PENDAHULUAN
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian
diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Seksualitas sendiri merupakan
suatu aspek inti manusia sepanjang hidupnya dan meliputi seks, identitas dan peran
gender, orientasi seksual, kenikmatan, kemesraan, dan reproduksi. Seksualitas
dialami dan diungkapkan dalam pikiran, khayalan, gairah, sikap, perilaku, perbuatan,
peran, dan hubungan. Seksualitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
faktor biologis, psikologis, religi, dan spiritual. Berdasarkan hal tersebut keinginan
seksual seseorang dapat meningkat atau menurun. Misalnya pada wanita yang hamil,
biasanya mengalami penurunan keinginan seksual. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perubahan struktur tubuh atau kekhawatiran jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
pada anaknya. Oleh karena itu dalam diskusi ini kami akan membahas beberapa hal
mengenai seksualitas pada wanita hamil, yang meliputi kontraindikasi wanita hamil
berhubungan seksual, posisi-posisi dalam berhubungan seksual tiap trimester, serta
asuahan keperawatan dan pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasangan
dengan kondisi tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
Ketidaknyamanan fisik dan ketakutan tentang cedera adalah kekuatiran utama
yang membatasi aktifitas seksual (Zawid, 1994 dlm Potter & Perry, 2005). Menurut
Potter & Perry (2005), selama trimester pertama, wanita mungkin mempunyai minat
yang menurun dalam hubungan seks karena mual, muntah, dan keletihan. Pada
trimester ini pasangan boleh saja melakukan hubungan seksualitas dengan beberapa
catatan yaitu mempertimbangan jenis kehamilan apakah termasuk kehamilan yang
berisiko atau tidak. Hal ini sangat penting mengingat keselamatan janin di dalam
kandungan ibu. Pada kehamilan trimester pertama hubungan seksualitas dilakukan
harus dengan hati-hati, dengan cara menghindari gonjangan yang terlalu kuat. Pada
dasarnya janin di dalam kandungan seorang ibu sudah terlindungi oleh selaput
plasenta dan otot rahim yang kuat. Akan tetapi, untuk lebih menjaga kehidupan janin
di dalam kandungan, pasangan juga harus mempertimbangkan hal tersebut agar
terhindar dari bahaya yang akan terjadi. Pada kehamilan trimester kedua terjadi
peningkatan minat dan kinerja seksual karena sudah mulai berkurangnya gejala-gejala
yang menggangu ibu yang biasa disebut (morning sickness), pada keadaan ini perut
ibu juga belum terlalu besar sehingga belum banyak hambatan untuk melakukan
hubungan seksual saat hamil. Selama trimester ketiga, hubungan seksual sering
menurun karena keletihan, ukuran dan posisi, dan ketidaknyamanan karena tekanan
pada serviks akibat penis dan bagian presentasi bayi. Pada trimester ini diharuskan
bagi pasangan yang melakukan masih melakukan hubungan seksual untuk
menggunakan posisi yang menghindari wanita berbaring telentang dan menempatkan
berat uterus pada pembuluh darah besar, yang dapat mengakibatkna penurunan aliran
darah maternal dan menyebabkan hipoksia janin.
Kondisi medis tertentu mempunyai potensi untuk menyebabkan persalinan
prematur karena melakukan hubungan seksual saat hamil (Potter & Perry, 2005). Hal
ini disebabkan karena adanya kondisi serviks yang tidak tertutup dengan sempurna,
infeksi, perdarahan, pernah mengalami atau dalam risiko persalina preterm, pecah
ketuban dan kontraksi uterus yang berlebihan. Kontraksi uterus tersebut dipengaruhi
oleh beberapa penyebab yaitu adanya hubungan seksual dan stimulasi puting yang
mempercepat mulainya persalinan. Cairan semen mengandung sebagian
prostaglandin dan dapat mendorong kontraksi uterus, selain itu stimulasi payudara
juga dapat menginduksi pelepasan oksitosin alamiah, yang juga menstimulasi
kontraksi uterus (Potter & Perry, 2005)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
e. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DO : Defisit pengetahuan Ketidakefektifan pola
- Kehamilan 12 tentang respons alternatif seksual
Minggu terhadap transisi
(Trimester 1) kesehatan
- Klien (Mrs (kekhawatiran)
Smith) tampak
sedih (menangis)
DS :
- Klien (Mrs
Smith)
mengungkapkan
bahwa suaminya
tidak
menyukainya
lagi
- Klien (Mr
Smith)
mengungkapkan
bahwa takut
melukai bayi
yang dikandung
istrinya
f. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola seksual b.d Defisit pengetahuan tentang respons
alternatif terhadap transisi kesehatan (kekhawatiran).
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Mrs. Smith dan Mr.
Smith mengalami ketidakefektifan pola seksual yang berhubungan dengan defisit
pengetahuan tentang respons alternatif terhadap transisi kesehatan
(kekhawatiran). Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi diantara kedua
pasangan dan juga kurangnya pengetahuan masing-masing terhadap seksualitas
pada kehamilan. Peran perawat disini dapat berupa pemberian pendidikan
kesehatan tentang seksualitas pada kehamilan, mulai dari kehamilan trimester
pertama sampai kehamilan trimester ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Mary, M. F., Doenges, M. E., & Alice, G. C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan (3 ed.). Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental Keperawatan (Vol. 2). (4, Ed.)
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.