Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah KDDK

TEKNIK PEMBERIAN OBAT


Pemberian Obat per Oral

Oleh :

KELOMPOK 1/KELAS A

RESKYA_0001
GITA APRIATI_0002
WAODE LISNAYANTI BAKRI_0003
NURHASANAH_0004
MARLINA ABD. MALIK_0007
MUTMAINNAH_0008
ASNIAR SUNARDI_0009
RUYATI SALASA_0012
FITRIANI_0013
IRNAWATI RIYANTO_0015

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab


penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan,
namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai
seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam
pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip enam
benar. Adapun prinsip-prinsp pemberian obat yang benar tersebut,
yaitu : Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar
rute dan benar dokumentasi.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak
dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah,
aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau
puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral
dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan
yang lain.
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya
yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan
gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek
puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 jam. Rasa dan
bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien. Cara per
oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual,
muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan
menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk
mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi
menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam
memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka,
obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak
minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah
minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian
harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya
untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di
beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah
minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau
kembang gula.

B. TUJUAN

o Mengetahui prinsip-prinsp pemberian obat


o Mengetahui pedoman pemberian obat
o Mengetahui prosedur pemberian obat secara oral
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OBAT

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia


atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan
pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam
tubuh.

Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui
diantaranya: nama generic yang merupakan nama pertama dari
pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi
yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang
resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat
kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin, kemudian nama
dagang (trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan
perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin,
bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-lain.

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar


persyaratan obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang
dimiliki obat karena unsure keasliannya, tidak ada pencampuran dan
potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki
bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas

B. REAKSI OBAT

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat
akan bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi
obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval
waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat
dalam tubuh.

Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :


1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping. Efek
terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang
diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk
mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain.
Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak
bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan
dalam pengobatan, dan lain-lain.

C. PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT

Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 6


benar :

1. Tepat Obat

Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus


memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat


dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat,
kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya


lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

2. Tepat Dosis

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan


dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar
seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit
atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain
sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.

3. Tepat pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang


diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat
dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program
pengobatan pada pasien.

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan


identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan
langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.

4. Tepat cara pemberian obat/ rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor


yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh
keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.

a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling


banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti
disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran
mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema
atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan.
Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien
yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.
Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas,
dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya
terapi oksigen.

5. Tepat waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang


diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat yang
dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya


tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah
yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6. Tepat pendokumentasian

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,


waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.

D. PEMBERIAN OBAT PER ORAL


1.Pengertian

Pemberian Obat per Oral Merupakan cara pemberian obat melalui


mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa
sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dan tempatnya.
3. Air minum dalam tempatnya.

2. Tujuan

Menyedikan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik


melalui saluran gastrointestinal.
Menghidari pemberian obat yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan jaringan.
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.

3. Fokus perhatian

Fokus perhatian : Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk


menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu
absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat
secara oral adalah :

1. Pemberiannya obatnya adalah melalui mulut.

2. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis dalam


memberikannya.

3. Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, contohnya


adalah : obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin)
atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin,
insulin dan oksitoksin).

4. Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati


sebelum diedarkan ke tempat kerjanya

5. Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan


dikehendaki contohnya adalah : obat cacing, obat diagnostik
untuk pemotretan lambung - usus (pemeriksaan diagnostik).

6. Baik sekali untuk mengobati infeksi usus

7. Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu : Tablet, Kapsul, Obat


hisap, Sirup dan Tetesan.

4. Prosedur Pemberian Obat per Oral

Persiapan Pemberian obat per oral :

a. Kartu pesanan harus di periksa secara hati-hati tentang


pesanan obatnya. Sebelum mengambil/mengeluarkan obat,
perawat harus mencocokan kartu pesanan obat dengan label
pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali
untuk menyakinkan obat yang di berikan:
1. Pada saat botol obat di ambil dari almari.
2. Pada saat mencocokan pada dengan kartu pesanan obat.
3. Pada saat di kembalikan.
b. Obat dalam bentuk cair di tuangkan menjauhi sisi table,
sejajar dengan mata pada permukaan datar. Sebelum
mengembalikan obat kedalam almari atau lemari es, perawat
harus mengusap bibir botol sehingga obat tidak lengket atau
merusak label.
c. Tablet dan kapsul di keluarkan dari botolnya pada tutupnya
kemudian pada mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan
pada pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh di peggang.

Cara pemberian obat per oral :

Peralatan :

1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat


(tergantung sarana yang ada)

2. Kartu rencana pengobatan

3. Cangkir disposable untuk tempat obat

4. Martil dan lumping penggerus (bila di perlukan)

Tahap Kerja :

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan

2. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral


(kemampuan menelan, mual dan muntah, atau tidak boleh
makan dan minum).

3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan


dosis obat,waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan-
keraguan laporkan keperawat jaga atau dokter.

4. Ambil obat sesuai yang di perlukan (baca order pengobatan


dan ambil di almari, rak atau lemari es sesuai yang di
perlukan).

5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan (gunakan teknik


aseptik, jangan menyentuh obat dan cocokan dengan order
pengobatan)

6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan
cara :

Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah

Atur posisi pasien duduk bila mungkin


Kaji tanda-tanda vital pasien

Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan,


bila sulit menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah
bagian belakang, kemudian pasien di anjurkan minum.

Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa


butir es batu untuk di isap sebelumnya, atau berikan obat
dengan menggunakan lumatan apel atau pisang.

Tetap bersama pasien sampai obat di telan.

7. Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis


obat yang di berikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada
pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis
tanda tangan anda dengan jelas. Kembalikan semua perlatan
yang di pakai dengan tepat kemudian cuci tangan.

8. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih


30 menit setelah waktu pemberian.

Teknik Pemberian Obat per Oral berdasarkan Bentuknya :

a. Tablet atau kapsul

Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai


kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa mententuh obat.
Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi
obat sesui dengna dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet
yang tidak digunakna atau sesui dengna kebijakan institusi
masing-masing.
Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gurus obat
menjadi bubuk dengan menggunakna martil dan lumping
penggerus. Setelah itu, campurkan dengna meggunakan air atau
makanan .
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa
obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.

b. Obat dalam bentuk cair

Putar/bolek-balik obat agar tercampur rata sebelum


dituangkan. Buang obat jika telah berubah warna atau menjadi
lebih keruh.
Buka penutup botol dan letakkan menghadp ke atas.
Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada
telapak tangan anda kemudian tungkan obat jauh dari
label.mencegah label menjadi rusak akibat tumpahn cairan obat
sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat.
Tuangkan obat dengan takaran sesai dengan takaran sesui
kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan
kertas tisu.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang
mongering pada tutup botol.
Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5
ml ), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari
botol.

Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak


pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan
obat pada bayi dan anak-anak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet
tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
Cairkan obat oral dengan sedikit air.
Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak
mungkin akan menolak untuk meminum seluruh obat yang
dibeikan dan meminum hanya sebagian.
Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan
dengna zat lain yang dapat mengubah rasa pahit, misalnya madu,
pemanis buatan.
Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan
Mencegah aspirasi.
Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah
bayi.
Posisi ini mencegah gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan
kembali obat yang diberikan.
Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak
mengenai bagiamana memberiakn obat yang paling baik pada
anak yang bersangkutan.
Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan
langkah-langkah berikut.
- Letakan anak di atas pangkuan anda dengna tangan
kanan di belakang tubuh anda.
- Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
- Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.
Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air
atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang
tersisa.
Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat
disertai pemanis
Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko
tinggi mengalami karies dentis.

Anda mungkin juga menyukai