Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASITOLOGI 2

“IDENTIFIKASI PLASMODIUM & HITUNG DENSITAS MALARIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : AHMAD MAULIDINNOR RAHIM

NIM : AK917005

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

BANJARBARU

2019
Judul : Identifikasi Plasmodium & Hitung Densitas Malaria

Hari/tanggal : Selasa, 19 Maret 2019

Tujuan : “Untuk Mengetahui Plasmodium dalam darah dan menghitung densitas


malaria”

Prinsip : - Sediaan apusan: di buat apusan darah pada objek glass/kaca objek.

- Pewarnaan: Didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel yakni, zat warna
yang bersifat asam akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat
alkalis, begitupun sebaliknya sehingga menghasilkan warna pada sel

Metode : Mikroskopik ( Apusan darah tipis dan tebal )

Dasar Teori :

Malaria adalah penyakit yang telah lama diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit
ini memiliki tanda yang khas yaitu demam yang naik turun dan teratur disertai menggigil.
Febris tersiana dan febris kuartana telah dikenal pada masa itu. Selain menyebabkan
limpa membesar dan mengeras atau Splenomegali, malaria dahulu disebut demam kura
(Sorontou, 2013).

Malaria adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh protozoa dari genus
Plasmodium. Parasit ini ditularkan oleh gigitan nyamuk Anophelesbetina Pada manusia,
terdapat empat spesies penyebab malaria, yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P.
Malaria. Penyebaran alami parasit malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina.
(Soedarto, 2009)

Di Indonesia malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di beberapa daerah di luar daerah jawa dan bali. Data
Kementrian Kesehatan menyebut terjadinya penurunan angka kasus malaria atau annual
parasite incidence / API di Indonesia sejak tahun 2005 – 2014 cenderung menurun yaitu
dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 0,99 per 1.000 penduduk
berisiko pada tahun 2014. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
untuk angka kesakitan malaria / API tahun 2014 < 1 per 1.000 penduduk berisiko telah
tercapai di beberapa kabupaten dan kota. (Kemenkes, 2015)

Alat dan Bahan

A. Alat
- Preparat malaria
- Pipet tetes
- Mikroskop
B. Bahan
- Oil Imersi
- Sampel : Slide Malaria Positif

Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Teteskan oil imersi pada preparat malaria yang ingin diperiksa pada apusan
tebal dan tipis
3. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 atau 100x10
4. Amati adanya ring, tropozoit, schizont, dan gametosit
Hasil Pengamatan

Pada praktikum perhitungan densitas malaria dan mikrofilaria didapatkan hasil seperti
berikut:

1. Perhitungan densitas malaria

Ditemukan 36 palsmodium dalam 200 leuosit, dilakukan peritungan densitas malaria :

Diketahui:

∑ parasite : 71

∑ jumlah leukosit : 200

∑ hitung jumlah leukosit : 11.000

∑ 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡
Malaria density = ∑ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × ∑ ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡

71
= 200×11.000

= 3.905/ml darah
2. Perhitungan mikrofilaria/filariasis

Filariasis density:

semua mikrofilaria
∑= ×faktor pengali (µl darah)
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓

14
= ×16,7
2

= 116,9

MFR:

sediaan darah yang(+)


∑ = 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎×100%

2
= 2×100%

= 1%
Pembahasan

Pada praktikum parasitology 2 yang telah dilakukan yang berjudul “identifikasi


plasmodium dan densitas malaria” agar mengetahui bagaimana bentuk dari plasmodium
yang menyebabkan malaria. Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
gigitan (tusukan) nyamuk Anophelles sp yang mengandung parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa. Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki endemisitas malaria yang tinggi.

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal
ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar.

Supaya dapat melakukan pengamatan pada malaria maka dibuat sediaan apusan
tebal dan tipis, Plasmodium terbagi menjadi 4, yaitu plasmodium vivax, plasmodium
ovale, plasmodium falciparum, dan yang terakhir plasmodium malayi. Pada infeksi dari
plasmodium falsifarum berupa gametosit (cincin), bentuk cincin yang menempel pada
pinggir membran eritrosit merupakan tanda khas dari spesies ini. Saat terinfeksi bentuk
eritrosit tidak bertambah besar dan bisa lebih banyak cincin yang ditemukan pada
eritrosit.

Faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium, antara lain


sebagai berikut :

1. Pra analitik

a. Persiapan pasien yang tidak sesuai dengan prosedur kerja.

b. Alat dan bahan yang tidak steril atau sudah terkontaminasi.


2. Analitik

a. Pengambilan darah kapiler yang kurang tepat.

b. Saat darah diteteskan ke objek glass, darah yang digunakan adalah darah yang

pertama.

c. Fiksasi dengan metanol absolut yang salah.

d. Pewarnaan dengan giemsa tidak sesuai waktu yang sudah ditetapkan.

3. Pasca analitik

a. Pencatatn hasil

b. Pelaporan hasil

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pewarnaan & pemeriksaan yaitu :

1. Metanol tidak boleh menggenangi sediaan apusan tebal


2. Hati-hati pada saat pembilasan
3. Lensa mikroskop yang kotor
4. Pewarnaan tidak boleh lebih 24jam setelah mengering
5. Terlalu lama penyimpanan slide menyebabkan tumbuhnya jamur
6. Sediaan apusan tipis tidak boleh terkena aquadest karena sel-sel darah akan lisis
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil pemeriksaan yang didapatkan


dari kelompok kami adalah positif malaria pada slide yang sudah disediakan dengan
perbesaran 10 x 40 di bawah mikroskop
DAFTAR PUSTAKA

- Kemenkes, 2015.Profil Kesehatan Tahun 2014.Jakarta.


- Soedarto, 2009.Penyakit Menular di Indonesia.Sagung Seto, Surabaya.
- Sorontou, Y. 2013. Ilmu Malaria Klinik. Jakarta : EGC.
Banjarbaru,10 April 2019

TTD TTD

Dian Nurmansyah,S.ST.M,Biomed Ahmad Maulidinnor Rahim

Nilai

Anda mungkin juga menyukai