Anda di halaman 1dari 10

Nama : Indra. I.

Wungkana

NIM : 19111101138

Kelas : 4. E

Mata Kuliah : Kesehatan Masyarakat wilayah Pesisir dan Kepulauan

Nama Dosen : Dr. Oksfriani J. Sumampouw, S.Pi., M.Kes

1. Jelaskan faktor penentu status Kesehatan Masyarakat menuruk H. L. Blum dan Marc
Lalonde
 Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) gaya hidup (life style); 2) lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya); 3) pelayanan kesehatan; dan 4) faktor genetik (keturunan).

A. Lingkungan
Lingkungan merupakan tolak ukur mengenai derajat kesehatan masyarakat, sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat juga akan menentukan
tinggi rendahnya derajat lingkungan.
Secara umum lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan yang berhubungan
dengan aspek fisik dan sosial. Akan tetapi faktor lingkungan juga dapat dilihat dari
lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, lingkungan politik dan lingkungan budaya.
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik seperti air, kelembaban,
cahaya, udara, tanah, dll. Sedangkan lingkungan sosial adalah hasil interaksi antara
manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dll.
Akan tetapi faktor lingkungan juga dapat dilihat dari lingkungan sosial, lingkungan
ekonomi, lingkungan politik dan lingkungan budaya.
B. Perilaku
Perilaku merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidaknya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri.
Di samping itu, perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi dan perilaku – perilaku lain yang melekat pada
diri seseorang.
C. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Faktor
pelayanan kesehatan meliputi jenis cakupan dan kualitasnya.
Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pencegahan
terhadap penyakit, pengobatan, keperawatan dan pemulihan kesehatan pada kelompok
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat mudah dijangkau atau
tidak. Selanjutnya adalah tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan dan
kesesuaian program pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
D. Genetik
Keturunan atau genetik adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa
sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes militus dan asma
bronkial. Faktor keturunan tidak dapat dihilangkan akan tetapi dapat dikontrol agar tidak
menimbulkan dampak yang lebih besar.
Berdasarkan dari Teori H.L. Blum antara faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan genetik memiliki interaksi yang saling berkesinambungan untuk mempengaruhi derajat
kesehatan individu ataupun masyarakat.

 Marc Lalonde , yang adalah Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Kanada pada


tahun 1974, mengusulkan konsep "bidang kesehatan" baru, yang berbeda dari perawatan
medis. Lalonde lewat laporan yang Ia buat, mencatat bahwa "pandangan tradisional atau
yang diterima secara umum dari bidang kesehatan adalah bahwa seni atau
ilmu kedokteran telah menjadi sumber dari semua perbaikan kesehatan, dan kepercayaan
populer menyamakan tingkat kesehatan dengan kualitas obat". Konsep baru
"membayangkan bahwa bidang kesehatan dapat dipecah menjadi empat elemen
besar: Biologi manusia, Lingkungan, Gaya Hidup, dan organisasi perawatan
kesehatan" yaitu faktor penentu kesehatan ada di luar sistem perawatan kesehatan.
Laporan tersebut dianggap telah mengarah pada perkembangan dan evolusi promosi
kesehatan, mengakui kebutuhan masyarakat untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab
dalam mengubah perilaku mereka untuk meningkatkan kesehatan mereka sendiri, dan juga
kontribusi masyarakat dan lingkungan yang sehat terhadap kesehatan.
Inovasi lain dari laporan tersebut adalah mengusulkan bahwa intervensi kesehatan
masyarakat harus memusatkan perhatian pada segmen populasi dengan tingkat paparan
risiko tertinggi . Dalam pengertian ini, laporan tersebut menjadi fundamental dalam
mengidentifikasi perilaku berisiko kesehatan sebagai penentu ketidaksetaraan kesehatan.
 March Lalonde dan Hendrick L. Blum (1974), menemukan faktor-faktor penting yang
menentukan kesehatan penduduk. Pelayanan kuratif lebih merupakan pelayanan penanganan
penyakit individu secara episodik. Namun apabila terjadi keadaan wabah maka pelayanan
kuratif akan menghadapi banyak masalah karena jumlah yang sakit melebihi kapasitas yang
bisa ditangani dalam waktu bersamaan. Menurut kedua pakar ini, kesehatan
penduduk/kelompok masyarakat bukanlahhasilpelayanan medis kuratif, tetapi justru faktor-
faktor lain seperti kesehatan lingkungan dan perilaku hidup mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap kesehatan penduduk. Berdasarkan hal ini upaya kesehatan yang semula
menekankanpadamedis-kuratif-episodik beralih orientasi kepada upaya promotif preventif
protektif dan upaya penanggulangan penyakit beralih ke upaya penanggulangan risiko.
 Teori dari Hendrik Blum dan Marc Lalonde menunjukkan bahwa status kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan
kesehatan dan genetik. Hendrik L. Blum dalam Planning for Health, Development and
Application of Social Change Theory secara jelas menyatakan bahwa determinan status
kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi domain lingkungan, perilaku dan
genetika serta bukan hasil pelayanan medis semata-mata. Berdasarkan teori ini, terlihat
bahwa konsep status kesehatan seseorang bahkan suatu masyarakat, dipengaruhi oleh
empat faktor terdiri lingkungan 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%,
serta faktor genetik atau keturunan hanya berpengaruh 5% (Sarudji, 2006).
2. Jelaskan Historical Disease dan Level Pevention Menurut Leavell dan Clark
 Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan
agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terintrupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Riwayat alamiah penyakit
(natural history of disease) adalah perjalanan penyakit alami dan tanpa adanya pengobatan
atau intervensi apapun yang terjadi mulai dari keadaan sehat hingga timbul penyakit
(Bhopal, 2002).
 Menurut Leavel and Clark, pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan, yang sering disebut
5 level of prevention. Adapun five level of prevention tersebut adalah sebagai berikut:
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan). Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat
diperlukan, misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi
lingkungan dan sebagainya. seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan
cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex
education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
2. Specific Protection (Perlindungan Khusus). Perlindungan khusus yang dimaksud dalam
tahapan ini adalah perlindungan yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang
beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar
kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari serangan penyakit yang
mengincarnya. Oleh karena demikian, perlindngan khusus ini juga dapat disebut
kekebalan buatan. Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di Negara - negara berkembang. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap
penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan
kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat
umum maupun tempat kerja.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat dan
Tepat). Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama
ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja sasarannya adalah orang-orang yang telah
jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya dapat segera diidentifikasi dan secepatnya pula
diberikan pengobatan yang tepat. Tindakan ini dapat mencegah orang yang sudah sakit,
agar penyakinya tidak tambah parah. Perlu kita ketahui bahwa faktor yang membuat
seseorang dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan hanya dipengaruhi oleh
jenis obat yang diminum dan kemampuan si tenaga medisnya. Tetapi juga dipengaruhi
oleh kapan pengobatan itu diberikan. Semakin cepat pengobatan diberikan kepada
penderita, maka semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh.
4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan). Karena kurangnya pengertian dan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak
layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidak
mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya
infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga Pengobatan yang Sempurna (Perfect
Treatment) karena kecacatannya yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada
penderita tidak sempurna. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit
menyerang dan membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak
penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih
sempurna. Salah satunya adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai
habis.
5. Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan tahapan
yang sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok masyarakat yang dalam masa
penyembuhan sehingga diharapkan agar benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat
beraktifitas dengan normal kembali. Apalagi kalau suatu penyakit sampai menimbulkan
cacat kepada penderitanya, maka tahapan rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan yang
menentukan hidupnya kedepan akan seperti apa nantinya. Setelah sembuh dari suatu
penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk memeulihkan cacatnya
tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengetian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan.
Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untik
kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka
sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan
kesehatan pada masyarakat.
3. Jelaskan 4 teori Simpul menurut Achmadi

 Mengacu kepada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis penyakit dapat
diuraikan ke dalam 5 (lima) simpul, yakni :
A. Simpul 1: sumber penyakit Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit.
Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
penyakit melalui kontak secar langsung atau melalui media perantara (yang juga
kompenen lingkungan). Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapt
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.
b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri, Cadmium, CO, H2S dan
lain-lain.
Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang
mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.
B. Simpul 2: media transmisi penyakit Adal lima komponen lingkungan yang lazim kita
kenal sebagai media transmisi penyakit, yaitu air, udara, tanah/pangan,
binatang/serangga, manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi
penyakit jika di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.
C. Simpul 3: perilaku pemajanan (behavioural exposure) Agent penyakit dengan atau tanpa
menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses
yang kita kenal dengan hubungan interaktif. Hubungan interaktif antara komponen
lingkungan dengna penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang
disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan
adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung
potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang masuk
ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas. Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh
manusia, yakni :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem pencernaan
c. Masuk melalui permukaan kulit
D. Simpul 4: kejadian penyakit Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif
penduduk dengan lingkungan yang memiliki p otensi bahaya gangguan kesehatan.
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan
dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.
E. Simpul 5: variabel suprasistem Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok
variabel simpul 5, yakni variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem lainnya,
yakni keputusan politik berupa kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul.
4. Jelaskan Segitiga Epidemiologi

Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini menggambarkan interaksi tiga
komponen penyebab penyakit, yaitu manusia (host), penyebab (Agent), dan lingkungan
(environment).
Gordon berpendapat bahwa :
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host).
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host
(baik individu/kelompok).
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, dan biologis).
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman
masing - masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau
triad epidemologi, dan cocok unutk menerangka penyebab penyakit infeksi. Sebab peran
Agent (mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari lingkungannya.
Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah keseimbangan interaksi
ketiga komponen yang akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit.
Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host
dan Agent berada di ujung masingmasing tuas, sedangkan environment sebagai
penumpunya.
5. Jelaskan model Keseimbangan Ekologi
 Keseimbangan ekosistem adalah suatu kondisi dimana interaksi antara komponen-komponen
di dalamnya berlangsung secara harmonis dan seimbang. Keseimbangan ekosistem tersebut
berdampak signifikan pada keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup
lainnya.
Keseimbangan lingkungan merupakan keseimbangan yang dinamis, artinya keseimbangan
yang dapat mengalami perubahan. Tetapi perubahan ini bersifat menjaga keseimbangan
komponen lain, bukan berarti menghilangkan komponen yang lainnya. Karena perubahan
komponen yang bersifat drastis akan mempengaruhi perubahan komponen lainnya. Sebagai
contoh hilangnya/musnahnya salah satu komponen (tingkatan trofi) pada piramida ekologi
atau rantai makanan maka menyebabkan dampak perubahan pada komponen sebelumnya
maupun sesudahnya. Hal inilah yang mengakibatkan lingkungan tersebut menjadi tidak
stabil.
Sebuah lingkungan dikatakan seimbang (equilibrium) apabila memiliki ciri - ciri antara lain :
1. Lingkungan yang didalamnya terdapat pola-pola interaksi, meliputi : arus energi, daur
materi, rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi, daur biogeokimia, dan
produktivitas. Melalui pola-pola interaksi tersebut, pertumbuhan dan perkembangan
organisme berlangsung secara alami, sehingga tidak ada organisme yang mendominasi
terhadap organisme lainnya.
2. Lingkungan yang homeostatis, yaitu lingkungan yang mampu mempertahankan terhadap
gangguan alam, baik gangguan secara alami maupun buatan.
3. Lingkungan yang memiliki daya dukung lingkungan, yaitu lingkungan yang mampu
mendukung semua kehidupan organisme, karena dalam lingkungan terdapat berbagai
sumber daya alam (hayati dan non hayati).
4. Terbentuknya lingkungan yang klimaks, yaitu lingkungan yang banyak ditumbuhi
pohon-pohon (terbentuknya hutan).

Contohnya:

Sebuah kasus yang terjadi di Probolinggo dan sebagian Bali, yaitu terjadinya ledakan ulat
bulu di area persawahan. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Siklus energi terbentuk melalui rantai makanan, yang
selanjutnya akan membentuk jaring jaring makanan.

Ledakan populasi ulat bulu terjadi karena putusnya rantai makanan, dimana predator
predator ulat bulu diburu secara berlebihan. Misalnya saja burung berkicau, tokek dan
serangga lain yang memangsa ulat bulu. Keberadaannya terus diburu untuk kepentingan
manusia, sehingga populasi ulat bulu meledak tanpa kontrol.
Rusaknya keseimbangan ekosistem itulah yang menjadi factor utama meledaknya
populasi ulat bulu, disamping faktor lain, misalnya perubahan iklim global, ketersediaan
tanaman inang berlebih dan akibat asap letusan Gunung Bromo di Probolinggo.
Kerusakan ekosistem ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlanjut secara terus menerus,
karena ledakan populasi ini pasti akan terulang kembali jika ekosistem tidak diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai