Anda di halaman 1dari 10

PARADIGMA KASUS MALARIA DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama : Sarah Nadia
NPM : (20071102146)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH 2022
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020 ada 254.055 kasus
malaria yang melonjak 1,36% dari tahun 2019.
Lalu pada 2021 ada 304.607 kasus malaria di Indonesia, jumlah tersebut meningkat
19,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 254.050 kasus. Papua menjadi
provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia pada 2021. Tercatat ada 275.243 orang
yang terjangkit penyakit terebut sepanjang tahun lalu. Posisinya disusul oleh Nusa Tenggara
Timur dengan jumlah 9.419 kasus malaria. Papua Barat mencatatkan 7.628 kasus malaria.
Kemudian, 2.531 orang terinfeksi penyakit malaria di Sumatera Utara. Kalimantan Timur
menduduki posisi kelima dengan jumlah kasus malaria sebanyak 2.249 orang. Sebanyak 936
orang terinfeksi malaria di Sulawesi Selatan. Ada pula 897 orang yang terjangkit malaria di
Riau. Sementara, sebanyak 809 kasus malaria terjadi di Maluku.
Dan pada tahun 2022 Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, ada
415.140 kasus malaria di Indonesia. Jumlah tersebut melonjak 36,29% dibandingkan pada
tahun sebelumnya yang sebanyak 304.607 kasus. Di sisi lain, jumlah wilayah di Indonesia
yang berhasil melakukan eliminasi malaria sebanyak 372 kabupaten/kota di Indonesia.
Jumlah tersebut telah memenuhi target eliminasi malaria pada 2022 yaitu sebanyak 365
kabupaten/kota.

A. PARADIGMA (TEORI SIMPUL) KASUS MALARIA


Hubungan interaktif antar manusia serta perilakunya dengan lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit dikenal dengan proses kejadian penyakit. Dengan
mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat menyimpulkan pada bagian mana atau titik
mana bisa dilakukan pencegahan. Tanpa memahami patogenesis tersebut pencegahan tidak
dapat dilakukan, atau dengan bahasa lain disebut mnajemen penyakit.

Simpul 1: Sumber Penyakit


Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi.
Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia. Penularan malaria
dilakukan oleh nyamuk betina dari Anopheles, sehingga terjadi infeksi pada sel darah merah
oleh Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, transfusi darah, dan
suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria. Pada tubuh
manusia, parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian
menginfeksi sel darah merah.
Simpul 2: Vektor (pembawa penyakit)
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala malaria
termasuk demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan, dan pada kasus yang
parah, dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti anemia, gangguan
pernapasan, dan kegagalan organ.
Penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti malaria ditularkan oleh vektor seperti
nyamuk, kutu, dan kutu. Dalam kasus malaria, nyamuk Anopheles merupakan vektor yang
membawa dan menularkan parasit Plasmodium ke manusia. Nyamuk Anopheles betina
biasanya aktif pada malam hari, dan mereka memakan darah manusia untuk mendapatkan
nutrisi yang diperlukan untuk produksi telur.
Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia, ia menyuntikkan parasit
Plasmodium ke dalam aliran darah. Parasit kemudian melakukan perjalanan ke hati, di mana
ia berkembang biak dan menginfeksi sel darah merah. Sel darah merah yang terinfeksi dapat
pecah, menyebabkan pelepasan lebih banyak parasit ke dalam aliran darah dan menyebabkan
gejala khas malaria.
Mencegah malaria melibatkan beberapa strategi, termasuk menggunakan kelambu
berinsektisida untuk mengurangi gigitan nyamuk, meminum obat antimalaria untuk
mencegah infeksi, dan mengendalikan populasi nyamuk melalui tindakan lingkungan seperti
menghilangkan genangan air tempat nyamuk berkembang biak.

Simpul 3: Kelompok Rentan


Malaria dapat menginfeksi semua kelompok umur, kelompok umur yang beresiko
untuk terjadinya malaria yaitu bayi, balita dan ibu hamil. Kelompok ini rentan tertular
malaria karena sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang sehat. Studi
cross sectional dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan faktor karakteristik demografi
dan lingkungan terhadap kejadian malaria pada kelompok rentan di Indonesia tahun 2018.
Sebanyak 2915 sampel kelompok rentan dikumpulkan pada Riskesdas 2018 terdiri dari balita
2391 sampel dan ibu hamil 524 sampel. Balita 0,84% (20/2391) dan ibu hamil 0,38% (2/524)
positif malaria berdasarkan pemeriksaan dengan RDT. Faktor yang berhubungan dengan
kejadian malaria pada balita yaitu jenis kelamin, sedangkan pada ibu hamil yaitu umur,
pembungan air limbah, penggunaan kelambu, penggunaan obat nyamuk elektrik dan kasa
nyamuk (p-value < 0,05). Perlunya memproteksi balita dan ibu hamil agar tidak terular
malaria melalui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari gigitan nyamuk.

Simpul 4: Malaria
 Jenis Malaria
1. Malaria Falsiparum, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, merupakan jenis malaria
terberat. Karena dapat menyebabkan kpmplikasi berat seperti malaria otak, anemia berat,
syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, bahkan kematian.
2. Malaria Vivaks, disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 2 hari. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50%
dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.

3. Malaria Ovale, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat
ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.

4. Malaria Malariae, disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 3 hari.

5. Malaria Knowlesi, disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai


malaria falsiparum.

 Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan padapenderita non imun (berasal dari
daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain seperti
nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala tersebut biasanya
terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun).

 Cara Penularan Penyakit Malaria


1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan
nyamuk anopheles.

2. Penularan yang tidak alamiah.

a) Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b) Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah
dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada
penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan
alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik
itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
c) Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

 Bahaya Malaria
1. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian
Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan penurunan kualitas sumber
daya manusia.
2. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan keguguran, lahir
kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir rendah (BBLR) serta lahir mati.

 Diagnosa Malaria
Penanganan dimulai dengan diagnosa malaria melalui pemeriksaan fisik dan tes
diagnostic cepat (RDT – Rapid Diagnostic Test). RDT ini dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan dan jenis parasit yang ada di tubuh sehingga menyebabkan malaria. Hasil dari
RDT ini juga sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan anti malaria yang akan
diberikan kepada penderita. Selain RDT, terdapat pula pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini terdiri dari dua jenis yaitu pemeriksaan tetes tipis
hapusan darah dan pemeriksaan tetes tebal hapusan darah.
Pemeriksaan tetes tebal hapusan darah digunakan untuk mendeteksi Plasmodium
sedangkan pemeriksaan tetes tipis hapusan darah digunakan untuk menentukan spesies
penyebab serta kepadatan parasit. Kelebihan dari pemeriksaan ini adalah memantau
efikasi terapi dan alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan sederhana sehingga biaya
pemeriksaan murah.

 Faktor Praktik Penyebab Infeksi Malaria


a) Pemakaian Kelambu, pemakaian kelambu saat tidur sangat diperlukan di daerah endemis
malaria. Kelambu yang disarankan yaitu kelambu yang berinsektisida yang dibuat dengan
penggabungan insektisida ke dalam serat kelambu. Beberapa penelitian mengatakan
penggunaan kelambu dapat mengurangi kejadian malaria. Seseorang yang tidak
memeiliki kebiasaan memakai kelambu

b) beresiko 3,2 kali lebih besar terkena penyakit malaria dibandingkan dengan orang yang
mempunyai kebiasaan tidur menggunakan kelambu. Pemeliharaan Ternak, penularan juga
dapat terjadi di dalam rumah, dengan kondisi rumah yang berdekatan dengan tempat
perkembangan vektor misalnya perkebunan salak, aliran air, kandang ternak di dalam
maupun diluar rumah. Kandang ternak yang dekat dengan tempat perindukan akan
mempengaruhi kejadian infeksi malaria dikarenakan kandang akan menjadi salah satu
penanggulangan terhadap penularan malaria. Pemeliharaan hewan ternak terutama
golongan ternak besar seperti kerbau, kambing di dekat rumah akan menjadi Cattle
Barrier dapat mencegah kontak nyamuk dengan manusia.

c) Kebiasaan Keluar Malam, kejadian malaria yang diakibatkan seringnya beraktifitas diluar
rumah pada malam hari, berkaitan dengan kebiasaan vektor malaria yang eksofagik.
Nyamuk yang banyak menggigit diluar rumah, teteapi bisa masuk ke dalam rumah bila
manusia merupakan hospes utama yang disukai. Nyamuk golongan ini adalah An
Barbirostris dan An Maculatus (salah satu spesies yang ditemukan di Kalimantan Barat).
d) Kebiasaan Menggunakan Racun Nyamuk, responden yang tidak menggunakan obat anti
nyamuk memiliki risiko 5,979 lebih besar terkena malaria dari responden yang selalu
menggunakan obat anti nyamuk.

 Simpul 5: Faktor lingkungan yang berpengaruh pada kepadatan vektor malaria


meliputi lingkungan fisik dan biologi, Pencegahan, dan Pengendalian.

a) Lingkungan fisik
1. Suhu udara, proses perkembangan nyamuk pada suhu 25-27oC dan jika suhu lebih
dari 27-30oC akan menjadi lebih singkat. Umur nyamuk yang panjang akan
memberikan lebih banyak waktu untuk parasit malaria menyelesaikan masa inkubasi
ekstrinsiknya dari gametosit sampai sporozoit di kelanjar liur. Selain itu, suhu udara
juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan telur Anopheles
menjadi dewasa. Adanya variasi suhu udara ini dipengaruhi oleh ketinggian suatu
tempat. Ada hubungan yang kuat antara suhu udara dengan kepadatan Anopheles
dimana kepadatan Anopheles 68,8% dipengaruhi oleh suhu udara. Kepadatan akan
meningkat saat suhu udara turun sebaliknya kepadatan akan mengalami penurunan
jika suhu udara meningkat. Suhu udara beresiko menyebabkan malaria 2,571 kali
lebih besar.

2. Kelembaban Udara, batas kelembaban paling rendah yang memungkinkan hidupnya


nyamuk adalah 60%. Kelembaban yang rendah tidak berpengaruh pada parasit namun
memperpendek umur nyamuk sehingga dapat mengurangi kepadatan nyamuk.
Kelembaban udara berhubungan dengan kepadatan nyamuk anopheles. Kepadatan
anopheles 40,5% dipengaruhi oleh kelembaban udara, selebihnya 59,5% oleh faktor
lain di luar kelembaban udara. Kepadatan nyamuk anopheles ini juga berhubungan
dengan kasus malaria satu bulan berikutnya. Kelembaban udara dengan kepadatan
anopheles berhubungan ke arah positif. Kepadatan terjadi bersamaan dengan
meningkatnya kelembaban udara dan jika kelembaban turun maka kepadatan
anopheles juga turun. Kelembaban yang mempengaruhi kepadatan vektor malaria
dalam rumah akhirnya juga mempengaruhi kejadian infeksi malaria. Kelembaban
berhubungan dengan kejadian infeksi malaria dengan korelasi positif yang artinya
semakin meningkat kelembaban udara maka kejadian infeksi malaria juga akan
meningkat.

3. Hujan, pada musim hujan penularan malaria lebih tinggi dari pada musim kemarau.
Hal ini dikarenakan air hujan yang menimbulkan genangan juga merupakan tempat
ideal bagi nyamuk ini. Indeks curah hujan berhubungan dengan kepadatan nyamuk
anopheles per orang per malam dimana kepadatan nyamuk anopheles 56,9%
disebabkan oleh curah hujan. Kepadatan nyamuk anopheles ini berhubungan dengan
kasus malaria satu bulan berikutnya.
4. Angin, jarak terbang anopheles dipengaruhi oleh kecepatan angin. Biasanya jarak
terbang anopheles ini berkisar 0,5 hingga 3 km. Perilaku anopheles di Desa Selong
Belanak juga dipengaruhi oleh kecapatan angin yang akan mempengaruhi kepadatan
anopheles di daerah ini.

5. Ketinggian, kasus malaria umumnya berkurang pada ketinggian yang semakin


bertambah dikarenakan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m
transmisi malaria jarang terjadi. Ketinggian tempat adalah salah satu variabel
lingkungan yang memengaruhi populasi dan penyebaran perindukan nyamuk di
Sukabumi. Rendahnya ketinggian tempat suhu udara semakin tinggi dan semakin
tinggi ketinggian tempat semakin rendah suhu udaranya. Interval suhu udara di
dataran rendah Sukabumi termasuk suhu udara optimum bagi metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan nyamuk anopheles dan suhu udara di dataran tinggi
adalah batas bawah untuk metabolisme dan perkembangbiakan nyamuk. Hal inilah
yang dapat mempengaruhi kepadatan nyamuk. Semakin tinggi ketinggian tempat di
Sukabumi risiko infeksi malaria akan ditemukan semakin rendah.

6. Sinar matahari, sinar matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan larva nyamuk dan
pengaruhnya berbeda-beda pada setiap spesies Ansudaicus lebih menyukai tempat
yang teduh, An hyrcanus dan An pinctulatus lebih suka tempat terbuka. Sementara An
barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun terang. Pada daerah
endemis malaria di daerah berbatasan (Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten
Trenggalek) intensitas sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun mendukung
tempat hidup anopheles. Adanya bermacam-macam anopheles di daerah ini maka
masing masing spesies akan mencari tempat yang cocok untuk hidupnya, ditempat
yang teduh maupun dengan sinar matahari.

b) Lingkungan Biologi, lingkungan biologis merupakan salah satu determinan yang


memberikan wahana bagi nyamuk untuk berkembang, berbagai tumbuhan baik yang ada
darat misal tumbuhan yang besar dan membentuk suatu kawasan perkebunan atau hutan
akan berfungsi menghalangi masuknya sinar matahari ke permukan tanah, dengan
demikian makan pencahayaan akan rendah, suhu rendah dan kelembaban akan tinggi.
Kondisi seperti inilah yang sangat disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat setelah
menghisap darah hospes sambil menunggu proses pematangan telurnya, misalnya
nyamuk An balabacensis sangat senang tinggal daerah yang lembab dan pencahayaannya
rendah, seperti kebun salak. Adanya hewan ternak mempengaruhi kepadatan nyamuk.
Terdapat beberapa nyamuk yang suka menghisap darah manusia dan darah hewan An
Aconitus dan An subpictus lebih senang darah ternak dari pada manusia. Hal tersebut
dapat menjadi keuntungan bagi manusia karena tidak akan menggigitnya. Namun bila
hewan ternak berkurang nyamuk yang semula menggigit hewan akan berpindah menjadi
menggigit manusia sehingga nyamuk zoofilik menjadi antrofilik. Keadaan ini perlu
diwaspadai karena ada pula nyamuk yang senang menggigit darah manusia daripada
darah hewan.

c) Pencegahan Malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap
risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektordan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain. Obat yang digunakan untuk
kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari
sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh
diberikan lebih dari 6 bulan. Berikut beberapa tips untuk mencegah penyebaran penyakit
malaria:

1. Gunakan kelambu ketika tidur


2. Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan panjang selama beraktivitas
3. Hindari meletakkan pakaian basah di dalam rumah karena dapat menjadi tempat
persembunyian nyamuk
4. Lakukan langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas, dan
Mendaur ulang barang bekas)
5. Gunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET (diethyltoluamide)
6. Pasang obat nyamuk dan rutin menyemprot obat nyamuk terutama di pagi dan sore
hari
7. Rutin melakukan fogging massal di daerah dengan tingkat malaria yang tinggi
minimal sebulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017. Buku
Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Sumatera
Utara: USU digital library.

Jurnal:
Nurjana, Made Agus, Ningsi, Octaviani. “Malaria pada Kelompok Rentan di
Indonesia: (Analisis Data Riskesdas 2018).” Jurnal Vektor Penyakit 16, no. 1: 2022.
Firtiany, Julia, Ahmad Sabiq. “Malaria.” Jurnal Averrous 04, no. 2: 2018.

Internet:
“Kasus Malaria Indonesia Melonjak 36,29% pada 2022. 2023,”
https://dataindonesia.id/ragam/detail/kasus-malaria-indonesia-melonjak-3629-pada-
2022, diakses tanggal 09 Maret 2023.
“Penyebab, gejala, dan pengobatan malaria. 2021” https://rs-
soewandhi.surabaya.go.id/penyebab-gejala-dan-pengobatan-malaria/#:~:text=Malaria
%20merupakan%20penyakit%20yang%20disebabkan,betina%20yang%20terinfeksi
%20parasit%20tersebut, diakses tanggal 09 Maret 2023.
“Bab II, pdf- Repository Unimus, 2017”,
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkm-iswani11.pdf, diakses tanggal
09 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai