Anda di halaman 1dari 26

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/273443658

Identifikasi Morfologi : Spesies Anopheles yang Berpotensi Sebagai Vektor Malaria

Technical Report · March 2015


DOI: 10.13140/2.1.4874.5766

CITATIONS READS

0 3,697

1 author:

M. Mirza Nuryady
Gadjah Mada University
8 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

the identification of trypanosoma resistance genes to Isometamidium View project

All content following this page was uploaded by M. Mirza Nuryady on 12 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IDENTIFIKASI MORFOLOGI : SPESIES VEKTOR MALARIA
DI B2P2VRP SALATIGA

PROPOSAL KEGIATAN KULIAH KERJA MAGANG

diajukan guna memenuhi persyaratan kuliah kerja magang

Oleh :
MOH MIRZA NURYADY
NIM 101810401048

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……….......…………………………………………......... v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 1
1.2 Tujuan …………………………………………................... 3
1.3 Manfaat..................………………………………………… 3
BAB 2. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat…………………………………..……..…... 4
2.2 Prosedur Kerja…….....……………………………..………….. 4
2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles ................... ...….. ...….. ... 4
2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk
Anopheles...................................................... ….........…......... 5
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Profil Lembaga……………………………………..…............. 6
3.2 Pembahasan……………………………………………………..... 7
BAB 4. PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………..…......... 27
Saran …………………………………………………..….................. 27
DAFTAR PUSTAKA

v
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria merupakan penyakit menular yang mendapatkan perhatian serius
diseluruh dunia. Penyakit malaria ini disebabkan oleh infeksi protozoa parasit,
yang merupakan genus dari plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam
sel darah merah manusia yang terinfeksi. Penyakit ini secara alami ditransmisikan
dengan perantara vektor nyamuk Anopheles betina. Penyebaran penyakit ini
diseluruh dunia sangatlah tinggi, persebaran malaria berbanding lurus dengan
tingkat persebaran nyamuk Anopheles. Kebanyakan dinegara-negara berkembang
tidak memiliki tempat pembuangan dan penampungan air yang mencukupi
sehingga dapat dijadikan sebagai tempat bertelurnya nyamuk Anopheles yang
berdampak terhadap tingginya angka kasus malaria.
Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta
orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80%
kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara
keseluruhan terdapat 3,2 Miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107
negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan
Sahara menybabkan banyak anak-anak meninggal karena malaria, dan malaria
muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. DiIndonesia
sendiri merupakan daerah endemis malaria, meskipun telah dilakukan program
pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga
saat ini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi. Diperkirakan 70 juta
(35%) jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah berisiko tertular malaria
(Wigati et al, 2010).
Kasus malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium malariae,
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale (Bruce, 1980).
Infeksi oleh Plasmodium vivax diperlukan siklus penularan dari manusia sakit ke
manusia sehat yang dibantu oleh vektor. Saat nyamuk Anopheles betina
menghisap darah manusia, plasmodium berada pada fase sporozoit. Sporozoit
2

kemudian akan menuju ke hati (liver) dan membentuk merozoit dalam jumlah
yang sangat banyak. Bentuk inilah yang kemudian masuk ke dalam aliran darah
dan menginfeksi sel–sel darah merah. Sebagian dari sporozoit didalam sel hati
membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Pada saat
plasmodium menginfeksi Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam,
anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang
menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada
sampel darah pasien. Seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Bebarbagai langkah telah dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria,
tetapi sampai saat saat ini masih belum ditemukan cara yang paling efektif dalam
mengatasi masalah ini. Menurut World Health Organisation (2011), Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan upaya pengendalian vektor meliputi:
Pembasmian jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles
sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), Biological control (Predator
pemakan jentik, virus, bakteri, dan lain-lain), Manajemen lingkungan,
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding
rumah dengan insektisida (IRS/ Indoors Residual Spraying), dan Penggunaan
kelambu berinsektisida.
Spesies Anopheles yang menjadi vektor utama malaria di dunia sekitar 70
spesies dari total 424 spesies. Jumlah spesies yang menjadi vektor malaria
semakin bertambah dengan penemuan spesies baru melalui kegiatan identifikasi
dan penelitian bionomik (WHO, 2007). Nyamuk Anopheles yang berperan
sebagai vektor malaria pada manusia di Asia Tenggara pada umumnya merupakan
cryptic species (sibling species/ isomorphic species) dan dimasukkan dalam
takson spesies komplek. Anggota spesies komplek tersebut memiliki morfologi
yang mirip satu sama lain sehingga seringkali keliru dalam identifikasi. Anggota
spesies komplek berkerabat dekat secara genetik, namun terisolasi secara
reproduktif. Karakter dan bionomik spesies berbeda, oleh karena itu berpengaruh
secara langsung pada epidemiologi dan pengendalian. Perbedaan karakter dan
bionomik tersebut meliputi kapasitas vektorial, resistensi terhadap insektisida,
3

preferensi inang sumber darah, periodisitas dan tempat istirahat (Permana, 2013).
Sehingga proses identifikasi spesies nyamuk Anopheles merupakan langkah yang
sangat penting untuk lebih mengenal karekteristik-karakteristik yang dimiliki oleh
berbagai jenis nyamuk Anopheles (Gandahusada,2006).
Dipulau Jawa, Provinsi jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan daerah endemik persebaran vektor malaria. Menurut Barodji dkk
(2001) ditemukan 8 spesies yang memiliki populasi tinggi antara lain Anopheles
aconitus, Anopheles annularis, Anopheles barbirostris, Anopheles balabacensis,
Anopheles jlavirostris, Anopheles maculatus, Anopheles kochi dan Anopheles
vagus yang ditemukan persebarannya pada kabupaten Kulonprogo D.I.Y.
Kedelapan spesies yang telah ditemukan tersebut tidak semua spesies Anopheles
dapat menjadi vektor penyebaran malaria, sehingga perlu diadakannya identifikasi
lebih lanjut, selain identifikasi ciri morfologi juga perlu adanya identifikasi
molekuler. Sehingga nantinya dapat diketahui secara pasti spesies Anopheles
mana yang mampu menjadi vektor penyebaran malaria.

1.1 Rumusan Masalah


Banyaknya jumlah spesies Anopheles baik vektor atau non-vektor juga
adanya pengklasifikasian khusus untuk spesies sibling, sehingga dibutuhkan cara
untuk dapat mengidentifikasi spesies Anopheles.

1.2 Tujuan Penelitian


Kegiatan PKL ini memiliki tujuan diantaranya untuk mengetahui dan
mengidentifikasi spesies Anopheles sp. Secara morfologi dan molekuler di
B2P2VRP Salatiga, Jawa Tengah.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari kegiatan PKL ini diharapkan mahasiswa mampu
mengidentifikasi (morfologi dan molekuler) jenis Anopheles yang berperan
penting sebagai vektor persebaran malaria.
4

BAB 2. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 s/d 19 Juli 2013.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa
Tengah.

2.2 Prosedur Kerja


Metode kerja dari penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, secara
mendetail akan dijabarkan sebagai berikut :
2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles
Koleksi spesies nyamuk Anopheles sp. Dibagi kedalam dua kegiatan yaitu
dengan cara rearing merawat nyamuk dari larva sampai menjadi nyamuk dewasa
didalam laboraturium insektarium atas B2P2VRP. Kegiatan keua yaitu dengan
cara menangkap secara langsung baik larva nyamuk dan nyamuk Anopheles
dewasae dari habitat aslinya.
Rearing nyamuk Anopheles dilakukan di laboratorium insektarium atas
B2P2VRP Salatiga. Proses rearing diawali dengan pemeliharaan nyamuk dewasa
kemudian mengamati perkembangan telur, perkembangan larva, perkembangan
pupa, perkembangan nyamuk dewasa dan mengamati bagaimana mereka
berkembang biak. Setelah kita mengetahui karakteristik-karakteristiknya kita
mampu melihat bagaimana siklus hidupnya. Selama proses pengerjaan kita harus
mengamati faktor-faktor fisik yang berpengaruh didalamnya, seperti suhu,
kelembaban, intensitas cahaya dan lain-lain. Sehingga dengan mengamati faktor-
faktor fisik ini kita bisa mengetahui kondisi yang optimum pada berbagai tahap-
tahap perkembangan dari siklus hidup Nyamuk Anopheles sp..
Penangkapan nyamuk (Landing Collection) dilakukan dengan mencari
nyamuk Anopheles pada habitat aslinya, dengan dilakukan oleh 3 tim yang
masing-masing tim terdiri dari 2 orang. Penangkapan nyamuk Anopheles
5

macharturii dilakukan dipedalaman hutan didaerah banten Penangkapan nyamuk


dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Dengan umpan badan landing collection dikerjakan oleh 2 orang.
b. Penangkapan nyamuk di semak-semak dikerjakan 2 orang.
Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam.
Pengambilan larva nyamuk Anopheles dilakukan dengan cara mencari
genangan air yang terdapat di hutan dan mengumpulkan larva dengan cara
pipeting dan kemudian dipindahkan kedalam botol untuk nantinya dilakukan
rearing di laboraturium. Hasil landing nyamuk dewasa diidentifikasi
menggunakan kunci identifikasi O'Connor dan Arwati (1999) dan Stojanovich
(1966) dilaboraturium referensi.

2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk Anopheles


Identifikasi morfologi dilakukan pada berbagai jenis nyamuk yang sudah
direaring dan hasil dari Landing Collection, yang dilakukan pada laboratorium
referensi B2P2VRP Salatiga. Setelah diamati ciri-ciri morfologi dari berbagai
jenis nyamuk dengan menggunakan mikroskop stereo, dan dilakukan uji
komparasi menggunakan buku kunci determinasi spesies nyamuk. Setelah
menemukan berbagai kesamaan maka langkah selanjutnya menentukan genus dan
juga spesies dari sampel nyamuk yang diamati.
6

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Malaria dan Transmisi Patogen


Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga
dikenal sebagai vector–borne diseases. Pada negara tropis Penyakit berbasis
vektor nyamuk diketahui masih menjadi kasus belum terselesaikan, seperti kasus
malaria yang ditularkan dari penderita ke orang yang sehat oleh nyamuk
Anopheles. Indonesia merupakan daerah endemis penyebaran kasus malaria.
Peningkatan kasus penderita malaria yang terjadi diberbagai daerah dari tahun
ketahun terus meningkat sehingga penyakit ini menjadi salah satu perhatian utama
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Depertemen Kesehatan RI
2013, Indonesia merupakan negara yang masih terjadi transmisi malaria atau
berisiko Malaria (Risk Malaria), karena hingga tahun 2011, terdapat 374
Kabupaten endemis malaria. Pada 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia
256.592 orang dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan
darahnya, dengan Annual Parasite Insidence (API) 1,75 per seribu penduduk. Hal
ini berarti, setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang terkena malaria.
Malaria disebabkan oleh protozoa parasit dari genus plasmodium, terdapat
empat spesies plasmodium yang menjadi parasit pada manusia, yaitu :
Plasmodium (P) vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. Ovale. Proses daur
hidup keempat plasmodium ini pada umumnya sama yang terdiri atas dua fase,
yaitu fase seksual (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles betina dan fase
aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia.
Siklus hidup seksual plasmodium pada tubuh nyamuk apabila nyamuk
anopheles betina menghisap darah penderita malaria (mengandung gametosit),
didalam tubuh anopheles betina maka gamet jantan akan membuahi gamet betina
menjadi zigot yang nantinya akan berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet
akan menjadi ookista. Pada Inti ookista akan membelah dan masing-masing inti
diliputi oleh protoplasma dan mempunyai bentuk memanjang (10-15 mikron)
disebut sporozoit, kemudian ookista akan pecah dan ribuan sporozoit dibebaskan
7

dan kemudian memasuki kelenjar liur. Sporozoit ini bersifat infektif dan akan
menjadi sumber baru penularan malaria yang akan ditularkan kemanusia.
Siklus hidup aseksual plasmodium dimulai dari tubuh nyamuk betina
yang telah mengandung sporozoit, nyamuk tersebut akan menghisap darah
manusia sehat. Pada saat nyamuk betina menghisap darah maka terjadi transmisi
pathogen yaitu sporozoit yang terdapat pada kelenjar liur akan berpindah kedalam
aliran darah melalui proboscis . Sporozoit kemudian menuju hati dan masuk
kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian tropozoit hati akan
berkembang menjadi skizon hati (skizogoni pra eritrosit) yang terdiri dari 10.000–
30.000 merozoit hati (Pedoman Penata Laksana Malaria, 2010). Siklus ini
dikatakan siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua
minggu. Pada P. vivax dan P. Ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, namun menjadi hipnozoit (bentuk dorman).
Hipnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun.
Skizon akan pecah dan melepaskan merozoit yang akan masuk ke
peredaran darah dan meninfeksi sel darah merah. Selanjutnya merozoit akan
berubah bentuk menjadi tropozoit dan berkembang menjadi skizon (terdapat 8-30
merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan secara aseksual ini
disebut dengan skizogoni. Eritrosit yang telah terinfeksi akan pecah menyebabkan
merozoitkeluar dan akan menginfeksi sel darah merah lainnya, siklus ini disebut
siklus eritrositer yang terjadi pada eritrosit (sel darah merah). Sebagian merozoit
yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual yaitu bentuk
gametosit yang dapat dibedakan sebagai gametosit jantan (mikro gametosit) dan
gametosit betina (makro gametosit).
Setelah ditemukan bahwa vektor penyakit malaria merupakan nyamuk
genus Anopheles dilakukan lagi klasifikasi nyamuk Anopheles yang menjadi
vektor malaria, dikarenakan tidak semuwa genus dari Anopheles mampu menjadi
vektor malaria pada suatu daerah.
8

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium


Dii Indonesia terdapat beberapa spesies nyamuk Anopheles
nopheles yang menjadi vektor
malaria pada suatu daerah sebagai contohnya, Anopheles sundaicus dan
Anopheles subpictus menjadi vektor didaerah pesisir pantai, Anopheles aconitus
menjadi vektor didaerah persawahan (dataran rendah), Anopheles kochi tersebar
diseluruh kepulauan Indonesia kecuali irian, Anopheles maculatus terdapat
didaerah pegunungan (dataran tinggi), serta Anopheles barbirostris dan Anopheles
Balabacensis yang telah diketahui dibeberapa daerah menjadi vektor persebaran
penyakit malaria.
Klasifikasi nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi vektor sangatlah
penting untuk mendukung agar penanganan pemberantasan vektor malaria efektif
dilakukan. Pemberantasan vektor malaria yang telah banyak dilakukan yaitu
dengan cara membunuh nyamuk ddewasa
ewasa (penyemprotan rumah dengan
Insektisida).
). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh
nyamuk juga akan mati sehingga penyebaran/transmisinya dapat terputus (Depkes
RI, 2003). Kegiatan mengurangi atau menghilangkan tempat
tempat-tempat perindukan
juga dapat mengurangi perkembangan jumlah (Density)
( ) nyamuk. Sehingga
transmisi penyakit malaria dapat dikurangi (Depkes RI, 2003). Menurut Marwoto
(1989) penangulangan vektor dapat uga dilakukan dengan cara pemanfaatan
manfaatan ikan
pemakan jentik.
9

3.2 Pentingnya Identifikasi Vektor


Identifikasi merupakan satu cara untuk melakukan penanggulangan
malaria, yaitu dengan melakukan identifikasi spesies nyamuk anopheles secara
morfologi untuk mengetahui kemampuan spesies tersebut dalam menjadi vektor
penyebaran penyakit malaria. Sejak tahun 1898 telah dilakukan identifikasi
spesies secara morfologi terhadap genus anopheles yang menjadi vektor dan
bukan vektor oleh ilmuan inggris Theobald yang telah berhasil mengidentifikasi
spesies nyamuk Anopheles dalam suatu buku monografi 5 jilid yang meliputi
2536 halaman dengan 39 gambar. Dari 70 nama spesies group yang diusulkan
dalam anopheles, sekarang tinggal 37 nama yang tetap dapat diterima karena
benar (Dharmawan, 1993). Pada urutan taksonomi nyamuk anopheles termasuk
ordo Diptera dengan family Culicidae. Genus Anopheles memiliki empat
subgenus yaitu Anopheles, Cellia, Kerteszia dan Nyssorhynchus. Dari subgenus
tersebut urutan taksonomi selanjutnya adalah seri, yaitu pengelompokan spesies
berdasarkan distribusi dari tiap-tiap spesies tersebut,dan selanjutnya adalah
penamaan berdasarkan spesies/ Species group/ species complex.

Table 1. Klasifikasi Genus Anopheles dengan beberapa contohnya


Spesies group/
Genus Subgenus Seri spesies Spesies
complex/spesies
Anopheles Anopheles Myzorhynchus Hyrcanus An. sinensis
An. nigerrimus
Barbirostris An. campestris
An. donaldi
An.
Barbirostris
Bancroftii An. bancrofti
Umbrosus An. Letifer
An. Whartoni
Lophoscelomyi Asiaticus An. asiaticus
a
Anopheles Maculipenis
complex
An. messae
10

An. labranchiae
An. sacharovi
An. atroparvus
An. freeboni
Quadrimaculatus
complex
An. claviger
An. lindesayl
An. culiciformis
An. aitkenii
Neomyzomyia Leucosphyrus An.
Complex Leucosphyrus
Dirus compleks An.
Elegans group balabacencis
Riparis group An. dirus
punculatus An. elegans
complex An. macarthuri

An. nili
An. tusellatus
An. farauti
Myzomyia Fenestusminimus An. fenestus
complex An. minimus
Flavirostris
Fluviatilis
Aconitus complex
Culcifacies
Sergentii
Pyrethoporus Sundaicus An. subpictus
An. sundaicus
Gambiae complex An. melas
An. merus
An. bwambae
An. gambiae
An. arabiensis
An.
quadriannulat
us
Neocellia Maculates group An. maculatus
An. stephensi
An. karwarii
An. annularis
Cellia Pharoensis An. pharoensis
Paramyzomyia Hispaniola An. hispaniola
11

An. multicolor
Kerteszia Cruzii An. cruzii
An. bellator
Nyssorhync Albimanus An. albimanus
hus An. aquasalis
An.
nuneztovari
An. darlingi
Sumber:(Dharmawan, 1993).
Pengelompokan nyamuk diatas sangatlah membantu untuk
mengidentifikasi spesies Anopheles, dikarenakan banyaknya spesies complex dan
spesies group yang kadang membingungkan. Pengertian spesies group dan spesies
complex adalah, ketika kelompok spesies yang telah terbukti menunjukkan
perbedaan genetis dan memiliki morfologi yang sangat mirip dan memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan anggota – anggotanya disebut spesies
complex, namun apabila kelompok spesies memiliki ciri-ciri yang lengkap, jelas
dan pasti serta mempunyai jarak hubungan yang lebih jauh dengan anggota
kelompok tersebut dikatakan spesies group.
Pentingnya pengetahuan akan spesies complex dikarenakan terdapat
anggota- anggota dari spesies tersebut yang mampu bertindak sebagai vektor,
apabila spesies yang menjadi vektor dan non- vektor tidak dapat dibedakan maka
usaha pengendalian penyakit malaria tidak akan berhasil. Spesies complex
sangatlah sukar dibedakan dikarenakan secara morfologi sama namun sangat
berbeda secara genetis. Spesies complex dibedakan menjadi dua, yaitu sympatric
complex (spesies yang anggotanya pada daerah yang sama) dan allopatric
complex (kelompok spesies yang anggotanya berada pada daerah berbeda).
Sympatric complex dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu spesies
kembar (sibling species) yang antara spesies satu dengan lainnya memiliki
morfologi yang amat mirip namun terisolasi secara genetis sehingga tidak akan
memungkinkan untuk saling kawin atau bila kawin akan menghasilkan spesies
infertile. Dan kelompok berikutnya adalah spesies polymorphic, yaitu spesies
tunggal namun memiliki beberapa bentuk yang cukup berbeda namun secara
genetis sama terdapat dalam suatau daerah yang sama dan dapat melakukan
12

perkawinan sehingga menghasilakan keturunan yang normal, yang sebenarnya


merupakan intra-spesifik varian.
Sedangkan Allopatric complex merupakan kelompok spesies yang ketika
diamati secara teliti menunjukkan variasi morfologi berdasarkan asal geografisnya
namun masih dalam satu spesies yang sama. Kelompok spesies ini masuk dalam
satu spesies yang sama namun berbeda secara morfologi diakibatkan karena
kondisi geografis yang berbeda.

3.3 Faktor Penunjang Status Vektor


Terdapat sekitar 2000 spesies Anopheles yang tersebar diseluruh dunia,
dan hanya sekitar 60 spesies yang dianggap penting dikarenakan kemampuan
menjadi vektor malaria didunia. Tidak keseluruhan spesies malaria yang ada
dibumi mampu menjadi vektor, hal ini disebabkan oleh empat factor utama yang
mendukung spesies untuk menjadi vektor, yaitu tingkat kepadatan nyamuk,
pemilihan hospes, kerentanan terhadap infeksi plasmodium dan lama hidup
nyamuk.
Agar dikatakan suatu spesies bertindak sebagai vektor, maka jumlah
nyamuk harus cukup banyak dan berada pada daerah tempat hospes tinggal
(manusia). Jumlah nyamuk berbanding lurus dengan tempat perindukan nyamuk
(breeding place), dimana tempat perindukan haruslah dekat dengan dengan
tempat tinggal manusia. Kebanyakan spesies Anopheles yang bertindak sebagai
vektor, tempat perindukannya tidak jauh dari rumah terdekat manusia yaitu
berjarak sekitar 200 – 400 meter yang berhubungan dengan kemampuan terbang
nyamuk untuk mencari hospesnya (Ahmad et al. 2011).
Pada umumnya Anopheles melakukan Blood Feeding (menggigit) pada
malam hari, dengan kisaran jam aktif dari am 18.00 sampai 20.00 dan 04.00-
06.00. Hal ini berhubungan dengan tipe nyamuk anopheles yang berada didalam
rumah (endofilik) dimana pada spesies ini kebanyakan merupakan jenis anopheles
antrophofilik (manusia sebagai hospesnya). Sedangkan nyamuk yang berada
diluar rumah (exophilik) dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu nyamuk yang
melakukan blood feeding pada hewan (sapi, kerbau,dan burung) disebut zoofilik
13

serta terdapat juga jenis nyamuk yang menjadikan manusia saat berada diluar
rumah sebagai hospesnya (anthropofilik).
Terdapat sifat spesifik dalam hubungan antara nyamuk dan parasit agar
dapat melengkapi rangkaian siklus hidup parasit. Parasit yang berhasil masuk
ketubuh nyamuk harus memenuhi beberapa syarat dan melalui beberapa proses
agar nyamuk menjadi infektif. Utamanya adalah jumlah parasit yang masuk harus
cukup dan pada stadium yang matang untuk selanjutnya akan melalui siklus
sexual dalam tubuh nyamuk. Tidak semuwa spesies nyamuk dapat berasosiasi
dengan parasit, hal ini juga tergantung kerentanan spesies terhadap jenis
plasmodium. Konfirmasi apakah spesies Anopheles tersebut merupakan vektor
yang telah mengandung parasit dilakukan dengan cara pembedahan kelenjar ludah
“microdissection salivary glands” serta pewarnaan dengan giemsa yang
selanjutnya diamati dengan mikroskop persentase sporozoit yang terdapat pada
kelenjar ludah nyamuk tersebut.
Panjang umur nyamuk yang sudah terinfeksi haruslah cukup agar parasit
dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi infektif. Cara
yang telah digunakan untuk mengetahui umur nyamuk untuk mengetahui
kapasitasnya sebagai vektor dengan melakukan pembedahan ovary. Pembedahan
ovary dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah nyamuk yang
telah bertelur (parous) dan yang belum pernah bertelur (nulliparous)
penghitungan relic dan folikel menunjukkan selesainya satu siklus gonotrofik
(Darmanawa, 1993).

3.4 Morfologi Nyamuk Anopheles Untuk Identifikasi Spesies


Pada laboraturium referensi proses identifikasi nyamuk dilakukan dengan
pengamatan secara morfologi menggunakan kunci identifikasi. Pemahaman
tentang struktur morfologi nyamuk sangatlah penting sebelum melakukan
identifikasi dan dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan kunci identifikasi
karena dasar kunci identifikasi pada laboraturium referensi berdasarkan morfologi
nyamuk Indonesia. Di laboratorium proses identifikasi nyamuk menggunakan
preparat awetan yang diamati di bawah mikroskop stereo.
14

Tubuh nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala (caput),
dada (thorax) dan perut (abdomen).

Gambar 2. Anatomi Nyamuk


Pada bagian kepala terdapat dua mata majemuk yang besar, dua antenna
dan mulut. Antenna pada nyamuk terdiri atas 15 segmen, yang masing-masing
mempunyai sekelompok rambut, dari rambut inilah dapat dibedakan antara
nyamuk jantan dan nyamuk betina apabila nyamuk betina nyamuk jantan rambut
pada bagian antenanya terlihat lebih tebal jika dibandingkan dengan antena pada
nyamuk betina (Gandahusada et al, 2006). Mulut terdiri atas proboscis berfungsi
untuk menusuk menghisap, bagian mulut lainnya tertutup labium kecuali palpus
maxilaris yang terdapat stylet didalamnya. Pada bagian proboscis juga berguna
membedakan antara genus Toxorhynchitus dengan Anopheles, dengan perbedaan
proboscis runcing dan melengkung kebawah pada genus Toxorhynchitus, dan
prosboscis tidak runcing dan lurus pada genus Anopheles.

Thoraks terdiri atas 3 bagaian yaitu, prothorax, mesothorax, dan


metathorax, yang masing-masing memiliki alat lokomotor berupa sepasang kaki.
Dan bagian mesothorax merupakan bagian yang paling besar dan memiliki otot-
otot yang kuat karena terdapat sepasang sayap. Pada bagian metathorax bagian
post dorsal terdapat scutellum yang menjadi penentu identifikasi. Pada
laboraturium referensi scutellum digunakan untuk membedakan genus
Toxorhynchitus, Anopheles (memiliki scutellum 3 lobi) dengan genus Armigeres,
Mansonia, Culex, Aedes yang memiliki 1 lobi pada scutellum. Kaki dan sayap
15

pada nyamuk merupakan organ yang sangat penting diidentifikasi dan merupakan
kunci identifikasi menuju spesies pada genus Anopheles yaitu dengan melihat
perbedaan pada kakinya.

Abdomen terdiri atas 8 segmen yang tampak jelas dan segmen ke-9 dan 10
bentuknya berubah menjadi alat kelamin. Masing-masing segmen terdiri atas
lempeng atas atau dorsal yang disebut tergit dan lempeng bawah atau ventral
disebut strenit. Tergit dan sternit masing-masing segmen berhubungan melalui
membrane pleura dan segmen depan berhubungan melalui membrane pleura
depan dihubungkan dengan segmen belakangnya oleh membrane intersegment
(selaput antar segmen). Pada bagian kelamin banyak dijadikan perbandingan
untuk identifikasi seperti contoh spermatheca pada nyamuk betina dapat
membedakan antara sibling spesies.

Untuk mengidentifikasi Anopheles sampai pada tingkatan spesies dengan


cara melihat ciri morfologi dan dibandingkan dengan kunci identifikasi anopheles.
1. a. Kunci Identifikasi Sub Genus Anopheles
Merupakan Subgenus anopheles jika costa dan urat 1 sayap terdapat tiga
noda pucat atau kurang. Setelah itu diamati pada bagian palpusnya. Jika terdapat 4
gelang pucat maka menuju kunci identifikasi Anopheles hyrcanus group.

Gambar 3. Anopheles barbiostris (Sony Digital Camera)


Jika pada palpus tidak terdapat belang pucat maka diamati pada bagian sternit
abdomen ketujuh. Jika terdapat kumpulan sisik atau sikat gelap maka termasuk
16

Anopheles barbirostris group, dan Jika sternit abdomen ketujuh tidak terdapat
kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk Anopheles umbrosus group.
1.a. Kunci Identifikasi Anopheles hyrcanus Group
Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang sempit dan apabila tanda gelap
pada pangkal urat 5 panjang, dan jumbai pucat pada sayap sempi maka termasuk
Anopheles lesteri paraliae. Jika tanda gelap pangkal urat ke-5 pendek dan jumbai
pucat pada ujung sayap lebar maka termasuk Anopheles sinensis (ujung urat 1
gelap dan jika ada jumbai pucat pada urat 5.2) dan merupakan Anopheles
crawfordi (apabila ujung urat 1 pucat dan tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2).
Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang : sedang atau sangat lebar dan
Apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 pendek, dan ada jumbai pucat urat 5.2
merupakan Anopheles nitidus /indiensis, sedangkan tanda gelap pangkal urat 5
panjang maka menuju identifikasi selanjutnya. Apabila terdapat gelang pucat
tarsus 3 kaki belakang ≥ tarsus 4, tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan
Anopheles argyropus. Apabila gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ˃ tarsus 5,
tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles peditaenatus. jika
gelang pucat tarsus 3 kaki belakang < tarsus 5, ada jumbai pucat pada urat 5.2
merupakan Anopheles nigerrimus.
1.b Kunci Identifikasi Sub genus Cellia
Termasuk kedalam sub genus Cellia jika costa dan urat 1 sayap terdapat
empat noda pucat atau lebih. Diamati pada bagian kakinya, jika kaki tidak
berbercak bintik-bintik pucat atau tidak belang, kemudian diamati pada bagian
tarsus 5 kaki belakang maka menuju kunci selanjutnya. Jika tarsus 5 kaki
belakang gelap maka selanjutnya diamati pada bagian ujung probosisnya maka
menuju kunci selanjutnya, apabila terdapat sedikit bagian pucat maka termasuk
Anopheles vagus, sedangkan jika probosis gelap, gelang pucat sub apical palpus ≥
gelang sub apical maka termasuk Anopheles indefinitus. Jika probosis gelap, gelan
pucat sub apical palpus ≤ ⅓ gelang sub apical gelap maka termasuk Anopheles
subpictus. Apabila setengah ujung proboscis pucat dan terdapat jumbai pucat pada
urat sayap no. 6 maka termasuk Anopheles aconitus, sedangkan Jika setengah
ujung proboscis bagian bawah pucat, tidak ada jumbai pucat pada ujung urat
17

sayap no. 6 maka termasuk Anopheles minimus. Apabila jika tarsus 5 kaki
belakang seluruhnya pucat maka termasuk Anopheles karwari, dan Jika tarsus 3, 4
dan 5 kaki belakang pucat maka termasuk pada Anopheles annularis.

Gambar 4. Anopheles aconitus (Sony Digital Camera)


Apabila kaki berbercak bintik-bintik pucat atau belang maka diamati pada
bagian persambungan tibia-tarsusnya, jika persambungan tibia-tarsus kaki
belakang terdapat gelang pucat lebar maka menuju kunci identifikasi Anopheles
leucosphyrus group, namun jika persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak
terdapat gelang pucat lebar maka diamati lagi bagian palpusnya kemudian jika
palpus dengan 3 cincin pucat dan proboscis seluruhnya gelap maka diamati lagi
pada bagian tarsus 5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap maka termasuk
Anopheles sundaicus. Jika tarsus 5 kaki belakang pucat maka termasuk Anopheles
maculatus.

Gambar 5. Anopheles sundaicus Gambar 6. Anopheles maculatus


(Sony Digital Camera) (Sony Digital Camera)
Apabila palpus dengan 4 cincin pucat atau lebih setengah proboscis bagian
ujung pucat maka diamati pada bagian sternit abdomen II-IV jika terdapat
18

kumpulan sisik (sikat) gelam maka termasuk Anopheles kochi dan Jika sternit
abdomen II-IV tidak terdapat kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk
Anopheles tessellatus.

Gambar 7. Anopheles kochi (Sony Digital Camera)


2.a. Kunci Identifikasi leucospyrus group
Apabila Proboscis lebih panjang dari pada palpus maka Presector gelap
(urat 1 sayap) ada 1 atau lebih tanda pucat maka termasuk Anopheles Sulawesi.
Apabila presector gelap (urat 1 sayap) tidak ada tanda pucat dan gelang pucat
ujung palpus sangat sempit maka termasuk Anopheles hacker. Jika gelang pucat
ujung palpus lebar ≥ preapical gelap maka menuju kunci selanjutnya pada
preapical gelap urat 1 sayap ada 1 tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang
ada gelang pucat lebar maka termasuk Anopheles elegans dan apabila pada
preapical gelap urat 1 sayap ada 2 atau lebih tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki
belakang ada gelang pucat sempit/ tidak ada maka termasuk Anopheles pujutensis.

Gambar 8. Anopheles balabacensis (Sony Camera Digital)


Jika proboscis sama / lebih pendek daripada palpus Pangkal presector
gelap urat 1 sayap, memanjang, melebihi gelap humeral pada costa maka
19

termasuk Anopheles leucosphyrus dan Presector gelap urat 1 sayap sama panjang
dengan tanda gelap humeral pada costa maka termasuk Anopheles balabacensis.
20

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa untuk standart identifikasi
suatu spesies dapat dilakukan dengan Identifikasi berdasarkan morfologi nyamuk.
Pada genus Anopheles memiliki cirri yaitu terdapat scutellum 3 lobus yang dapat
membedakan spesies tersebut dengan spesies lainnya. Serta pada kegiatan
identifikasi berhasil mengidentifikasi 6 spesies yang diduga dapat menjadi spesies
vektor Malaria yaitu, Anopheles balabacensis, Anopheles kochi, Anopheles
sundaicus, Anopheles maculates, Anopheles aconitus dan Anopheles barbiostris.

4.2 Saran
Identifikasi berbasis morfologi merupakan proses identifikasi yang
tergolong metode lama dan kurang akurat, dikarenakan adanya sibling spesies
yang dapat mengakibatkan biasa pada suatu penelitian. Identifikasi yang paling
muktahir adalah dengan identifikasi berbasis Molekuler (DNA) yang hasilnya
akan lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rohani . Ali, Wan. Nor, Zurainee M., Ismail, Zamree., Hadi, Azahari A.,
Ibrahim, Mohd N and Lim, Lee H. 2011. Mapping of mosquito breeding
sites in malaria endemic areas in Pos Lenjang, Kuala Lipis, Pahang,
Malaysia. Malaria Journal . 10:361

Barodji., 2001. Pengembangan model pemberantasan malaria berdasarkan lokal


spesifik di daerah endemis malaria Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah',
Laporan penelitian Malaria.

Bruce-Chwatt, L. J. 1980. Essential Malariology. William Heinemann Medical


Books Ltd, London, pp97-127.

Dharmawan, ruben. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk


Anopheles. Sebelas Maret University Press : Solo
Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, W. 2006. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Permana, D.H,. 2012. Variasi Sekuen Anopheles balabacensis Baisas (diptera :


culicidae) berdasarkan Segmen ITS2 DNA Ribosom dan Gen COI DNA
Mitokondria di Purworejo : Tesis S-2. Program Pascasarjana, Fakultas
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Takano, Kohei Takenaka. Nguyen, Ngoc Thi Hong. Nguyen, Binh Thi Huong.
Sunahara, Toshihiko . Yasunami, Michio. Nguyen, Manh Duc, and
Takagi, Masahiro.RPartial mitochondrial DNA sequences suggest the
existence of a cryptic species within the leucosphyrus group of the genus
Anopheles (Diptera: Culicidae), forest malaria vektors, in northern
Vietnam. Parasites & Vectors. 2010, 3:41
Tan, Cheong H . Vythilingam, Indra . Matusop, Asmad . Chan, Seng T and
Singh, Balbir. Bionomics of Anopheles latens in Kapit, Sarawak,
Malaysian Borneo in relation to the transmission of zoonotic simian
malaria parasite Plasmodium knowlesi. Malaria Journal. 2008, 7:52

Wooden J, Kyes S, Sibley CH, 1993. PCR and strain identification in Plasmodium
falciparum. Parasitology Today . 9:303-305

World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 2007

World Health Organization. World Malaria Report 2011; Geneva; WHO; 2011

Sumber internet
Anonim.2013.http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1883-ayo-
gebrak-malaria.html [diakses pada 12 agustus 2013]
BIODATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Moh Mirza Nuryady


NIM : 101810401048
Program Studi : Biologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Sumenep, 13 desember 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat asal : Jl. Jati Mas No.41, Sumenep
Alamat : Perum Mastrib Blok M-15
Telepon/No. Hp : 085731090163
e-mail : mirzanuryady@gmail.com
Pendidikan : SDN Pangarangan V sumenep
SMPN 2 Suemenep
SMA Muhammadiyah 1 Sumenep
S1 Biologi FMIPA UNEJ

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai