net/publication/273443658
CITATIONS READS
0 3,697
1 author:
M. Mirza Nuryady
Gadjah Mada University
8 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by M. Mirza Nuryady on 12 March 2015.
Oleh :
MOH MIRZA NURYADY
NIM 101810401048
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……….......…………………………………………......... v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 1
1.2 Tujuan …………………………………………................... 3
1.3 Manfaat..................………………………………………… 3
BAB 2. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat…………………………………..……..…... 4
2.2 Prosedur Kerja…….....……………………………..………….. 4
2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles ................... ...….. ...….. ... 4
2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk
Anopheles...................................................... ….........…......... 5
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Profil Lembaga……………………………………..…............. 6
3.2 Pembahasan……………………………………………………..... 7
BAB 4. PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………..…......... 27
Saran …………………………………………………..….................. 27
DAFTAR PUSTAKA
v
1
BAB I. PENDAHULUAN
kemudian akan menuju ke hati (liver) dan membentuk merozoit dalam jumlah
yang sangat banyak. Bentuk inilah yang kemudian masuk ke dalam aliran darah
dan menginfeksi sel–sel darah merah. Sebagian dari sporozoit didalam sel hati
membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Pada saat
plasmodium menginfeksi Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam,
anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang
menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada
sampel darah pasien. Seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Bebarbagai langkah telah dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria,
tetapi sampai saat saat ini masih belum ditemukan cara yang paling efektif dalam
mengatasi masalah ini. Menurut World Health Organisation (2011), Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan upaya pengendalian vektor meliputi:
Pembasmian jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles
sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), Biological control (Predator
pemakan jentik, virus, bakteri, dan lain-lain), Manajemen lingkungan,
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding
rumah dengan insektisida (IRS/ Indoors Residual Spraying), dan Penggunaan
kelambu berinsektisida.
Spesies Anopheles yang menjadi vektor utama malaria di dunia sekitar 70
spesies dari total 424 spesies. Jumlah spesies yang menjadi vektor malaria
semakin bertambah dengan penemuan spesies baru melalui kegiatan identifikasi
dan penelitian bionomik (WHO, 2007). Nyamuk Anopheles yang berperan
sebagai vektor malaria pada manusia di Asia Tenggara pada umumnya merupakan
cryptic species (sibling species/ isomorphic species) dan dimasukkan dalam
takson spesies komplek. Anggota spesies komplek tersebut memiliki morfologi
yang mirip satu sama lain sehingga seringkali keliru dalam identifikasi. Anggota
spesies komplek berkerabat dekat secara genetik, namun terisolasi secara
reproduktif. Karakter dan bionomik spesies berbeda, oleh karena itu berpengaruh
secara langsung pada epidemiologi dan pengendalian. Perbedaan karakter dan
bionomik tersebut meliputi kapasitas vektorial, resistensi terhadap insektisida,
3
preferensi inang sumber darah, periodisitas dan tempat istirahat (Permana, 2013).
Sehingga proses identifikasi spesies nyamuk Anopheles merupakan langkah yang
sangat penting untuk lebih mengenal karekteristik-karakteristik yang dimiliki oleh
berbagai jenis nyamuk Anopheles (Gandahusada,2006).
Dipulau Jawa, Provinsi jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan daerah endemik persebaran vektor malaria. Menurut Barodji dkk
(2001) ditemukan 8 spesies yang memiliki populasi tinggi antara lain Anopheles
aconitus, Anopheles annularis, Anopheles barbirostris, Anopheles balabacensis,
Anopheles jlavirostris, Anopheles maculatus, Anopheles kochi dan Anopheles
vagus yang ditemukan persebarannya pada kabupaten Kulonprogo D.I.Y.
Kedelapan spesies yang telah ditemukan tersebut tidak semua spesies Anopheles
dapat menjadi vektor penyebaran malaria, sehingga perlu diadakannya identifikasi
lebih lanjut, selain identifikasi ciri morfologi juga perlu adanya identifikasi
molekuler. Sehingga nantinya dapat diketahui secara pasti spesies Anopheles
mana yang mampu menjadi vektor penyebaran malaria.
dan kemudian memasuki kelenjar liur. Sporozoit ini bersifat infektif dan akan
menjadi sumber baru penularan malaria yang akan ditularkan kemanusia.
Siklus hidup aseksual plasmodium dimulai dari tubuh nyamuk betina
yang telah mengandung sporozoit, nyamuk tersebut akan menghisap darah
manusia sehat. Pada saat nyamuk betina menghisap darah maka terjadi transmisi
pathogen yaitu sporozoit yang terdapat pada kelenjar liur akan berpindah kedalam
aliran darah melalui proboscis . Sporozoit kemudian menuju hati dan masuk
kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian tropozoit hati akan
berkembang menjadi skizon hati (skizogoni pra eritrosit) yang terdiri dari 10.000–
30.000 merozoit hati (Pedoman Penata Laksana Malaria, 2010). Siklus ini
dikatakan siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua
minggu. Pada P. vivax dan P. Ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, namun menjadi hipnozoit (bentuk dorman).
Hipnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun.
Skizon akan pecah dan melepaskan merozoit yang akan masuk ke
peredaran darah dan meninfeksi sel darah merah. Selanjutnya merozoit akan
berubah bentuk menjadi tropozoit dan berkembang menjadi skizon (terdapat 8-30
merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan secara aseksual ini
disebut dengan skizogoni. Eritrosit yang telah terinfeksi akan pecah menyebabkan
merozoitkeluar dan akan menginfeksi sel darah merah lainnya, siklus ini disebut
siklus eritrositer yang terjadi pada eritrosit (sel darah merah). Sebagian merozoit
yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual yaitu bentuk
gametosit yang dapat dibedakan sebagai gametosit jantan (mikro gametosit) dan
gametosit betina (makro gametosit).
Setelah ditemukan bahwa vektor penyakit malaria merupakan nyamuk
genus Anopheles dilakukan lagi klasifikasi nyamuk Anopheles yang menjadi
vektor malaria, dikarenakan tidak semuwa genus dari Anopheles mampu menjadi
vektor malaria pada suatu daerah.
8
An. labranchiae
An. sacharovi
An. atroparvus
An. freeboni
Quadrimaculatus
complex
An. claviger
An. lindesayl
An. culiciformis
An. aitkenii
Neomyzomyia Leucosphyrus An.
Complex Leucosphyrus
Dirus compleks An.
Elegans group balabacencis
Riparis group An. dirus
punculatus An. elegans
complex An. macarthuri
An. nili
An. tusellatus
An. farauti
Myzomyia Fenestusminimus An. fenestus
complex An. minimus
Flavirostris
Fluviatilis
Aconitus complex
Culcifacies
Sergentii
Pyrethoporus Sundaicus An. subpictus
An. sundaicus
Gambiae complex An. melas
An. merus
An. bwambae
An. gambiae
An. arabiensis
An.
quadriannulat
us
Neocellia Maculates group An. maculatus
An. stephensi
An. karwarii
An. annularis
Cellia Pharoensis An. pharoensis
Paramyzomyia Hispaniola An. hispaniola
11
An. multicolor
Kerteszia Cruzii An. cruzii
An. bellator
Nyssorhync Albimanus An. albimanus
hus An. aquasalis
An.
nuneztovari
An. darlingi
Sumber:(Dharmawan, 1993).
Pengelompokan nyamuk diatas sangatlah membantu untuk
mengidentifikasi spesies Anopheles, dikarenakan banyaknya spesies complex dan
spesies group yang kadang membingungkan. Pengertian spesies group dan spesies
complex adalah, ketika kelompok spesies yang telah terbukti menunjukkan
perbedaan genetis dan memiliki morfologi yang sangat mirip dan memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan anggota – anggotanya disebut spesies
complex, namun apabila kelompok spesies memiliki ciri-ciri yang lengkap, jelas
dan pasti serta mempunyai jarak hubungan yang lebih jauh dengan anggota
kelompok tersebut dikatakan spesies group.
Pentingnya pengetahuan akan spesies complex dikarenakan terdapat
anggota- anggota dari spesies tersebut yang mampu bertindak sebagai vektor,
apabila spesies yang menjadi vektor dan non- vektor tidak dapat dibedakan maka
usaha pengendalian penyakit malaria tidak akan berhasil. Spesies complex
sangatlah sukar dibedakan dikarenakan secara morfologi sama namun sangat
berbeda secara genetis. Spesies complex dibedakan menjadi dua, yaitu sympatric
complex (spesies yang anggotanya pada daerah yang sama) dan allopatric
complex (kelompok spesies yang anggotanya berada pada daerah berbeda).
Sympatric complex dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu spesies
kembar (sibling species) yang antara spesies satu dengan lainnya memiliki
morfologi yang amat mirip namun terisolasi secara genetis sehingga tidak akan
memungkinkan untuk saling kawin atau bila kawin akan menghasilkan spesies
infertile. Dan kelompok berikutnya adalah spesies polymorphic, yaitu spesies
tunggal namun memiliki beberapa bentuk yang cukup berbeda namun secara
genetis sama terdapat dalam suatau daerah yang sama dan dapat melakukan
12
serta terdapat juga jenis nyamuk yang menjadikan manusia saat berada diluar
rumah sebagai hospesnya (anthropofilik).
Terdapat sifat spesifik dalam hubungan antara nyamuk dan parasit agar
dapat melengkapi rangkaian siklus hidup parasit. Parasit yang berhasil masuk
ketubuh nyamuk harus memenuhi beberapa syarat dan melalui beberapa proses
agar nyamuk menjadi infektif. Utamanya adalah jumlah parasit yang masuk harus
cukup dan pada stadium yang matang untuk selanjutnya akan melalui siklus
sexual dalam tubuh nyamuk. Tidak semuwa spesies nyamuk dapat berasosiasi
dengan parasit, hal ini juga tergantung kerentanan spesies terhadap jenis
plasmodium. Konfirmasi apakah spesies Anopheles tersebut merupakan vektor
yang telah mengandung parasit dilakukan dengan cara pembedahan kelenjar ludah
“microdissection salivary glands” serta pewarnaan dengan giemsa yang
selanjutnya diamati dengan mikroskop persentase sporozoit yang terdapat pada
kelenjar ludah nyamuk tersebut.
Panjang umur nyamuk yang sudah terinfeksi haruslah cukup agar parasit
dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi infektif. Cara
yang telah digunakan untuk mengetahui umur nyamuk untuk mengetahui
kapasitasnya sebagai vektor dengan melakukan pembedahan ovary. Pembedahan
ovary dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah nyamuk yang
telah bertelur (parous) dan yang belum pernah bertelur (nulliparous)
penghitungan relic dan folikel menunjukkan selesainya satu siklus gonotrofik
(Darmanawa, 1993).
Tubuh nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala (caput),
dada (thorax) dan perut (abdomen).
pada nyamuk merupakan organ yang sangat penting diidentifikasi dan merupakan
kunci identifikasi menuju spesies pada genus Anopheles yaitu dengan melihat
perbedaan pada kakinya.
Abdomen terdiri atas 8 segmen yang tampak jelas dan segmen ke-9 dan 10
bentuknya berubah menjadi alat kelamin. Masing-masing segmen terdiri atas
lempeng atas atau dorsal yang disebut tergit dan lempeng bawah atau ventral
disebut strenit. Tergit dan sternit masing-masing segmen berhubungan melalui
membrane pleura dan segmen depan berhubungan melalui membrane pleura
depan dihubungkan dengan segmen belakangnya oleh membrane intersegment
(selaput antar segmen). Pada bagian kelamin banyak dijadikan perbandingan
untuk identifikasi seperti contoh spermatheca pada nyamuk betina dapat
membedakan antara sibling spesies.
Anopheles barbirostris group, dan Jika sternit abdomen ketujuh tidak terdapat
kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk Anopheles umbrosus group.
1.a. Kunci Identifikasi Anopheles hyrcanus Group
Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang sempit dan apabila tanda gelap
pada pangkal urat 5 panjang, dan jumbai pucat pada sayap sempi maka termasuk
Anopheles lesteri paraliae. Jika tanda gelap pangkal urat ke-5 pendek dan jumbai
pucat pada ujung sayap lebar maka termasuk Anopheles sinensis (ujung urat 1
gelap dan jika ada jumbai pucat pada urat 5.2) dan merupakan Anopheles
crawfordi (apabila ujung urat 1 pucat dan tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2).
Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang : sedang atau sangat lebar dan
Apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 pendek, dan ada jumbai pucat urat 5.2
merupakan Anopheles nitidus /indiensis, sedangkan tanda gelap pangkal urat 5
panjang maka menuju identifikasi selanjutnya. Apabila terdapat gelang pucat
tarsus 3 kaki belakang ≥ tarsus 4, tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan
Anopheles argyropus. Apabila gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ˃ tarsus 5,
tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles peditaenatus. jika
gelang pucat tarsus 3 kaki belakang < tarsus 5, ada jumbai pucat pada urat 5.2
merupakan Anopheles nigerrimus.
1.b Kunci Identifikasi Sub genus Cellia
Termasuk kedalam sub genus Cellia jika costa dan urat 1 sayap terdapat
empat noda pucat atau lebih. Diamati pada bagian kakinya, jika kaki tidak
berbercak bintik-bintik pucat atau tidak belang, kemudian diamati pada bagian
tarsus 5 kaki belakang maka menuju kunci selanjutnya. Jika tarsus 5 kaki
belakang gelap maka selanjutnya diamati pada bagian ujung probosisnya maka
menuju kunci selanjutnya, apabila terdapat sedikit bagian pucat maka termasuk
Anopheles vagus, sedangkan jika probosis gelap, gelang pucat sub apical palpus ≥
gelang sub apical maka termasuk Anopheles indefinitus. Jika probosis gelap, gelan
pucat sub apical palpus ≤ ⅓ gelang sub apical gelap maka termasuk Anopheles
subpictus. Apabila setengah ujung proboscis pucat dan terdapat jumbai pucat pada
urat sayap no. 6 maka termasuk Anopheles aconitus, sedangkan Jika setengah
ujung proboscis bagian bawah pucat, tidak ada jumbai pucat pada ujung urat
17
sayap no. 6 maka termasuk Anopheles minimus. Apabila jika tarsus 5 kaki
belakang seluruhnya pucat maka termasuk Anopheles karwari, dan Jika tarsus 3, 4
dan 5 kaki belakang pucat maka termasuk pada Anopheles annularis.
kumpulan sisik (sikat) gelam maka termasuk Anopheles kochi dan Jika sternit
abdomen II-IV tidak terdapat kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk
Anopheles tessellatus.
termasuk Anopheles leucosphyrus dan Presector gelap urat 1 sayap sama panjang
dengan tanda gelap humeral pada costa maka termasuk Anopheles balabacensis.
20
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa untuk standart identifikasi
suatu spesies dapat dilakukan dengan Identifikasi berdasarkan morfologi nyamuk.
Pada genus Anopheles memiliki cirri yaitu terdapat scutellum 3 lobus yang dapat
membedakan spesies tersebut dengan spesies lainnya. Serta pada kegiatan
identifikasi berhasil mengidentifikasi 6 spesies yang diduga dapat menjadi spesies
vektor Malaria yaitu, Anopheles balabacensis, Anopheles kochi, Anopheles
sundaicus, Anopheles maculates, Anopheles aconitus dan Anopheles barbiostris.
4.2 Saran
Identifikasi berbasis morfologi merupakan proses identifikasi yang
tergolong metode lama dan kurang akurat, dikarenakan adanya sibling spesies
yang dapat mengakibatkan biasa pada suatu penelitian. Identifikasi yang paling
muktahir adalah dengan identifikasi berbasis Molekuler (DNA) yang hasilnya
akan lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani . Ali, Wan. Nor, Zurainee M., Ismail, Zamree., Hadi, Azahari A.,
Ibrahim, Mohd N and Lim, Lee H. 2011. Mapping of mosquito breeding
sites in malaria endemic areas in Pos Lenjang, Kuala Lipis, Pahang,
Malaysia. Malaria Journal . 10:361
Takano, Kohei Takenaka. Nguyen, Ngoc Thi Hong. Nguyen, Binh Thi Huong.
Sunahara, Toshihiko . Yasunami, Michio. Nguyen, Manh Duc, and
Takagi, Masahiro.RPartial mitochondrial DNA sequences suggest the
existence of a cryptic species within the leucosphyrus group of the genus
Anopheles (Diptera: Culicidae), forest malaria vektors, in northern
Vietnam. Parasites & Vectors. 2010, 3:41
Tan, Cheong H . Vythilingam, Indra . Matusop, Asmad . Chan, Seng T and
Singh, Balbir. Bionomics of Anopheles latens in Kapit, Sarawak,
Malaysian Borneo in relation to the transmission of zoonotic simian
malaria parasite Plasmodium knowlesi. Malaria Journal. 2008, 7:52
Wooden J, Kyes S, Sibley CH, 1993. PCR and strain identification in Plasmodium
falciparum. Parasitology Today . 9:303-305
World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 2007
World Health Organization. World Malaria Report 2011; Geneva; WHO; 2011
Sumber internet
Anonim.2013.http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1883-ayo-
gebrak-malaria.html [diakses pada 12 agustus 2013]
BIODATA MAHASISWA