Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun sebagai tugas individu dan usaha
kami dalam meningkatkan wawasan tentang “ Peran Mikrobiologi Dalam Dunia
Kesehatan ”.
Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal dan mencurahkan segala pikiran,
kemampuan yang kami miliki. Makalah kami masih banyak kekurangan baik dari
segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya
kesempurnaan.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………2
C. TUJUAN…………………………………………………………………..2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI MALARIA…………………………………………………….3
B. SIKLUS HIDUP MALARIA……………………………………………...4
C. PENULARAN MALARIA……………………………………………….5
D. PATOGENESIS MALARIA……………………………………………...6
E. DIAGNOSIS MALARIA DALAM KEPERAWATAN………………….8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Malaria yaitu salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
Plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada tubuh manusia,
parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian
menginfeksi sel darah merah. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P.
malariae, P. vivax, P. ovale dan P. falciparum. merupakan yang paling berbahaya
dan dapat mengancam nyawa. 1 Malaria masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara- negara yang beriklim tropis dan secara ekonomis masih
tertinggal atau belum berkembang. Angka Kesakitan Malaria di Indonesia pada
tahun 2014 - 2015 cenderung menurun yaitu 11,4 per 1000 penduduk berisiko
pada tahun 2014 menjadi 8,8 per 1000 penduduk berisiko pada tahun 2015.
1
satu daerah endemis malaria di Provinsi NTT. Penilaian secara berkala aspek
ekologis dan sosial ekonomis sudah dilaksanakan bertahun- tahun untuk
menurunkan API, tapi belum adanya tampak perbaikan lingkungan menyeluruh
yang memungkinkan penurunan vector.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Malaria
2. Siklus Hidup Malaria
3. Penularan Plasmodiumfi pada Manusia
4. Patogenesis dari Malaria
5. Diagnosis Malaria dalam Keperawatan
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Malaria?
2. Untuk mengetahui Siklus Hidup Malaria?
3. Untuk mengetahui Penularan Plasmodium pada Manusia?
4. Untuk mengetahui Patogenesis dari Malaria?
5. Untuk mengetahui Diagnosis Malaria dalam Keperawatan?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI MALARIA
3
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai,demam charges, demam kura
dan paludisme (Arlan prabowo 2004: 2).
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala
demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
Betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan
siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Didalam lambung
nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet
betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah
ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur
nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia . Khusus P. vivax dan P. ovale pada
siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada
dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di
jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat
dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk,
stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan
4
terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah
eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 –
2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul
kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila
dilakukan pemeriksaan, akan didapati Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif P.
vivax/ovale. Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh
lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung,
yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium
Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut
berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria
berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah
mengalami sekuestrasi.
Cara Penularan Penyakit Malaria Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara,
yaitu :
a) Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
5
b) Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui
jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis
yang menggunakan jarum yang tidak steril lagi, penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang
dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya
dibuang sekali pakai (disposable).
D. PATOGENESIS MALARIA
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar.
6
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.
1. Demam
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum,
dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan
hemoglobinuria (blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam
sel darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-
perubahan ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit,
apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau
primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
herediter . Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah
merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi
hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam
sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ .
7
3. Kejadian immunopatologi
b) Imunitas didapat non spesifik Sporozoit yang masuk kedalam darah segera
dihadapi oleh respon imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag
dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6,
IL8, dan IL10, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik),
membunuh parasit (sitotoksik).
Diagnosa malaria yang tepat dan akurat merupakan salah satu bentuk
penatalaksanaan penyakit yang efektif yang jika dilaksanakan dengan baik akan
menurunkan penggunaan obat antimalaria yang tidak perlu. Diagnosa malaria
yang tepat sangat penting bagi kelompok pasien yang rentan terhadap serangan
penyakit, misalnya anak-anak, yang mana penyakit malaria ini bisa berakibat fatal
(Anonim, 2006).
8
Diagnosis penyakit malaria berdasarkan pada diagnosa klinik yang didukung
dengan ditemukannya parasit pada darah pasien (diagnosis parasitologi). Diagnosa
klinik sendiri sangat lemah dalam hal spesifitas dan di banyak tempat diagnosis
parasitologi tidak tersedia. Terapi malaria pada keadaan seperti ini harus
didasarkan pada kemungkinan terjadinya suatu kasus malaria pada suatu daerah
(Anonim, 2006).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO)adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium) bentukaseksual yang
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles SPP )
betina. Definisi lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yangdisebabkan oleh
agen tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dandapat disebarkan dari
satu sumber infeksi kepada host.
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia dengan
bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan
untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala
klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan
ketepatan & kecepatan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
10
Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Hal: 1754-60, 2006.
11