Anda di halaman 1dari 14

PENGAWASAN MUTU (QUALITY CONTROL)

Pengertian Departemen Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu merupakan semua upaya pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
sebelum, selama dan setelah pembuatan kosmetik untuk menjamin agar kosmetik yang
diproduksi senantiasa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Bila belum tersedia
fasilitas uji, dapat dilakukan pengujian dengan menunjuk laboratorium yang terakreditasi.
Untuk menjamin kebebasan dalam menetapkan keputusannya, maka Bagian Pengawasan
Mutu merupakan bagian yang terpisah dari bagian produksi. Manager Pengawasan mutu
harus :
 Seorang Apoteker dengan pengalaman praktis paling sedikit 2 tahun bekerja di bagian
pengawasan mutu pabrik farmasi
 Memiliki pengalaman dan pengtahuan dibidang analisis kimia dan mikrobiologi
 Pemeriksaan bahan pengemas
 CPKB dan keterampilan dalam kepemimpinan.
Tugas dan Tanggung Jawab QC
1. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas di laboratorium mikrobiologi,
pelakasanaan pengawasan dalam proses maupun pelaksanaan CPOB.
2. Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua pengujian dilakukan dengan
metode yang benar dan sudah disetujui, mulai dari bahan baru datang (IMI), selama
proses produksi (IPC), dan obat jadi.
3. Bertanggung jawab atas hasil analisis dan keputusan untuk menyatakan bahwa bahan
baku pengemastelah memenuhi syarat bahan pengemas.
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi.
5. Bertanggung jawab untuk memeriksa semua catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets.
6. Jika ada kegagalan dalam produksi mendiskusikannya dengan Manager Produksi dan
ikut serta mencari penyebab serta jalan keluarnya.
7. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan stabilitas obat jadi.
8. Bertanggung jawab atas pengadaan, pemakaian dan pembuatan antara laian cairan
pereaksi dan alat gelas yang diperlukan.
9. Bertanggung jawabagar alat-alat untuk analisis dipakai serta dijaga dengan benar,
dikalibrasi dan senantiasa tersedia suku cadangny.
10. Bertanggung jawab atas penanganan obat kembalian.
11. Bertanggung jawab atas produk pertinggal (Retained Sampel).
12. Ikut bertanggung jawab pada kualifikasi/validasi.
13. Bertanggung jawab untuk pengembangan dan pelatihan personil, menjaga disiplin dan
melakukan evaluasi tahunan atas semua personil yang dibawahinya.
14. Membuat laporan bulanan.
15. Bersama-sama dengan Manager Produksi melaksanakan kualifikasi/validasi alat
maupun proses.
16. Memastikan bahwa semua prosedur analisa disimpan secara baik dan benar.
17. Membuat Anggaran Tahunan Bagian Pengawasan Mutu.
18. Mengusahakan perbaikan biaya pengawasan mutu.
Pengawasan Mutu meliputi:
1. Pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian.
Pengambilan contoh merupakan kegiatan penting karena hanya sebagian kecil saja dari
satu bets yang diambil untuk pengujian mutu. Secara keseluruhan keabsahan
kesimpulan mengenai mutu produk didasarkan pada pengujian yang dilakukan terhadap
contoh yang mewakili satu bets. Oleh karena itu jumlah pengambilan contoh harus
berdasarkan pada metode statistik. Petugas pengambilan contoh hendaklah dilatih
tentang tata cara pengambilan contoh yang tepat pada awal penugasannya, dan
selanjutnya dievaluasi kemampuannya secara periodik. Pengambilan contoh hendaklah
dilakukan sesuai POB yang meliputi :
- Metode pengambilan contoh.
- Jumlah contoh yang diambil.
Berat atau volume contoh bahan baku produk yang diambil hendaklah cukup untuk
minimaldua kali pengujian lengkap spesifikasi yang ditetapkan. Jumlah produk jadi
terkemas yang terambil sebagai contoh hendaklah cukup untuk pengujian akhir yang
diperlukan untuk meluluskan pengujian tersebut, ditambah jumlah yang disimpan
sebagai contoh pertinggal termasuk untuk uji stabilitas bila perlu.
- Alat yang digunakan dalam pengambilan contoh hendaklah bersih. Apabila
mengambil contoh dari bets berbeda hendaklah digunakan alat yang baru atau yang
telah dibersihkan sebelumnya.
- Jenis dan kondisi dari wadah contoh yang digunakan hendaklah terbuat dari gelas,
plastik atau baja tahan karat yang tidak akan berpengaruh terhadap mutu bahan atau
produk pada waktu bersentuhan langsung.
- Identifikasi dari wadah contoh.
- Instruksi untuk menutup kembali wadah segera setelah pengambilan contoh serta
diberi penandaan yang menyatakan bahwa contoh telah diambil dari wadah yang
bersangkutan.
- Tindakan khusus untuk pengambilan contoh bahan yang berbahaya.
- Instruksi untuk pembersihan dan penyimpanan alat-alat pengambilan contoh.
Untuk pengujian identitas hendaklah dilakukan pengambilan contoh bahan baku dari
setiap wadah yang diterima sedangkan untuk pengujian analisis lengkap dapat dilakukan
pengambilan contoh menggunakan metode-metode pengambilan contoh baku yang ada
(misalnya dengan metode √n + 1, √n atau metode statistik lainnya seperti Military
Standard 105D).
2. Pemeriksaan dan pengujian bahan baku, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
sesuai spesifikasi masing-masing.
a. Bahan Baku.
Setiap bahan baku hendaklah diuji terhadapspesifikasi yang telah ditentukan, seperti
identitas, kemurnian dan persyaratan lain yang telah ditetapkan. Hanya bahan baku
yang memenuhi syarat yang dapat digunakan untuk proses produksi. Bahan baku
yang tidak memenuhi syarat hendaklah dipisahkan penyimpanannya serta diberi label
“DITOLAK”. Bahan baku yang ditolak hendaklah segera dikembalikan kepada
pemasok atau dimusnahkan di tempat, untuk mencegah terjadinya kekeliruan.
b. Bahan Pengemas.
Bahan pengemas hendaklah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan misalnya
kesesuaian jenis bahan, berat, fungsi dan desain. Cacat fisik yang kritis dan yang
berdampak besar terhadap kualitas produk hendaklah diperhatikan.
c. Produk Antara dan Produk Ruahan.
Untuk menjamin keseragaman dan keutuhan bets, pengawasan dalam proses
hendaklah dilakukan dengan mengambil contoh yang mewakili setiap bets. Produk
yang telah lama tersimpan harus dilakukan uji ulang terhadap spesifikasi bila akan
diproses lebih lanjut. Produk yang tidak memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki
secara menyeluruh dan penyebab kegagalan harus ditentukan. Proses lebih lanjut
harus mendapatkan persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu. Produk yang akan
diproses ulang harus diberi penandaan dan ditempatkan di area karantina sampai
mendapatkan persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu. Produk yang ditolak harus
diberi tanda “DITOLAK” dan diawasi untuk dilakukan pemusnahan.
d. Produk Jadi.
Tiap bets produk hendaklah dilakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Bets produk yang tidak memenuhi spesifikasi produk jadi yang
ditetapkan diberi penandaan “DITOLAK”. Produk yang tidak memenuhi spesifikasi
hendaklah diselidiki secara menyeluruh dan penyebab kegagalan harus ditentukan.
Proses lebih lanjut harus mendapatkan persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu.
Produk yang akan diproses ulang harus diberi penandaan dan ditempatkan di area
karantina sampai mendapatkan persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu. Produk
hasil proses ulang harus memenuhi semua spesifikasi dan persyaratan mutu lain yang
ditetapkan sebelum diluluskan untuk didistribusikan. Produk yang ditolak harus
diberi tanda “DITOLAK” dan diawasi untuk dilakukan pemusnahan.
e. Pengawasan Selama Pengolahan.
Pengawasan selama pengolahan bertujuan untuk mencegah terlanjur diproduksinya
produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Pengawasan dilakukan dengan cara
mengambil contoh, mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang
dihasilkan pada langkah-langkah tertentu dari proses pengolahan.
f. Pengawasan Selama Pengemasan.
Hanya produk ruahan yang sudah memenuhi persyaratan yang diperbolehkan untuk
dikemas. Pemeriksaan dan pengujian selama pengemasan hendaklah dilakukan
secara periodik dan diambil contoh produk minimal pada awal, tengah, dan akhir
pengemasan. Produk akhir yang sudah dikemas hendaklah dikarantina sampai
diluluskan oleh Bagian Pengawasan Mutu.
g. Pengujian Ulang Bahan atau Produk yang telah Disetujui.
Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah
ditetapkan batas waktu penyimpanan yang sesuai. Setelah melewati batas waktu
penyimpanan, bahan atau produk tersebut harus diuji ulang. Bila suatu bahan atau
produk mengalami kondisi penyimpanan yang tidak sesuai persyaratan hendaklah
diuji ulang sebelum digunakan.
3. Program dan kegiatan lain yang terkait dengan mutu produk, yakni :
a. Pengawasan dan pemantauan lingkungan kerja yang dilakukan adalah :
- Pemantauan secara teratur terhadap mutu air yang digunakan dalam pengolahan
produk yaitu secara kimia, fisika dan mikrobiologi.
- Pemantauan berkala terhadap lingkungan produksi yaitu, dalam keadaan
berproduksi dan tidak berproduksi. Pemantauan dilakukan antara lain terhadap
suhu, kelembaban, partikel debu, mikroba, getaran dan tingkat kebisingan.
- Pengawasan terhadap pencemaran yang ada di sekitar lokasi pabrik misalnya
serangga, burung, binatang pengerat dan lain-lain.
- Pengawasan terhadap kemungkinan cemaran dari personil yang bekerja misalnya
tidak mencuci tangan, tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan
masker, pakaian kerja kotor dan lain-lain.
- Pengkajian dokumentasi Catatan Pembuatan Bets.
Semua catatan produksi dan pengawasan mutu tiap bets produk jadi hendaklah
diperiksa oleh Bagian Pengawasan Mutu untuk menentukan apakah pembuatan bets
bersangkutan memenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan sebelum diluluskan
untuk didistribusikan. Tiap bets yang menyimpang atau gagal dalam memenuhi
spesifikasinya hendaklah diselidiki secara menyeluruh. Laporan tertulis mengenai
penyelidikan tersebut hendaklah dibuat, disertai dengan kesimpulan dan tindak
lanjut.
b. Program pemantauan contoh pertinggal.
Contoh pertinggal dimaksudkan untuk referensi stabilitas produk serta sebagai
rujukan bila menerima keluhan pelanggan. Dalam penyiapan contoh pertinggal
hendaknya diperhatikan ketentuan umum sebagai berikut :
- Contoh pertinggal khusus untuk bahan baku hendaklah diberi identitas yang jelas
dan disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam kondisi yang ditetapkan, selama
paling sedikit satu tahun setelah tanggal kedaluwarsa.
- Contoh pertingggal produk jadi dalam bentuk kemasan lengkap seperti yang
dipasarkan yang mewakili setiap bets hendaklah disimpan selama paling sedikit
satu tahun setelah tanggal kedaluwarsa. Contoh produk jadi ini disimpan dalam
kondisi yang sama dengan kondisi yang tertera pada label.
- Untuk produk jadi yang memiliki ukuran kemasan besar dapat diwakilkan dengan
kemasan kecil dari bets yang sama dengan spesifikasi bahan pengemas yang sama.
- Jumlah contoh pertinggal sekurang-kurangnya dua kali dari jumlah yang
dibutuhkan untuk pengujian lengkap.
- Pemeriksaan secara organoleptis hendaklah dilakukan sebelum pemusnahan
contoh pertinggal.
4. Pemantauan mutu produk yang berada di peredaran
Produk yang ada di peredaran dipantau secara periodik bersama-sama dengan Bagian
Pemasaran. Hasil pemantauan dievaluasi, didokumentasikan dan dilaporkan kepada
bagian-bagian terkait sebagai umpan balik dalam melakukan perbaikan yang
berkesinambungan.
5. Program penelitian stabilitas.
Hendaklah dirancang program penelitian stabilitas untuk mengetahui stabilitas suatu
produk dan menentukan kondisi penyimpanan yang cocok serta penetapan kedaluwarsa
produk. Program penelitian stabilitas hendaklah mempertimbangkan:
- Nomor bets untuk ukuran bets yang berbeda.
- Jumlah contoh.
- Jadwal pengujian.
- Kondisi penyimpanan.
- Metoda pengujian yang spesifik, bermakna dan dapat diandalkan.
- Kelengkapan produk yang akan diuji, minimal dalam kemasan primer yang sama
dengan kemasan yang akan dipasarkan.
Penelitian stabilitas hendaklah dilakukan dalam hal berikut :
- Produk baru (umumnya dilakukan pada bets percobaan dengan menggunakan uji
stabilitas dipercepat dan pada suhu kamar).
- Mengganti atau menambah kemasan primer yang berbeda bahan dengan standar yang
telah ditetapkan.
- Perubahan formula, metode pengolahan dan produsen bahan baku.
- Bets yang diluluskan dengan pengecualian yaitu melalui pengolahan ulang.
- Untuk produk yang beredar, penelitian stabilitas dilakukan pada suhu kamar.
6. Penetapan spesifikasi bahan awal dan produk jadi.
Tiap spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah
disetujui dan disimpan oleh Bagian Pengawasan Mutu. Spesifikasi disusun oleh Bagian
Pengawasan Mutu sesuai dengan data pengembangan produk dan tingkat kualitas yang
diinginkan.
7. Pengolahan Ulang
Metode pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk menjamin agar mutu
produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi produk jadi. Pengolahan ulang suatu bets
produk dapat dipertimbangkan hanya apabila telah dilakukan evaluasi risiko. Produk
jadi hasil pengolahan ulang hendaklah selalu dipantau mutu dan stabilitasnya. Metode
pengolahan ulang hendaklah disahkan secara khusus oleh Kepala Bagian Produksi dan
Kepala Bagian Pengawasan Mutu serta harus didokumentasikan secara lengkap. Semua
perubahan harus tercatat dalam catatan bets produk.
8. Produk kembalian
Bagian Pengawasan Mutu hendaklah bertanggung jawab atas penanganan produk yang
dikembalikan karena adanya keluhan, kerusakan, kedaluwarsa atau hal lain yang
menimbulkan keraguan atas mutu produk. Hendaklah dilakukan pemeriksaan fisik dan
diteliti secara kritis apakah perlu dilakukan pengujian atau tidak terhadap semua produk
kembalian. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi yang ditentukan, boleh
dipindahkan statusnya menjadi produk jadi yang diluluskan. Dalam hal produk
kembalian yang akan dikemas ulang hendaklah diberi nomor bets baru dengan kode
tertentu. Catatan produk kembalian hendaklah disimpan, dievaluasi secara berkala, dan
dijadikan umpan balik ke bagian terkait. Catatan hendaklah mencakup:
- Nama produk
- Bentuk sediaan
- Nomor bets
- Alasan pengembalian

- Jumlah yang dikembalikan


- Tanggal perbaikan (bila dapat diperbaiki)
- Tanggal pemusnahan, dan
- Metode pemusnahan.
Quality Control (QC)
Departemen Quality Control (QC) merupakan suatu departemen yang melakukan
kontrol atau pengawasan terhadap mutu suatu produk. Departemen QC bahan awal dan In
Process Control (IPC) dikepalai oleh manager QC bahan awal dan IPC. Manager
membawahi 2 assistannt manager yaitu assitant manager QC bahan awal dan assistant
manager IPC. Assistant manager IPC membawahi supervisor Pengolahan, analisa, dan
mikrobiologi.

Manager Quality Control

assistant manager bahan awal assistant manager IPC

supervisor pengolahan

supervisor analisa

supervisor mikrobiologi

Struktur organisasi Departemen Quality Control

A. Quality Control Bahan awal


Salah satu tugas QC bahan awal yaitu melakukan pemeriksaan terhadap bahan awal.
Bahan awal baik berupa zat aktif yaitu Herba seledri dan tempuyung maupun zat tambahan
lainnya yang datang dari pemasok diterima oleh petugas gudang. Pihak gudang akan
memeriksa kelengkapan dokumen antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO),
sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan fisik, kesesuaian
label dengan bahan dan kondisi bahan awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan
pemeriksaan secara fisik telah memenuhi syarat maka gudang akan membuat Bukti
Penerimaan Barang (BPB). BPPB terdiri dari 4 rangkap yang semua itu diserahkan kepada
departemen QC untuk dilakukan analisa dan untuk setiap bahan awal dibuat nomor oleh
gudang. Pada nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan RT (Raw
Tambahan) untuk eksipien. Nomor kontrol itu sendiri merupakan nomor BPB sesuai
dengan urutan bahan yang datang. Setelah bahan awal dianalisa kemudian mendapatkan
status dari departemen QC diterima atau ditolak.
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan label bahan
awal, kesesuaian antara sertifikat analisis bahan yang datang dengan sertifikat analisis
bahan pada kedatangan sebelumnya. Data-data tersebut kemudian didokumentasi pada
data kedatangan barang. Jika disetujui maka QC bahan awal mengeluarkan slip
pengambilan sampel. Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui,
maka pihak QC akan melakukan analisis mutu terhadap bahan tersebut. Jika terdapat
ketidaksesuaian, maka pihak QC bahan awal akan membuat surat kepada departemen
purcashing yang akan diteruskan kepada Supplier. Pihak supplier memiliki kewajiban
untuk memberikan tanggapan atau jawaban terhadap surat tersebut dan berdasarkan
jawaban tersebut akan dipertimbangkan oleh pihak QC. Penyimpangan akan
didokumentasikan sebagai resume untuk masing-masing Supplier nantinya.
Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk analisis
organoleptik. Uji stabilitas dilakukan pada sampel dengan mengacu pada surat keterangan
dari pemasok bahan awal yang bersangkutan. Bahan awal kemudian diekstraksi oleh
R&D. Setelah ekstraksi dilakukan, bahan yang telah diekstraksi kemudian akan dianalisa
secara kimia yang dilakukan secara manual seperti titrasi dan penggunaan reagen serta
analisis dengan menggunakan instrument seperti HPLC atau spektrofotometri. Untuk
mikrobiologi dilakukan analisis Angka Lempeng Total (ALT), angka kapang dan khamir,
dan bakteri patogen pada ekstrak. Bahan awal dibakukan terhadap baku pembanding
primer dengan membandingkan dari data sebelumnya, dengan simpangan deviasi >1%.
Analisis terhadap bahan awal dilakukan sesuai dengan prosedur tetap perusahaan,
kemudian hasil dari analisa tersebut dilaporkan dalam Hasil Pemeriksaan Bahan Awal
(HPBA). Waktu pemeriksaan maksimum yang ditentukan oleh perusahaan adalah 7 hari.
Jika tidak ada permasalahan dan semuanya memenuhi spesifikasi berdasarkan data yang
ada maka bahan awal diberi label release. Sedangkan jika terdapat masalah atau sampel
tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal akan diberi label reject. QC bahan awal juga
bertanggung jawab terhadap penanganan penyimpanan bahan awal.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap bahan awal, QC bahan awal juga melakukan
kontrol kualitas bahan awal sampai bahan awal siap digunakan untuk produksi. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa bahan awal untuk produksi sediaan obat masih
memenuhi spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keaman yang telah
ditetapkan. Selain itu QC bahan awal juga melakukan audit terhadap Supplier. Audit
terhadap Supplier ini dilakukan 2 tahun sekali. Dalam melakukan audit terhadap Supplier
QC bekerja sama dengan QA dan purcashing. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa
bahan awal yang disupply ke perusahaan berasal dari sumber terkualifikasi dan untuk
mengetahui cara penyimpanan bahan awal yang dilakukan Supplier. Selain melakukan
analisa terhadap bahan awal, bagian QC bahan awal juga memantau pelaksanaan dan
memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang digunakan untuk produksi.
B. Quality Control IPC
QC IPC berjalan berjalan dibawah tanggung jawab seorang assistantmanager. Bagian
ini terdiri dari 3 sub bagian yaitu QC Pengolahan, QC analisa, dan QC mikrobiologi. QC
IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas produk dari produk awal (ketika
proses produksi masih berjalan) hingga produk ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan
sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen produksi. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisis intensitas orang keluar masuk dari ruang produksi yang
dapat menyebabkan kontaminasi. Setelah sampel diambil, operator menyerahkan kepada
pihak analisis QC IPC yang akan membawanyake QC untuk dianalisa lebih lanjut.
Model analisa yang digunaka oleh pihak QC mengacu kepada prosedur tetap oleh
R&D. Analisa yang kemudian berubah menjadi prosedur tetap QC setelah dilakukan
transfer metode. Analisis IPC kemudian melakukan analisis parameter fisik seperti
pemeriksaan pH, viskositas, kadar zat aktif, homogenitas dan jumlah mikroba. Analisis dan
pengujian ini dilakukan terhadap produk antara dan produk ruahan. Produk antara akan
dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil
uji yang didapatkan (telah memenuhi spesifikasi).
C. Departemen Quality Control Bahan Kemas
Tugas departemen QC bahan kemas, antara lain:
a. Pelulusan atau penolakan (disposisi) barang masuk/ Incoming material
Ketika bahan kemas datang dari supplier, maka pertama kali bahan kemas masuk dalam
gudang “karantina”. Barang diperiksa oleh petugas gudang. Jika sesuai bahan kemas
diberi nomor kontrol yang menunjukkan urutan kedatangan bahan.
b. In Process Control pengemasan primer dan sekunder
Hal ini dilakukan setiap dua jam sekali selama proses pengemasan primer (filling,
blistering dan stripping), sedangkanpengemasan sekunder memeriksa kelengkapan
sediaan setiap dua jam sekali.
c. Menyimpan retain sample produk jadi
Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap. Disimpan pada suhu yang
sesuai dengan yang tertera pada etiket. Penyimpanan produk jadi dilakukan dalam
kemasan utuh. Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa.
d. Melakukan audit supplier bahan kemas
Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika supplier memenuhi kriteria
penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar supplier tetap. Untuk supplier baru pihak
purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih dahulu sebelum melakukan
pemesanan bahan kemas. Audit terhadap supplier bahan kemas dilakukan oleh QC
bahan kemas bekerja sama dengan QA dan purchasing packaging.
Pengawasan Gel Semprot

a. Pemeriksaan Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaandengan cara
melakukan pengamatan warna, bau, dan tekstur dari sediaan yang telah dibuat.
b. Pemeriksaan Homogenitas
Sediaan gel diuji homogenitasnya dengan mengoleskannya pada sekeping kaca
preparat (transparan). Dilihat ada tidaknya partikel / zat yang belum tercampur secara
homogen.
c. Pengukuran Viskositas
Sediaan disiapkan dalam becker glass 100 ml, kemudian spindle dengan nomor
tertentu dan kecepatan tertentu (rpm) disetel kemudian dicelupkan ke dalam sediaan
sampai alat menunjukkan nilai viskositas sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang
ditunjukkan pada alat Viskometer. Evaluasi viskositas, dilakukan dengan
menggunakan Spindel R5 dengan kecepatan 30 rpm.
d. Pengukuran pH
Sediaan gel diukur pH nya menggunakan pH meter yang telah di kalibrasi.
e. Pemeriksaan Pola Penyemprotan
Sediaan disemprotkan pada selembar plastik yang sudah diukur beratnya dan sudah
diberi nomor dengan jarak 3 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm kemudian diukur
waktu mengering menggunakan stopwatch dan ditimbang setalah disemprotkan.
Pengujian setiap jarak dilakukan secara triplo, pada uji ini yang diamati adalah pola
pembentukan semprotan, diameter dari pola semprot yang terbentuk, dan banyaknya
sediaan yang keluar (gram) setiap semprotnya dengan jarak yang sama.
f. Pengujian Daya Sebar Lekat
Uji ini dilakukan di kulit dengan cara disemprotkan pada bagian lengan atas dari
jarak 30 mm atau 3 cm. Setelah disemprotkan dihitung selama 10 detik untuk melihat
apakah sediaan menempel atau tetesan dari hasil semprot menetes ke bawah.
g. Uji Stabilitas
1) Uji Sentrifugasi
Sebanyak 10 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan dalam tabung sentifuge
kemudian dimasukkan ke dalam alat, diatur kecepatan 5000 rpm dalam waktu 30
menit.
2) Cycling Test
Sediaan diletakkan pada suhu (4±2oC) selama 48 jam dilanjutkan dengan
meletakkan sampel sediaan pada suhu (40±2oC) selama 48 jam (1 siklus).
Pengujian dilakukan sebanyak 3 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisik dari
sediaan gel pada awal dan akhir siklus yang meliputi organoleptis, homogenitas,
viskositas, dan pH.

Anda mungkin juga menyukai