Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL KUANTITATIF

“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN HIPERTENSI


TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT AMLODIPIN
DI PUSKESMAS ARJUNO KOTA MALANG”

KELOMPOK 3 :

LARASIA GLORIA AYU. M 202201003


AISYA BILLA CHERY. O 202201010
ARIANA MARANTIKA 202201018
DEWI INDAH AGUSTINA 202201028
ENDANG MUFTHIA 202201035
FERRA FADKHULIL JANNAH 202201043
IDAH MAISYAROH 202201052
MARITSYA KHARISMA 202201059
QORRI A’INA 202201069
SASI DELA KIRANA 202201077
TANIA FITRIALINA PUTRI 202201087
YUSUF ABDUL ROZZAQ. P 202201097

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
-
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah gangguan vaskular yang ditandai dengan tekanan
darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg. Hipertensi sering tidak
menimbulkan gejala sehingga juga di sebut sillent killer. Hipertensi tidak
memberikan gejala kepada penderita, namun bukan berarti tidak berbahaya,
dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi dideteksi dini dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala (Depkes RI, 2012).
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan angka mortalitas dan
morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Penyakit hipertensi telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun
di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan
kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah
639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di
tahun 2025 (Sinuraya et al, 2018).
Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu
terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologis
dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti
merokok, melakukan diet berat badan, menghindari alkohol, serta yang
mencakup psikis antara lain menghindari stres, melakukan olahraga, dan
istirahat yang cukup. Sedangkan terapi farmakologis menggunakan obat-
obatan antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah. Golongan obat
antihipertensi antara lain beta blocker, angiotensin II receptor blocker ARB,
angiostensin converting enzym inhibitor ACEI, diuretic, dan calcium
channel blocker dianggap sebagai obat antihipertensi utama dan salah
satunya obat amlodipin untuk pengendalian tekanan darah tinggi.
Kepatuhan minum obat amlodipin sangat penting karena dengan
minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah
penderita hipertensi. Sehingga dalam jangka panjang risiko kerusakan
organorgan penting tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak dapat dikurangi.
Oleh karena itu, diperlukan pemilihan obat yang tepat agar dapat
meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko kematian Gama et al, 2014.
Kepatuhan merupakan perilaku kesehatan. Menurut Lawrance
Greenperilaku kesehatan di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi
terdiri dari pengetahuan dan sikap.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Model Model Dalam Penyajian Data


1. Penyajian data dalam bentuk teks atau naskah
Penyajian data dalam bentuk teks atau naskah merupakan gambaran
umum yang berisi tentang hasil pengamatan penelitian. Dalam penelitian
kesehatan, penyajian dalam bentuk ini hanya digunakan untuk memberikan
informasi. Penyajian data dalam bentuk teks atau naskah biasanya
digunakan pada penelitian kualitatif dengan memainkan pharafase dalam
kalimat. Contoh dari penyajian ini adalah mengetahui persepsi
masyarakat/responden tentang suatu obyek penelitian.
2. Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel :
a. Tabel Baris dan Kolom : Tabel jenis ini digunakan untuk
menginformasikan nilai dari satu kelompok data saja. Misal data tabel
berisi tinggi dan jumlah responden. Jadi data anya meliputi data
keseluruhan yang ada pada satu kelompok saja.
b. Tabel Kontingensi : Tabel jenis ini memuat lebih dari satu data. Jika
menggunakan tabel ini maka kita bisa melihat perbandingan ataupun
hubungan dari dua kelompok yang berbeda. Pada tabel jenis ini terdapat
dua kategori atau variabel.
c. Tabel distribusi Frekuensi : Pada tabel jenis ini data yang disajikan
berupa interval yang memiliki frekuensi atau banyak datanya masing-
masing.
3. Penyajian Data Dalam Bentuk Diagram :
a. Diagram Lingkaran : Diagram lingkaran atau diagram pie adalah
diagram yang menunjukkan perbandingan menyeluruh antar data
dengan cara membagi lingkaran dengan sudut pusat yang sesuai dengan
perbandingan tersebut. Diagram lingkaran ini dapat untuk menyajikan
data dalam bentuk derajat (°) maupun bentuk persen (%). Terdapat dua
variasi dalam diagram lingkaran yaitu lingkaran biasa dan lingkaran
donat.
b. Diagram Batang : Diagram batang digunakan untuk menggambarkan
perubahan nilai dari waktu ke waktu dan membandingkan kategori yang
berbeda. Diagram batang lebih mudah dibaca karena mata lebih terbiasa
membandingkan bagian mana yang kecil dan bagian mana yang lebih
besar.
4. Penyajian data dalam bentuk Teks atau grafik :
Grafik adalah metode penyajian data dengan menggunakan gambar-
gambar yang umumnya digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi
dalam sebuah variable atau untuk membandingkan beberapa variable yang
memiliki karakteristik yang sama. Sebuah grafik hendaknya dibuat
sesederhana mungkin dan menekankan pada aspek-aspek penting dari data
yang disajikan. Kecenderungan untuk memasukkan terlalu banyak
informasi dalam sebuah grafik haruslah dihindarkan karena hal ini tidak
akan memberikan informasi tambahan yang berarti bahkan dapat
membingungkan pembacanya. Contoh grafik diantaranya :
a. Diagram garis : Diagram garis umumnya digunakan untuk melihat
perkembangan suatu gejala atau fakta yang terkait dengan dimensi
waktu. Dengan diagram ini maka konsumen akan lebih mudah melihat
bagaimana berfluktuasinya nilai data yang sedang diamati. Untuk
menggambarkannya sumbu tegak (sumbu-y) digunakan untuk
menyatakan data yang diamati, sedangkan sumbu mendatar (sumbu-x)
untuk menyatakan waktu
Kurva : Kurva sebenarnya sama saja dengan diagram garis kecuali
tujuannya adalah untuk melukiskan suatu hubungan yang kontinu.
Umumnya kurva digunakan untuk data hasil eksperimen dalam upaya
untuk menggambarkan hubungan antara dua deret data. Kurva dua
dimensi juga terdiri dari sumbu tegak dan sumbu mendatar. Setelah data
diplot, kemudian dibuat kurva yang mendekati titik-titik pada grafik.
Biasanya untuk menggambarkan kurva ini digunakan pendekatan
melalui persamaan matematis
b. diagram gambar : Diagram gambar pada pinsipnya sama dengan
diagram batang, hanya saja fakta yang ada disajikan dalam bentuk
gambar-gambar miniatur. Intinya diagram ini ditujukan untuk menarik
perhatian konsumen atau pembaca. Penyajian diagram gambar ini boleh
dikatakan sebagai salah satu kerja seni yang dipadukan dengan
informasi.
BAB III
HASIL PENYAJIAN DATA

Dari survei penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019


di Puskesmas Arjuno Kota Malang diperoleh 76 responden yang memenuhi kriteria
inklusi.

Tabel 1. Demografi Pasien


Dari hasil pengumpulan kuesioner didapatkan data Berdasarkan Tabel 1
didapatkan hasil data demografi pasien paling banyak berjenis kelamin perempuan
(63%), berumur 60-74 tahun (47%), dengan tingkat pendidikan paling banyak yaitu
SD/sederajat (41%) dan sebagai ibu rumah tangga (54%). Penilaian kuesioner
pengetahuan dilakukan dengan membandingkan jumlah skor jawaban yang benar
dengan jumlah pernyataan kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa
persentase pengetahuan. Dari hasil tersebut maka dapat dikategorikan pengetahuan
responden.

Tabel 2. Kategori Pengetahuan Pasien


Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa 59% pasien yang memiliki
pengetahuan yang baik, 18% cukup baik, 12% kurang baik, 11% tidak baik.Pasien
umumnya menerima informasi pada saat konseling dengan apoteker ketika
pengambilan obat. Dibutuhkan peran tenaga kesehatan seperti apoteker dalam
memberikan program promosi kesehatan termasuk edukasi kepada masyarakat
terkait penggunaan obat antihipertensi yang benar.

Tabel 3. Kategori Sikap Pasien


Berdasarkan Tabel 3 didapatkan data 59% bersikap positif dan 41%
bersikap negatif. Hasil tersebut menggambarkan bahwa pasien yang memiliki sikap
positif lebih banyak daripada pasien dengan sikap negative Hasil penelitian ini
dapat terlihat bahwa apabila pasien memiliki sikap yang positif maka upaya
pengendalian hipertensi yang dilaksanakan juga baik ataupun cukup baik.
Tabel 4. Kategori Kepatuhan Pasien
Berdasarkan pada Tabel 4 didapatkan data bahwa 74% pasien yang patuh
dalam menggunakan obat amlodipin dan 26% tergolong tidak patuh dalam
menggunakan obat amlodipin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien patuh dalam menggunakan obat amlodipin. Walaupun hasil yang didapat
dari penelitian ini lebih banyak pasien yang patuh daripada yang tidak patuh, pasien
tetap perlu diberikan informasi yang tepat terkait penggunaan obat sehingga dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap pola pikir serta sikap pasien.

Tabel 5. Hasil Uji Chi Square Pengetahuan dengan Kepatuhan


Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan uji chi square untuk mengetahui adanya
hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan pengunaan obat amlodipin pada pasien
hipertensi di Puskemas Arjuno Kota Malang.

Tabel 6. Hasil Uji Chi Square Sikap dengan Kepatuhan


Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan uji chi square untuk mengetahui adanya
hubungan sikap terhadap kepatuhan pengunaan obat amlodipin pada pasien
hipertensi di Puskemas Arjuno Kota Malang. Didapatkan hasil nilai siginifikansi
tabel (p) yaitu 0,002 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Sehingga Ho ditolak dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (bermakna)
antarakelompok pada variabel sikap terhadap kepatuhan pengunaan obat amlodipin
pada pasien hipertensi di Puskesmas Arjuno Kota Malang.

Tabel 7. Hasil Korelasi Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan


Pada Tabel 7 dilakukan uji regresi logistik antara pengetahuan dan sikap
terhadap kepatuhan penggunaan obat amlodipin. Didapatkan hasil p-value
pengetahuan sebesar 0,026 (OR = 1,794) dan sikap sebesar 0,005 (OR = 5,208)
maka terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap secara bersama-sama
terhadap kepatuhan. Nilai OR sikap lebih tinggi daripada pengetahuan. Sehingga
dapat disimpulkan sikap lebih besar mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat
amlodipin.
BAB IV
LAMPIRAN JURNAL

Taufik Haldi Et Al., Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Hipertensi Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Obat Amlodipin Di Puskesmas Arjuno Kota
Malang. 2021. Jurnal Faemasi Komunitas Vol. 8, No. 1 (2021) 27-31

Jurnal terlampir dibawah ;


Taufik Haldi et al.

ORIGINAL ARTICLE
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN HIPERTENSI
TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT AMLODIPIN
DI PUSKESMAS ARJUNO KOTA MALANG
Taufik Haldi1*, Liza Pristianty2, Ika Ratna Hidayati1
1
Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami No.188, Malang 65145, Indonesia
2
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga
Gedung Nanizar Zaman Joenoes Kampus C, Jl. Ir. Soekarno, Surabaya 60115, Indonesia

Email: taufikhaldi418@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki angka prevalensi yang tinggi. Hipertensi dapat distabilkan
dengan melakukan pola hidup yang sehat dan menggunakan obat antihipertensi, salah satunya amlodipin.
Penggunaan obat amlodipin diperlukan kepatuhan agar hipertensi dapat terkontrol. Kepatuhan pasien
dalam melaksanakan pengobatan harus dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, oleh sebab itu
pasien harus memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif terhadap hipertensi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasien hipertensi terhadap
kepatuhan penggunaan obat amlodipin di Puskesmas Arjuno Kota Malang. Desain penelitian yang
digunakan adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data dikumpulkan
dengan memberikan kuesioner kepada 76 responden yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Agustus–
September 2019 di Puskesmas Arjuno Kota Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 59%
pasien memiliki pengetahuan yang baik, 18% cukup baik, 12% kurang baik, dan 11% tidak baik. Pasien
yang memiliki sikap positif sebanyak 59% dan bersikap negatif sebanyak 41%. Pasien yang patuh
berjumlah 74% dan tidak patuh sebanyak 26%. Hasil uji chi square antara pengetahuan terhadap
kepatuhan menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kelompok pengetahuan terhadap kepatuhan
minum obat (p-value = 0,031). Begitu pula dengan kelompok pada Sikap terhadap kepatuhan,
memberikan hasil berbeda bermakna (p-value = 0,002). Uji regresi logistik pada pengetahuan dan sikap
diuji secara bersamaan terhadap kepatuhan dan didapatkan masing-masing nilai p-value 0,026 (OR =
1,794) dan 0,005 (OR = 5,208). Pengetahuan dan sikap pasien hipertensi harus terus ditingkatkan
sehingga perilaku patuh minum obat dapat meningkat.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, kepatuhan, amlodipine, hipertensi

ABSTRACT

Hypertension is a disease that has a high prevalence rate. Hypertension can be stabilized by implementing
healthy life pattern and by using hypertension drugs, one of them is amlodipine. The use of amlodipine
needs adherence in order that the hypertension can be controlled. The patients’ adherence in getting
treatment must be maintained in long period of time. Therefore, the patients should have good knowledge
and positive attitude with hypertension. Objective of this research was to determine the difference
between knowledge categories and attitude categories of hypertension patients toward medication
adherence with the use of amlodipine at Public Health Arjuno Malang. The research design used was
analytical-observational method with cross-sectional approach. The data was collected by distributing
questionnaire consisting of 76 respondents who meet the inclusion criteria in August-September 2019 at
Community Healthcare Service Arjuno Malang. The result of this research showed that the 59%
respondents had good knowledge, 18% had quite good knowledge, 12% had less good knowledge, and
11% had not good knowledge. There were 59% respondents who had positive attitude and 41% had
negative attitude towards adhere to amlodipine treatment. There were 74% respondents who were adhere
and 26% who were not adhere to the amlodipine regimen. The result of chi square test showed significant
difference between knowledge and adherence (p-value = 0.031) and attitude toward adherence (p-value =
0.002). In logistic regression test, knowledge and attitude were tested simultaneously and the p-value

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 27-31 27


Taufik Haldi et al.

respectively were 0.026 (OR = 1.794) and 0.005 (OR = 5.208). Pharmacist effort to increase knowledge
and attitude should be maintain so the medication adherence will be increased as well.

Keywords: knowledge, attitude, adherence, amlodipine, hypertension

PENDAHULUAN Kepatuhan minum obat amlodipin sangat


penting karena dengan minum obat
Hipertensi adalah gangguan vaskular yang antihipertensi secara teratur dapat mengontrol
ditandai dengan tekanan darah sistolik sama tekanan darah penderita hipertensi. Sehingga
dengan atau diatas 140 mmHg dan/atau tekanan dalam jangka panjang risiko kerusakan organ-
darah diastolik sama dengan atau diatas 90 organ penting tubuh seperti jantung, ginjal, dan
mmHg. Hipertensi sering tidak menimbulkan otak dapat dikurangi. Oleh karena itu,
gejala sehingga juga di sebut sillent killer. diperlukan pemilihan obat yang tepat agar dapat
Hipertensi tidak memberikan gejala kepada meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko
penderita, namun bukan berarti tidak berbahaya, kematian (Gama et al, 2014). Kepatuhan
dalam jangka waktu yang lama dapat merupakan perilaku kesehatan.
menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, Menurut Lawrance Green perilaku
hipertensi dideteksi dini dengan pemeriksaan kesehatan di pengaruhi oleh 3 faktor utama
tekanan darah secara berkala (Depkes RI, 2012). yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan faktor pendorong. Faktor predisposisi terdiri
angka mortalitas dan morbiditas yang sangat dari pengetahuan dan sikap. Pengetahuan
tinggi di dunia. Penyakit hipertensi telah merupakan pengindraan melalui panca indra
menjadi masalah utama dalam kesehatan manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di penciuman, rasa, dan raba. Sedangkan
beberapa negara yang ada di dunia. merupakan reaksi atau respons yang masih
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun atau objek. Perilaku yang didasari oleh
2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun pengetahuan yang baik dan sikap yang positif
2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di akan menghasilkan perilaku yang berlangsung
tahun 2025 (Sinuraya et al, 2018). lama (Notoadmodjo, 2012). Tujuan penelitian
Ada dua terapi yang dilakukan untuk ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
mengobati hipertensi yaitu terapi non pengetahuan dan sikap pasien hipertensi
farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi terhadap kepatuhan penggunaan obat amlodipin
non farmakologis dapat dilakukan dengan di Puskesmas Arjuno Kota Malang.
modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti
merokok, melakuan diet berat badan, METODE PENELITIAN
menghindari alkohol, serta yang mencakup
psikis antara lain menghindari stres, melakukan Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-
olahraga, dan istirahat yang cukup. Sedangkan September 2019 di Puskesmas Arjuno Kota
terapi farmakologis menggunakan obat-obatan Malang. Metode Penelitian yang digunakan
antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan yaitu observasional analitik dengan pendekatan
darah. Golongan obat antihipertensi antara lain cross sectional. Instrumen digunakan berupa
beta blocker, angiotensin II receptor blocker kuesioner yang diberikan pada masing-masing
(ARB), angiostensin converting enzym inhibitor responden yang menjadi sampel. Pengambilan
(ACEI), diuretic, dan calcium channel blocker sampel penelitian ini dilakukan dengan metode
dianggap sebagai obat antihipertensi utama dan purposive sampling dengan cara memilih
salah satunya obat amlodipin untuk sampel berdasarkan kriteria inklusi yang sudah
pengendalian tekanan darah tinggi. Amlodipin ditentukan.
merupakan obat antihipertensi yang sering Penentuan ukuran sampel menggunakan
digunakan untuk terapi hipertensi. Amlodipin rumus Slovin didapatkan hasil sebanyak 76
tergolong dalam obat antagonis kalsium pasien untuk menjadi sampel pada penelitian
golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium). ini.
Amlodipin obat yang dikonsumsi dalam jangka
panjang, maka diperlukan kepatuhan pasien HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam menggunakan obat ini (Soenarto et al,
2015). Dari survei penelitian yang dilakukan pada
bulan Agustus-September 2019 di Puskesmas

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 27-31 28


Taufik Haldi et al.

Arjuno Kota Malang diperoleh 76 responden demografi pasien meliputi usia, jenis kelamin,
yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil pendidikan, dan pekerjaan dapat dilihat pada
pengumpulan kuesioner didapatkan data Tabel 1.

Tabel 1. Demografi Pasien


Karakteristik Demografi Frekuensi (orang) Persentase (%)
>46 5 7%
45-59 27 36%
Usia (tahun)
60-74 36 47%
<74 8 10%
Laki-laki 28 37%
Jenis Kelamin
Perempuan 48 63%
PNS 2 3%
Karyawan 9 12%
Swasta
Pekerjaan
Wiraswasta 24 31%
Ibu Rumah 41 54%
Tangga
SD/sederajat 31 41%
SMP/sederajat 17 22%
Pendidikan SMA/sederajat 19 25%
Diploma/S1 9 12%
SD/sederajat 31 41%

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil data Dibutuhkan peran tenaga kesehatan seperti
demografi pasien paling banyak berjenis apoteker dalam memberikan program promosi
kelamin perempuan (63%), berumur 60-74 kesehatan termasuk edukasi kepada masyarakat
tahun (47%), dengan tingkat pendidikan paling terkait penggunaan obat antihipertensi yang
banyak yaitu SD/sederajat (41%) dan sebagai benar. Pengetahuan tentang terapi hipertensi
ibu rumah tangga (54%). yang memadahi secara langsung akan
Penilaian kuesioner pengetahuan dilakukan berdampak pada kepatuhan penggunaan obat
dengan membandingkan jumlah skor jawaban antihipertensi termasuk amlodipin (Sinuraya et
yang benar dengan jumlah pernyataan kemudian al, 2017).
dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase Pada Tabel 3 didapatkan data tentang sikap
pengetahuan. Dari hasil tersebut maka dapat positif maupun sikap negatif pasien terhadap
dikategorikan pengetahuan responden. Hasil penggunaan obat amlodipin.
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Kategori Sikap Pasien
Tabel 2. Kategori Pengetahuan Pasien Kategori sikap Frekuensi Persentase (%)
Kategori Frekuensi Persentase (orang)
pengetahuan (orang) (%) Positif 45 59%
Baik 45 59% Negatif 31 41%
Cukup 14 18% Total 76 100%
Kurang baik 9 12%
Tidak baik 8 11% Berdasarkan Tabel 3 didapatkan data 59%
Total 76 100% responden bersikap positif dan 41% bersikap
negatif. Hasil tersebut menggambarkan bahwa
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa 59% pasien yang memiliki sikap positif lebih banyak
pasien yang memiliki pengetahuan yang baik, daripada pasien dengan sikap negatif. Sikap
18% cukup baik, 12% kurang baik merupakan reaksi atau respons yang masih
, 11% tidak baik. Pengetahuan adalah hasil tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang atau objek (Notoadmodjo, 2012). Hasil
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya penelitian ini dapat terlihat bahwa apabila
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pasien pasien memiliki sikap yang positif maka upaya
umumnya menerima informasi pada saat pengendalian hipertensi yang dilaksanakan juga
konseling dengan apoteker ketika pengambilan baik ataupun cukup baik. Green menyatakan
obat. Dengan demikian, perlu adanya bahwa perilaku kesehatan akan di pengaruhi
peningkatan edukasi terkait penggunaan obat oleh berberapa faktor salah satunya sikap. Sikap
antihipertensi melalui promosi kesehatan.

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 27-31 29


Taufik Haldi et al.

yang dimiliki responden akan memberikan terdapat perbedaan yang bermakna antara
dampak pada kesehatan responden itu sendiri, kelompok kategori pengetahuan terhadap
pengalaman pribadi menjadi dasar dari sikap kepatuhan. Hal ini sejalan dengan teori yang
seseorang yang akan membawa pengaruh dikemukakan oleh Lawrence Green, yang mana
terhadap kesehatannya (Heriyandi, 2017). kepatuhan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
Pada Tabel 4 didapatkan data bahwa pasien faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor
yang patuh dan tidak patuh dalam menggunakan pendukung. Pengetahuan termasuk pada faktor
obat amlodipin. predisposisi (Notoadmodjo, 2012).
Pada Tabel 6 didapatkan nilai hubungan
Tabel 4. Kategori Kepatuhan Pasien (korelasi) antara sikap terhadap kepatuhan
Kategori Frekuensi Persentase pasien dalam menggunakan obat amlodipin.
kepatuhan (orang) (%)
Patuh 56 74% Tabel 6. Hasil Uji Chi Square Sikap dengan
Tidak patuh 20 26% Kepatuhan
Total 76 100% Nilai Signifikasi Nilai α Keterangan
Tabel
Berdasarkan pada Tabel 4 didapatkan data 0,002 0,05 Terdapat
bahwa 74% pasien yang patuh dalam perbedaan
menggunakan obat amlodipin dan 26%
tergolong tidak patuh dalam menggunakan obat Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan uji chi
amlodipin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa square untuk mengetahui adanya hubungan
sebagian besar pasien patuh dalam sikap terhadap kepatuhan pengunaan obat
menggunakan obat amlodipin. Kepatuhan amlodipin pada pasien hipertensi di Puskemas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat Arjuno Kota Malang. Didapatkan hasil nilai
kemampuan pasien untuk mengikuti perawatan siginifikansi tabel (p) yaitu 0,002 yang lebih
secara optimal sering terganggu oleh beberapa kecil dari nilai alpha 0,05. Sehingga Ho ditolak
penghalang, diantaranya: faktor sosial ekonomi, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
sistem perawatan kesehatan, karakteristik perbedaan yang signifikan (bermakna) antara
penyakit, terapi penyakit dan faktor yang terkait kelompok pada variabel sikap terhadap
dengan pasien. Walaupun hasil yang didapat kepatuhan pengunaan obat amlodipin pada
dari penelitian ini lebih banyak pasien yang pasien hipertensi di Puskesmas Arjuno Kota
patuh daripada yang tidak patuh, pasien tetap Malang. Hal ini sejalan dengan teori yang
perlu diberikan informasi yang tepat terkait dikemukakan oleh Lawrence Green, yang mana
penggunaan obat sehingga dapat memberikan kepatuhan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
pengaruh yang besar terhadap pola pikir serta faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor
sikap pasien. Dengan begitu, pasien akan pendukung. Sikap juga termasuk pada faktor
meminum obat dengan patuh sesuai indikasi, predisposisi (Notoadmodjo, 2012).
dosis, interval waktu minum obat amlodipin. Pada Tabel 7 didapatkan nilai hubungan
(Mengendai et al, 2017). (korelasi) antara pengetahuan dan sikap
Pada Tabel 5 didapatkan nilai yang terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan
bermakna antara pengetahuan terhadap obat amlodipin.
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
amlodipin. Tabel 7. Hasil Korelasi Pengetahuan dan Sikap
dengan Kepatuhan
Tabel 5. Hasil Uji Chi Square Pengetahuan dengan Variabel P-value OR Keterangan
Kepatuhan Pengetahuan 0,026 1,794 Terdapat
Nilai Signifikasi Nilai α Keterangan hubungan
Tabel Sikap 0,005 5,208 Terdapat
0,031 0,05 Terdapat hubungan
perbedaan
Pada Tabel 7 dilakukan uji regresi logistik
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan uji chi antara pengetahuan dan sikap terhadap
square untuk mengetahui adanya hubungan kepatuhan penggunaan obat amlodipin.
pengetahuan terhadap kepatuhan pengunaan Didapatkan hasil p-value pengetahuan sebesar
obat amlodipin pada pasien hipertensi di 0,026 (OR = 1,794) dan sikap sebesar 0,005
Puskemas Arjuno Kota Malang. Didapatkan (OR = 5,208) maka terdapat hubungan antara
hasil nilai siginifikansi tabel (p) yaitu 0,031 pengetahuan dan sikap secara bersama-sama
yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Sehingga terhadap kepatuhan. Nilai OR sikap lebih tinggi
Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa daripada pengetahuan. Sehingga dapat

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 27-31 30


Taufik Haldi et al.

disimpulkan sikap lebih besar mempengaruhi Gama, IK, Sarmadi, TW, Harini, I 2014, ‘Faktor
kepatuhan penggunaan obat amlodipin. penyebab ketidakpatuhan kontrol penderita
Pengetahuan dan sikap sudah sesuai secara teori hipertensi, Jurnal Keperawatan Politeknik
Lawrence Green mempengaruhi terhadap Kesehatan Denpasar, 2(4), pp. 1-8.
kepatuhan. Hasil ini juga dikuatkan oleh Heriyandi, Hasballah, K, Tahlil, T 2017,
penelitian yang dilakukan oleh Runtukahu et al. ‘Pengetahuan, sikap, dan perilaku diet
(2015) juga didapatkan nilai p-value pada hipertensi lansia di Aceh’, Jurnal Ilmu
pengetahuan 0,026 (OR = 4,92) dan sikap Keperawatan, 6(1), pp. 1-13.
didapatkan nilai p-value 0,008 (OR = 6,378). Mengendai, Yulike, Rompas, S, Hamel, RS
Pada penelitian di Langowan Timur ini 2017, ‘Faktor-faktor yang berhubungan
dinyatakan terdapat hubungan antara dengan kepatuhan berobat pada pasien
pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan, dan hipertensi di Puskesmas Ranotana Weru’,
pada nilai OR sikap pada penelitian tersebut E-Journal Keperawatan, 5(1), pp. 1-8.
lebih besar daripada pengetahuan, maka sikap Notoatmodjo, S 2012, Promosi Kesehatan dan
lebih besar mempengaruhi daripada Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka
pengetahuan (Runtukahu et al, 2015). Cipta.
Runtukahu, RF, Rompas, S, Padang, L 2015,
KESIMPULAN ‘Analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan melaksanakan diet pada
Pada penelitian ini, meskipun lebih dari penderita hipertensi di wilayah kerja
separuh responden memiliki pengetahuan yang Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan
baik, masih ada hampir separuh dari total Timur’, E-Jurnal Keperawatan, 3(2), pp. 1-
responden yang pengetahuannya cukup sampai 9.
tidak baik. Mengingat pengetahuan dapat Sinuraya, RK., Dika, PD, Irmam M, Ajeng D
mempengaruhi kepatuhan minum obat, edukasi 2017, ‘Tingkat pengetahuan tentang
untuk meningkatkan pengetahuan sebaiknya hipertensi pada pasien hipertensi di kota
terus dilakukan. Edukasi yang dilakukan Bandung’, Jurnal Farmasi Klinik
hendaknya juga memfokuskan pada manfaat Indonesia, 6(4), pp. 290–297.
dari patuh minum obat sehingga sikap Sinuraya, RK, Dika, PD, Irma, M, Ajeng, D
responden terhadap kepatuhan minum obat 2018, ‘Tingkat kepatuhan pengobatan
amlodipine ini dapat menjadi positif pasien hipertensi di fasilitas kesehatan
sehinggakepatuhan minum obat amlodipine tingkat pertama di kota Bandung’, Jurnal
menjadi meningkat. Farmasi Klinik Indonesia, 7(2), pp. 124–
133.
DAFTAR PUSTAKA Soenarta, AA, Erwinanto, Mumpuni, S,
Rossana, B, Nani, HAA 2015, Pedoman
Depkes RI 2012, Riset Kesehatan Dasar, Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Jakarta: Badan Penelitian Dan Kardiovaskuler, Edisi I, Surabaya:
Pengembangan Kesehatan. Kementrian Perhimpunan Dokter Spesialis
Kesehatan Republik Indonesia. Kardiovaskular Indonesia.

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 27-31 31

Anda mungkin juga menyukai