Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DEGENERASI SEL PADA PENYAKIT GASTROINTESTINAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar

Dosen Pengampu :

Ade Saprudin, SKM,MKM.

Disusun Oleh :

Ai Indah

Arif Ryan Hidayat

Rifahmi Awaliyah Heriman

SI KESEHATAN MAYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUNINGAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
kepada keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya. Alhamdulillah atas izin Allah SWT,
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Degenerasi Sel Pada Penyakit
Gastrointestinal”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan saran
dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Kami mohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penyusunan makalah ini.

Kuningan, Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I ..............................................................................................................................
PENDAHULUAN .........................................................................................................
A. Latar belakang ...................................................................................................
B. Rumusan masalah ..............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II ............................................................................................................................
PEMBAHASAN ............................................................................................................
A. Degenerasi Sel.....................................................................................................
B. Gastrointestinal ..................................................................................................
C. Gangguan Pada Sistem Gastrointestinal .........................................................

BAB III...........................................................................................................................
PENUTUP ......................................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria
dan sitoplasma akan menganggu metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel
artinya bisa di perbaiki apabila penyebebnya segera dihilangkan. Apabila tidak
dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan
mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamakan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel.
Penyebab degenerasi sel bermacam-macam yaitu kekurangan oksigen,
kekurangan nutrisi/malnutrisi, infeksi sel, respons imun yang abnormal, faktor fisik
yaitu suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan, dan kimia, defect
genetik dan penuaan.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan atau
pencenaan. Penyakit gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit
kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar
(colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris), dan pankreas.
Beberapa gangguan yang terjadi pada sistem gastrointestinal yaitu
abnormalitas gigi, gastroenteritis, gastritis, apendisitis, hemoroid, kanker kolon,
hepartobiliary, batu empedu, pankreatitis, dll.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu degenerasi sel?
2. Apa itu gastrointestinal?
3. Gangguan apa saja yang terjadi pada sistem gastrointestinal?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan degenerasi sel
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gastrointestinal
3. Mengetahui gangguan pada sistem gastrointestinal

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Degenerasi Sel
1. Pengertian Degenerasi Sel
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria
dan sitoplasma akan menganggu metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel
artinya bisa di perbaiki apabila penyebebnya segera dihilangkan. Apabila tidak
dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan
mati. Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamakan
kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam
bahan di dalam maupun di luar sel.
Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel dan
perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul apabila sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan
bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan terjadi karena
hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel yang tergantung
pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.
B. Gastrointestinal
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan atau
pencenaan. Penyakit gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit
kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar
(colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris), dan pankreas.
Perdarahan merupakan gejala awal dari penyakit Gastrointestinal dalam 30%
pasien. Hemetimesis adalah muntah darah. Perdarahan biasanya proksimal dan
ligamentum treitz, kemungkinan dengan melena konkuren. Muntah yang berwarna
seperti ampas kopi menandakan perdarahan yang lebih pelan. Melena adalah tinja
yang gelap dapat diproduksi sebanyak 50 ml dan dapat berlangsung 5 hari setelah
akhir perdarahan. Biasanya timbul dari perdarahan Gastrointestinal atas.
Perdarahan yang sering ditemukan digastrointestinal yaitu perdarahan saluran
makan. Perdarahan saluran makan dapat dibagi dua pokok, yaitu perdarahan saluran
makan atas (SMBA) berupa hematemesis dan melena, serta perdarahan saluran makan
bawah (SMBB) yaitu berupa pseudo-melena dan hematokezia.
Mual muntah adalah gejala utama lain penyakit Gastrointestinal, muntah
biasanya didahului dengan mual, yang dicetuskan oleh bau, aktivitas, atau masukan
makanan. Muntah dapat bervriasi isi dan warnanya. Muntah dapat berisi partikel
makanan yang tidak tercerna atau darah (Hematemesis). Bila ini terjadi segera setelah
perdarahan, muntah berwarna merah terang. Bila darah tertahan dalam lambung, akan
berubah menjadi warna kopi karena kerja enzim pencernaan.
Kesulitan menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan,
terutama bila terjadi refluks nasal, berarti adanya kelainan saraf (Neuromuscular
disorder). Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di
oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan
didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan dalam

5
esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri di dada yang
intermiten, misalnya pada akhalasia, karsimona esofagus, spasme yang difusi pada
esofagus.

C. Gangguan Pada Sistem Gastrointestinal


1. Mulut
a. Abnormalitas gigi
1) Plak dan karies gigi
a) Pengertian
Plak gigi adalah zat perekat, seperti gelatin yang melekat pada gigi.
Kerja pertama yang menyebabkan kerusakan pada gigi terjadi dibawah
plak. Kerusakan gigi adalah proses erosife yang diakibatkan oleh kerja
bekteri pada karbohidrat yang dapat dipermentasikan didalam mulut,
yang pada waktunya menghasilkan asam-asam yang melarutkan email
gigi.
b) Tanda dan gejala
Gejala gigi berlubang umumnya adalah:
 Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis,
asam, panas, atau dingin
 Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi
 Bau mulut (halitosis).
c) Tanda awal dari karies gigi yaitu:
 Munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Iti
menunjukan area demineralisasi akibat asam.
 Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi cokelat,
kemudian mualai membentuk lubang. Jika spot kecoklatan ini
tampak mengkilap maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu
jika kebersihan mulut membaik. Spot ini disebut stain dan dapat
dibersihkan. Sebaliknya, spot kecoklatan yang buram menunjukan
proses demineralisasi yang sedang aktif.
 Jika kerusakan mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit atau
timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas,
dingin. Apabila pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah
makan saja, berarti kerusakan gigi sudah mencapai pulpa
kerusakan pulpa yang akaut akan terjadi apabila keluhan sakit gigi
terus menerus yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari.
d) Etiologi
Ada beberapa versi mengenai terjadiya karies, salah satunya adalah
teori asam dari miler (2000) yang mengatakan karies disebabkan oleh
terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari
sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan
mikroorganisme yang terdapat pada mulut. Mikroorganisme penyebab
karies gigi adalah bakteri dari jenis streptococcus dan lactobacillus.
e) Patofisiologi
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi,
substrat, mikroorganisme dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat

6
makanan misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun
sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi.
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi.
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti
musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit, dan sisa
makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang
lama-kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri.
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi
email yang berlanjut menjafi karies gigi. Secara perlahan-lahan
demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus
tapibelum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul
bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang
begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis
dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya
lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik,
kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan
enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan,
didalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala
degenerasi cabang-cabang odon toblas). Baru setelah terjadi kavitasi
bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat
dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu
daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan
lapisan lima.
2. Gastroenteritis (Gangguan pada Usus Besar)
a. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai buang
air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut WHO (1980) Gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari.
b. Etiologi
1) Faktor Infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupkan penyebab utama gastroenteritis. Penyebeb infeksi internal
adalah virus, bakteri dan parasit :
 Infeksi virus

7
 Retovirus, merupakan penyebab tersering. Sering didahului atau
disertai dengan muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama
pada musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah.
 Enterovirus, biasa timbul pada musim panas.
 Adenovirus, sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/pernafasan.
 Infeksi bakteri
 Sigella: Semusim puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden
paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Gejala muntah tidak menonjol.
 Salmonella: bakteri menembus dinding usus. Gejala yang sering
muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada
peningkatan temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos
dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme
dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
 Escherichia coli : menembus mukosa (feses berdarah) atau
menghasilkan enterotoksin.
 Campylobacter: biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan
bercampur mukus). Gejala yang sering timbul keram abdomen yang
hebat, muntah/dehidrasi jarang terjadi.
 Yesirnia enterecolitica : gejala yang sering timbul adalah feses
mukosa, sering di dapatkan sel polos pada feses, nyeri abdomen yang
berat, diare selama satu sampai dua minggu, sering menyerupai
apendicitis.
 Infeksi parasit karena cacing (ascaris, strongyloides, protozoa, jamur).
2) Faktor non infeksi
 Malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak
 Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
c. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor
penyebab antara lain:
1) Faktor kelainan pada saluran makanan
Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan oleh
penyakit anara lain akilia gastrika, tumor, pasca gastrektomi, vagotomi,
vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis, kolitis
ulserosa, poloposis dan endotriatis dapat mengakibatkan perubahan
pergerakan pada dinding usus. Jika perberakan dinding usus menurun, hal
ini menyebabkan perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga
usus atau jika pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga
meningkat, sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan
permukaan usus, makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan
kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi
hipersekresi yang menambah keenceran tinja.
2) Faktor infeksi
Parasit, bakteri, virus, dan jamur yang masuk kedalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa
mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan

8
masuk kedalam usus halus dan berkembangbiak. Didalam usus halus akan
mengeluarkan toksin yang difatnya merusak vili-vili usus dan dapat
meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan
elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.
3) Faktor makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi, masuk
melalui mulut kedalam lambung. Didalam lambung makanan akan
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung
zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak,
reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah
cairan dalam usus yang mengakibatkan diare.
d. Manifestasi klinis
1) Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek atau cair)
2) Demam karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksi
3) Muntah
4) Nyeri abdomen
5) Dehidrasi
6) Penampakan pucat
7) Mata cekung, mata kering
8) Malaise
9) Weightloss (BB menurun)
3. Gastritis (gangguan pada lambung)
a. Definisi
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung
yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri,
obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-
kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan
tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dyspepsia atau
indigesti.
b. Etiologi
Penyebab dari gastritis antara lain:
1) Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS (Indometasin,
ibuprofen dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen
kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat dan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2) Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka dan gin.
3) Infeksi bakteri; seperti H. Pylor (paling sering), H. Heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. Coli, tuberculosis
dan secondary syphilis.
4) Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5) Infeksi jamur; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis
6) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan saraf pusat dan refluks usus lambung
7) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.

9
8) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks (komponen penting alkali
untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
9) Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
10) Terauma langsung lambung, berhubungan dnegan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang
dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
c. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung. Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi
difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di
mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra
sel ke ekstra sel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga
timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukuan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila
lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus
menerus. Jaringan yang meradang akan di isi dengan jaringan fibrin sehingga
lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung.
Faktor intristik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau
hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus.
Sementara Vitamin B12 ini berepran penting dalam pertumbuhan dan maturasi
sel darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi
lambung dan perdarahan.
d. Manifestasi klinis
1) Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi
b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan. Beberapa pasien
menunjukan asimptomatik.
c) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus
d) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan
akan hilang selama 2-3 hari.
2) Gastritis kronis pasien, dengan gastritis tipe A secara khusus
asimptomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis
tipe B, pasien mengeluh anoreksia, nyeri uluhati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.
4. Apendisitis (gangguan pada apendiks/umbai cacing)
a. Definisi
Apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendik dan
merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi .
b. Klasifikasi apendisitis

10
1) Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari oleh
radang mendadak umabai cacing yang memberikan tanda setempat disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum local. Gejala apendisitis akut
ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral
didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ketika mcburney . disini nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya shingga merupakan nyeri somatic setempat.
2) Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakan jika ditemukan adanya
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikrokopik. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di
mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
c. Etiologi
Apendisitis akut merupan infeksi bakteria. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai pencetus disamping hyperplasia
jaringan limfe fekalit, tumor apendik dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di duga dapat menyebabkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.
Peran kebiasaan makan-makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi
terhadap timbulnya apendisitas. Konstipasi akan menaikan tekanan ontrasekal
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolonbiasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya
apendisitis akut.
d. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, dan neoplasma. Obstruksi tersebut neyebabkan
mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama, mucus
semakin banyak, namun elastisitasn dinding apendik mempuntai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakinatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada sat inilah
terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila
sekresimukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai teritonium setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis
supuratif akut. Bila kemudian arter terganggu akan terjadi infark dinding
apendik yang diikuti dengan gangrene.
e. Manifestasi klinik

11
Apendisitis akut sering tampil dengan gejal yang khas yang di dasari oleh
radang mendadak umbaicacing yang memberi tanda setempat. Nyeri kuadran
bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan.
Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran
kanan bawah pada titik Mc.Burnei yang berada antara umbilicus dan spinalis
iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi
afendiks. Bila pendiks melingkar di belakang sekum, neri dan nyeri teken
terasa di saerah lumail. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat
diketahui hanya pada pemerikasaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukan
ujung apendiks berada dekat rectum. Nyeri pada saat berkemih menunjukan
bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
5. Hemoroid/ Wasir
a. Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena disekitar anus.
b. Etiologi
Faktor resiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air
besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai
jamban duduk, terlalu lama duduk dijamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang
berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan
berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
c. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu ,
konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak mempunyai katup, sehungga mudah terjadi aliran balik.
d. Manifestasi klinik
Gejala-gejala hemoroid tahap awal berupa keluarnya darah merah segar saat
buang air besar, biasanya keluarnya bersamaan atau sesudah tinja. Selain itu,
terasa gatal atau iritasi di daerah anus dan rasa sakit atau tidak nyaman. Gejala
dapat berlanjut menjadi benjolan yang keluar lewat anus.
6. Kanker Kolon
a. Definisi
Kanker kolorektal merupakan bentuk malignansi yang terdapat pada kolon
asending, transversal, desending, sigmoid dan rektal. Kanker kolorektal dapat
dikatakan kaganasan atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar
(kolon) dan rectum.
b. Etiologi

12
1) Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur dan
buah), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein
hewani.
2) Kelainan Kolon
a) Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsimona.
b) Familial poliposis : polip diusus mengalami degenerasi maligna
menjadi karsimona.
3) Kondisi ulserative penderita colitis ulserative menahun mempunyai resiko
terkena karsimona kolon.
4) Genetik anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsimona kolon
mempunyai frekuensi 3 kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang
tuanya sehat.
c. Gambaran Klinis
Gejala kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan kebiasaan
defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan.
Gejala dan tanda penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker dan sering
dibagi menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar.
1) Karsimona kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan
defekasi akibat iritasi dan respon refleks. Sering terjadi diare, nyeri mirip
kejang, dan kembung. Lesi pada kolon kiri cenderung melingkar, sehingga
sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti
pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronis. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau
vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat
timbul akibat tekanan pada stuktur tersebut.
2) Karsimona pada kolon kanan (isi kolon berupa cairan) cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali. Terdapat sedikit kecenderungan terjadi
obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia
akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat
dideteksi dengan uji guanik. Pada orang kurus, tumor kolon kanan kadang
dapat diraba, tetapi tidak khas pada stadium awal. Penderita mungkin
merasa tidak enak pada abdomen, dan kadang pada epigastrium.
d. Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapt dari luar ataupun dari dalam tubuh
manusia itu sendiri. Kanker kolorektal khususnya, memiliki hubungan
terhadap kondisi feses dari individu, serta riwayat penyakit yang diderita,
dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari faktor resiko yang ada pada
individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kanker pada kolon dan rectum dapat diawali dengan adanya riwayat
polip pada individu. Polip merupakan massa pada jaringan yang menonjol
pada lumen usus. Polip yang tidak diatasi atau dilakukan intervensi, dapat
berubah menjadi maligna. Polip yang telah berubah menjadi ganas tersebut

13
akan menyerang dan menghancurkan sel yang normal dan meluas dijaringan
sekitarnya.
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu
kanker pada tubuh. Efek karsinogen semakin meningkat apabila mendapat
penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi menyebabkan
proliferasi sel kanker. Corwin (2001) menyatakan kurangnya asupan
antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan sayuran yang mengandung
antioksidan seperti vit E, vit C, dab beta karolin dapat mengeurangi
perlindungan sel terhadap efek karsinogen. Buah dan sayuran yang segar
memiliki enzim aktif yang dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan
sel yang sehat.
Kondisi feses yang kurang baik juga memicu terjadinya kanker kolon.
Aktivitas atau olahraga yangkurang teratur dapat mengakibatkan feses menjadi
lebih lama berada dikolon dan rectum., terlebih jika individu melakukan diet
rendah serat. Kondisi ini dapat mengakibatkan toksin yang terdapat dalam
feses mencetuskan pertumbuhan sel kanker. Feses yang mengandung banyak
lemak juga memicu sel kanker. Tingginya lemak dalam feses diakibatkan oleh
tingginya lemak seperti daging. Feses yang terlalu banyak mengandung lemak
dapat mengubah flora dalam feses menjadi bakteri clostridia dan bakteriodes
yang mempunyai enzim 7- alfa dehidrosilase yang mencerna asam menjadi
asam deoxycholi dan lithocholic meningkat dalam feses.
Masa kanker yang terdapat dalam kolon ataupun rectum akan
menyebabkan adanya sumbatan atau obstruksi, yang mengakibatkan evakuasi
feses yang terhambat atau tidak lengkap setelah defekasi. Akibat lebih
lanjutnya ialah konstipasi, distensi atau nyeri abdomen, hingga feses berdarah.
Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak dini dan dibiarkan, maka besar
kemungkinan sel kanker akan melakukan dan metastasis. Metastasis pada sel
kanker kolorektal terdiri dari penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan
hematogen.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan menganggu metabolisme sel. Kerusakan ini
sifatnya reversibel artinya bisa di perbaiki apabila penyebebnya segera
dihilangkan. Penyebab degenerasi sel bermacam-macam yaitu kekurangan
oksigen, kekurangan nutrisi/malnutrisi, infeksi sel, respons imun yang abnormal,
faktor fisik yaitu suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan, dan
kimia, defect genetik dan penuaan.
Degenerasi sel pada gangguan atau penyakit gastrointestinal umumnya
bukanlah suatu penyakit yang sangat berbahaya, melainkan beberapa gejala yang
dapat dialami. Gejala gangguan gastrointestinal dapat dirasakan atau sering setiap
hari. Gangguan sistem pencernaan manusia memiliki banyak kemungkinan
penyebab, sering kali gangguan pencernaan erat kaitannya dengan gaya hidup
seseorang, makanan yang tidak sehat, minuman berakhol dan obat obatan yang
dikonsusmsi.

15

Anda mungkin juga menyukai