ABSTRACT
Background: This research background by a management function has not been a good head space as
functions of planning, organizing, directing, monitoring and controling. Nursing management is the
coordination and integration of nursing resources by applying the management process to achieve the
goal, objectivity nursing care and nursing services. Good managerial function in nursing management is
critical nursing care in the inpatient nurse practitioner in carrying out documentation of nursing care to
clients. Purpose: This study aims to analyze the effect of implementing the nurse's perception of the
function manjerial head space of the implementation of documenting nursing care in the inpatient hospital
nursing Wilasa Citarum Semarang. Methods: The method of research is a kuantitatif study with cross –
sectional study. The research population is 57 nurse practitioner in the inpatient Orchid lounge,
Cempaka, Dahlia and Flamboyan. Results: The result shows the perception of the nurse practitioner
about managerial functions well enough head room (68.4%), the implementation of good documentation
of nursing care (42.1%). Conclusion: a relationship between the perception of the nurse practitioner
about managerial function head space of the implementation of nursing documentation in patient wards
(p = 0027).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fungsi manajemen yang belum menjadi ruang kepala
yang baik sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan dan
pengendalian. Manajemen keperawatan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya
keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan, objektivitas
asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Fungsi manajerial yang baik dalam
manajemen keperawatan adalah asuhan keperawatan kritis pada praktisi perawat rawat
inap dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan kepada klien. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan persepsi perawat
terhadap fungsi ruang kepala manjerial terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di rawat inap rumah sakit keperawatan Wilasa Citarum Semarang. Metode:
Metode penelitian adalah studi kuantitatif dengan studi cross-sectional. Populasi
penelitian adalah 57 perawat praktisi di ruang rawat inap Orchid Lounge Cempaka,
Dahlia dan Flamboyan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat praktisi
tentang fungsi manajerial ruang kepala cukup baik (68,4%), pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik (42,1%). Kesimpulan: ada hubungan
antara persepsi praktisi perawat tentang fungsi manajerial ruang kepala dengan
pelaksanaan dokumentasi keperawatan di bangsal pasien (p = 0.027).
Analisis Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruang 131
Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Swasta Di Semarang
Tri Haryanti, Tri Ismu Pujianto, Ni
PENDAHULUAN gugatan asuhan keperawatan serta sebagai
Rumah sakit merupakan organisasi yang sarana pemantauan asuhan keperawatan.
sangat kompleks dan juga komponen yang Berdasarkan studi pendahuluan di
sangat penting dalam upaya peningkatan Rumah Sakit Swasta di Semarang fungsi
status kesehatan bagi masyarakat. Salah manajerial kepala ruang belum sepenuhnya
satu fungsi rumah sakit adalah dilaksanakan, terutama fungsi pengarahan,
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan pengawasan dan pengendalian belum
keperawatan yang merupakan bagian dari dilakukan dengan baik. Hal yang berkaitan
sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan dengan pelaksanaan pengawasan kepala
memelihara kesehatan masyarakat ruang misalnya pada format pengawasan
seoptimal mungkin. Rumah sakit sebagai melalui supervisi langsung seperti
salah satu tatanan pemberi jasa pelayanan mengobservasi kegiatan asuhan
kesehatan harus mampu menyediakan keperawatan yang dilaksanakan perawat
berbagai jenis pelayanan kesehatan yang pelaksana, maupun supervisi tidak langsung
bermutu, institusi pelayanan kesehatan yang dengan pemeriksaan dokumentasi yang ada
kompleks, padat karya, padat pakar dan terkait dengan aktivitas perawat pelaksana
padat modal (Ilyas, 2000). seperti catatan dokumentasi belum
Manajemen keperawatan merupakan dilaksanakan dengan baik. Dari
koordinasi dan integrasi dari sumber- pengalaman peneliti dilapangan
sumber keperawatan dengan menerapkan menemukan belum adanya persamaan
proses manajemen untuk mencapai tujuan, persepsi dari perawat disetiap ruangan
obyektivitas asuhan keperawatan dan tentang pendokumentasian asuhan
pelayanan keperawatan (Hubberd, 2000). keperawatan meskipun sudah tersedia
Proses manajemen dibagi dalam 5 fase format asuhan keperawatan yang ditetapkan
oleh rumah sakit, ditunjukan oleh
yaitu: planning, organizing, staffing,
pendokumentasian asuhan keperawatan
directing dan controlling yang merupakan
yang tidak diisi atau tidak lengkap.
satu siklus yang saling berkaitan satu sama
lain (Siswanto, 2008). Untuk dapat TUJUAN PENELITIAN
menerapkan manajemen keperawatan Menganalisis hubungan persepsi
diruang rawat inap diperlukan seorang perawat pelaksana tentang fungsi
kepala ruang yang memenuhi standar manajerial kepala ruang dan pelaksanaan
sebagai manajerial. Menurut Hubberd pendokumentasian asuhan keperawatan di
(2000) seorang manajer diharapkan mampu ruang rawat inap Rumah Sakit Swasta di
mengelola pelayanan keperawatan diruang Semarang.
rawat inap dengan menggunakan
pendekatan manajemen keperawatan yaitu TINJAUAN TEORI
melalui fungsi perencanaan, Persepsi
Persepsi adalah interprestasi tentang apa
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan
yang diinderakan atau dirasakan oleh
dan pengendalian.
individu. Persepsi menurut Bennet (1987)
Dokumentasi keperawatan merupakan adalah proses kognitif yang dialami oleh
unsur penting dalam sistem pelayanan setiap orang dalam memahami informasi
kesehatan, karena dengan adanya tentang lingkungannya, melalui indera dan
dokumentasi yang baik informasi mengenai tiap-tiap individu dapat memberi arti yang
keadaan pasien dapat diketahui secara berbeda. Ini dapat dipengaruhi oleh: (1)
berkesinambungan. Dokumentasi juga tingkat pengetahuan dan pendidikan
merupakan aspek legal tentang pembuatan seseorang, (2) faktor pada pemersepsi atau
asuhan keperawatan, secara lebih spesifik pihak pelaku persepsi, (3) faktor obyek atau
dokumentasi keperawatan dapat berfungsi target yang dipersepsikan, dan (4) faktor
sebagai sarana komunikasi antar profesi situasi dimana Dari pihak pelaku persepsi
kesehatan, sumber data untuk pengelolaan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
pasien dan penelitian serta sebagai barang seperti sikap, motivasi, kepentingan atau
bukti pertanggungjawaban dan pertanggung
132 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 131-137
minat, pengalaman dan pengharapan. Ada dan output. Sedangkan menurut Marquis &
variabel lain yang dapat menentukan Huston (2000) proses manajemen dibagi
persepsi yaitu umur, tingkat pendidikan, menjadi 5 tahap yaitu planning, organizing,
latar belakang sosio ekonomi, budaya, staffing, directing, dan controlling yang
lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian merupakan satu siklus yang saling
dan pengalaman hidup individu. Sedangkan berkaitan satu sama lain.
menurut Gibson (1996) persepsi diri dalam
bekerja mempengaruhi sejauh mana Kepala Ruang
pekerjaan tersebut dapat memberikan Kepala ruangan adalah seorang tenaga
tingkat kepuasan dalam diri seseorang. perawatan professional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam
Perawat Pelaksana mengelola kegiatan pelayanan keperawatan
Perawat adalah seseorang yang disatu ruangan rawat/ klinik. Seorang
memiliki kemampuan serta kewenangan kepala ruangan bertanggung jawab akan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu terciptanya suasana persaudaraan yang
yang dimilikinya yang diperoleh melalui akrab diantara staf keperawatan di bangsal,
pendidikan keperawatan (UU Kesehatan sehingga mendorong mereka berpartisipasi
no.23 th 1992, dikutip oleh La Ode Jumadi dalam tanggung jawabnya memberikan
Gaffar, 1993). Ciri-ciri perawat professional pelayanan keperawatan yang bermutu
menurut Handoko (1995) adalah lulusan kepada masyarakat (Sugiyanto, 1999).
pendidikan tinggi keperawatan minimal
DIII keperawatan, mampu melaksanakan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
asuhan keperawatan dengan pendekatan Dokumentasi keperawatan merupakan
proses keperawatan, mentaati kode etik, unsur penting dalam sistem pelayanan
mampu berkomunikasi dengan pasien, kesehatan, karena dengan adanya
keluarga dan masyarakat, serta dalam dokumentasi yang baik informasi mengenai
rangka penyuluhan kesehatan, secara keadaan pasien dapat diketahui secara
berdaya guna dan berhasil guna, mampu berkesinambungan. Dokumentasi juga
berperan sebagai agen pembaharu serta merupakan aspek legal tentang pembuatan
mengembangkan ilmu dan tekhnologi asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik
keperawatan. Salah satu peran perawat dokumentasi keperawatan dapat berfungsi
adalah sebagai perawat pelaksana. Salah sebagai sarana komunikasi antar profesi
satu peran perawat adalah sebagai perawat kesehatan, sumber data untuk pengelolaan
pelaksana. Peran adalah seperangkat pasien, penelitian, dan sebagai barang bukti
tingkah laku yang diharapkan oleh orang pertanggungjawaban dan
lain terhadap seseorang sesuai pertanggunggugatan asuhan keperawatan
kedudukannya, dalam suatu sistem dimana serta sebagai sarana pemantauan asuhan
semua itu dipengaruhi oleh keadaan sosial keperawatan. Dokumentasi keperawatan
baik dari dalam maupun dari luar profesi dibuat berdasarkan pemecahan masalah
keperawatan yang bersifat konstan. Peran pasien, yang terdiri dari format pengkajian,
juga bisa diartikan bentuk perilaku yang rencana keperawatan, catatan tindakan dan
diharapkan dari seseorang pada situasi catatan perkembangan pasien.
sosial tertentu (Kozier Barban, 1995). Pendokumentasian asuhan keperawatan
adalah pencatatan proses asuhan
Manajemen Keperawatan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
Manajemen keperawatan merupakan pada format rekam medik asuhan
koordinasi dan integrasi sumber -sumber keperawatan yang dimulai dari tahap
keperawatan dengan menerapkan proses pengkajian, diagnosa keperawatan,
manajemen untuk mencapai tujuan dan perencanaan, implementasi dan evaluasi.
obyektifitas asuhan keperawatan dan Cara ukur yang digunakan untuk penilaian
pelayanan keperawatan (Hubberd, 2000). dokumentasi asuhan keperawatan mengacu
Menurut Gillies (1994) proses manajemen pada standar DepKes RI menggunakan
adalah rangkaian kegiatan input, proses, instrumen A.
Analisis Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruang 133
Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Swasta Di Semarang
Tri Haryanti, Tri Ismu Pujianto, Ni
Ruang Rawat Inap Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan
Ruang rawat inap adalah tempat Ho ditolak dan Ha diterima bila didapatkan
pelayanan pengobatan bagi penderita nilai p < 0,05.
disuatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
oleh karena penyakitnya penderita harus HASIL DAN PEMBAHASAN
menginap difasilitas kesehatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang
Ruang rawat inap merupakan tempat dilakukan peneliti diperoleh data tentang
pelayanan kesehatan perorangan yang variabel persepsi perawat pelaksana tentang
meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, fungsi manajerial kepala ruang dan
keperawatan, rehabilitasi medik, dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
menginap pada sarana kesehatan rumah
sakit pemerintah ataupun swasta serta Analisis Univariat
puskesmas perawatan yang oleh karena Persepsi Perawat
penyakitnya penderita harus menginap.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi persepsi perawat
METODE PENELITIAN pelaksana tentang fungsi manajerial kepala
Jenis penelitian ini adalah penelitian ruang di ruang rawat inap RS Swasta di
kuantitatif dengan menggunakan rancangan Semarang
penelitian study cross-sectional.
Populasi dalam penelitian adalah para Persepsi perawat f %
perawat pelaksana di ruang rawat inap
Kurang baik 2 3.5
Ruang Anggrek, Ruang Cempaka, Ruang
Cukup baik 39 8.4
Dahlia dan Ruang Flamboyan dengan
Baik 16 28.1
jumlah responden 57 responden yang
dilaksanakan pada bulan Agustus – Total 57 100.0
Desember 2012.
Kriteria Inklusi adalah perawat Pendokumentasian Asuhan
pelaksana yang bersedia menjadi Keperawatan
responden, pendidikan minimal DIII
Keperawatan, bekerja di RS Swasta di Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Semarang minimal 2 tahun dan sudah Pendokumentasian Askep di ruang rawat inap
karyawan tetap, bertugas disalah satu ruang RS Swasta di Semarang
Anggrek, Cempaka, Dahlia dan Flamboyan.
Kriteria Eksklusi adalah perawat yang tugas
belajar, yang menjabat struktural, sedang Dokumentasi Askep Frekuensi Persentase
cuti, dan sedang magang / orientasi. Kurang baik 8 14,0
Teknik sampling dalam penelitian ini Cukup baik 29 50,9
adalah Proportionate Stratified Random Baik 20 35,1
Sampling. Analisis statistik yang digunakan Total 57 100.0
dalam penelitian ini menggunakan salah
satu uji statistic chi-squares yaitu digunakan
Analisa Bivariat
untuk mengukur variabel pada tingkat
Hubungan persepsi perawat
ordinal dan nominal. Pada penelitian ini
pelaksana tentang fungsi manajerial kepala
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi
ruang terhadap pelaksanaan
manajerial kepala ruang menggunakan
pendokumentasian asuhan keperawatan di
skala ordinal dan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan skala nominal. ruang rawat inap RS Swasta di Semarang.
Analisis Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruang 137
Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Swasta Di Semarang
Tri Haryanti, Tri Ismu Pujianto, Ni