Disusun oleh:
Kelompok 7
Dian 113117095
Khusyu Fajriah 113117113
Wulanda Septiani 113117114
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kami. dan telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Epidemiologi Penyakit
Menular tentang Penyakit yang dapat ditularkan melalui vektor (vector borne
disease).
kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain.Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali
Allah SWT.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penyakit yang dapat
ditularkan melalui binatang ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................33
A. Kesimpulan ...............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak
ditemukan. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah
orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di
dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitannya
(Najmah, 2016).
Infeksi virus terjadi melalui nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia
untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh
akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi
dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.
c. Penularan DBD
1. Jenis vector
Vektor penularan penyakit DBD adalah nyamuk Aedes. Di Indonesia
Pada tahap ini terjadi interaksi antara pejamu (Host) dan agen nyamuk
Aedes aegypti yang telah terinfeksi oleh virus dengue. Jika imunitas pejamu
sedang lemah, seperti mengalami kurang gizi dan keadaan lingkungan yang
tidak menguntungkan maka virus dengue yang telah menginfeksi nyamuk
Aedes aegypti akan melanjutkan riwayat alamiahnya yakni ke tahap
Patogenesis (Najmah, 2016).
2. Tahap Patogenesis
Masa inkubasi virus dengue berkisar selama 4-10 hari (biasanya 4-7 hari),
nyamuk yang terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa hidupnya.
Manusia yang terinfeksi adalah pembawa utama dan pengganda virus,
melayani sebagai sumber virus nyamuk yang tidak terinfeksi. Pasien yang
sudah terinfeksi dengan virus dengue dapat menularkan infeksi (selama 4-5
hari, maksimum 12 hari) melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama
mereka muncul (Najmah, 2016).
g. Diagnosis
1. Kriteria klinis
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari
b) Terdapat manifestasi perdarahan,
c) Pembesaran hati (hepatomegali)
d) Syok (renjatan),
2. Kriteria laboratorium
a) Trombositopenia (< 100.000/mm3),
b) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 % atau
lebih menurut standar umum dan jenis kelamin.
h. Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus demam
berdarah adalah dengan memberikan penyuluhan yang sangat penting untuk
menginformasikan kepada masyarakat mengenai bahaya nya DBD. Menurut
Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal dengan istilah 3M Plus dalam
pencegahan primer DBD yaitu :
3. Pencegahan Sekunder
4. Pencegahan Tersier
i. Pengobatan
j. Penanganan DBD
Penanganan DBD menurut Depkes RI (2004) ada 2 macam, yaitu:
1. Penanganan Simtomatis : mengatasi keadaan sesuai keluhan dan gejala klinis
pasien. Pada fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring, selama
masih demam, minum obat antipiretika (penurun demam) atau kompres
hangat apabila diperlukan, diberikan cairan dan elektrolit per oral, jus buah,
sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2
(dua) hari.
2. Pengobatan Suportif: mengatasi kehilangan cairan plasma dan kekurangan
cairan. Pada saat suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan,
namun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus DBD bisa jadi
hal ini merupakan tanda awal kegagalan sirkulasi (syok), sehingga tetap
perlu dimonitor suhu badan, jumlah trombosit dan kadar hematokrit, selama
perawatan. Penggantian volume plasma yang hilang, harus diberikan dengan
bijaksana, apabila terus muntah, demam tinggi, kondisi dehidrasi dan curiga
terjadi syok (presyok). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% didalam
larutan NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai rekomendasi WHO, yakni: larutan
Ringer Laktat (RL), ringer asetat (RA), garam faali (GF), (golongan
Kristaloid), dekstran 40, plasma, albumin (golongan Koloid).
g. Pemberantasan DBD
a. Pemberantasan jentik
1. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
2. Abatesasi
3. Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
b. Pencegahan gigitan nyamuk
1. Menggunakan kelambu
2. Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
3. Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)
4. Penyemprotan
h. Epidemiologi DBD
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2007, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam
berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia demam berdarah
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun1968, dimana sebanyak 58
orang terinfeksi dan 24 orang di antaranya meninggal dunia (Angka
Kematian/AK= 41,3%). Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia. Dan data terbaru didapatkan dari Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) mencatat sejak Januari 2020 hingga hari Maret terdapat 17.820
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Tiga provinsi tertinggi dalam kasus DBD ini berada di Lampung, Nusa Tenggara
Timur (NTT), dan Jawa Timur (Jatim). Rinciannya, Lampung sebanyak 3.431
kasus, NTT 2.732 kasus, dan Jatim 1.761 kasus.
2. Penyakit Malaria
a. Etiologi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi (Oswari, 2003).
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk kedalam
Plasmodium. Ada empat Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, dan
Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum ditemukan terutama di daerah tropis
dengan resiko kematian yang lebih besar bagi orang dengan kadar imunitas
rendah. Species yang paling berbahaya adalah Plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika karena malaria ini
menimbulkan penyerangan eritrosit dalam jumlah besar dalam waktu yang
singkat, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh
(Harijanto, 2000).
f. Epidemiologi malaria
Tahun 2017 jumlah kasus malaria sebanyak 261.000 kasus per tahun. Data
terakhir tahun 2018, kita turun menjadi 220.000 kasus. Dalam hal ini
ketercapaian eliminiasi malaria sudah 44 persen turunnya," papar Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian
Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan
Kementerian Kesehatan.
Dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 285 kabupaten/kota
diantaranya sudah berstatus eliminasi malaria. Sertifikat bebas malaria di
kabupaten/kota pun diserahkan kepada kepala pemerintah daerah setempat.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek turut memberikan sertifikat tersebut.
Jumlah penurunan kasus malaria di Indonesia termasuk salah satu contoh
perkembangan kondisi kesehatan di Asia Tenggara. Secara global, kasus malaria
menurun.
Laporan World Malaria Report 2018 sudah terjadi penurunan insiden malaria di
dunia sebanyak 8 persen dari tahun 2010 sampai 2017. Sebanyak 239 juta kasus
malaria pada tahun 2010. Sementara itu, tahun 2017 turun menjadi 219 kasus
malaria di dunia. Data diambil dari 91 negara.
3.Chikungunya
a. Etiologi Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya y
ang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit berasal
dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”,
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang
hebat. Chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu penyakit yang
disebarkan oleh arthropoda khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit pada siang hari,
sehingga kejadian penyakit ini lebih banyak terjadi pada wanita dan anak-anak
dengan alasan mereka lebih banyak berada di rumah siang hari (Ramadhani,
dkk, 2017).
Virus Chikungunya yang merupakan virus RNA yang mempunyai
selubung termasuk grup A dari Arbovirus, Alphavirus dari family
Togaviridae, dan dengan mikroskop electron menunjukkan gambaran virion
yang sferis yang kasar atau berbentuk polygonal dengan diameter 40-45 nm
(nanometer) dengan inti berdiameter 25-30 nm (Soedarto, 2003).
b. Penularan Chikungunya
Transmisi virus berlangsung melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi
oleh virus Arbo. Nyamuk yang terinfeksi oleh virus Arbo dapat
mentransmisikan virus sepanjang nyamuk tersebut tetap terinfeksi. Mulai dari
midgut ke kelenjar liur, berbagai organ nyamuk dan sel telah terbukti
terinfeksi virus Arbo seperti trakea, otot, kardia serta kepala dan nyamuk
betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus kepada generasi
berikutnya melalui transovarian. Nyamuk anautogenous betina perlu makan
darah dari induk semang vertebrata untuk proses produksinya. Oleh karena itu,
nyamuk betina jenis ini dapat bertindak sebagai vektor. Induk semang yang
terinfeksi virus Arbo seperti virus Dengue maupun Chikungunya selanjutnya
menjadi sumber virus bagi nyamuk lain ketika menghisap darah induk semang
tersebut. Transmisi didahului oleh replikasi biologis virus di dalam tubuh
vektor arthropoda (Ekawasti dan Martindah, 2018).
Virus yang masuk ke tubuh induk semang melalui gigitan nyamuk
selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah sampai timbul gejala seperti demam.
Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi darah induk semang disebut
sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap
darah induk semang dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke dalam
tubuh nyamuk dan berkembang selama 8-10 hari sebelum virus Arbo siap
ditularkan kepada induk semang lain. Virus di dalam darah selama fase
viremia akan diperbanyak pada jaringan vektor arthropoda potensial dengan
meningkatkan titer virus dalam kelenjar air liur, kemudian menggigit induk
semang dengan memindahkan virus melalui air liur.
Rentang waktu yang di perlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada
kondisi lingkungan terutama temperatur sekitar. Virus dalam darah yang
diisap juga masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk di dalam
kelenjar air liurnya. Setelah nyamuk betina mencerna makanan darah yang
terinfeksi, maka perlu masa inkubasi ekstrinsik 5-10 hari sebelum virus
dilepaskan dalam air liur. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan
air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur inilah virus dipindahkan dari nyamuk ke induk
semang lain (Ekawasti dan Martindah, 2018).
Siklus hidup nyamuk anopheles
Saran
XDAFTAR PUSTAKA