04
RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.02 LAHAT
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas RahmatNya
penyusunan Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat tahun 2022
dapat terlaksana.
Program Budaya Keselamatan ini berisikan laporan hasil survey / pengukuran budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, dalam penyusunan program
membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara kepala instalasi / kepala unit
keperawatan, penunjang, ketehnisian lain, administrasi atau staf dan pihak lainnya di rumah
sakit. Program Budaya Keselamatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan Peningkatan
Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, untuk meningkatkan
mutu pelayanan kepada pasien.
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam Penyusunan
Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat. Kami menyadari bahwa
Penyusunan Program Budaya Keselamatan Rumah Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, berbagai kritik dan saran untuk perbaikannya
sangat diharapkan sebagai upaya menerapkan kemajuan Budaya Keselamatan di Rumah Sakit.
Semoga Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Komite PMKP
2
PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN
RUMAH SAKIT TK IV 02.07.02 LAHAT
I. PENDAHULUAN
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit adalah hal yang utama dalam pelayanan
kesehatan. Penyelenggaraan keselamatan pasien melalui Standar Keselamatan Pasien,
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan Tujuh Langkah menuju keselamatan pasien
diharapkan menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas, menurunkan insiden keselamatan pasien dan dapat terlaksananya program
pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak diharapkan yang merugikan pasien
(Mei , 2021 dr. Revy J.N Tilaar, M.A.P)
Budaya Keselamatan (safety culture) yaitu suatu budaya organisasi yang
mendorong setiap individu anggota staf (klinis atau non klinis/administrasi) melaporkan
hal-hal yang mengkhawatirkan tentang keselamatan atau mutu pelayanan di Rumah
Sakit. Budaya Keselamatan di Rumah Sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif
antara staf klinis memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan melibatkan atau
memberdayakan pasien dan keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan
bekerja sama dalam tim yang efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional
dalam asuhan berfokus pada pasien (pasien center care). Keselamatan adalah suatu
sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah merupakan issue global dan
nasional bagi rumah sakit dan merupakan komponen penting dari mutu pelayanan
kesehatan. Perhatian dan fokus pada Keselamatan Pasien ini didorong oleh tingginya
kejadian KTD atau adverse event di rumah sakit baik secara global maupun nasional.
KTD diberbagai Negara diperkirakan sebesar 4.0-16,6 % (Vincent 2005 dan Raleigh
2009). Dan hampir 50% merupakan kejadian yang bisa dicegah ( Cahyono 2008 dan
Yahya 2011 ). Adanya KTD tersebut selain berdampak pada peningkatan biaya
pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke area Blaming, menimbulkan konflik
antara dokter/petugas kesehatan lain dengan pasien dan tidak jarang berakhir dengan
tuntutan hukum yang dapat merugikan rumah sakit. Data KTD di Indonesia masih
sangat sulit diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi dapat diamsusikan tidaklah kecil
(KKP-RS,2006)
Upaya memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan pelayanan kesehatan
yang lebih aman diperlukan suatu perubahan budaya dalam pelayanan kesehatan dari
budaya yang menyalahkan individu menjadi budaya
3
dimana insiden dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem. Sistem
pelaporan yang mengutamakan pembelajaran dari kesalahan dan perbaikan sistem
pelayanan merupakan dasar budaya keselamatan. Meningkatnya kesadaran pelayanan
kesehatan mengenai pentingnya mewujudkan budaya keselamatan pasien menyebabkan
meningkatnya pula kebutuhan untuk mengukur budaya keselamatan. Perubahan budaya
keselamatan dapat dipergunakan sebagai bukti keberhasilan implementasi program
keselamatan pasien.
4
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Meningkatkan Budaya Keselamatan dengan penyusunan program pelaksanaan
sebagai upaya membangun budaya keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02
Lahat khusunya sistem pelaporan dan pembelajaran.
2. Memberikan masukan tentang gambaran budaya keselamatan yang ada di Rumah
Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat
3. Sebagai bahan masukan untuk kebijakan terkait dengan pelaksanaan program
khususnya dalam membangun budaya keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02
Lahat
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kesadaran mengenai budaya keselamatan pasien
2. Mengidentifikasi area yang membutuhkan pengembangan dalam
peningkatan budaya keselamatan untuk menyusun program berikutnya
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan Program
Budaya Keselamatan khususnya pelaporan dan pembelajaran.
4. Sebagai evaluasi tingkat keberhasilan Program Budaya Keselamatan yang
terintegrasi Program Keselamatan
5. Sebagai acuan untuk menyusun Program Budaya Keselamatan yang sesuai
dengan karakteristik yang ada pada suatu Rumah Sakit.
IV. KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok
a) Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk mencegah
terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi
b) Perilaku dimana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa
takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakukan secara adil (just culture)
c) Kerja sama Tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan
pasien
d) Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu kerja
para staf, pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal
lainnya untuk menyelesaikan masalah keselamatan
e) Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak diinginkan
(perilaku sembrono)
f) Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok focus diskusi
(FGD), wawancara dengan staf dan analisis data
g) Mendorong kerjasama dan membangun system, dalam mengembangkan
budaya perilaku yang aman
5
h) Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf semua jenjang
dirumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan non
klinis, dokter praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota dewan
pengawas.
C. Rincian Kegiatan
1. Melakukan Survey / Pengukuran Budaya Keselamatan menggunakan AHRQ
(Analisis Health Research Quality). Instrumen ini terdiri atas 50 item
pertanyaan dalam 12 aspek keselamatan pasien yang menilai persepsi karyawan /
personil mengenai :
a. Budaya keselamatan pasien level unit kerja
b. Budaya keselamatan pasien level managemen rumah sakit
c. Pengukuran Outcome Budaya Keselamatan rumah sakit
2. Pelatihan terkait dengan proses pembelajaran dan pelaporan keselamatan pasien
sesuai program budaya keselamatan di rumah sakit
3. Komunikasi dan sosialisasi hasil pengukuran Budaya Keselamatan di rumah sakit
dengan mengadakan rapat dilengkapi atau difasilitasi dengan undangan, daftar
hadir, notulen / materi dan dokumentasi kegiatan
4. Melaksanakan tujuh langkah menuju budaya keselamatan pasien sebagai berikut :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin dan dukung staf anda, ciptakan kepemimpinan dan budaya yang
terbuka dan adil
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko dari budaya
keselamatan, serta lakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial
bermasalah.
e. Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di rumah sakit
f. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
g. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
6
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Program Budaya Keselamatan di Rumah Sakit Tk.IV
02.07.02 Lahat bertujuan meningkatkan Budaya Keselamatan sebagai upaya membangun
budaya keselamatan khusunya sistem pelaporan dan pembelajaran. Adapun rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan untuk pemantauan peningkatan Budaya Keselamatan
Pasien adalah :
1. Upaya Komite PMKP :
a. Membagikan kuesioner pengukuran Budaya Keselamatan melalui aplikasi
google form kepada kepala instalasi / kepala Unit / karu untuk selanjutnya
dibagikan kepada personil atau anggota yang ada di unit kerjanya.
b. Menganalisa jawaban kuesioner dari responden, untuk mendapatkan hasil
dari survey / pengukuran Budaya Keselamatan tersebut.
c. Hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan di laporkan kepada Kepala
Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat
d. Memberikan saran dan rencana tindak lanjut kepada Kepala Rumah Sakit
Tk.IV 02.07.02 Lahat untuk di lakukan perbaikan atau pengelolaan risiko dari
budaya keselamatan dengan melakukan identifikasi dan assesmen hal yang
potensial bermasalah.
VI. SASARAN
Personil atau karyawan pada level unit kerja yang kontak langsung maupun tidak
langsung kepada pasien, level manajemen, sampai kepada Pimpinan Rumah Sakit Tk.IV
02.07.02 Lahat
7
VII. JADWAL PROGRAM BUDAYA DAN KEGIATAN
8
wawancara dengan staf dan analisis membentuk kelompok diskusi
data disetiap unit kerja
9
VIII. KEGIATAN SURVEY BUDAYA
NO KEGIATAN PELAKSANAN
10
IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pendokumentasian seluruh kegiatan program budaya keselamatan rumah sakit
2. Pelaporan hasil survey / pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di laporkan kepada
Kepala Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat
3. Pencatatan Survey / pengukuran Budaya Keselamatan Pasien selanjutnya
dilaksanakan secara rutin minimal 2 x dalam setahun (Juni dan Desember tahun
2022)
4. Evaluasi program budaya keselamatan pasien :
a. Dilakukan pencatatan atau pembuatan laporan berupa saran dan rencana tindak
lanjut kepada kepala rumah sakit untuk di lakukan perbaikan atau pengelolaan
risiko dengan melakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial
bermasalah.
b. Komite PMKP Sub Manajemen Risiko membuat pelaporan risiko tahunan dalam
bentuk register risiko yang selanjutnya dilakukan identifikasi atau assesmen hal-
hal yang berpotensi menjadi masalah
c. Hal-hal yang berpotensi atau menjadi masalah diberikan saran atau rencana
tindak lanjut untuk proses ke arah solusi dan perbaikan
11
XI. PENUTUP
Demikian Program Budaya Keselamatan Rumah Sakit Tk.IV 02.07.02 Lahat, diharapkan
dapat meningkatkan budaya keselamatan di Rumah Sakit dan dapat digunakan untuk meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien.
12
LAMPIRAN :
13
Lampiran : 1
1. Responden Demografi
Dalam survey ini, jumlah responden adalah sebanyak 148 dan mencapai nilai respon rate
90%. Demografi responden berdasarkan jabatan adalah: Perawat 39.2%, Bidan 9.1%,
Laboraorium /Analis 9.1%, dokter umum 9.1%, Farmasi 7,2%, dokter spesialis 4.6% dan lain
lain 21,7%. Dan sebanyak 81.1% adalah petugas rumah sakit yang kontak langsung dengan
pasien dan 18.9% yang tidak kontak langsung dengan pasien. Berdasarkan lama kerja di Rumah
Sakit responden yang bekerja < 1 tahun sebesar 7%, bekerja selama 1-5 tahun sebesar 31.5%,
bekerja selama 6-10 tahun sebesar 23.8%, bekerja selama 11-15 tahun sebesar 14.7%, bekerja
selama 16-20 tahun sebesar 12.6% dan yang bekerja selama 21 tahun atau lebih sebesar 10.5%.
Berdasarkan waktu jam kerja seminggu sebagian besar karyawan sebesar 65.7% bekerja diatas
40 jam dalam seminggu.
14
GAMBARAN DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
15
KETERBUKAAN KOMUNIKASI
SKOR POSITIF
Kebebasan berbicara saat melihat sesuatu yang berdampak negatif 44,1%
Kebebasan berpendapat kepada seseorang dengan otoritas lebih tinggi 60,9%
Staf takut untuk bertanya ketika sesuatu tampak tidak benar 68,55%
40,13%
FREKUENSI MELAPORKAN BILA ADA INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KNC 44,1%
Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KTC 35%
Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KPC 41,3%
40.13%
KERJASAMA ANTAR UNIT
Ada kerjasama yang baik antar unit rumah sakit yang harusnya bekerja sama 79%
Unit RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan perawatan terbaik 87,4%
Unit RS tidak berkoordinasi dengan baik satu sama lain 79%
Bekerja sama dengan staf dari unit lain seringkali tidak menyenangkan 72,7%
79.5%
PENEMPATAN STAF / KEPEGAWAIAN
Jumlah staf cukup untuk menangani beban kerja 58,1%
Jam bekerja lebih lama daripada waktu kerja yang optimal utk pelayanan 69,9%
Lebih banyak menggunakan staf temporer dibandingkan jumlah yang optimal 16%
Bekerja dalam mode krisis , melakukan dengan terburu – buru 68,5%
53.12%
OPERAN DAN TRANSISI
Terdapat hal – hal yang terabaikan ketika memindahkan pasien dari unit 67,8%
Informasi penting mengenai perawatan pasien seringkali terlupakan pada saat
73 %
pergantian giliran
Sering kali terjadi masalah dalam pertukaran informasi antara unit – unit di RS 70 %
Pergantian giliran merupakan masalah bagi pasien di RS ini 84,6%
73.6%
RESPON YANG TIDAK MENGHUKUM TERHADAP SUATU KESALAHAN
Staf merasa ditekan bila melakukan kesalahan 71,3%
Ketika ada insiden yang dilaporkan, seolah terasa bahwa orang yang
76,9%
terlibatlah yang dilaporkan, bukan pada masalahnya
Staf khawatir terhadap kesalahan yang mereka buat tersimpan dalam data
28,9%
personel mereka
59.03%
16
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil tersebut diatas dan data obyektif keselamatan pasien dimana pada
Tri wulan I tahun 2022 hanya ada 7 insiden yang terlaporkan 5 insiden kategori KNC dan 2
insiden kategori KTD, maka tingkat budaya keselamatan pasien Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama berada pada level reaktif. Organisasi pada level reaktif sudah mempunyai system
keselamatan pasien secara terbatas, organisasi memandang bahwa keselamatan pasien
sebagai hal yang penting namun aktifitas yang dilakukan hanya bersifat reaktif kala terjadi
cidera medis (Ashcroft, 2005). Kondisi ini diperkuat oleh data pelaporan kejadian nyaris
cidara tahun 2022 yang masih rendah. Sebagai upaya meningkatkan level budaya
keselamatan menuju tingkat generatif dimana sistem terus dipelihara dan diperbaiki dan
menjadi bagian dari misi organisasi dan secara aktif mengevaluasi efektivitas intervensi yang
dikembangkan dan terus belajar dari kegagalan dan kesuksesan, maka komite keselamatan
pasien menyusun program implementasi keselamatan pasien yang mengacu pada hasil
penilaian survey
17
Meningkatkan pelaporan insiden :
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai keselamatan pasien :
a. Workshop internal : keselamatan pasien, alur pelaporan dan
sistem pembelanjaran di Rumah Sakit
b. Menyelenggarakan Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen
Risiko setiap tahun.
2. Kegiatan pembelajaran
a. Menyelenggarakan analisis insiden :
1) 5 W (Why,What, Who, When, Where)
2) RCA (Root Cause Analysis)
b. Menyelenggarakan pelatihan analisis FMEA (Failure Mode Efek Analysis)
kepada tim Manajemen Risiko
3. Meningkatkan komunikasi lisan
4. Meningkatkan komunikasi terbuka antar staf.
a. Analisa :
1. Aspek keterbukaan informasi mengenai insiden
keselamatan pasien perlu ditingkatkan
2. Pelaporan insiden keselamatan pasien masih dibawah 50%
artinya hanya sebagian saja yang melakukan pelaporan
3. Sumber daya manusia (ketenagaan dan pengetahuan karyawan tentang
budaya dan keselamatan pasien masih relatif rendah)
4. Adanya rasa kekawatiran karyawan terkait pelaporan insiden dan
keselamatan pasien akan diberikan sanksi dan disimpan dalam file
dokumen rumah sakit.
b. Saran :
1. Meningkatkan pelaporan insiden
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan
pasien baik melalui workshop eksternal maupun internal
3. Meningkatkan komunikasi terbuka antar staf
4. Meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan FMEA (Failure Mode
Efek Analysis) dan RCA (Root Cause Analysis)
c. Tindak lanjut
18
2. In house Training tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
meliputi Sub Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
19
Lampiran : 2
INTEGRASI HASIL SURVEY / PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN
DAN PROGRAM BUDAYA KESELAMATAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.02 LAHAT
UNTUK SOLUSI KE ARAH PERBAIKAN
NO MASALAH PEMBAHASAN SOLUSI KE ARAH PERBAIKAN
1 2 3 4
20
1 2 3 4
-Manajemen rumah sakit tertarik tentang keselamatan pasien menyusun program yang
hanya terjadi setelah insiden: 64,3% berkelanjutan
-Menyusun Program Budaya
Keselamatan yang sesuai dengan
karakteristik yang ada pada suatu
Rumah Sakit.
5 Persepsi umum mengenai keselamatan -Keselamatan pasien tidak pernah dikorbankan untuk Persepsi umum mengenai
pasien : 71.05% menyelesaikan lebih banyak pekerjaan : 93% keselamatan pasien : 71.05% :
-Prosedur dan sistem baik untuk mencegah kesalahan yang -Meningkatkan kesadaran mengenai
terjadi : 81,8% budaya keselamatan pasien
-Hanya karena kebetulan saja kesalahan – kesalahan yang lebih -Tingkatkan mengenai nilai-nilai
serius tidak terjadi : 54,8% keselamatan pasien
-Kami memiliki masalah keselamatan pasien di unit kerja :
54,6%
21
22
1 2 3 mendukung staf atau pimpinannya
4
3 Frekuensi melaporkan bila ada insiden -Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KNC : Frekuensi melaporkan bila ada
keselamatan pasien : 40.13% 44,1% insiden keselamatan pasien 40.13% :
-Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KTC : 35% -Dukung personil yang melaporkan
-Seberapa sering melaporkan ketika terdapat KPC : insiden, misal dengan pemberian
41,3% reward
-Motivasi kalau ada masalah yang
dibicarakan masalahnya untuk
mencari solusi atau perbaikan bukan
orangnya
-Beri pengertian kesalahan tidak
akan dimasukan ke dalam catatan
penilaian
file kepegawaian
23