Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DIARE

Disusun oleh

Nama : Yolanda Anastasia Sihombing


NIM : 213302072012

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PRODI NERS

T.A 2021/2022

0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya,karena atas berkatnya maka saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Diare”.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi penugasan dari mata kuliah Keperawatan Anak. Kami
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, adanya keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun
akan kami terima dengan senang hati. Kami berharap, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca.

Balige, 02 April 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 3


B. Rumusan masalah ………………………………………………………………....... 4
C. Tujuan ………………………………………………………………………………. 4
D. Manfaat penelitian………………………………………………………………….…4
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar kasus diare.…………………………………………………………….5


1. Pengertian ……………………………………………………………….……5
2. Klasifikasi
diare……………………………………………………………………………5
3. Etiologi ……………..…………………………………………………..…..…6
4. Patofisiologi…………………………………………………………….……...8
5. Manifestasi klinis……………..………………………………………….…...12
6. Penatalaksanaan ……..………………………………………………………12
B. Konsep Asuhan Keperawatan……………………...………..……………….….…. ..14
1. Pengkajian………………………………………………………………….....14
2. Diagnose keperawatan………………………...……………………………...18
3. Intervensi keperawatan……………………………………………...………..20
4. Implementasi dan Evaluasi……………………………………………...……25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian …………………………………………………………………………....26
B. Diagnosa……………………………………………………………………………. .27
C. Intervensi keperawatan……………………………………………………………….28
D. Implementasi dan evaluasi……………………………………………………………33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..……...45
B. Saran…………………………………………………………………………..……45
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..……..46

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu gejala infeksi saluran pencernaan (Paramita L, World
Health Organization [WHO], 2013 dalam Sumampouw dkk, 2017). Menurut Kapti &
Azizah (2017) diare merupakan peningkatan keenceran tinja yang jumlah tinja dan
frekuensi buang air besar yang cukup banyak. Jika frekuensi buang air besar lebih dari
tiga kali dalam 24 jam makan dianggap sebagai Diare. Jumlah feses yang yang normal
yaitu 100-200 gr/hari. Diare biasanya diikuti dengan ketidaknyamanan perut dan
dorongan BAB yang tidak dapat terkontrol. Pada tahun 2019 angka kejadian diare pada
balita sebanyak 3.979.790 penderita dan terdapat 1.591.944 penderita diare yang dilayani
di sarana kesehatan (Paramita L dalam KemenKes RI, 2020).

Penggunaan oralit sesuai dengan LINTAS DIARE (lima langkah tuntas diare)
bahwa semua penderita harus mendapatkan oralit dengan target penggunaan oralit 100%
dari semua menderita diare dilayanan kesehatan. Tahun 2019 secara nasional
penggunaan oralit pada balita berjumlah 94,5% dan terdapat 94,7% penderita
mendapatkan zink (Paramita L dalam KemenKes RI, 2020). Diare dapat menyebabkan
komplikasi, sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti: dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonik, atau hipertonik), hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus,
hipotoni otot, bradikardia, lemah, hipoglikemia, kejang terutama pada hidrasi hipertonik,
malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.

Diare yang menyebabkan dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik dan


dapat mengancam jiwa pada anak dan bayi (Paramita L dalam Axton & Fugate, 2014).
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat melaksanakan perannya dengan memeriksa dan
mencatat jumlah urine pada setiap berkemih atau sesuai indikasi, jumlah urine dapat
memberikan informasi tentang status hidrasi. Dengan melakukan penimbangan berat
badan setiap hari dengan timbangan yang sama dapat mengetahui perbandingan dengan
berat badan sebelumnya, penurunan berat badan dapat terjadi karena peningkatan
kehilangan cairan melalui feses dan mengindikasi status hidrasi anak.

Pada anak yang mengalami jumlah muntah yang banyak dan cairan intravena
mengalami infiltrasi dan tidak dapat mulai diberikan kembali, maka defekasi yang sering
dan jumlah muntah yang banyak dapat menyebabkan dehidrasi dan cairan intravena
sangat penting untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat. Memberikan edukasi
terhadap orang tua tentang karakteristik kekurangan volume cairan untuk mengenali dan
melaporkan perubahan kondisi anak dan mengajarkan orang tua dalam kebutuhan anak

3
untuk cairan yang tepat, pematauan asupan dan haluaran (Paramita L dalam Axton &
Fugate, 2014).

Panduan tatalaksana pengobatan diare pada balita yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada WHO meyatakan bahwa pengobatan diare
pada anak balita meliputi rehidrasi, zink, ASI, dan makanan tetap diteruskan, terapi
antibiotik, serta simbiotik (Paramita L dalam Juffrie dkk, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian dari Syuibah dan Ambarwati dalam Paramita L


(2015) bahwa penanganan yang tepat dalam mengatur keseimbangan cairan pada pasien
diare salah satunya yaitu dengan memantau IWL (insensible water loss), intake dan
output pada pasien setiap hari, untuk mengukur dan memantau masuk dan keluarnya
cairan setiap harinya. Akibat kehilangan cairan yang berlebih tubuh anak mengalami
kekurangan cairan, dan jika dibiarkan dapat terjadi syok hipovolemik, syok hipovolemik
merupakan kondisi dimana sistem kardiovaskuler gagal melakukan perfusi kejaringan
dengan adekuat, akibatnya jika tidak segera ditangani dapat meyebabkan kematian.
Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok membuat makalah mengenai tindakan
keperawatan pada anak diare.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kemompok tetapkan berdasarkan latar belakang diatas adalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare”

C. Tujuan Penelitian

Hasil makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak
dengan diare dengan baik dan benar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Praktis dari makalah ini adalah bagi perawat yaitu sebagai referensi dalam
memberikan tindakakn asuhan keperwatan pada klien (anak) dengan diare.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kasus Diare

1. Pengertian

Paramita L ,Nursalam (2008)), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi


buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender
(Paramita L dalam Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair
dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang
berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Paramita L dalam Dinkes, 2016).

Dikuti dari Paramita L dalam WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan
buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.

2. Klasifikasi Diare

Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga dalam
Paramita L, Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.

b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari

c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik
dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

5
Sedangkan menurut Paramita L dalam Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut:

a. Diare akut

Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan
sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan
oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini
dapat menyertai infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih
(ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b. Diare kronis

Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan


air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.

c. Diare intraktabel

Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia
minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius
akut yang tidak ditangani secara memadai.

d. Diare kronis nonspesifik

Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anak anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak
tampak infeksi enterik.

1. Etiologi

Paramita L dalam Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran

6
pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa
bencana bila terlambat.

Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab


utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

2) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


Aeromonas, dan sebagainya.

3) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno-virus,


Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.

4) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa


(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans)

5) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah
2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko
terjadinya diare, yaitu :

1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.

2) Menggunakan botol susu.

7
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.

4) Air minum tercemar dengan bakteri tinja.

5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.

Menurut Paramkita L dalam Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agens virus

a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38ºC atau lebih
tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi saluran pernapasan
atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi
usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.

b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air di tempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usia dan dapat
sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.

2. Agens bakteri

a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada strainnya. Biasanya


anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa cairan
berwarna hijau dengan darah atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan
antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian ASI tidak
eksklusif.

b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.


Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen,
demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri tekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung, dan
lainnya.

3. Keracunan makanan

a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada
abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang
disimpan di lemari es seperti puding, mayones, makanan yang berlapis krim.

b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang hingga berat.

8
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.

c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat
menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.

4. Patofisiologi

Paramita L dalam Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :

a. Faktor infeksi

1) Virus

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.


Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh
bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel
mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang
berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi
sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam
usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.

2) Bakteri

Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam


mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini
dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam
tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah
dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat
self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-
sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Paramita L dalam
Wijoyo, 2013).

9
b. Faktor malabsorpsi

1) Gangguan osmotik

Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan
akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal
ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Paramita L
dalam Nursalam, 2008).

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Paramita L dalam
Nursalam, 2008).

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk


menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat
menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok hipovolemik dan
berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Paramita L dalam Nursalam,
2008).

c. Faktor makanan

Hal ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare
(Paramita L dalam Hidayat, 2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke
malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan
yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang
menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang yang
kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi
hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T
yang beredar. Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami

10
malabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi,
keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus
yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein.
Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin yang
mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Paramita L dalam
Suharyono, 2008).

d. Faktor psikologis,

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang


akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare. Proses penyerapan terganggu (Paramita L dalam Hidayat, 2008).

PATHWAY

11
12
5. Manifestasi Klinis

Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut,
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan
mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejangkejang, mencret berdarah dan berlendir
(Paramita L dalam Wijoyo, 2013). Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang
mengalami diare mula-mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa
bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (Paramita L dalam Juffrie, 2010).

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan

a) Jenis cairan

 Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte

 Parenteral : NaCl, Isotonic, infus

b) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cara pemberian

13
 Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL dan glukosa.

 Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)


selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
seberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

d) Jadwal pemberian cairan Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya


dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan
cairan.

 Identifikasi penyebab diare

 Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti


mortilitas dan sekresi usus, antiemetik

2) Pengobatan diet etik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan


misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh (Paramita L dalam Ngastiyah, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Bila dehidrasi masih ringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.


Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat
diberikan larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak dingin
dilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak
terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde.
Bila pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan
cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang
penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-
jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
14
2) Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:

 Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus
yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu
memantaunya.

 Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.

 Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer
atau sudah berubah konsistensinya.

 Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok/ jam untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.

 Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak
atau secara realimentasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

1. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.

a. Keluhan utama

Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari,
BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung
<14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung
selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten .

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami:

 Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.

 Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

15
 Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.

 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

 Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.

 Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.


Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi
ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)
(Paramita L dalam Nursalam, 2008).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.

2) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan


makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.

3) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol
susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan
saat menjamah makanan.

4) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Paramita L dalam Nursalam, 2008).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular
ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan
perjalanan ke daerah tropis (Paramita L dalam Nursalam, 2008; Wong, 2008).

16
e. Riwayat Nutrisi

Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan


diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.

3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin
minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum (Paramita L dalam Nursalam, 2008).

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar

b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel

c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar

d) Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008);Paramita L, anak yang


mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya


biasanya cekung

b) Mata

Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya
sangat cekung.

c) Hidung

Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.

17
d) Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.

e) Mulut dan Lidah

 Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah

 Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering

 Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering

f) Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.

g) Thorak

1) Jantung

 Inspeksi

Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.

 Auskultasi

Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan
atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare
dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi.

2) Paru-paru

 Inspeksi

Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan


pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat
pernapasannya dalam.

3) Abdomen

 Inspeksi

Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.

18
 Palpasi

Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali >
2 detik.

 Auskultasi

Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat

4) Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin, sianosis.

5) Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

c. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan laboratrium

a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya penderita


diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L

b) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang
diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
(Paramita L dalam Suharyono, 2008)

c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat.

d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi


peningkatan kadar protein leukosit dalam feses atau darah makroskopik
(Paramita L dalam Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama atau
kehilangan basa (Paramita L dalam Suharyono, 2008).

e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik (
Paramita L dalam Betz, 2009).

19
2) Pemeriksaan Penunjang

a) Endoskopi

Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai mengalami
penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien mengalami mual dan
muntah.

b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar melalui


rektum.

c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.

d) Radiologi

e) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi

f) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami penyakit bilier


atau prankeas

g) Pemeriksaan lanjutan

 Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan


mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.

 Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan


sampel feses dan serologi (Paramita L dalam Emmanuel, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan feses lembek atau cair
dan frekuensi peristaltic meningkat

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan


membran mukosa kering dan suhu tubuh meningkat.

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai


dengan nafsu makan menurun dan diare.

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan


ditandai dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

e. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh diatas


normal dan kulit terasa hangat

20
f. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (inflamasi) ditandai
dengan nafsu makan berubah dan tampak meringis.

g. Anisetas berhubungan dengan terpapar bahaya lingkungan ditandai dengan klien


tampak gelisah dan tampak tegang.

21
C. Intervensi Kperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Krieria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
o Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1 Diare Setelah dilakukan intervensi Manajemen diare
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka eliminasi fekal membaik. Observasi
proses infeksi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 a. Identifikasi penyebab diare a. Supaya dapat
ditandai Konsistensi √ (mis: inflamasi gastrointestinal, memberikan penanganan
dengan feses feses iritasi gastrointestinal, proses yang tepat sesuai dengan
lembek atau Frekuensi √ infeksi, malabsorpsi, ansietas, penyebab diare.
cair dan defekasi stress, efek obat-obatan,
frekuensi Peristaltic usus √ pemberian botol susu)
peristaltic Kram abdomen √ b. Monitor warna, volume,
meningkat. Keterangan : frekuensi dan konsistensi b. Untuk mengetahui
1.Membaik lainnya. tingkat keparahan diare
2.Cukup membaik c. Monitor tanda dan gejala dan intervensi yang tepat.
3.Sedang terjadinya hypovolemia ( mis: c. Untuk menghindari
4.Cukup memburuk takikardia, nadi teraba lemah, terjadinya syok
5.Memburuk tekanan darah turun, turgor
kulit turun, mukosa mulut
kering, CRT melambat, BB
mrenurun)
d. Monitor jumlah pengeluaran
diare d. Sebagai langkah untuk
menyeimbangkan in take
Terapeutik dan outake
a. Berikan asupan cairan oral
(mis: larutan gula garam, a. Sebagai salah satu cara
oralit, pedialyte, renalyte) untuk rehidrasi

22
b. Berikan cairan intravena (mis:
ringer asetat, ringer laktat) jika b. Cara rehidari dengan
perlu. derajat dehirasi berat
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi kecil a. Sebagai langkah untuk
dan sering secara bertahap menjaga energy

Kolaborasi
Kolaborsi pemberian obat antimotilitas b. Sebagai sumber energy
(mis.loperamide, difenoksilat). bagi anak yang belum
dapat makan misalkan
bayi berusia 6 bulan
c. Sebagai langkah untuk
meredakan diare
2 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hypovolemia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan Observasi
kehilangan keseimbangan cairan a. Periksa tanda dan gejala a. Sebagai hal pertama
cairan aktif meningkat dengan kriteria hypovolemia (mis:frekuensi dalam mengetahui
ditandai hasil: nadi meningkat, nadi teraba kekurangan volume
dengan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 lemah, tekanan darah menurun, cairan
membran Asupan cairan √ tekanan nadi mneyemmpit,
mukosa Kelembapan √ turgor kulit menurun,
kering dan membrane membrane mukosa kering,
suhu tubuh mukosa volume urin menurun,
meningkat. Dehidrasi √ hematocrit meningkat, haus,
Turgor kulit √ lemah)
Keterangan : b. Monitor intake dan output b. Untuk mnegetahui
1.Menurun cairan balance cairan
2.Cukup menurun Teraupetik
3.Sedang a. Berikan asupan cairan oral a. Untuk rehhidrasi
4.Cukup meningkat
5.Meningkat

23
Kolaborasi b. Sebagai resusitasi cairan
a. Kolaborasi pemberian cairan pada klien yang
koloid (mis albumin, mengalami kekurangan
plasmanate) cairan parah.

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan nafsu makan Observasi
ketidakmamp membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi status nutrisi a. Untuk menentukan
uan menelan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 derajat atau tingkat
makanan Keinginan √ b. Identifikasi makanan yang nutrisi klien
ditandai makan disukai b. Dengan makanan yang
dengan nafsu Nafsu makanan √ disukai diharapkan dapat
makan Asupan nutrisi √ meningkatkan nafsu
menurun dan Keterangan : c. Identifikasi kebutuhan kalori makan
diare. 1.Memburuk dan jenis nutrient c. Untuk menjaga nilai gizi
2.Cukup memburuk d. Monitor asupan makanan tetap dalam batas normal
3.Sedang d. Asupan makanan yang
4.Cukup membaik terkontrol dapat
5.Membaik mempercepat
Teraupetik penyembuhan
a. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai a. Untuk menggugah selera
b. Berikan suplemen makanan klien
(suplemen zinc) b. Sebagai langkah untuk
mengembalikan nafsu
kolaborasi makan klien
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah c. Agar klien tidak
kalori dan jenis nutrient yang mengalami deficit nutrisi
dibutuhkan

24
4 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Perawaatan integritas kulit
integritas keperawatan selama 3x24 jam
kulit maka diharapkan integritas Edukasi
berhubungan kulit meningkat dengan kriteria a. Anjurkan minum air yang a. Untuk mnegurangi
dengan hasil: cukup keparahan integritas
kekurangan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 b. Anjurkan meningkatkan b. Asupan nutrisi penting
volume Kerusakan √ asupan nutrisi untukmemperbaiki
cairan jaringan keruskan kulit
ditandai Kerusakan √ c. Anjurkan meningkatkan c. Buah dan sayur sebagai
dengan lapisan kulit asupan buah dan sayur asupan terbanyak dari
kerusakan kemerahan √ nutrisi
jaringan Keterangan :
dan/atau 1. meningkat
lapisan kulit 2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. menurun
5 Hipertermi Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan makadiharapkan termoregulasi Observasi
dehidrasi membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi penyebab a. Dengan adanya
ditandai Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 hipertermia (misal dehidrasi, identifikasi penyebab nya
dengan suhu Suhu tubuh √ terpapar lingkungan panas, maka dapat diberi
tubuh diatas Suhu kulit √ penggunaan incubator) penanganan yang baik
normal dan Kulit merah √ b. Monitor suhu tubuh b. Agar suhu tubuh
kulit terasa menggigil √ Terapeutik menurun
hangat Keterangan : a. Longgarkan atau lepaskan
1.Meningkat pakaian a. Agar sirkulasi udara
2.Cukup meningkat b. Berikan cairan oral bebas
3.Sedang
4.Cukup menurun b. Untuk mencegah naiknya
5.Menurun suhu tubuh

25
6. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan agens maka diharapkan tingkat nyeri Observasi
cedera menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi, lokasi, a. untuk mengetahui tingkat
fisiologis Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan nyeri
(inflamasi) Keluhan nyeri √ kualitas, intensitas nyeri
ditandai Meringis √ b. Identifikasi factor yang b. untuk mneghindari factor
dengan nafsu Sikap protektif √ memperberat dan yang memperberat nyeri
makan Gelisah √ memperingan nyeri
berubah dan Keterangan : c. Identifikasi pengaruh nyeri c. untuk meningkatkan
tampak 1.Meningkat terhdap kualitas hidup kualitas hidup klien
meringis. 2.Cukup meningkat Terapeutik
3.Sedang a. Berikan teknik a. sebagai langkah utama
4.Cukup menurun nonfarmakologis untuk untuk mengurangi tingkat
5.Menurun mengurangi rasa nyeri (mis. nyeri
TENS, hypnosis, akupresor,
terapi music,
biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang b. untuk dapat menghindari
memperberat rasa nyeri (mis. lingkungan yang
Suhu ruangan, pencahayaan, memperberat nyeri
kebisingan)

7 Anisetas Setelah dilakukan intervensi Reduksi ansietas


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan tingkat Observasi
terpapar ansietas menurun dengan a. Identifikasi saat tingkat a. Untuk dapat mengetahui
bahaya kriteria hasil: ansietas berubah (mis. factor yang dapat
lingkungan Kondisi,waktu,stressor) mengurangi ansietas
ditandai b. Monitor tanda-tanda ansietas b. untuk menghindari factor

26
dengan klien Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 (verbal dan non verbal) yang ansietas
tampak Perilaku √ Terapeutik
gelisah dan gelisah a. Temani pasien untuk a. supaya klien dapat
tampak Pola tidur √ mengurangi kecemasan tenang
tegang Keterangan : b. Dengarkan dengan penuh b. agar klien dapat
1.Meningkat perhatian mengungkapkan
2.Cukup meningkat kecemsannya dengan
3.Sedang Edukasi nyaman
4.Cukup menurun a. Anjurkan keluarga untuk tetap c. dengan adanya keluarga
5.Menurun bersama pasien diharapkan pasien
kecemasasn pasien
menurun

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan,
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah dilakukan (Paramita L dalam Doenges, 2012).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Paramita L dalam
Doenges, 2012). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Scenario kasus

Seorang anak bernama Daniel dengan usia 4 tahun dengan berat badan 17 kg, dibawa oleh
orangtuanya ke RS HKBP Balige. Klien dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan defekasi lebih
dari 6 kali sehari sejak 2 hari yang lalu dengan konsistensi cair. Anak tampak gelisah dan juga
rewel, anak demam dengan suhu 37,9 oC. urin berwarna sedikit gelap dan anak tampak lemas.
Dalam kondisi tersebut anak tampak haus dan ingin minum banyak. Mulut dan lidah tampak
kering, mata cowong/cekung, CRT < 2 deti dan akral dingin. Anak tampak kesakitan dengan
wajah meringis dengan memegang bagian perut dan tampak skala nyeri 6.

Analisa data

no Data Etiologi Problem


1 Ds: ibu klien mengatakan anak defekasi Proses infeksi Diare
lebih dari 3 kali sehari
Do: klien tampak lemas

2. Ds: ibu klien mengatakan anak sering Kehilangan cairan hipovolemia


BAB dengan konsistensi cair aktif
Do: mukosa kering

4. Ds: kulit anak teraba hangat Suhu tubuh diatas Hipertermi


o
Do: suhu 37,9 c normal
5 Ds: ibu mengatakan anak tampak Agens cedera Nyeri
meringis fisiologis(inflamasi)
Do: skala nyeri 6

28
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan feses lembek atau cair dan
frekuensi peristaltic meningkat.
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan membran
mukosa kering dan klien mengeluh haus.
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh diatas normal dan
kulit terasa hangat suhu 37,9 oc
d. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (inflamasi) ditandai denganklien
tampak gelisah berubah dan tampak meringis skala nyeri 6.

29
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Krieria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


o Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1. Diare Setelah dilakukan intervensi Manajemen diare
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka eliminasi fekal membaik. Observasi
proses infeksi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 a. Identifikasi penyebab diare a. Supaya dapat memberikan
ditandai Konsistensi √ (mis: inflamasi penanganan yang tepat
dengan feses feses gastrointestinal, iritasi sesuai dengan penyebab
lembek atau Frekuensi √ gastrointestinal, proses diare.
cair dan defekasi infeksi, malabsorpsi,
frekuensi Peristaltic usus √ ansietas, stress, efek obat-
peristaltic Kram abdomen √ obatan, pemberian botol
meningkat. Keterangan : susu)
1.Membaik b. Monitor warna, volume, b. Untuk mengetahui tingkat
2.Cukup membaik frekuensi dan konsistensi keparahan diare dan
3.Sedang lainnya. intervensi yang tepat.
4.Cukup memburuk c. Monitor tanda dan gejala c. Untuk menghindari
5.Memburuk terjadinya hypovolemia ( terjadinya syok
mis: takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan darah turun,
turgor kulit turun, mukosa
mulut kering, CRT
melambat, BB mrenurun)
d. Monitor jumlah pengeluaran d. Sebagai langkah untuk
diare balance cairan

Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral a. Sebagai salah satu cara
(mis: larutan gula garam, untuk rehidrasi
30
oralit, pedialyte, renalyte)
dan pantau cairan dalam 4
jam pertama dengan
pemberian 900-1400ml
cairan oral dengan berat
badan 17 kg.
Edukasi a. Sebagai langkah untuk
a. Anjurkan makanan porsi menjaga energy
kecil dan sering secara
bertahap sebagai dukungan
nutrisi.
a. Sebagai langkah untuk
Kolaborasi meredakan diare.
a. Kolaborsi pemberian obat
antimotilitas
(mis.loperamide,
difenoksilat).
a. Status nutrisi menjadi
Manajemen Nutrisi indicator tingkat nilai gizi
Observasi seseorang
a. Identifikasi status nutrisi b. Agar dapat diberikan
b. Identifikasi kebutuhan asupan nutrisi yang sesuai
kalori dan jenis nutrien
Teraupetik a. Agar lebih mengugah selera
a. Sajikan makanan secara makan klien
menarik dan suhu yang
sesuai b. Untuk memperbaiki status
b. Berikan makanan tinggi gizi klien
kalori dan tinggi protein. c. Suplemen zink berfungsi
c. Berikan suplemen makanan untuk Mengurangi lama dan
seperti suplemen zink 20 beratnya diare
mg (1 tablet) per hari dalam
10-14 hari

31
2. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hypovolemia
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan maka diharapkan Observasi
kehilangan keseimbangan cairan a. Periksa tanda dan gejala a. Sebagai hal pertama dalam
cairan aktif meningkat dengan kriteria hypovolemia (mis:frekuensi mengetahui kekurangan
ditandai hasil: nadi meningkat, nadi teraba volume cairan
dengan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 lemah, tekanan darah
membran Asupan cairan √ menurun, tekanan nadi
mukosa Kelembapan √ mneyemmpit, turgor kulit
kering membrane menurun, membrane
danklien mukosa mukosa kering, volume urin
mengeluh Dehidrasi √ menurun, hematocrit
haus. Turgor kulit √ meningkat, haus, lemah) b. Untuk mnegetahui balance
Keterangan : b. Monitor intake dan output cairan
1.Menurun cairan
2.Cukup menurun Teraupetik
3.Sedang a. Berikan asupan cairan oral a. Untuk rehhidrasi
4.Cukup meningkat
5.Meningkat
Kolaborasi b. Sebagai resusitasi cairan
b. Kolaborasi pemberian pada klien yang mengalami
cairan koloid (mis albumin, kekurangan cairan parah.
plasmanate).

3. Hipertermi Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan makadiharapkan termoregulasi Observasi
dehidrasi membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi penyebab c. Dengan adanya identifikasi
ditandai Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 hipertermia (misal penyebab nya maka dapat
dengan suhu Suhu tubuh √ dehidrasi, terpapar diberi penanganan yang

32
tubuh diatas Suhu kulit √ lingkungan panas, baik
normal dan Kulit merah √ penggunaan incubator) d. Agar suhu tubuh menurun
kulit terasa menggigil √ b. Monitor suhu tubuh
hangat suhu Keterangan : Terapeutik c. Agar sirkulasi udara bebas
37,9oc 1.Meningkat a. Longgarkan atau lepaskan
2.Cukup meningkat pakaian d. Untuk mencegah naiknya
3.Sedang b. Berikan cairan oral suhu tubuh
4.Cukup menurun
5.Menurun Edukasi program pengobatan
Observasi
a. Identifikasi pengetahuan a. Untuk mengetahui seberapa
tentang pengobatan yang mengerti klien/ibu klien
direkomendasikan akan pengobatan yang
Edukasi dilakukan
a. Jelaskan manfaat dan efek a. Dengan dimengertinya
sampirng pengobatan manfaat pengobatan
diamana manfaat nya yang menjadi motivasi untuk
utama adalah rehidrasi lebih cepat pulih
cairan dan efeksamping
pengobatan tidak ada
b. Anjurkan memonitor b. Jika tidak menurun maka
perkembangan keefektifan dianjurkan untuk datang ke
pengobatan seperti demam fasilitas kesehatan setempat
menurun, diare menurun
dan jika tak kunjung
menurun datang ke fasilitas
kesehatan
c. Anjurkan bertanya jika ada c. Sebagai feedback apaakah
sesuatu yang tidak klien atau ibu klien telah
dimengerti sebelum dan mengerti tentang
sesudah pengobatan pengobatannya.
dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-

33
tanda pengobatan berhasil
atau tidak

4. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan agens maka diharapkan tingkat nyeri Observasi
cedera menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi, lokasi, d. untuk mengetahui tingkat
fisiologis Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, keparahan nyeri
(inflamasi) Keluhan nyeri √ frekuensi, kualitas,
ditandai Meringis √ intensitas nyeri e. untuk mneghindari factor yang
dengan klien Sikap protektif √ b. Identifikasi factor yang memperberat nyeri
tampak Gelisah √ memperberat dan
gelisah dan Keterangan : memperingan nyeri f. untuk meningkatkan kualitas
tampak 1.Meningkat c. Identifikasi pengaruh nyeri hidup klien
meringis dan 2.Cukup meningkat terhdap kualitas hidup
skala nyeri 6 3.Sedang Terapeutik c. sebagai langkah utama untuk
4.Cukup menurun c. Berikan teknik mengurangi tingkat nyeri
5.Menurun nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresor,
terapi music,
biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, d. untuk dapat menghindari
kompres hangat/dingin, lingkungan yang memperberat
terapi bermain) nyeri
d. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian analgetik a. sebagai terapi farmakologi

34
yang rasional jika perlu. untuk meredakan rasa nyeri .

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

1. Implementasi hari pertama pada tanggal Kamis, 07 Oktober 2021

No Diagnose Tanggal/waktu Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Diare berhubungan Manajemen diare S: ibu klien mengatakan
dengan proses infeksi Observasi frekuensi defekasi masih
ditandai dengan feses a. Mengidentifikasi penyebab diare (mis: sering(6x/sehari)
lembek atau cair dan inflamasi gastrointestinal, iritasi
frekuensi peristaltic gastrointestinal, proses infeksi,
O:
meningkat. malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
obatan, pemberian botol susu) Konsistensi √
b. Memonitor warna, volume, frekuensi dan feses
konsistensi lainnya. Frekuensi √
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya defekasi
hypovolemia ( mis: takikardia, nadi Peristaltic usus √
teraba lemah, tekanan darah turun, turgorKram abdomen √
kulit turun, mukosa mulut kering, CRT Keterangan :
melambat, BB mrenurun) 1.Membaik
d. Memonitor jumlah pengeluaran diare 2.Cukup membaik
3.Sedang
Terapeutik 4.Cukup memburuk
b. Memberikan asupan cairan oral (mis: 5.Memburuk
larutan gula garam, oralit, pedialyte,
renalyte) dan pantau cairan dalam 4 jam klien tampak lesu dan asupan
Kamis, 07 pertama dengan pemberian 900-1400ml cairan belum cukup
Oktober 2021 cairan oral dengan berat badan 17 kg.
Pukul 10:00- Edukasi A: masalah belum teratasi
14:00 a. Menganjurkan makanan porsi kecil dan

35
sering secara bertahap sebagai dukungan
nutrisi. P: lanjut intervensi

Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
c. Mengidentifikasi status nutrisi
a. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink : 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari

2. Hipovolemia Manajemen hipovolemia S: ibu klien mengatakan asupan


berhubungan dengan Observasi cairan anaknya masih menurun
kehilangan cairan a. Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia
aktif ditandai dengan (mis:frekuensi nadi meningkat, nadi teraba O:
membran mukosa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi Krieria Hasil 1 2 3 4 5
kering dan klien mneyemmpit, turgor kulit menurun, membrane Asupan cairan √
mengeluh haus. mukosa kering, volume urin menurun, Kelembapan √
hematocrit meningkat, haus, lemah) membrane
b. Memonitor intake dan output cairan mukosa
Teraupetik Dehidrasi √

36
a. Memberikan asupan cairan oral Turgor kulit √
Keterangan :
Kolaborasi 1.Menurun
Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis 2.Cukup menurun
albumin, plasmanate). 3.Sedang
4.Cukup meningkat
5.Meningkat

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan suhu
berhubungan dengan tubuh anaknya belum menurun
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu 37.9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian menggigil √
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng kulit klien tampak merah suhu
pengobatan diamana manfaat nya yang tubuh 37.6oc
utama adalah rehidrasi cairan dan
efeksamping pengobatan tidak ada A: masalah belum teratasi
b. Menganjurkan memonitor perkembangan

37
keefektifan pengobatan seperti demam P: lanjutkan intervensi
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak

4. Nyeri akut Manajemen nyeri S: ibu klien mengatakan anaknya


berhubungan dengan selalu gelisah dengan mengeluh
agens cedera Observasi nyeri
fisiologis (inflamasi) a. Mengidentifikasi, lokasi, karakteristik,
ditandai dengan klien durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O:
tampak gelisah dan nyeri Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
tampak meringis dan b. Mengidentifikasi factor yang Keluhan nyeri √
skala nyeri 6 memperberat dan memperingan nyeri Meringis √
c. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhdap Sikap protektif √
kualitas hidup Gelisah √
Terapeutik Keterangan :
a. Memberikan teknik nonfarmakologis 1.Meningkat
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 2.Cukup meningkat
hypnosis, akupresor, terapi music, 3.Sedang
biofeedback,terapi pijat, aromaterapi, 4.Cukup menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres 5.Menurun
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Mengontrol lingkungan yang klien tampak meringis skala
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu nyeri 6
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Kolaborasi A: masalah belum teratasi

38
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional P: lanjutkan intervensi

2. Implementasi Hari ke-2 pada Jumat 08 Oktober 2021

No Diagnose Tanggal/waktu Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Diare berhubungan Manajemen diare S: Ibu klien mengatakan
dengan proses infeksi Observasi frekuensi defekasi masih sedang
ditandai dengan feses a. Mengidentifikasi penyebab diare (mis: (5x/hari)
lembek atau cair dan inflamasi gastrointestinal, iritasi
frekuensi peristaltic gastrointestinal, proses infeksi, O:
meningkat. malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat- Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
obatan, pemberian botol susu) Konsistensi √
b. Memonitor warna, volume, frekuensi dan feses
konsistensi lainnya. Frekuensi √
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya defekasi
hypovolemia ( mis: takikardia, nadi Peristaltic usus √
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor Kram abdomen √
kulit turun, mukosa mulut kering, CRT Keterangan :
Jumat , 08 melambat, BB mrenurun) 1.Membaik
Oktober 2021 d. Memonitor jumlah pengeluaran diare 2.Cukup membaik
Pukul 10:00- 3.Sedang
14:00 Terapeutik 4.Cukup memburuk

39
c. Memberikan asupan cairan oral (mis: 5.Memburuk
larutan gula garam, oralit, pedialyte,
renalyte) dan pantau cairan dalam 4 jam klien tampak lesu dan lemas dan
pertama dengan pemberian 900-1400ml asupan cairan sudah mulai
cairan oral dengan berat badan 17 kg. membaik

Edukasi A: masalah belum teratasi


b. Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap sebagai dukungan P: lanjutkan intervensi
nutrisi.

Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
b. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari

2. Hipovolemia Manajemen hipovolemia S: ibu klien berkata keluhan


berhubungan dengan Observasi haus sudah menurun

40
kehilangan cairan a. Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia
aktif ditandai dengan (mis:frekuensi nadi meningkat, nadi O:
membran mukosa teraba lemah, tekanan darah menurun, Krieria Hasil 1 2 3 4 5
kering dan klien tekanan nadi mneyemmpit, turgor kulit Asupan cairan √
mengeluh haus. menurun, membrane mukosa kering, Kelembapan √
volume urin menurun, hematocrit membrane
meningkat, haus, lemah) mukosa
b. Memonitor intake dan output cairan Dehidrasi √
Teraupetik Turgor kulit √
a. Memberikan asupan cairan oral Keterangan :
1.Menurun
Kolaborasi 2.Cukup menurun
Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis 3.Sedang
albumin, plasmanate). 4.Cukup meningkat
5.Meningkat
kelembapan membrane mukosa
mulai membaik

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan kulit
berhubungan dengan anaknya sudah mulai lembab
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu tubuh 37,9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian menggigil √
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat

41
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng suhu tubuh 37.5oC
pengobatan diamana manfaat nya yang
utama adalah rehidrasi cairan dan A: masalah belum teratasi
efeksamping pengobatan tidak ada
b. Menganjurkan memonitor perkembangan P: lanjutkan intervensi
keefektifan pengobatan seperti demam
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak

4. Nyeri akut Manajemen nyeri S: ibu klien mengatakan anaknya


berhubungan dengan masih gelisah
agens cedera Observasi
fisiologis (inflamasi) a. Mengidentifikasi, lokasi, karakteristik, O:
ditandai dengan klien durasi, frekuensi, kualitas, intensitas Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
tampak gelisah dan nyeri Keluhan nyeri √
tampak meringis dan b. Mengidentifikasi factor yang Meringis √
skala nyeri 6 memperberat dan memperingan nyeri Sikap protektif √
c. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhdap Gelisah √
kualitas hidup Keterangan :
Terapeutik 1.Meningkat
a. Memberikan teknik nonfarmakologis 2.Cukup meningkat

42
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 3.Sedang
hypnosis, akupresor, terapi music, 4.Cukup menurun
biofeedback,terapi pijat, aromaterapi, 5.Menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres skala nyeri 5
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Mengontrol lingkungan yang A: masalah belum teratasi
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan) P: lanjutkan intervensi
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional

3. Implementasi Hari ke-3 pada Sabtu 09 Oktober 2021

No Diagnose Tanggal/waktu Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Diare berhubungan Manajemen diare S: ibu klien mengatakan
dengan proses infeksi Observasi frekuensi defekasi sudah mulai
ditandai dengan feses Sabtu , 09 a. Mengidentifikasi penyebab diare (mis: normal
lembek atau cair dan Oktober 2021 inflamasi gastrointestinal, iritasi O:
frekuensi peristaltic Pukul 10:00- gastrointestinal, proses infeksi, Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
meningkat. 14:00 malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat- Konsistensi √

43
obatan, pemberian botol susu) feses
b. Memonitor warna, volume, frekuensi dan Frekuensi √
konsistensi lainnya. defekasi
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya Peristaltic usus √
hypovolemia ( mis: takikardia, nadi Kram abdomen √
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor Keterangan :
kulit turun, mukosa mulut kering, CRT 1.Membaik
melambat, BB mrenurun) 2.Cukup membaik
d. Memonitor jumlah pengeluaran diare 3.Sedang
4.Cukup memburuk
Terapeutik 5.Memburuk
d. Memberikan asupan cairan oral (mis:
larutan gula garam, oralit, pedialyte, A: masalah teratasi sebagian
renalyte) dan pantau cairan dalam 4 jam
pertama dengan pemberian 900-1400ml P: lanjutkan intervensi
cairan oral dengan berat badan 17 kg.
Edukasi
a. Menganjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap sebagai dukungan
nutrisi.

Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
Manajemen nutrisi
Observasi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
c. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
Teraupetik
a. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai

44
b. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
c. Memberikan suplemen makanan seperti
suplemen zink 20 mg (1 tablet) per hari
dalam 10-14 hari.

2. Hipovolemia Manajemen hipovolemia S: ibu klien berkata anak tidak


berhubungan dengan Observasi merasa haus lagi
kehilangan cairan a. Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia
aktif ditandai dengan (mis:frekuensi nadi meningkat, nadi O:
membran mukosa teraba lemah, tekanan darah menurun, Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kering dan klien tekanan nadi mneyemmpit, turgor kulit Asupan cairan √
mengeluh haus. menurun, membrane mukosa kering, Kelembapan √
volume urin menurun, hematocrit membrane
meningkat, haus, lemah) mukosa
b. Memonitor intake dan output cairan Dehidrasi √
Teraupetik Turgor kulit √
a. Memberikan asupan cairan oral Keterangan :
1.Menurun
Kolaborasi 2.Cukup menurun
Berkolaborasi pemberian cairan koloid (mis 3.Sedang
albumin, plasmanate). 4.Cukup meningkat
5.Meningkat

A:masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan Intervensi
3. Hipertermi Manajemen hipertermia S: ibu klien mengatakan anak
berhubungan dengan nya tidak terlalu hangat badnnya
dehidrasi ditandai Observasi
dengan suhu tubuh a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia O:
diatas normal dan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

45
kulit terasa hangat panas, penggunaan incubator) Suhu tubuh √
suhu tubu 37,9oc b. Memonitor suhu tubuh Suhu kulit √
Terapeutik Kulit merah √
a. melonggarkan atau lepaskan pakaian Menggigil
b. Memberikan cairan oral Keterangan :
1.Meningkat
Edukasi program pengobatan 2.Cukup meningkat
Observasi 3.Sedang
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang 4.Cukup menurun
pengobatan yang direkomendasikan 5.Menurun
Edukasi
a. Menjelaskan manfaat dan efek sampirng
pengobatan diamana manfaat nya yang A: masalah teratasi sebagian
utama adalah rehidrasi cairan dan
efeksamping pengobatan tidak ada P: lanjutkan intervensi
b. Menganjurkan memonitor perkembangan
keefektifan pengobatan seperti demam
menurun, diare menurun dan jika tak
kunjung menurun datang ke fasilitas
kesehatana
c. Menganjurkan bertanya jika ada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan seperti
pengenalan akan tanda-tanda pengobatan
berhasil atau tidak

4. Nyeri akut Manajemen nyeri S: ibu klien mnegatakan


berhubungan dengan anaknya sudah mulai beradaptasi
agens cedera Observasi dengan nyeri
fisiologis (inflamasi) a. Mengidentifikasi, lokasi, karakteristik,
ditandai dengan klien durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O:

46
tampak gelisah dan nyeri Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
tampak meringis dan b. Mengidentifikasi factor yang Keluhan nyeri √
skala nyeri 6 memperberat dan memperingan nyeri Meringis √
c. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhdap Sikap protektif √
kualitas hidup Gelisah √
Terapeutik Keterangan :
a. Memberikan teknik nonfarmakologis 1.Meningkat
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, 2.Cukup meningkat
hypnosis, akupresor, terapi music, 3.Sedang
biofeedback,terapi pijat, aromaterapi, 4.Cukup menurun
teknik imajinasi terbimbing, kompres 5.Menurun
hangat/dingin, terapi bermain) A: masalah teratsi sebagian
b. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu P: lanjutkan intervensi
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Kolaborasi
a. Berkolaborasi pemberian analgetik yang
rasional

47
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil kesimpulan yang kelompok dapatkan adalah sebagai berikut:

a. pada bagian pengakajian Seorang anak bernama Daniel dengan usia 4 tahun dibawa oleh
orangtuanya ke RS HKBP Balige. Klien dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan defekasi lebih
dari 6 kali sehari sejak 2 hari yang lalu dengan konsistensi cair.

b. pada bagian diagnose yaitu terdapat 4 diagnosa yang kelompok angkat diantaranya diare,
nyeri, hipertermi dan hypovolemia.

c. pada bagian interensi disertakan dengan rasional dan pada intervensi disertakan 4 dari 5 pilar
penangan diare diantaranya rehidrasi yaitu pada manajemen diare, pemenuhan nutrisi dan
pemberian zink yaitu pada manajemen nutrisi dan edukasi yaitu pada edukasi program
pengobatan, dan kelompok tidak dapat melakukan pemberian antibiotic karena tidak terdapat
penyebab diare pada anak bersumber dari bakteri.

d. pada bagian implementasi dilaksanakan selama 3 hari penuh.

e. pada bagian evaluasi diagnose yang teratasi secara penuh hanya satu diagnose dan 4 diagnosa
lainnya teratasi sebagian

B. saran

Berdasarkan kasus diatas kellompok memberikan saran kiranya ibu semakin protektif di dalam
memperhatikan tingkat kesehatan anak terkhususnya bila terjadi diare dan bagi perawat kiranya
makalah ini dapat menajdi referensi di dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien.

48
DAFTAR PUSTAKA

Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare di Ruang 2 Ibu dan
Anak RS Reksodiwiryo Padang Tahun 2017.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik


, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan


Keperawatan , Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan , Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

49

Anda mungkin juga menyukai