Anda di halaman 1dari 43

Apa saja yang akan dipelajari hari ini???

1. Penjelasan prinsip benar dalam pemberian


obat ke pasien
2. Penjelasan prinsip rute pemberian obat
Kasus pada Pemberian Obat
Pasien
Peran nakes dalam penggunaan
obat di RS
Medication error

PRESCRIBING 39%

TRANSCRIPTION 12%

DISPENSING 11%

ADMINISTERING 38%
Medication ErrorGORI ERROR
Feinberg, JL, ed. Med Pass Survey.. ASCP 1993
Terlambat/terlalu cepat
Omission
memberikan obat periode
Error
berikutnya

Unauthorized Drug Error Pasien membeli antibiotika


tanpa resep

Extra Dose Error Dosis ganda

Dosis lebih besar atau lebih kecil


Wrong Dose Error
dari yang diresepkan dokter

Wrong Route Error Cara pemberian keliru

Kecepatan tetesan obat infus


Wrong Rate Error
kurang atau berlebih
Medication Error

Wrong Time Interval pemberian obat keliru


Error
• Suspensi tidak dikocok,
• sediaan slow release
Wrong Drug
dijadikan puyer,
Preparation Error • incompatible,
• inadequate product packaging

Wrong Administration
• Injeksi tanpa metode steril,
Technique Error
• menggerus obat secara keliru

Obat rusak, kadaluarsa, obat tidak


Deteriorated Drug disimpan di lemari es
Error
The ‘Swiss cheese’ model
(adapted from Reason, 1997)
Rute Obat
Efek sistemik & Efek
lokal ????
Efek sistemik Efek lokal
diperoleh dari diperoleh dari
rute pemberian: rute pemberian:

Intaokular (oculer),
Oral melalui saluran
Intranasal (nasalis),
gastrointestinal atau
Aural (auris) dengan
rectal
jalan diteteskan.

Intrarespiratoral,
berupa gas yang
Parenteral dengan
masuk ke paru-paru,
cara intravena, intra
seperti inhalasi,
muskular, subkutan
tetapi beda
mekanisme

Rektal, Uretral dan


inhalasi langsung
Vaginal dengan jalan
kedalam paru-paru
dimasukkan.
Contoh Daftar Pemberian Obat
Pemberian obat oral
PENGERTIAN: Cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan
mencegah, mengobati,mengurangi, rasa sakit sesuai dengan efek
terapi dari jenis obat.
TUJUAN: Mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai
efek terapi dari jenis obat
TATA CARA: Yang terbaik adalah minum obat dengan air matang. Obat
oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul,
puyer dan cairan. Minumlah obat sesuai anjuran yang tertera pada
etiket atau brosur.
Pemberian Obat Sublingual
Tablet sublingual menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995 adalah meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap dengan cara ini (seperti
nitrogliserin dan hormon steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan

Letakkan di bawah lidah, jangan ditelan.


Biarkan sampai tablet hancur dan terserap.
Obat beraksi dlm 1 menit dan efek dalam 3 menit.
Bukal
Pemberian obat dengan memasukkan obat diantara gusi dan gigi
Pemberian obat ini juga dapat dilakukan secara sublingual
Tujuan : penyerapan lebih cepat
Contoh : obat golongan nitrogliserin
Untung-Rugi pake Oral
Drugs ???
Keuntungan Kerugian
• Merupakan salah satu cara • bioavailibilitasnya banyak dipengaruhi oleh
pemakaian obat melalui mulut beberapa faktor,
dan akan masuk ke dalam tubuh • iritasi pada saluran cerna,
melalui saluran pencernaan. • perlu kerjasama dengan penderita (tidak
• Rute oral bertujuan untuk terapi dapat diberikan pada penderita koma),
dan memberikan efek sistemik • timbul efek lambat,
yang dikehendaki. • tidak bermanfaat untuk pasien yang sering
• Rute oral merupakan cara muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif;
mengkonsumsi obat yang dinilai • Untuk obat iritatif rasa tidak enak
penggunaannya terbatas, obat yang
paling mudah dan inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus
menyenangkan, murah serta tidak bermanfaat (penisilin G, insulin),
umumnya paling aman absorpsi obat tidak teratur.
Mekanisme kerja Obat  3
Fase
Fase Farmasetik

Fase Farmakokinetik

Absorbsi
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:
Jenis obat dan ketepatan pemberian obat (8B 1W)
Reaksi / efeksamping obat
Cara minum obat oral (jangan minum obat oral bersamaan dengan
susu dikasih jeda 1 jam)
Minumlah obat sesuai anjuran dokter atau yang tertera pada etiket
(brosur)
Fase Farmasetik (Disolusi)
• Sekitar 80% obat diberikan melaui mulut; oleh karena itu, farmasetik (disolusi)
adalah fase pertama dari kerja obat.
• Dalam saluran gastrointestinal, obat-obat perlu dilarutkan agar dapat diabsorsi.
Obat dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus didisintegrasi menjadi partikel-
partikel kecil supaya dapat larut ke dalam cairan, dan proses ini dikenal sebagai
disolusi. Tidak 100% dari sebuah tablet merupakan obat.
• Obat-obat dengan enteric-coated, EC (selaput enterik) tidak dapat disintegrasi
oleh asam lambung, sehingga disintegrasinya baru terjadi jika berada dalam
suasana basa di dalam usus halus.
• Tablet anti coated dapat bertahan di dalam lambung untuk jangka waktu lama;
sehingga, oleh karenanya obat-obat demikian kurang efektif atau efek mulanya
menjadi lambat.
• Makanan dalam saluran gastrointestinal dapat menggaggu pengenceran dan
absorpsi obat-obat tertentu. Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung,
sehingga cairan atau makanan diperluan untuk mengencerkan konsentrasi obat.
Fase Farmakokinetik
• Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih
rute pemberian obat, menilai resiko perubahan keja
obat, dan mengobservasi respons klien. Empat proses
yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi,
metabolism (biotransformasi), dan ekskresi (eliminasi).
Absorbsi
• Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari konsentrasi tinggi
dari saluran gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsipasif,
absorpsi aktif, rinositosis atau pinositosis.
• Absorpsi aktif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Absorpsi aktif membutuhkan
carier atau pembawa untuk bergerak melawan konsentrasi.
• Pinositosis berarti membawa obat menembus membran dengan proses
menelan.
• Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, nyeri, stress, kelaparan,
makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat
vasokonstriktor, atau penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri,
stress, dan makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat
memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama
berada di dalam lambung.
Lanjutan .....
• Daya larut obat diberikan per oral setelah diingesti sangat bergantung
pada bentuk atau preparat obat tersebut.
• Larutan atau suspensi, yang tersedia dalam bentuk cair, lebih mudah
diabsorpsi daripada bentuk tablet atau kapsul. Bentuk dosis padat
harus dipecah terlebih dahulu untuk memajankan zat kimia pada
sekresi lambung dan usus halus.
• Obat yang asam melewati mukosa lambung dengan cepat.Obat yang
bersifat basa tidak terabsorpsi sebelum mencapai usus halus.
• Pengetahuan tentang faktor yang dapat mengubah atau menurunkan
absorpsi obat membantu perawat melakukan pemberian obat dengan
benar. Makanan di dalam saluran cerna dapat mempengaruhi pH,
motilitas, dan pengangkuan obat ke dalam saluran cerna.Kecepatan
dan luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan
PRINSIP 8 BENAR
• Benar Pasien
• Benar Obat
• Benar Dosis
• Benar Cara/Rute Obat
• Benar Informasi
• Benar Dokumentasi
• Benar Respon
• Benar Waktu
Benar Pasien & Pemakaian Gelang Resiko
• Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada
pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran
obat.
• Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang sama,
karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan klien
berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.

Positive
Identification
Benar Obat
• Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus
mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing.
• Jika pasien meragukan obatnya, maka petugas rumah sakit harus
memeriksanya lagi dan harus mengingat nama dan obat kerja dari obat
yang diberikan.
• Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, petugas harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat
mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan,
dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat.
• Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Handwritin
g
Lanjutan ....
• Selalu perhatikan nama dagang dan generiknya, serta waspada LASA
(Look Alike Sound Alike) dan NORUM (Nama Obat Rupa Mirip).
Hati-Hati juga....
Benar Obat
Sblm memberi obat, label pada botol atau kemasan obat harus
diperiksa tiga kali:
1. Saat membaca permintaan obat dan botol atau kemasan obat
diambil dari rak
2. Label botol atau kemasan obat dibandingkan dgn obat yang
diminta/sebelum menuang obat
3. Saat botol atau kemasan obat tersebut dikembalikan ke rak/setelah
menuang obat
Kalau Label Kagak kebaca gimana???
Bagaimana klo menerima instruksi lisan dari dokter ???
Bagaimana klo salah memberikan obat ???
Ini yg harus dipikirkan dan jadi perhatian semuanya termasuk PJRM
Benar Dosis
• Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar
perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat
standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok
khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes.
• Beberapa hal yang harus diperhatikan:
• Cek Dosis yg diberikan oleh Dokter
• Perhatikan satuan dosis untuk minum obat
• Pemakaian Ukuran untuk Liquid adalah sendok teh, sendok makan,
gelas ukur, atau sendok takar
Benar Cara Pemberian
• Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda dan rute obat yang diberikan diantaranya
inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual, peroral.
• Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh tempat kerja obat yang diinginkan, sifat
fisik dan kimiawi obat, kecepatan respon yang
diinginkan, dan keadaan umum pasien.
Benar Waktu
• Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan
berhubungan dengan kerja obat itu sendiri, maka
pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu
yang diprogramkan.
• Obat yg memiliki efektivitas tertentu untuk mencapai
atau mempertahankan kadar di dalam darah yg
memadai, terutama harus diberikan pada waktu yg tetap
• Sebelum makan  1 jam sebelum makan (ab)
Benar Informasi
• Tanggung Jawab Dokter adalah memberikan obat yang
sesuai dengan diagnosa medis yang ditegakkan baik itu Dx
Utama dan Dx Sekunder atau Komorbidnya, serta
menjelaskan terlebih dahulu ketika bertemu pasien untuk
menuliskan resepnya
• Tanggungjawab perawat adalah memastikan pasien aman
dan terpenuhi kebutuhan dasar akan pengobatan dari
dokternya, dan mendampingi pasien ketika konsumsi obat.
• Tanggungjawab farmasi adalah menjelaskan informasi
sejelasnya kepada pasien dari segala aspeknya.
Benar Dokumentasi
• Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di
rumah sakit.
• Petugas harus selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat
yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Petugas
harus mendokumentasikan kepada siapa obat diberikan, waktunya, rute,
dan dosis setelah obat itu diberikan.
• Semua ttg pengobatan harus segera mungkin di dokumentasikan, yg
meliputi : nama obat, dosis, rute (t4 suntikan), waktu, taggal, inisial atau
ttd perawat dan reaksi pasien.
• Apabila pasien menolak harus segera didokumentasikan dan diberikan
form refussal dan akibat penundaan juga harus dikonsultasikan dan
dicatat
Benar Respon
 Pastikan Obat memberi efek dan respon seperti yang diharapkan oleh
dokter yang meresepkan
• Sebenarnya meskipun seorang individu memiliki diagnosis penyakit yang
sama dan keluhan yang sama dengan orang lain, belum tentu obat yang
diminum memberikan efek yang sama pada tubuh seseorang. Karena pada
dasarnya setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap suatu obat. 
• Perbedaan dari respon seseorang terhadap pemberian obat bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi tubuh pasien saat ini,
derajat keparahan penyakit yang diderita, faktor gaya hidup, faktor
lingkungan, dan faktor genetik. Dimana faktor genetik adalah salah satu
faktor yang penting
Rute pemberian obat harus berdasarkan
urgensinya, yg diperhatikan :

1. Lama tidaknya masa kerja obat maupun kerja awal yang dikehendaki

2. Stabilitas obat yang melewati bagian tubuh tertentu

3. Keamanan relatif dalam penggunaan elalui berbagai macam rute

4. Rute yang tepat, menyenangkan dan dikehendaki

5. Harga obat dan urgensi pemakaiannya

6. Keadaan Pasien, dan banyak lainnya


Pemberian Obat Parenteral
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui
parenteral dapat dilakukan dengan cara:
a. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada
dibawah lapisan dermis.
b. Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah
epidermis
c. Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
d. Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena
Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara
intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan
intraarticular untuk pemberian obat perenteral ini.
Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau
suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit
disposible. Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan
spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml hingga 50 ml. Spuit yang
lebih dari 5 ml jarang digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit
yang lebih besar biasanya digunakan untuk menyuntikkan obat melalui
IV
Keuntungan pemberian obat melalui parenteral adalah
obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini
dapat dilakukan jika obat tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau
malah akan dihancurkan olehnya.
Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang tidak dapat
atau tidak mau menelan obat oral.
Disamping keuntungan diatas, terdapat beberapa kerugian pada pemberian obat
melalui parenteral ini.
Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk.
Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien.
Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat
melalui parenteral juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan
penggunaaan tehnik steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini.
Pemberian obat perenteral ini kontraindikasi untuk klien yang mengalami masalah
perdarahan atau sedang mendapatkan terapi antikoagulan
Pemberian Obat Suppositoria
Definisi Pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rectum
Tujuan : memberikan efek sistemik
Contoh : dulcolax suppositoria
Jenis Obat
Tablet : bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan tambahan (murni bahan obat)
 Bubuk : bahan obat berbentuk serbuk dengan camppuran dari berbagai obat
Pil : bahan obat yang berbentu bulat padat kecil yang mengandung obat
Kapsul : bahan obat yang dibungkus dengan bahan padat yang mudah larut
Sirup : obat yang berbentuk larutan
Pemberian Obat Suppositoria
Salep : obat dalam bentuk semi padat
Suppositoria : obat dalam bentuk padat dan mudah melelh atau
melunak atau larut pada suhu tubuh
Pemberian Obat Topikal
Pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga,
vagina dan rektum
Tujuan : mempertahankan hidrasi kulit, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, mengatasi infeksi
Contoh : krim, lotion, salep

Anda mungkin juga menyukai