Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

IMMUNOSEROLOGI II
PEMERIKSAAN PARASIT PADA TETES DARAH TIPIS

DISUSUN OLEH :
Adi Subagio (2240014025)

DOSEN :
Dr. Mohammad Yusuf Alamudi, S.Si.,M.Kes

PROGRAM STUDI D4 - ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NADHLATUL ULAMA SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria
telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal
secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab
utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun
1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun
1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan
metilen birusehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup
plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada
tahun1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan
bahwa nyamuk adalah vector penular malaria. Pada tahun 1890 Giovanni Batista
Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi
nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan
Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H.
Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium
falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens menguraikan nama
parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale.
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara,
terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria
bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah
sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.
Melihat dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas maka kami sangat
tertarik untuk melakukan pengujian guna untuk mengidentifikasi dan mengetahui
morfologi dari sel darah merah dan komponen disekitarnya. Untuk mengetahui
bagaimana cara melakukan uji laboratoruim pada penyakit malaria tersebut.

1.2 Tujuan

1.
2.
3.

Mengetahui pembuatan preparat sediaan darah tipis untuk pemeriksaan parasit.


Mengetahui cara pewarnaan sediaan darah dengan Giemsa
Mengetahui identifikasi spesies parasit malaria secara mikroskopis untuk
pengobatan secara tepat dan cepat.

BAB II
DASAR TEORI
Malaria di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius sehingga
memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sistematis. Plasmodium malariae pada manusia
ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. falciparum, P. ovale dan P. Malariae. Penyebab malaria berat
disebabkan P. falciparum dengan berbagai komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak, sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktifitas ekonomi dan
sosial. Sedangkan P.vivax dapat tinggal berbulan-bulan sampai bertahun-tahun di dalam sel hati
dan jika kondisi imunitas tubuh menurun menimbulkan kambuh (relaps).
Kecepatan penemuan dan pengobatan penderita merupakan kunci keberhasilan program
penatalaksanaan malaria, karena dapat memutus rantai penularan. Penemuan penderita secara
dini dapat dilakukan dengan mendiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis.
Laboratorium parasitologi merupakan salah satu fasilitas yang digunakan Balai Litbang
dalam menunjang upaya menurunkan kejadian mlaria dengan memutus rantai penularan dengan
malakukan diagnosis malaria secara mikroskopis, yang meliputi: Pembuatan preparat malaria
sediaan darah tipis dan tebal, Pembuatan preparat malaria dengan Giemsa,
Sediaan hapusan darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih di gunakan pada
pemeriksaan laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan hapusan darah ini adalah dengan
meneteskan darah lalu di paparkan di atas objek glass, kemudian di lakukan pengecatan dan
diperiksa di bawah mikroskop cahaya binokuler.
Banyak orang tidak mengetahui bahwa penyebab malaria adalah adanya parasit malaria yang
masuk ke dalam darah. Ukuran parasit tersebut sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan bantuan mikroskop. Untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah penderita,
perlu dibuat sediaan darah malaria (SD). Diperlukan keterampilan yang baik dari petugas dalam
memeriksa SD malaria. Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan dapat membantu
memperoleh keterampilan tersebut. Petunjuk yang paling sederhana untuk membedakan keempat
spesies malaria adalah perubahan yang terlihat pada sel darah merah yang terinfeksi. Ukuran sel

darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar atau normal. Pada sitoplasma eritrosit yang
terinfeksi dapat ditemukan titik Schuffner atau Maurer.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Metode : Pewarnaan SADT
3.2 Alat dan bahan
Alat
1. Nedlee (alat suntik) 3 ml
2. Tabung EDTA
3. Kapas alkohol
4. Kapas kering
5. Torniquet
6. Objek glass
7. Pipet tetes, pipet ukur
8. Beaker glass
Bahan
1. Darah EDTA
2. Pewarna Giemsa
3. Buffer
4. Aquades

1.3 Prosedur kerja


1. Penyiapan apusan sediaan darah tipis
Mengambil darah vena sebanyak 3 ml dengan jarum suntik steril dan masukan

pada tabung EDTA.


Meneteskan darah pada salah satu ujung objek glass.
Menyentuhkan ujung cover glass pada ujung objek glas dengan posisi sudut

45 , dorong hingga menyentuh ujung objek glass.


Memberi tanda pada objek glass yang ada apusan darahnya.
Menuggu hingga kering.
2. Pewarnaan menggunakan pewarna giemsa.
Meletakan sediaan apus darah tipis diatas rak tempat pewarnaan.
Meneteskan metanol hingga menggenangi selama 2-3 menit.
Meneteskan pewarna giemsa pada apusan darah sampai menggenang selama 15

1.

menit.
Meletakkan sediaan apus dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
Membaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Data pasien.
1. Nama
: Adi Subagio
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Asal daerah : Surabaya , Jawa Timur
4.2 Hasil pemeriksaan

No.

Gambar
Keterangan

Hasil menunjukkan negatif bahwa pada


sediaan apusan darah tipis pada pasien Adi
Subagio tidak ditemukan parasite yakni
1.

khusunya Plasmodium yang berkembang


dalam sel darah dengan menggunakan
mikroskop binokuler perbesaran 10 x 100
dengan penambahan minyak imersi.

4.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan uji pemeriksaan parasit dengan metode mikroskopis
yang dilakukan dengan penecatan giemsa pada sediaan darah tipis. Jenis parasit yang kita cari
khususnya adalah parasit plasmodium yang sering kita jumpai berkembang dalam darah manusia
dan dapat menyebabkan malaria terutama di daerah endemis seperti indonesia.
Plasmodium adalah jenis parasit yang berasala dari tanah yang dapat beradaptasi dan
bereproduksi dengan baik di dalam tubuh nyamuk. Plasmodium bila masuk ke dalam tubuh
manusia dapat menyebabkan malaria. Malaria terjadi karena adanya parasit plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh manuia melalui alira darah.
Sediaan darah tipis sendiri merupakan sediaan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel darah
merah yang melekat pada kaca sediaan dan digunakan untuk melihat morfologi parasit dengan
bentuk-bentuk parasit yang utuh serta sebagai konfirmasi ulang pada penderita malaria berat
yang densitas parasitnya tinggi.
Sediaan darah tipis di dapat dengan membuat apusan darah EDTA di atas obek glass dengan
ketebalan yang cukup karena bila terlalu tebal darah akan memperlihatkan sel yang menumbuk
dan jika terlalu tipis sel darah akan hilang dan apusan akan gagal..

Kelebihan dan kekurangan sediaan darah tipis, sebagai berikut :


a. Kelebihan : bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna.
b. Kelemahan : ditemukan parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan relatif
sedikit.

Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan darah, antara lain :

a. Kualitas dan kebersihan kaca


b. Pengambilan darah dilakukan di tempat yang aman, terbebas dari pengaruh debu, lalat
dan sinar matahari langsung
c. Volume darah yang digunakan cukup
d. Ujung kaca sediaan kedua bergerigi atau tidak rata sehinga penyebaran sediaan darah
tipis tidak merata.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan pada sediaan darah. Pewarnaan sediaan darah merupakan
pemberian warna pada sediaan darah dengan zat warna Giemsa. Giemsa adalah tepung zat warna
yang terdiri dari eosin yang memberi warna merah pada sel darah merah. Eosin yang dicampur

dengan methilen biru akan menghasilkan pulasan berupa sel darah berwarna merah muda
(Hadidjaja, 1992).
Setelah dilakukan pewarnaan maka preparat hasil sediaan apusan darah tipis di periksa
dibawah mikroskop dengna perbesaran 100x dengan penambahan imertion oil. Pemeriksaan
secara mikroskopis ini seharusnya dilakukan secara rutin, khususnya di daerah endemis. Hal ini
karena gambaran klinis malaria yang bervariasi, seperti infeksi malaria dapat juga terjadi sebagai
akibat transfusi darah dari donor yang terinfeksi. Selain itu, pemeriksaan dengan laboratorium
dapat digunakan untuk diagnosis kasus pada kegagalan obat, penyakit berat dengan komplikasi
dan mendeteksi parasit dari adanya infeksi parasit malaria yaitu P.falciparum dan P.vivax secara
bersamaan, sebab pengobatan keduanya berbeda.
Interpretasi hasil lapang pandang yang diperiksa secara mikroskopis sediaan malaria yaitu :
1.
2.

Positif (+) : bila di dalam sediaan darah ditemukan Plasmodium malaria.


Negatif (-) : bila di dalam sediaan darah tidak ditemukan Plasmodium malaria.

Dari kali ini sampel yang saya periksa dari sediaan apusan darah milik saya sendiri negaif
dari infeksi malaria karena tidak terdapat parasit plasmodium di dalam sedian apusan darah yang
diwarnai dengan giemsa dan dilihat pada mikroskop cahaya binokuler dengan perbesaran 100x.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali dapat disimpulkan bahwa dilakukan pembuatan apusan darah tipis
yang diwarnai dengan pewarna giemsa pada pasien bernama Adi Subagio hasil yang
diperoleh ialah tidak terjangkit penyakit malaria atau tidak terdapatnya Plasmodium dalam
sel darah.
5.2 Saran
Pada pemeriksaan plasmodium harus dilakukan dengan prosedur yang benar dengan APD
yang lengkap karena pada daerah endemis seperti indoesia masih disinyalir terdapat

banyak parasit plasmodium penyebab malaria.


Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara yang benar dan teliti serta dengan prosedur
yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
-

Laporan-Praktikum-Pemeriksaan-Malaria.pdf
http://www.atlm.web.id/2014/11/makalah-plasmodium-malaria.html

Anda mungkin juga menyukai