus diuraikan pada ketentuan CPOB seperti
persyaratan umum penerimaan bahan baku di industri jumlah wadah yang harus diambil
contohnya persyaratan penandaan bahan baku dalam bentuk bulk dan wadah untuk
cuplikan, wadah cuplikan dan penutup yang akan digunakan , ukuran cuplikan dan
metoda pengambilan cuplikan. Akan tetapi untuk bahan baku tertentu diperlukan
persyaratan khusus dalam pengambilan contoh berdasarkan pertimbangan stabilitas dan
atau tujuan penggunaan.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


8. Menetapkan kondisi penyimpanan optimum
Wadah bahan baku harus ditangani dan disimpan sesuai dengan persyaratan kondisi yang
sudah ditetapkan untuk melindungi stabilitas selama periode penyimpanan yang sudah
dinyatakan. Karakteristik kritik bahan baku dan faktor yang lebih mempengaruhi telah
diidentifikasi selama waktu menetapkan spesifikasi.
Kimiawi dari setiap bahan harus ditinjau ulang yang menyangkut higroskopisitas,
kepekaan terhadap cahaya, kepekaan terhadap suhu, kemampuan menunjang pertumbuhan
mikroba, reaktivitas, dengan kemasan atau penutup wadah dan kapasitas oksidasi. Begitu
faktor kritik yang mempengaruhi bahan baku sudah diketahui baru dapat dilakukan
penelitian stabilitas, sehingga dapat dirumuskan kondisi penyimpanan optimum dan
menetapkan usia simpan bahan baku.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


9. Menetapkan usia simpan
Usia simpan bahan baku harus didasarkan pada pengujian selama waktu tertentu dalam wadah dan
penutup yang digunakan disimpan sesuai dengan kondisi optimum yang diperkirakan dan juga pada
kondisi dipercepat. Jika kondisi penyimpanan yang diharapkan adalah 2 – 8 oC dengan kelembaban
relatif 75 – 80% maka penyimpanan bahan baku dilakukan pada kondisi tersebut dan juga pada
kondisi yang dipercepat sebagai berikut :
45 oC dan kelembaban relatif 80%
37 oC dan kelembaban relatif 80%
25 oC dan kelembaban relatif 80%
5 oC dan kelembaban relatif 80%
0 oC dan kelembaban relatif 80%

10. Tantangan terhadap Bahan Baku


Tahap terakhir yang dibutuhkan ialah melakukan uji tantangan terhadap bahan baku agar supaya dapat
terjamin bahwa bahan baku yang digunakan akan memenuhi syarat spesifikasi produk.
Validasi memerlukan suatu (uji) tantangan terhadap proses dan cara uji yang secara sengaja
menggunakan bahan baku yang memenuhi syarat dan prosedur untuk menghasilkan bets produk yang
dapat dan tidak dapat diterima.

(Berry I.R, 2001 & Robert ,2003)


Daftar Pustaka
● EFMHACA. 2014. Good Manufacturing Practice Guideline for Pharmaceutical Products: Main Principle First Edition.
Ethiopia : EFMHACA
● Kumar, B. & Baldi, A. 2015. Understanding Industrial Practices for Pharmaceutical Quality Management in Process
Validation. Advance Researh in Pharmaceuticals and Biologicals. 5 (1).
● Rachna, P., Rana A C, Seth Nimrata & Bala Rajni.2012. Introduction and General Overview of Pharmaceutical Process
Validation: A Review. International Research Journal Of Pharmacy
●  Berry, I.R.,and Daniel harpaz, validation of active pharmaceutical ingredients.
● Robert A. Nash, pharmaceutical process validation.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai