Anda di halaman 1dari 15

Ada beberapa jenis obat yang diberikan dengan cara yang berbeda, berikut adalah beberapa macam

tehnik pemberian obat diantaranya yaitu : 

Pemberian Obat Secara Oral.

Pemberian Obat Secara Sublingual.

Pemberian Obat Secara Inhalasi.

Pemberian Obat Secara Rektal

Pemberian Obat Secara Pervaginam.

Pemberian Obat Secara Perenteral.

Pemberian Obat Secara Topikal/lokal.

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara oral adalah :

Pemberiannya obatnya adalah melalui mulut.

Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis dalam memberikannya.

Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, contohnya adalah : obat yang bersifat merangsang (emetin,
aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin).

Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya

Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan dikehendaki contohnya adalah : obat cacing,
obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus (pemeriksaan diagnostik).

Baik sekali untuk mengobati infeksi usus

Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan.

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara Sublingual adalah :

Pemberian Obat dengan cara ditaruh dibawah lidah.

Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.

Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat
misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan juga penyakit asma.

Kekurangannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir
mulut.
Hanya untuk obat yang bersifat lipofil.

Bentuknya tablet kecil atau spray, contohnya adalah : Isosorbid Tablet ( ISDN ).

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam tehnik pemberian obat secara Inhalasi adalah :

Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan

Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan
pernafasan

Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam bentuk gas dan zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek
sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur
(aerosol, contohnya yaitu : Alupent Metered Aerosol ).

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara Rektal yaitu :

Pemberian obat melalui rectal adalah maksudnya pemberian obat melalui dubur (rektal).

Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa).

Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung.

Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat.

Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan peroral, berhubung pembuluh-
pembuluh darah pertama. Misalnya adalah : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) , pada bayi
(stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut)

Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misalnya untuk wasir dan
laxativ.

Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek lokal.

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam tehnik pemberian obat secara Pervaginam (Intra Vaginal)
yaitu :

Pemberian Obat yang diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina.

Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan.

Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan.


Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam tehnik pemberian obat secara Parental adalah bahwa
pemberian obat ini cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung melalui pembuluh darah. Contohnya adalah sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya
pemberian melalui parenteral ini adalah agar dapat langsung menuju sasaran dan efeknya lebih cepat.
Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara
pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan. Maka sebagai perawat harus bisa menerapkan Prinsip Benar
Pemberian Obat yang sudah menjadi standar operasional biasanya dalam memberikan ini benar-benar
memperhatikan etiket serta nama obat dan cara pemberian.

Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara Topikal / Lokal. Pemberian secara
topikal atau lokal maksudnya adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata,
salep, tetes telinga dan lain-lain.

dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:

1. Benar Klien
• Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan
meminta menyebutkan namanya sendiri.
• Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
• Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
• Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
• Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
• Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
• Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali:
1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2. Sebelum menuang/menghisap obat
3. Setelah menuang/ mengisap obat
• Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
• Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
• Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat
• Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
• Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
• Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
• Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian


• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
• Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga
kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan.
• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh
panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.
• Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan
• Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung
bersama-sama dengan makanan.
• Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa
diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
• Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
• Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral
• Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral
• Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah
ditelan.
• rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3. bukal (diantara gusi dan pipi)
4. topikal ( dipakai pada kulit ) ;
5. inhalasi ( semprot aerosol ) ;
6. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
7. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Benar Dokumentasikan.
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat
informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan
masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan
obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari selama sakit, dsb.
8. Hak klien untuk menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan Inform consent dalam
pemberian obat.
9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
Perawat selalu memer
10. Benar evaluasi
Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum
makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum
makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya
indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada penyakit
kronis

Judith hopler deglin , pedoman obat untuk perawat, penerbit buku kedokteran : EGC
Kozier , buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5,penerbit buku kedokteran:EGC
Penjelasan Tentang Istilah-Istilah Rute Pemberian :
1 Per Oral, melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung), penyerapan obat melalui membran mukosa pada
lambung dan usus memberi efek sistematik
2 Sublingual, dimasukkan dibawah lidah, penyerapan obat melalui membran mukosa, memberi efek sistemik
3 Parenteral(injeksi), melalui selain jalan lambung dengan merobek beberapa jaringan, antara lain:
a. Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek sistematik
b. Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
c. Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
d. Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
e. Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
4 Intraokular, diteteskan pada mata, memberi efek lokal
5 Intranasal, diteteskan pada lubang hidung, memberi efek lokal
6 Aural, diteteskan pada lubang telinga, memberi efek lokal
7 Intrarespiratoral, inhalasi berupa gas masuk paru-paru, memberi efek lokal
8 Rektal, dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik
9 Vaginal, dimasukkan kedalam lubang kemaluan wanita, memberi efek lokal
10 Uretral, dimasukkan kedalam saluran kencing, memberi efek lokal
Penjelasan Tentang Istilah-Istilah Rute Pemberian :
1 Per Oral, melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung), penyerapan obat melalui membran mukosa pada
lambung dan usus memberi efek sistematik
2 Sublingual, dimasukkan dibawah lidah, penyerapan obat melalui membran mukosa, memberi efek sistemik
3 Parenteral(injeksi), melalui selain jalan lambung dengan merobek beberapa jaringan, antara lain:
a. Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek sistematik
b. Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
c. Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
d. Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
e. Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
4 Intraokular, diteteskan pada mata, memberi efek lokal
5 Intranasal, diteteskan pada lubang hidung, memberi efek lokal
6 Aural, diteteskan pada lubang telinga, memberi efek lokal
7 Intrarespiratoral, inhalasi berupa gas masuk paru-paru, memberi efek lokal
8 Rektal, dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik
9 Vaginal, dimasukkan kedalam lubang kemaluan wanita, memberi efek lokal
10 Uretral, dimasukkan kedalam saluran kencing, memberi efek lokal

Efek sistemik dapat diperoleh dengan rute pemberian :


1 Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
2 Parenteral dengan cara intravena, intra muskular, subkutan
3 inhalasi langsung kedalam paru-paru
sedangkan efek lokal dapat diperoleh dengan rute pemberian :
1 Intaokular(oculer), Intranasal(nasalis), Aural(auris) dengan jalan diteteskan
2 Intrarespiratoral, berupa gas yang masuk ke paru-paru, seperti inhalasi, tetapi beda mekanisme
3 Rektal, Uretral dan Vaginal dengan jalan dimasukkan.
Rute Pemberian Obat, dapat dengan cara:
1 Melalui rute oral
2 Melalui rute parenteral
3 Melalui rute inhalasi
4 Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan lainnya
5 Melalui rute kulit
(Anief, 1990)

Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut: 

 Rute pemberian obat ditentukan oleh sifat obat (kelarutan dalam air atau lipid, ionisasi, dll)
dan tujuan terapi (kerja cepat, lambat, lokal)
 Rute pemberian obat : enteral (oral, sublingual, rektal), parenteral (intra vaskular, IM, SC),
lain-lain (inhalasi, intranasal, intratekal, topikal, transdermal)
a.     Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut.
Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat
untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa
tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak
bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik
yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya
paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus.
Pada keadaan pasien muntah-muntah,koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat
melalui oral tidak dapat dipakai.
b.     Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena
pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan
cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta)
c.     Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi
terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat
diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar
mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung.
Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli
paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan.
d.     Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya
lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,
terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.
e.     Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal
untuk keputihan atau jamur.
f.       Parentral
Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain
saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah.
Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu dapat
untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak
kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari kerusakan obat di
saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak
disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi). Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang
digunakan secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi.
Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru
ditambah aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
g.     Topikal/lokal
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.
h.     Suntikan
Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta dibutuhkan kerja cepat.
Resep ditulis dalam bahasa latin :

- Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science

- Menjaga kerahasiaan

- Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)

Resep harus memuat :

 Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.

 Tanggal penulisan resep (superscriptio/inscriptio)

 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
(invocatio/inscriptio)

 Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)

 Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan

 Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi
dosis.

 Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.

 Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib menanyakan
kepada penulis resep.

 Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep
yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.

 Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab sepenuhnya dipikul oleh
dokter yang bersangkutan (dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan
tanda tangan yang lazim di atas resep).

 Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang berbahaya dan tidak dapat
menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat ditunda.

 Resep yang mengandung narkotika :

 - harus ditulis tersendiri

 - tidak boleh ada iterasi (ulangan)


 - dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/usus propius (untuk
pemakaian sendiri)

 - alamat pasien ditulis dengan jelas

 - aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus cognitus
(sudah tahu aturan pakai)

 Apotek wajib melayani resep dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

 Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab APA.

 Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.

 Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.

 Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

 Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek.

 Istilah lain dari salinan resep : kopi resep, apograph, Exemplum, Afschrift.

 Salinan resep memuat :

 - Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli

 - Nama dan alamat apotek

 - Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek

 - Tanda tangan atau paraf APA

 - Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur
untuk obat yang belum diserahkan

 - Nomor resep dan tanggal peresepan

Bagian-bagian dari resep adalah :

 Inscriptio (identitas dokter penulis resep, SIP, alamat, kota, tanggal dan R/
 Praescriptio (Inti resep, terdiri dari nama obat, BSO, Dosis obat dan jumlah obat)

 Signatura, tanda yang harus ditulis di etiket obat (nama pasien dan petunjuk pemakaian).

 Subscriptio, tanda tangan atau paraf dokter.

 Cara menangani resep yang telah dikerjakan adalah :

 Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomer penerimaan /
pembuatan resep.

 Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya, tandai garis
merah dibawah nama obatnya.

 Resep yang telah disimpan selama 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.

 Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker pengelola bersama dengan sekurang-kurangnya


seorang petugas apotik.

ana Dari masing-masing


a, aa ,xxx
2 a. c. Ante coenam Sebelum makan
3 ad in lag.gutt. Ad in lagenam Dalam botol tetes
guttatorium
4 ad. part. dolent. Ad partes dolantes Di tempat yang sakit
5 ad us.ext. (a.u.e) Ad usus externum Untuk pemakaian luar
6 ad.us.int. (a.u.i) Ad usus internum Untuk pemakaian dalam
7 ad usus prop. Ad usus propium Untuk pemakaian sendiri
8 add, ad. Adde Tambahkan
9 ag it. Agits, agitetur Kocok, hendaknya
dkocok
10 agit.a.sum. Agita ante sumendum Kocok sebelum dipakai
11 alt.dieb. Ateris diebus Sesudah sehari, setiap
dua hari
12 a.d. Auris dextra Telinga kanan
13 a.l. Auris laeva Telinga kiri
14 b.d.d.c. Bis de die cochlear Dua kali sehari satu
sendok makan
15 b.i.d. Bis in die Dua kali sehari
16 c.c ( coch. cib) Cochlear cibarum Sendok makan
17 c.th. Cochlear thea Sendok teh
18 d.c. Durante coenam Sementara makan
19 d.t.d. Da tales dosis Dengan dosis demikian
20 da, det. Da , detur Berikan
21 f.l.a. Fac lege artis Buatlah menurut keahlian
22 gtt. Guttata Tetes
23 h.d Hora decubitus Jam tidur
24 h.m Hora matutima Pagi hari
25 haust. Haustus Sekali tegyuk, minum
sekaligus.
26 in.d In dies Sehari, dalam sehari
27 In.lag.ben.obt In lagena bene obturata Dalam botol tertutup
rapat
28 i.m.m In manus medici Serahkan ke dokter
29 inmitt, in. lag Inmitte, in lagena Masukkan dalam botol
30 m. Misce Campur
31 m.f Misce fac Campur dan buat
32 m.d.s Misceda signa Campur dan buat aturan
pakai
33 m.et.v Mare et vaspare Pagi dan senja
34 m.i Mihi ipsi Untuk saya sendiri
35 No. Numero Jumlah
36 non.in lag.org Non in lagena originale Jangan diberikan dalam
botol aslinya
37 o.b.h.c Omni bihorio cochlear Tiap dua jam 1 sendok
makan
38 o.h Omni hora Tiap jam
39 o.4.h.c Omni cuatuor hora Tiap empat jam 1 sendok
cochlear makan
40 o.t / o.v Omni nocte / omni Tiap malam / tiap sore
vaspare
41 O2 Kedua belah mata
42 o.d.s Oculus dextra sinistra Mata kanan dan kiri
43 p.d.sing Pro dosis singulari Takaran tunggal, sekali
pakai
44 p.c Post coenam Sesudah makan
45 p.r.n Pro renata Jika diperlukan
46 Pulv Pulvis, pulveres Serbuk terbagi, serbuk
tak terbagi.
47 q.s Quantum satis Secukupnya
48 s. Signa Tandailah
49 s.o.o Sit opus sit Bilamana perlu
50 sin.confec Sine confectione Tanpa pembungkus asli
51 s.u.e Signa usus eksternum Tandailah obat luar
52 s.u.c Signa usus coenitus Tandailah tahu pakai
53 s.l Saccharum laetis Gula susu

http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/07/istilah-dalam-resep.html

Anda mungkin juga menyukai