Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG SIKLUS HIDUP MALARIA

Disusun Oleh :

1. Widia Dwi Juniati (2014201007)


2. Hana Vera (2014201012)
3. Sindi Mutiara Kosela (2014201056)

Dosen Pengampu : Ns. Razidah AZ, M.Kep

Prodi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapann Ibu Jambi

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun sebagai tugas individu dan usaha
kami dalam meningkatkan wawasan tentang “ Peran Mikrobiologi Dalam Dunia
Kesehatan ”.

Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebaik- baiknya. Setiap


pembahasannya kami uraikan dengan rinci agar mudah dalam memahaminya.
Kami berusaha agar makalah ini dapat dipahami bersama. Semoga melalui
makalah ini kita dapat memperluas wawasan kita .

Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal dan mencurahkan segala pikiran,
kemampuan yang kami miliki. Makalah kami masih banyak kekurangan baik dari
segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya
kesempurnaan.

Jambi, 24 Maret 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………2
C. TUJUAN…………………………………………………………………..2

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI MALARIA…………………………………………………….3
B. SIKLUS HIDUP MALARIA……………………………………………...4
C. PENULARAN MALARIA……………………………………………….5
D. PATOGENESIS MALARIA……………………………………………...6
E. DIAGNOSIS MALARIA DALAM KEPERAWATAN………………….8

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Malaria yaitu salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
Plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada tubuh manusia,
parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian
menginfeksi sel darah merah. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P.
malariae, P. vivax, P. ovale dan P. falciparum. merupakan yang paling berbahaya
dan dapat mengancam nyawa. 1 Malaria masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara- negara yang beriklim tropis dan secara ekonomis masih
tertinggal atau belum berkembang. Angka Kesakitan Malaria di Indonesia pada
tahun 2014 - 2015 cenderung menurun yaitu 11,4 per 1000 penduduk berisiko
pada tahun 2014 menjadi 8,8 per 1000 penduduk berisiko pada tahun 2015.

Tetapi Malaria masih cukup tinggi terutama di daerah Indonesia bagian


timur. Ada lima provinsi dengan Annual Parasit Incidence (API) per 1.000
penduduk tertinggi yaitu Papua (31,93), Papua Barat (31,29), Nusa Tenggara
Timur ( NTT) (7,04), Maluku (5,81), dan Maluku Utara (2,77) sedangkan provinsi
dengan API terendah yaitu Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Bali, dan Jawa
Timur masing- masing sebesar 0,00 sebanyak 82% kasus berasal dari daerah
Indonesia bagian timur.Provinsi NTT menempati urutan prevalensi Malaria klinis
tertinggi ketiga di Indonesia. Hampir 90% desa di Provinsi NTT endemis Malaria.
Wilayah endemis Malaria pada umumnya adalah desa- desa terpencil dengan
kondisi lingkungan yang kurang baik, sarana transportasi dan komunikasi yang
sulit, akses pelayanan kesehatan kurang.Distribusi kasus Malaria terbesar di
Provinsi NTT yaitu di kabupaten lembata, Sikka, Nagokeo, Ende, Sumba Barat
Daya, dan Timor Tengah Selatan (TTS).Kabupaten Lembata ada 9 kecamatan
dengan 8 endemisitas tinggi ( API > 5%) yaitu pada kecamatan Ileape, Ileape
Timur, Nubatukan, Nagawutun, Wulandoni, Atadei, Lebatukan, dan Omesuri
sedangkan ada 1 kecamatan yaitu Kecamatan Buyasuri endemisitasnya rendah
( API < 1%).Berdasarkan API tahun 2015, Kabupaten Lembata merupakan salah

1
satu daerah endemis malaria di Provinsi NTT. Penilaian secara berkala aspek
ekologis dan sosial ekonomis sudah dilaksanakan bertahun- tahun untuk
menurunkan API, tapi belum adanya tampak perbaikan lingkungan menyeluruh
yang memungkinkan penurunan vector.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Malaria
2. Siklus Hidup Malaria
3. Penularan Plasmodiumfi pada Manusia
4. Patogenesis dari Malaria
5. Diagnosis Malaria dalam Keperawatan

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Malaria?
2. Untuk mengetahui Siklus Hidup Malaria?
3. Untuk mengetahui Penularan Plasmodium pada Manusia?
4. Untuk mengetahui Patogenesis dari Malaria?
5. Untuk mengetahui Diagnosis Malaria dalam Keperawatan?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI MALARIA

Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO)adalah


penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium) bentukaseksual yang
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles SPP )
betina. Definisi lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yangdisebabkan oleh
agen tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dandapat disebarkan dari
satu sumber infeksi kepada host.
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasite
plasmodium antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax,
plasmodiumfalciparum, plasmodium ovale yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop yangditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles), penyakit malaria
dapat menyerangsemua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (daribayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit
malaria biasanyamenyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air
yangsesuai untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan,
pantai,perbukitan dan pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakitinfeksi
yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup danberkembang
biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria adalah salahsatu
penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap dalam sel darah manusiayang
ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada orang
lain,penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit(protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamukanopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal(buruk) dan Area
(udara) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat didaerahrawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapanama lain seperti demam

3
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai,demam charges, demam kura
dan paludisme (Arlan prabowo 2004: 2).
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala
demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.

B. SIKLUS HIDUP MALARIA

Silkus Pada Manusia. Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung


parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah
nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit
malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-
eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke
eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu
mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan
keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian
kecil membentuk gametosit jantan . Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina.

Betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan
siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Didalam lambung
nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet
betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah
ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur
nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia . Khusus P. vivax dan P. ovale pada
siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada
dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di
jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat
dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk,
stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan

4
terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah
eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 –
2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul
kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila
dilakukan pemeriksaan, akan didapati Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif P.
vivax/ovale. Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh
lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung,
yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium
Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut
berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria
berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah
mengalami sekuestrasi.

Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir semua


penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada
orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.Pada daerah
hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan
sediaan darah (SD) sering dijumpai Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif tanpa
gejala klinis pada lebih dari 60% penduduk .

C. PENULARAN PLASMODIUM PADA MANUSIA

Cara Penularan Penyakit Malaria Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara,
yaitu :

1) Penularan secara alamiah (natural infection) Penularan secara alamiah adalah


infeksi parasit malaria yang dimasukan oleh nyamuk anopheles melalui gigitan
yang mengandung sporozoit malaria kedalam tubuh manusia.

2) Penularan yang tidak alamiah Penularan tidak alamiah adalah penularan


malaria bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles, terdiri dari :

a) Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

5
b) Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui
jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis
yang menggunakan jarum yang tidak steril lagi, penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang
dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya
dibuang sekali pakai (disposable).

D. PATOGENESIS MALARIA

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena


terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami pembesaran dan
pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai
banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang
terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.

Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan


makrofag. Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit mengalami perubahan struktur danbiomolekular sel untuk
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu
eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk
roset. Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang

6
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.

1. Demam

Akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi Pelepasan merozoit


pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah infasi sel darah yang
berdekatan, sehingga parasitemia falsifarum mungkin lebih besar daripada
parasitemia spesies lain, dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi yang aktif.
Sedangkan plasmodium falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa memandang
umur, plasmodium vivax menyerang terutama retikulosit, dan plasmodium
malariae menginvasi sel darah merah matang, sifat-sifat ini yang cenderung
membatasi parasitemia dari dua bentuk terakhir diatas sampai kurang dari 20.000
sel darah merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat mencapai
kepadatan hingga 500.000 parasit/mm39 .

2. Anemia

Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum,
dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan
hemoglobinuria (blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam
sel darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-
perubahan ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit,
apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau
primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
herediter . Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah
merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi
hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam
sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ .

7
3. Kejadian immunopatologi

Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks


imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF Jurnal Averrous Vol.4 No.2
2018 Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas:

a) Imunitas alamiah non imunologis. Berupa kelainan-kelainan genetic


polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria, misalnya: Hb S,
Hb C, Hb E, thallasemin alafa-beta, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase,
golingan darah duffy negative kebal terhadap infeksi plasmodium vivax, individu
dengan HLA-Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap
malaria berat.

b) Imunitas didapat non spesifik Sporozoit yang masuk kedalam darah segera
dihadapi oleh respon imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag
dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6,
IL8, dan IL10, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik),
membunuh parasit (sitotoksik).

c) Imunitas didapat spesifik. Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi


malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesif.

E. DIAGNOSIS MALARIA DALAM KEPERAWATAN

Guna memastikan apakah pasien terserang infeksi malaria, dokter akan


melakukan pemeriksaan darah yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT
malaria). RDT malaria bertujuan untuk mendeteksi protein (antigen) yang bisa
menjadi tanda keberadaan parasit malaria. Hasilnya dapat diketahui dalam waktu
beberapa menit.

Diagnosa malaria yang tepat dan akurat merupakan salah satu bentuk
penatalaksanaan penyakit yang efektif yang jika dilaksanakan dengan baik akan
menurunkan penggunaan obat antimalaria yang tidak perlu. Diagnosa malaria
yang tepat sangat penting bagi kelompok pasien yang rentan terhadap serangan
penyakit, misalnya anak-anak, yang mana penyakit malaria ini bisa berakibat fatal
(Anonim, 2006).

8
Diagnosis penyakit malaria berdasarkan pada diagnosa klinik yang didukung
dengan ditemukannya parasit pada darah pasien (diagnosis parasitologi). Diagnosa
klinik sendiri sangat lemah dalam hal spesifitas dan di banyak tempat diagnosis
parasitologi tidak tersedia. Terapi malaria pada keadaan seperti ini harus
didasarkan pada kemungkinan terjadinya suatu kasus malaria pada suatu daerah
(Anonim, 2006).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

9
Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO)adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium) bentukaseksual yang
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles SPP )
betina. Definisi lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yangdisebabkan oleh
agen tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dandapat disebarkan dari
satu sumber infeksi kepada host.
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia dengan
bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan
untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala
klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan
ketepatan & kecepatan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Subdit Malaria. 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria.


Kemetenterian Kesehatan Republik Indonesia 2017

10
Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Hal: 1754-60, 2006.

Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,


Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
Hal: 1-15, 2000.

Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor).


Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, Hal: 249-60, 2000.

Nugroho A, Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam


Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 38-52, 2000.

Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:


Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Jakarta: EGC, Hal: 118-26, 2000.

Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi


W (editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
Hal: 171-97, 2000.

Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al


(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI, Hal:504-7, 2000.

11

Anda mungkin juga menyukai