DENGAN DIARE
Disusun oleh
PRODI NERS
T.A 2021/2022
0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya,karena atas berkatnya maka saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Diare”.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi penugasan dari mata kuliah Keperawatan Anak. Kami
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, adanya keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun
akan kami terima dengan senang hati. Kami berharap, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian …………………………………………………………………………....26
B. Diagnosa……………………………………………………………………………. .27
C. Intervensi keperawatan……………………………………………………………….28
D. Implementasi dan evaluasi……………………………………………………………33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..……...45
B. Saran…………………………………………………………………………..……45
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..……..46
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu gejala infeksi saluran pencernaan (Paramita L, World
Health Organization [WHO], 2013 dalam Sumampouw dkk, 2017). Menurut Kapti &
Azizah (2017) diare merupakan peningkatan keenceran tinja yang jumlah tinja dan
frekuensi buang air besar yang cukup banyak. Jika frekuensi buang air besar lebih dari
tiga kali dalam 24 jam makan dianggap sebagai Diare. Jumlah feses yang yang normal
yaitu 100-200 gr/hari. Diare biasanya diikuti dengan ketidaknyamanan perut dan
dorongan BAB yang tidak dapat terkontrol. Pada tahun 2019 angka kejadian diare pada
balita sebanyak 3.979.790 penderita dan terdapat 1.591.944 penderita diare yang dilayani
di sarana kesehatan (Paramita L dalam KemenKes RI, 2020).
Penggunaan oralit sesuai dengan LINTAS DIARE (lima langkah tuntas diare)
bahwa semua penderita harus mendapatkan oralit dengan target penggunaan oralit 100%
dari semua menderita diare dilayanan kesehatan. Tahun 2019 secara nasional
penggunaan oralit pada balita berjumlah 94,5% dan terdapat 94,7% penderita
mendapatkan zink (Paramita L dalam KemenKes RI, 2020). Diare dapat menyebabkan
komplikasi, sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti: dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonik, atau hipertonik), hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus,
hipotoni otot, bradikardia, lemah, hipoglikemia, kejang terutama pada hidrasi hipertonik,
malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
Pada anak yang mengalami jumlah muntah yang banyak dan cairan intravena
mengalami infiltrasi dan tidak dapat mulai diberikan kembali, maka defekasi yang sering
dan jumlah muntah yang banyak dapat menyebabkan dehidrasi dan cairan intravena
sangat penting untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat. Memberikan edukasi
terhadap orang tua tentang karakteristik kekurangan volume cairan untuk mengenali dan
melaporkan perubahan kondisi anak dan mengajarkan orang tua dalam kebutuhan anak
3
untuk cairan yang tepat, pematauan asupan dan haluaran (Paramita L dalam Axton &
Fugate, 2014).
Panduan tatalaksana pengobatan diare pada balita yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada WHO meyatakan bahwa pengobatan diare
pada anak balita meliputi rehidrasi, zink, ASI, dan makanan tetap diteruskan, terapi
antibiotik, serta simbiotik (Paramita L dalam Juffrie dkk, 2012).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kemompok tetapkan berdasarkan latar belakang diatas adalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare”
C. Tujuan Penelitian
Hasil makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak
dengan diare dengan baik dan benar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis dari makalah ini adalah bagi perawat yaitu sebagai referensi dalam
memberikan tindakakn asuhan keperwatan pada klien (anak) dengan diare.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Dikuti dari Paramita L dalam WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan
buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.
2. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga dalam
Paramita L, Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik
dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
5
Sedangkan menurut Paramita L dalam Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan
sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan
oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini
dapat menyertai infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih
(ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia
minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius
akut yang tidak ditangani secara memadai.
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anak anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak
tampak infeksi enterik.
1. Etiologi
Paramita L dalam Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
6
pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa
bencana bila terlambat.
a. Faktor Infeksi
5) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah
2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko
terjadinya diare, yaitu :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
7
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.
Menurut Paramkita L dalam Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38ºC atau lebih
tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi saluran pernapasan
atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi
usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air di tempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usia dan dapat
sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2. Agens bakteri
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada
abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang
disimpan di lemari es seperti puding, mayones, makanan yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang hingga berat.
8
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat
menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
4. Patofisiologi
Paramita L dalam Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
2) Bakteri
9
b. Faktor malabsorpsi
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan
akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal
ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Paramita L
dalam Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Paramita L dalam
Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan
Hal ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare
(Paramita L dalam Hidayat, 2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke
malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan
yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang
menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang yang
kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi
hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T
yang beredar. Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami
10
malabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi,
keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus
yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein.
Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin yang
mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Paramita L dalam
Suharyono, 2008).
d. Faktor psikologis,
PATHWAY
11
12
5. Manifestasi Klinis
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut,
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan
mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejangkejang, mencret berdarah dan berlendir
(Paramita L dalam Wijoyo, 2013). Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang
mengalami diare mula-mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa
bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (Paramita L dalam Juffrie, 2010).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
13
Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL dan glukosa.
2) Pengobatan diet etik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus
yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu
memantaunya.
Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer
atau sudah berubah konsistensinya.
Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok/ jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak
atau secara realimentasi.
I. Pengkajian
1. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari,
BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung
<14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung
selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten .
Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
15
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
1) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
3) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol
susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan
saat menjamah makanan.
4) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Paramita L dalam Nursalam, 2008).
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular
ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan
perjalanan ke daerah tropis (Paramita L dalam Nursalam, 2008; Wong, 2008).
16
e. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin
minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum (Paramita L dalam Nursalam, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya
sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
17
d) Telinga
f) Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1) Jantung
Inspeksi
Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan
atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare
dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi.
2) Paru-paru
Inspeksi
3) Abdomen
Inspeksi
18
Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali >
2 detik.
Auskultasi
4) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin, sianosis.
5) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
b) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang
diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
(Paramita L dalam Suharyono, 2008)
c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat.
e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik (
Paramita L dalam Betz, 2009).
19
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Endoskopi
Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai mengalami
penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien mengalami mual dan
muntah.
c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
d) Radiologi
e) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi
g) Pemeriksaan lanjutan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan feses lembek atau cair
dan frekuensi peristaltic meningkat
20
f. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (inflamasi) ditandai
dengan nafsu makan berubah dan tampak meringis.
21
C. Intervensi Kperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Krieria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
o Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1 Diare Setelah dilakukan intervensi Manajemen diare
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka eliminasi fekal membaik. Observasi
proses infeksi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 a. Identifikasi penyebab diare a. Supaya dapat
ditandai Konsistensi √ (mis: inflamasi gastrointestinal, memberikan penanganan
dengan feses feses iritasi gastrointestinal, proses yang tepat sesuai dengan
lembek atau Frekuensi √ infeksi, malabsorpsi, ansietas, penyebab diare.
cair dan defekasi stress, efek obat-obatan,
frekuensi Peristaltic usus √ pemberian botol susu)
peristaltic Kram abdomen √ b. Monitor warna, volume,
meningkat. Keterangan : frekuensi dan konsistensi b. Untuk mengetahui
1.Membaik lainnya. tingkat keparahan diare
2.Cukup membaik c. Monitor tanda dan gejala dan intervensi yang tepat.
3.Sedang terjadinya hypovolemia ( mis: c. Untuk menghindari
4.Cukup memburuk takikardia, nadi teraba lemah, terjadinya syok
5.Memburuk tekanan darah turun, turgor
kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT melambat, BB
mrenurun)
d. Monitor jumlah pengeluaran
diare d. Sebagai langkah untuk
menyeimbangkan in take
Terapeutik dan outake
a. Berikan asupan cairan oral
(mis: larutan gula garam, a. Sebagai salah satu cara
oralit, pedialyte, renalyte) untuk rehidrasi
22
b. Berikan cairan intravena (mis:
ringer asetat, ringer laktat) jika b. Cara rehidari dengan
perlu. derajat dehirasi berat
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi kecil a. Sebagai langkah untuk
dan sering secara bertahap menjaga energy
Kolaborasi
Kolaborsi pemberian obat antimotilitas b. Sebagai sumber energy
(mis.loperamide, difenoksilat). bagi anak yang belum
dapat makan misalkan
bayi berusia 6 bulan
c. Sebagai langkah untuk
meredakan diare
2 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hypovolemia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan Observasi
kehilangan keseimbangan cairan a. Periksa tanda dan gejala a. Sebagai hal pertama
cairan aktif meningkat dengan kriteria hypovolemia (mis:frekuensi dalam mengetahui
ditandai hasil: nadi meningkat, nadi teraba kekurangan volume
dengan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 lemah, tekanan darah menurun, cairan
membran Asupan cairan √ tekanan nadi mneyemmpit,
mukosa Kelembapan √ turgor kulit menurun,
kering dan membrane membrane mukosa kering,
suhu tubuh mukosa volume urin menurun,
meningkat. Dehidrasi √ hematocrit meningkat, haus,
Turgor kulit √ lemah)
Keterangan : b. Monitor intake dan output b. Untuk mnegetahui
1.Menurun cairan balance cairan
2.Cukup menurun Teraupetik
3.Sedang a. Berikan asupan cairan oral a. Untuk rehhidrasi
4.Cukup meningkat
5.Meningkat
23
Kolaborasi b. Sebagai resusitasi cairan
a. Kolaborasi pemberian cairan pada klien yang
koloid (mis albumin, mengalami kekurangan
plasmanate) cairan parah.
24
4 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Perawaatan integritas kulit
integritas keperawatan selama 3x24 jam
kulit maka diharapkan integritas Edukasi
berhubungan kulit meningkat dengan kriteria a. Anjurkan minum air yang a. Untuk mnegurangi
dengan hasil: cukup keparahan integritas
kekurangan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 b. Anjurkan meningkatkan b. Asupan nutrisi penting
volume Kerusakan √ asupan nutrisi untukmemperbaiki
cairan jaringan keruskan kulit
ditandai Kerusakan √ c. Anjurkan meningkatkan c. Buah dan sayur sebagai
dengan lapisan kulit asupan buah dan sayur asupan terbanyak dari
kerusakan kemerahan √ nutrisi
jaringan Keterangan :
dan/atau 1. meningkat
lapisan kulit 2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. menurun
5 Hipertermi Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan makadiharapkan termoregulasi Observasi
dehidrasi membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi penyebab a. Dengan adanya
ditandai Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 hipertermia (misal dehidrasi, identifikasi penyebab nya
dengan suhu Suhu tubuh √ terpapar lingkungan panas, maka dapat diberi
tubuh diatas Suhu kulit √ penggunaan incubator) penanganan yang baik
normal dan Kulit merah √ b. Monitor suhu tubuh b. Agar suhu tubuh
kulit terasa menggigil √ Terapeutik menurun
hangat Keterangan : a. Longgarkan atau lepaskan
1.Meningkat pakaian a. Agar sirkulasi udara
2.Cukup meningkat b. Berikan cairan oral bebas
3.Sedang
4.Cukup menurun b. Untuk mencegah naiknya
5.Menurun suhu tubuh
25
6. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan agens maka diharapkan tingkat nyeri Observasi
cedera menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi, lokasi, a. untuk mengetahui tingkat
fisiologis Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan nyeri
(inflamasi) Keluhan nyeri √ kualitas, intensitas nyeri
ditandai Meringis √ b. Identifikasi factor yang b. untuk mneghindari factor
dengan nafsu Sikap protektif √ memperberat dan yang memperberat nyeri
makan Gelisah √ memperingan nyeri
berubah dan Keterangan : c. Identifikasi pengaruh nyeri c. untuk meningkatkan
tampak 1.Meningkat terhdap kualitas hidup kualitas hidup klien
meringis. 2.Cukup meningkat Terapeutik
3.Sedang a. Berikan teknik a. sebagai langkah utama
4.Cukup menurun nonfarmakologis untuk untuk mengurangi tingkat
5.Menurun mengurangi rasa nyeri (mis. nyeri
TENS, hypnosis, akupresor,
terapi music,
biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang b. untuk dapat menghindari
memperberat rasa nyeri (mis. lingkungan yang
Suhu ruangan, pencahayaan, memperberat nyeri
kebisingan)
26
dengan klien Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 (verbal dan non verbal) yang ansietas
tampak Perilaku √ Terapeutik
gelisah dan gelisah a. Temani pasien untuk a. supaya klien dapat
tampak Pola tidur √ mengurangi kecemasan tenang
tegang Keterangan : b. Dengarkan dengan penuh b. agar klien dapat
1.Meningkat perhatian mengungkapkan
2.Cukup meningkat kecemsannya dengan
3.Sedang Edukasi nyaman
4.Cukup menurun a. Anjurkan keluarga untuk tetap c. dengan adanya keluarga
5.Menurun bersama pasien diharapkan pasien
kecemasasn pasien
menurun
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan,
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah dilakukan (Paramita L dalam Doenges, 2012).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Paramita L dalam
Doenges, 2012). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Scenario kasus
Seorang anak bernama Daniel dengan usia 4 tahun dengan berat badan 17 kg, dibawa oleh
orangtuanya ke RS HKBP Balige. Klien dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan defekasi lebih
dari 6 kali sehari sejak 2 hari yang lalu dengan konsistensi cair. Anak tampak gelisah dan juga
rewel, anak demam dengan suhu 37,9 oC. urin berwarna sedikit gelap dan anak tampak lemas.
Dalam kondisi tersebut anak tampak haus dan ingin minum banyak. Mulut dan lidah tampak
kering, mata cowong/cekung, CRT < 2 deti dan akral dingin. Anak tampak kesakitan dengan
wajah meringis dengan memegang bagian perut dan tampak skala nyeri 6.
Analisa data
28
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan feses lembek atau cair dan
frekuensi peristaltic meningkat.
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan membran
mukosa kering dan klien mengeluh haus.
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal dan
kulit terasa hangat suhu 37,9 oc
d. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (inflamasi) ditandai denganklien
tampak gelisah berubah dan tampak meringis skala nyeri 6.
29
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral a. Sebagai salah satu cara
(mis: larutan gula garam, untuk rehidrasi
30
oralit, pedialyte, renalyte)
dan pantau cairan dalam 4
jam pertama dengan
pemberian 900-1400ml
cairan oral dengan berat
badan 17 kg.
Edukasi a. Sebagai langkah untuk
a. Anjurkan makanan porsi menjaga energy
kecil dan sering secara
bertahap sebagai dukungan
nutrisi.
a. Sebagai langkah untuk
Kolaborasi meredakan diare.
a. Kolaborsi pemberian obat
antimotilitas
(mis.loperamide,
difenoksilat).
a. Status nutrisi menjadi
Manajemen Nutrisi indicator tingkat nilai gizi
Observasi seseorang
a. Identifikasi status nutrisi b. Agar dapat diberikan
b. Identifikasi kebutuhan asupan nutrisi yang sesuai
kalori dan jenis nutrien
Teraupetik a. Agar lebih mengugah selera
a. Sajikan makanan secara makan klien
menarik dan suhu yang
sesuai b. Untuk memperbaiki status
b. Berikan makanan tinggi gizi klien
kalori dan tinggi protein. c. Suplemen zink berfungsi
c. Berikan suplemen makanan untuk Mengurangi lama dan
seperti suplemen zink 20 beratnya diare
mg (1 tablet) per hari dalam
10-14 hari
31
2. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hypovolemia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan Observasi
kehilangan keseimbangan cairan a. Periksa tanda dan gejala a. Sebagai hal pertama dalam
cairan aktif meningkat dengan kriteria hypovolemia (mis:frekuensi mengetahui kekurangan
ditandai hasil: nadi meningkat, nadi teraba volume cairan
dengan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 lemah, tekanan darah
membran Asupan cairan √ menurun, tekanan nadi
mukosa Kelembapan √ mneyemmpit, turgor kulit
kering membrane menurun, membrane
danklien mukosa mukosa kering, volume urin
mengeluh Dehidrasi √ menurun, hematocrit
haus. Turgor kulit √ meningkat, haus, lemah) b. Untuk mnegetahui balance
Keterangan : b. Monitor intake dan output cairan
1.Menurun cairan
2.Cukup menurun Teraupetik
3.Sedang a. Berikan asupan cairan oral a. Untuk rehhidrasi
4.Cukup meningkat
5.Meningkat
Kolaborasi b. Sebagai resusitasi cairan
b. Kolaborasi pemberian pada klien yang mengalami
cairan koloid (mis albumin, kekurangan cairan parah.
plasmanate).
32
tubuh diatas Suhu kulit √ lingkungan panas, baik
normal dan Kulit merah √ penggunaan incubator) d. Agar suhu tubuh menurun
kulit terasa menggigil √ b. Monitor suhu tubuh
hangat suhu Keterangan : Terapeutik c. Agar sirkulasi udara bebas
37,9oc 1.Meningkat a. Longgarkan atau lepaskan
2.Cukup meningkat pakaian d. Untuk mencegah naiknya
3.Sedang b. Berikan cairan oral suhu tubuh
4.Cukup menurun
5.Menurun Edukasi program pengobatan
Observasi
a. Identifikasi pengetahuan a. Untuk mengetahui seberapa
tentang pengobatan yang mengerti klien/ibu klien
direkomendasikan akan pengobatan yang
Edukasi dilakukan
a. Jelaskan manfaat dan efek a. Dengan dimengertinya
sampirng pengobatan manfaat pengobatan
diamana manfaat nya yang menjadi motivasi untuk
utama adalah rehidrasi lebih cepat pulih
cairan dan efeksamping
pengobatan tidak ada
b. Anjurkan memonitor b. Jika tidak menurun maka
perkembangan keefektifan dianjurkan untuk datang ke
pengobatan seperti demam fasilitas kesehatan setempat
menurun, diare menurun
dan jika tak kunjung
menurun datang ke fasilitas
kesehatan
c. Anjurkan bertanya jika ada c. Sebagai feedback apaakah
sesuatu yang tidak klien atau ibu klien telah
dimengerti sebelum dan mengerti tentang
sesudah pengobatan pengobatannya.
dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-
33
tanda pengobatan berhasil
atau tidak
34
yang rasional jika perlu. untuk meredakan rasa nyeri .
35
sering secara bertahap sebagai dukungan
nutrisi. P: lanjut intervensi
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
c. Mengidentifikasi status nutrisi
a. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink : 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari
36
a. Memberikan asupan cairan oral Turgor kulit √
Keterangan :
Kolaborasi 1.Menurun
Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis 2.Cukup menurun
albumin, plasmanate). 3.Sedang
4.Cukup meningkat
5.Meningkat
P: lanjutkan intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan suhu
berhubungan dengan tubuh anaknya belum menurun
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu 37.9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian menggigil √
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng kulit klien tampak merah suhu
pengobatan diamana manfaat nya yang tubuh 37.6oc
utama adalah rehidrasi cairan dan
efeksamping pengobatan tidak ada A: masalah belum teratasi
b. Menganjurkan memonitor perkembangan
37
keefektifan pengobatan seperti demam P: lanjutkan intervensi
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak
38
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional P: lanjutkan intervensi
39
c. Memberikan asupan cairan oral (mis: 5.Memburuk
larutan gula garam, oralit, pedialyte,
renalyte) dan pantau cairan dalam 4 jam klien tampak lesu dan lemas dan
pertama dengan pemberian 900-1400ml asupan cairan sudah mulai
cairan oral dengan berat badan 17 kg. membaik
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
b. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari
40
kehilangan cairan a. Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia
aktif ditandai dengan (mis:frekuensi nadi meningkat, nadi O:
membran mukosa teraba lemah, tekanan darah menurun, Krieria Hasil 1 2 3 4 5
kering dan klien tekanan nadi mneyemmpit, turgor kulit Asupan cairan √
mengeluh haus. menurun, membrane mukosa kering, Kelembapan √
volume urin menurun, hematocrit membrane
meningkat, haus, lemah) mukosa
b. Memonitor intake dan output cairan Dehidrasi √
Teraupetik Turgor kulit √
a. Memberikan asupan cairan oral Keterangan :
1.Menurun
Kolaborasi 2.Cukup menurun
Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis 3.Sedang
albumin, plasmanate). 4.Cukup meningkat
5.Meningkat
kelembapan membrane mukosa
mulai membaik
P: lanjutkan intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan kulit
berhubungan dengan anaknya sudah mulai lembab
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu tubuh 37,9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian menggigil √
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat
41
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng suhu tubuh 37.5oC
pengobatan diamana manfaat nya yang
utama adalah rehidrasi cairan dan A: masalah belum teratasi
efeksamping pengobatan tidak ada
b. Menganjurkan memonitor perkembangan P: lanjutkan intervensi
keefektifan pengobatan seperti demam
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak
42
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 3.Sedang
hypnosis, akupresor, terapi music, 4.Cukup menurun
biofeedback,terapi pijat, aromaterapi, 5.Menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres skala nyeri 5
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Mengontrol lingkungan yang A: masalah belum teratasi
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan) P: lanjutkan intervensi
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional
43
obatan, pemberian botol susu) feses
b. Memonitor warna, volume, frekuensi dan Frekuensi √
konsistensi lainnya. defekasi
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya Peristaltic usus √
hypovolemia ( mis: takikardia, nadi Kram abdomen √
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor Keterangan :
kulit turun, mukosa mulut kering, CRT 1.Membaik
melambat, BB mrenurun) 2.Cukup membaik
d. Memonitor jumlah pengeluaran diare 3.Sedang
4.Cukup memburuk
Terapeutik 5.Memburuk
d. Memberikan asupan cairan oral (mis:
larutan gula garam, oralit, pedialyte, A: masalah teratasi sebagian
renalyte) dan pantau cairan dalam 4 jam
pertama dengan pemberian 900-1400ml P: lanjutkan intervensi
cairan oral dengan berat badan 17 kg.
Edukasi
a. Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap sebagai dukungan
nutrisi.
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
c. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
44
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari.
P:lanjutkan Intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan anak
berhubungan dengan nya tidak terlalu hangat badnnya
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
45
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu tubu 37,9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian Menggigil
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng
pengobatan diamana manfaat nya yang A: masalah teratasi sebagian
utama adalah rehidrasi cairan dan
efeksamping pengobatan tidak ada P: lanjutkan intervensi
b. Menganjurkan memonitor perkembangan
keefektifan pengobatan seperti demam
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak
46
tampak gelisah dan nyeri Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
tampak meringis dan b. Mengidentifikasi factor yang Keluhan nyeri √
skala nyeri 6 memperberat dan memperingan nyeri Meringis √
c. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhdap Sikap protektif √
kualitas hidup Gelisah √
Terapeutik Keterangan :
a. Memberikan teknik nonfarmakologis 1.Meningkat
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 2.Cukup meningkat
hypnosis, akupresor, terapi music, 3.Sedang
biofeedback,terapi pijat, aromaterapi, 4.Cukup menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres 5.Menurun
hangat/dingin, terapi bermain) A: masalah teratsi sebagian
b. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu P: lanjutkan intervensi
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. pada bagian pengakajian Seorang anak bernama Daniel dengan usia 4 tahun dibawa oleh
orangtuanya ke RS HKBP Balige. Klien dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan defekasi lebih
dari 6 kali sehari sejak 2 hari yang lalu dengan konsistensi cair.
b. pada bagian diagnose yaitu terdapat 4 diagnosa yang kelompok angkat diantaranya diare,
nyeri, hipertermi dan hypovolemia.
c. pada bagian interensi disertakan dengan rasional dan pada intervensi disertakan 4 dari 5 pilar
penangan diare diantaranya rehidrasi yaitu pada manajemen diare, pemenuhan nutrisi dan
pemberian zink yaitu pada manajemen nutrisi dan edukasi yaitu pada edukasi program
pengobatan, dan kelompok tidak dapat melakukan pemberian antibiotic karena tidak terdapat
penyebab diare pada anak bersumber dari bakteri.
e. pada bagian evaluasi diagnose yang teratasi secara penuh hanya satu diagnose dan 4 diagnosa
lainnya teratasi sebagian
B. saran
Berdasarkan kasus diatas kellompok memberikan saran kiranya ibu semakin protektif di dalam
memperhatikan tingkat kesehatan anak terkhususnya bila terjadi diare dan bagi perawat kiranya
makalah ini dapat menajdi referensi di dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien.
48
DAFTAR PUSTAKA
Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare di Ruang 2 Ibu dan
Anak RS Reksodiwiryo Padang Tahun 2017.
49