Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-2024
yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong, dimana peningkatan
kualitas manusia Indonesia menjadi prioritas utama dengan dukungan
pembangunan kesehatan yang terarah, terukur, merata dan berkeadilan.
Pembangunan Kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Berbagai kegiatan dilakukan untuk
mendukung pencegahan dan pengendalian penyakit, salah satunya kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik.
Malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan masyarakat
terutama pada masyarakat yang hidup di daerah terpencil. Hal ini tercermin
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor: 2 tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015 - 2019
dimana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi dan di
RPJMN IV tahun 2020-2024 juga disebutkan bahwa prevalensi penyakit
menular utama, salah satunya malaria masih tinggi disertai dengan ancaman
emerging disease akibat tingginya mobilitas penduduk sehingga
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Salah satu tantangan
terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia adalah terjadinya
penurunan efikasi beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi
terhadap klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena
penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun 2004 obat
pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat ACT. Kombinasi
artemisinin dipilih untuk meningkatkan mutu pengobatan malaria yang
sudah resisten terhadap klorokuin dimana artemisinin ini mempunyai efek
terapeutik yang lebih baik
B. Tujuan Penatalaksanaan
Pengendalian malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, hal ini bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk
mencapai hasil yang optimal dan berkualitas upaya tersebut harus dilakukan
terintegrasi dengan layanan Kesehatan dasar dan program lainnya.
Penitikberatan pada penatalaksanaan kasus malaria yang berkualitas
diharapkan akan memberikan kontribusi langsung upaya menuju bebas
malaria di Indonesia. Buku saku ini berisi standar dan pedoman tatalaksana
malaria dan diharapkan dapat membantu tenaga medis dan petugas
kesehatan lainnya yang melakukan tatalaksana kasus malaria.
Upaya pengendalian nyamuk anopheles sebagai vektor utama malaria
yaitu dengan penggunaan kelambu anti nyamuk. Distribusi kelambu
utamanya difokuskan pada kabupaten endemisitas tinggi dan desa fokus
pada kabupaten endemis sedang dan rendah. Kampanye kelambu
berinsektida mengusung tema peremajaan dan pemasangan kelambu baru
secara serentak yang telah dilaksanakan setiap 3 tahun sekali.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan bangsa Indonesia. Komitmen untuk pengendalian penyakit
malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak hanya secara
nasional, namun juga regional dan global sebagaimana yang dihasilkan pada
pertemuan World Health Assembly (WHA) ke-60 pada tahun 2007 di
Geneva tentang eliminasi malaria. Komitmen Eliminasi Malaria ini
didukung oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat Edaran Mendagri
No.443.41/465/SJ tahun 2010 tentang pelaksanaan program malaria dalam
mencapai eliminasi di Indonesia. Komitmen pemerintah ditunjukkan dalam
salah satu indikator RPJMN 2015-2019. Salah satu strategi dalam
pencapaian eliminasi malaria melalui Early Diagnosis and Prompt
Treatment, yaitu penemuan dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat
dan cepat sehingga penularan dapat dihentikan.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
Plasomodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina yang terinfeksi parasit tersebut. Gigitan nyamuk membuat parasit
masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel drah merah. Selain
melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan
malaria dapat menyebar menjangkit manusia seperti melalui donor organ,
transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang terinfeksi
dari ibunya. Di Indonesia, penyakit ini tergolong endemi karena terdapat
beberapa daerah yang masih banyak menderita malaria terutama di wilayah
Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di
sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra.
B. Penyebab Malaria
Terdapat beberapa jenis plasmodium yang menjadi penyebab penyakit
malaria, yakni:
1. Plasmodium Vivax
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax
cenderung menimbukan gejala yang lebih ringan. Parasit ini dapat
bertahan di organ hati dalam jangka waktu beberapa bulan atau tahun.
Walaupun tergolong ringan, malaria yang disebabkan oleh parasit ini
dapat kambuh ketika daya tahan tubuh menurun karena parasit dapat
aktif kembali.
2. Plasmodium Ovale 
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium ovale ini
tergolong tidak terlalu berbahaya yang mengancam jiwa, namun tetap
harus waspada karena malaria yang disebabkan oleh parasit ini dapat
menyebabkan anemia atau kekurangan darah.
3. Plasmodium Malariae
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium Malariae
menimbulkan gejala setelah lama terinfeksi parasit tersebut. Oleh
karena itu, penderita malaria ini akan mengalami infeksi yang kronis
mengalami gangguan fungsi organ ginjal.
4. Plasmodium Falciparum
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum
tergolong paling berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, kejang, hingga koma. Malaria jenis ini menjadi salah satu
penyebab kematian akibat malaria tertinggi di dunia.
Dari keempat jenis parasit penyebab malaria tersebut, hanya
dua jenis parasit yang paling banyak ditemukan kasusnya di Indonesia
yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
C. Gejala Malaria
Gejala malaria mulai muncul setidaknya dalam kurun waktu 10
hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles ataupun terpapar. Berikut
beberapa gejala malaria:
1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Berkeringat banyak
5. Lemas
6. Pegal linu
7. Gejala anemia atau kurang darah
8. Mual atau muntah
Apabila merasakan gejala-gelaja tersebut, segera pergi ke puskesmas
atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan.
D. Diagnosa Malaria
Penanganan dimulai dengan diagnosa malaria melalui pemeriksaan
fisik dan tes diagnostic cepat (RDT – Rapid Diagnostic Test). RDT ini
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan dan jenis parasit yang ada di tubuh
sehingga menyebabkan malaria. Hasil dari RDT ini juga sangat penting
untuk menentukan jenis pengobatan anti malaria yang akan diberikan
kepada penderita. Selain RDT, terdapat pula pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini terdiri dari dua jenis yaitu pemeriksaan
tetes tipis hapusan darah dan pemeriksaan tetes tebal hapusan darah.
Pemeriksaan tetes tebal hapusan darah digunakan untuk mendeteksi
Plasmodium sedangkan pemeriksaan tetes tipis hapusan darah digunakan
untuk menentukan spesies penyebab serta kepadatan parasit. Kelebihan dari
pemeriksaan ini adalah memantau efikasi terapi dan alat-alat yang
digunakan untuk pemeriksaan sederhana sehingga biaya pemeriksaan
murah.
E. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria dilakukan sesuai dengan jenis malaria, tingkat
keparahan gejala, dan kondisi pasien. Untuk pengobatan jenis malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax yang tergolong ringan, penderita akan
diberikan obat rawat jalan berupa ACT atau obat chloroquine. Selain itu
untuk mencegah kambuhnya malaria jenis ini, ditambahkan juga obat
primaquine. Sedangkan untuk jenis malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dengan derajat gejala sedang, penderita akan
dirawat di ruang non ICU Rumah Sakit. Bagi penderita dengan derajat
gejala berat, penderita akan dirawat di ICU (Intensive Care Unit) dan
diberikan obat melalui suntikan selama 24 jam pertama.
F. Pencegahan Malaria
Malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles, oleh karena itu
pencegahannya adalah dengan merubah pola perilaku manusia agar nyamuk
tidak muncul. Berikut beberapa tips untuk mencegah penyebaran penyakit
malaria:
1. Gunakan kelambu ketika tidur
2. Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan panjang
selama beraktivitas
3. Hindari meletakkan pakaian basah di dalam rumah karena dapat
menjadi tempat persembunyian nyamuk
4. Lakukan langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang
bekas, dan Mendaur ulang barang bekas)
5. Gunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET
(diethyltoluamide)
6. Pasang obat nyamuk dan rutin menyemprot obat nyamuk terutama di
pagi dan sore hari
7. Rutin melakukan fogging massal di daerah dengan tingkat malaria
yang tinggi minimal sebulan sekali
BAB III

PEDOMAN PENATALAKSANAAN

A. Standar Diagnosis
1. Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang
menderita demam atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam
terakhir atau tampak anemi; wajib diduga malaria tanpa
mengesampingkan penyebab demam yang lain.
2. Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang
menderita demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir dan
memiliki risiko tertular
3. malaria; wajib diduga malaria. Risiko tertular malaria termasuk :
riwayat bepergian ke daerah endemik malaria atau adanya kunjungan
individu dari daerah endemik malaria di lingkungan tempat tinggal
penderita.
4. Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah malaria
dengan mikroskop atau RDT.
5. Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil diagnosis
malaria harus didapatkan dalam waktu kurang dari 1 hari terhitung
sejak pasien memeriksakan diri.
B. Standar Pengobatan
1. Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional
pengendalian malaria di Indonesia.
2. Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita dengan
hasil pemeriksaan darah malaria positif.
3. Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi
kombinasi berbasis artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai dengan
jenis plasmodiumnya.
4. Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien
meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak terjadi
resistensi Plasmodium terhadap obat
5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intramuskular
atau intravena dan dilanjutkan ACT oral plus primakuin.
6. Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum dirujuk penderita
harus diberi dosis awal Artesunate intramuskular/ intravena.
C. Standar Pemantauan Pengobatan
1. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan
mikroskopis.
2. Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan setelah
pengobatan selesai (hari ke-3), hari ke-7, 14, 21, dan 28.
3. Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
hingga tidak ditemukan parasite dalam sediaan darah selama 3 hari
berturut-turut, dan setelahnya di evaluasi seperti pada penderita rawat
jalan
D. Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat
1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas malaria di
wilayah kerjanya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
setempat.
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama dengan fasilitas
layanan lainnya (pemerintah dan swasta) untuk meningkatkan akses
layanan yang bermutu bagi setiap pasien malaria.
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan memastikan
bahwa dilakukan penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana
malaria.
4. Petugas harus melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan dan
hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
BAB IV
ALGORITME TATALAKSANA MALARIA

A. Alur Penemuan Penderita Malaria

B. Tatalaksana Penderita Malaria


C. Penatalaksanaan Malaria Berat

D. Penatalaksanaan Malaria Berat di RS Rujukan


E. Penatalaksanaan Malaria Serebral
F. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Gagal nafas

G. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Gagal Ginjal


H. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Ikterus
I. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Anemia

J. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Black Water

K. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Hipoglikemia


L. Penatalaksanaan Malaria Berat dengan Koagulasi Intravaskuler Diseminata

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perlu pemantau lebih lanjut terhadap pengobatan:
1. Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada
hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan
darah secara mikroskopis. Apabila terdapat perburukan gejala klinis
selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita segera dianjurkan
datang kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
2. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap
hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis
membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi pengobatan
dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis
dan sediaan darah secara mikroskopis

Anda mungkin juga menyukai