Anda di halaman 1dari 6

Wilhelmus Jefry Ade Wungo / 201943042

Resume Dan Refleksi Video Perawatan Luka

Video debridemen diabetic foot ulcer


Dalam dokumentasi video menggambarkan proses mechanical debridemen dengan
Conservative Sharp Wound Debridemen. Tampak luka infeksi yang dicirikan oleh oedema luka
dan sekitar luka, kemerahan pada sekitar luka dan seluruh permukaan luka 100 % dengan
presentasi luka warna kuning dengan bentuk permukaan luka masih tertutup dengan slough yang
banyak. Tindakan debridemen merupakan salah satu langkah tepat untuk mempercepat
membuang jaringan mati sehingga mempercepat proses persiapan dasar luka, tapi dengan
berbagai resiko atau efek samping yang dapat terjadi seperti nyeri, perdarahan, resiko
kontaminasi luka. Teknik debridemen ini membutuhkan keahlian, pengalaman dan prinsip hati-
hati sehingga meminimalkan resiko atau efek samping yang terjadi.
Dalam video diatas tindakan debridemen yang dilakukan mampu menghilangkan
sebagian besar jaringan dengan presentasi kuning atau slough tapi karena slough pada luka
sangat dekat dengan dengan dasar luka, tindakan tersebut menyebabkan trauma atau luka pada
jaringan sehat dibawahnya sehingga terjadi perdarahan minor. Dalam setiap perawatan luka
memang sangat sulit untuk terhindar dari resiko perdarahan minor, tapi jika terjadi dalam
perawatan luka berarti akan menciptakan luka baru sehingga dengan peradangan luka yang sudah
terjadi pada pasien tersebut, menyebabkan terjadinya peradangan baru pada luka debridemen
pada jaringan sehat di bawahnya. Disamping itu dengan perlukaan yang terjadi bisa saja terjadi
invasi bakteri yang ada pada luka tersebut melalui port de entri dari luka baru dalam proses
debridemen tersebut.
Tindakan debridemen yang dilakukan sudah sesuai dengan managemen perawatan luka
dimana berusaha membuang jaringan mati sehingga mempercepat stimulasi autolitik debridemen
dan pada akhirnya merangsang granulasi dan epitelisasi. Namun dalam Tindakan debridemen
tersebut kurang memperhatikan prinsip steril walaupun sedang menghadapi kondisi luka dengan
luka criticaly infection. Bagaimanapun prinsip sterilitas tetap harus dipertahankan sehingga
meminimalkan resiko kontaminasi baru karena tindakan yang dilakukan dalam perawatan luka.
Video membuat luka artifisial dan menjahit luka
Dalam video tutorial menggambarkan proses membuat luka artifisial menggunakan
produk latex sehingga membentuk luka incisi seperti teriris benda tajam pada pembedahan. Luka
adalah gangguan integritas jaringan pada tubuh baik karena tidak disengaja atau disengaja untuk
tujuan tertentu. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai
akibat dari penyembuhan kontinuitas dan fungsi anatomis. Penyembuhan luka yang ideal adalah
kembalinya secara normal struktur kulit, fungsinya dan penampilan antomi kulit melalui proses
inflamasi, proliferasi (granulasi, angiogenesis, kontraksi) sampai pada fase maturase dan
remodeling. Dalam video tutorial penjahitan luka tersebut merupakan salah satu cara
penyembuhan luka primary intention, dimana biasanya ditemukan pada luka operasi dengan
tujuan khusus. Luka insisi seperti pada video diatas dilakukan penjahitan pada luka dengan
menyatukan kembali kedua buah jaringan dengan menggunakan benang jahit, dengan
merapatkan kembali kedua jaringan tersebut tubuh secara otomatis akan bekerja dalam proses
penyembuhan secara alamai dengan jangka waktu sekitar 3-5 hari, jika tidak terjadi komplikasi
yang berarti yang mengganggu fungsi fisiologis penyembuhan luka.

Managemen biofilm
Pada video ketiga ini menggambarkan luka diabetic grade IV dengan biofilm dan slough
pada kaki pasien, dimana luka sudah mencapai otot dan tulang pasien sehingga resiko terjadi
infeksi pada tulang sangat tinggi sehingga perlu managemen perawatan luka secara tepat.
Biofilm merupakan sekumpulan sel mikroorganisme khususnya bakteri yang melekat di suatu
permukaan dan di selimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri sehingga
membentuk suatu selaput bagi diri sendiri sehingga terlindung dari antiseptic ataupun
antimikroba yang diberikan. Pada video luka kronik tersebut menunjukkan banyaknya biofilm
jika tidak dilakukan treatment denga baik akan semakin berkembang dan menginvasi jaringan
sehat dan sekitarnya sehingga semakin memperburuk proses penyembuhan luka. Ciri khas
biofilm adalah selalu menempel pada permukaan luka merah, sehingga sangat kasat mata untuk
mengidentifikasi keberadaan biofilm tersebut sehingga membutuhkan kecermatan perawat
wound care. Setiap perawat yang melakukan perawatan luka perlu mencurigai pada luka dengan
presentasi warna dasar luka merah, jika menemukan gambaran permukaan luka yang sedikit
pucat, biasanya biofilm ada pada permukaan luka merah tersebut sehingga perlu di bersihkan.
Mengidentifikasi biofilm cukup sulit jika melihat secara langsung apalagi jika luka kronis
tersebut tidak dirawat secara teratur. Karena tubuh pasien setelah melakukan fagositosis akan
membuang keluar secara bertahap dan ketika sisa ekskresi tersebut menumpuk bakteri secara
alami akan melepaskan saat pelindung berupa selaput tersebut. Pada luka kronis tersebut
memang harus secara rutin dilakukan perawatan luka minimal 2-3 hari sekali sehingga dapat
membersihan biofilm tersebut, karena secara alami dalam 2-3 hari biofilm pasti akan terbentuk
sampai proses epitelisasi penuh terjadi. Managemen wound care yang tepat meliputi mencuci
luka dengan menggunakan cairan isotonis dengan menggunakan sabun pencuci luka dengan
kadar PH kulit sekitar 5 diperlukan untuk menghilangkan sumber bau dan mengompres luka
dengan menggunakan antiseptic luka yang tidak memiliki sifat toksik terutama pada luka dengan
granulasi baru, selanjutnya membuang jaringan mati dan biofilm dan terakhir dilakukan
pemilihan dressing primer, sekunder dan balutan luka secara tepat sesuai kondisi luka.

Asuhan keperawatan pasien dengan luka


1. Langkah utama yang wajib dilakukan adalah melakukan pengkajian secara menyeluruh
sehbungan dengan kondisi luka yang di alami pasien, berikut merupakan beberapa
pengkajian yang dapat dilakukan:
a. Holistic assesmen
1. Ethiologi: Menentukan penyebab luka yang dialami pasien sebagai panduan
dalam memilih intervensi dan strategi
a) Venous ulcer: Compresion bandage
b) Pressure ulcer: Membebasakan dari tekanan
Penyebab kerusakan pada kulit:
a) Mekanikal: tekanan, gesekan, friction, striping
b) Chemical: Incontinence, drainase, cairan keras, penggunaan bahan yang tidak
tepat
c) Vascular: Arterial, vena, diabetic
d) Infeksi: Candidiasis, herpes, impetigo
e) Alergi
f) Lain-lain: radiasi, thermal
2. Durasi luka
Guidelines pada luka tekan dan luka di arteri jika dalam 2-4 minggu tidak ada
peningkatan disarankan untuk dilakukan biopsy.
3. Factor yang mempengaruhi penyembuhan luka
a. Komorbid
b. Medikasi : kemoterapi, kortikosteroid
c. Penurunan oksigenasi jaringan dan aliran darah perifer
d. Gangguan nutrisi dan cairan
e. Hambatan psikososial: factor keluarga, finansial.
4. Pengkajian luka
a. Derajat luka (1-4)
b. Dasar luka (red, yellow, black)
c. Jenis masalah ( epitelisasi, granulasi, slough)
d. Dimensi atau pengukuran luka
e. Eksudat atau cairan luka
f. Odor atau bau tidak sedap
g. Wound edge atau tepi luka
h. Periwound skin atau kulit sekitar luka
i. Tanda infeksi
j. Nyeri luka
2. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnose keperawatan yang sering ditemukan pada pasien denga luka:
1. Nyeri sehubungan d engan proses inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan pressure ulcer, luka bakar.
3. Rencana keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Melakukan perawatan luka:
a. Jelaskan prosedur dan tujuan perawatan luka
b. Cuci tangan sebelum Tindakan
c. Menggunakan sarung tangan dan lakukan penggantian sarung tangan saat mencuci,
mengkaji dan membalut luka (sekurangnya 3x)
d. Lakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun, bilas dengan cairan non toksik
lalu keringkan.bila terdapat jaringan nekrosis (berwarna kuning dan hitam) lakukan
debridemen sesuai kebutuhan
e. Berikan topical terapi sesuai dengan warna luka, banyaknya eksudat dan ada tidaknya
infeksi:
1. Warna dasar luka
Jenis topikal Pink Merah Kuning Hitam
Metcovasin /Zink cream
Hidroactive gel
Hidrokoloid pasta/powder
Calcium alginate
Hidrocelulosa
Colagen
2. Banyaknya eksudat
Jenis topikal Banyak Sedang Sedikit Tidak ada
Metcovasin + Gamge
Transparant Film
Hidrokoloid pasta/powder
Calcium alginate
Hidrocelulosa
Colagen
3. Tanda Infeksi
Jenis Topical Gram + Gram - Kuman anaerob Jamur
Hidrofobic
Silver
Metcovasin Gold

4. Bersihkan tepi luka dan kulit sekitar luka.


5. Balut luka secara oklusive atau tertutup (moisture balance) pada beberapa topical
tidak memerlukan kassa lagi pada balutan kedua misalnya: hidrokoloid,
Polyurethane foam
6. Beri tambahan kassa jika eksudat banyak
7. Beri plester untuk fiksasi
8. Kaji pergerakan dan rasa nyaman pasien setelah dibalut
9. Berikan informasi kapan mengganti balutan
10. Ajarkan Tindakan memergensi yang diperlukan dalam merawat luka sebelum
waktu control.
11. Dokumentasikan dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai