Anda di halaman 1dari 31

Tugas Individu

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Dosen : Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MALARIA


TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT
DI PUSKESMAS KABAWO
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016

OLEH :

LA ODE YASIR HAMUSU


P1804216012

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul : “Pengaruh
Penyuluhan tentang Malaria terhadap Pengetahuan Masyarakat di
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tahun 2016” guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana univeritas Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan proposal
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran
dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu
dari Penulisan proposal penelitian ini sangat Penulis harapkan.
Penulis berharap karya tulis ini dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaan dalam menambah wawasan khususnya dalam upaya
eliminasi malaria.
Akhirnya Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini dan
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, Desember 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 2
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Malaria …………………………….. 4
B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan (Knowledge) ……… 17
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori ………………………………………………… 22
B. Kerangka Konsep ……………………………………………… 23
C. Variabel Penelitian ……………………………………………. 23
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ………………….. 23
E. Hipotesis Penelitian …………………………………………… 24
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ………………………………….. 25
B. Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………. 25
C. Populasi dan Sampel ………………………………………….. 25
D. Pengumpulan Data ……………………………………………. 26
E. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data …………………… 26
F. Etika Penelitian ………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Penyakit ini secara alami
ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina (Arsin, 2012).
Penyakit malaria terutama disebabkan oleh empat spesies parazit
protozoa (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmopdium
ovale dan Plasmodium malariae) yang menginfeksi sel darah merah
manusia (Saxena et al, 2003 dalam Tallane, 2013). Di beberapa
Negara telah ditemukan Plasmodium knowlensi seperti Brunei,
Kamboja, Indonesia, Mianmar, kepulauan Andaman dan Nicobar di
India, Filipina, Singapore, Thailand dan Vietnam serta sebagian besar
Malaysia (Moyes, 2014).
Malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang paling
penting di seluruh dunia, yang ditandai dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh
Plasmodium spp. dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang sering
terlihat di daerah tropis dan subtropis. Orang dapat terinfeksi oleh
gigitan nyamuk, transplantasi jaringan, transfusi darah dan transmisi
transplasenta (Sarafraz, 2014). Pada tahun 2013, malaria menjadi
urutan pertama penyakit tropis dengan jumlah kasus 48.237.390
(WHO, 2015). Hampir setengah populasi dunia tinggal di daerah
beresiko malaria. Pada tahun 2015 insiden penyakit malaria 91 per
seribu orang. 214 juta kasus dan 348 ribu kematian (WHO, 2016).
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada
kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu
malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja. Dengan

1
demikian malaria berperan sebagai salah satu penyakit yang sangat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yang berdampak
kepada masalah sosial ekonomi dan sosial budaya. Saat ini tujuan
program pengendalian malaria di Indonesia adalah mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas dari
penularan malaria pada tahun 2030 secara bertahap.
Berdasarkan data kasus malaria tahun 2015 di Kabupaten
Muna terdapat 395 kasus malaria dari 204.099 penduduk. Dari 152
Desa/Kelurahan yang tersebar dalam wilayah kerja 27 Puskesmas,
terdapat 12 desa/kelurahan endemis tinggi dan 46 Desa/Kelurahan
endemis sedang. Desa endemis tentunya berisiko tertular penyakit
malaria (Dinkes Muna, 2016)
Puskesmas Kabawo merupakan salah satu Puskesmas di
Kabupaten Muna dengan wilayah kerja 10 Desa/Kelurahan, pada
tahun 2015 terdapat 5 Desa/Kelurahan diantaranya endemis tinggi, 4
Desa/Kelurahan endemis sedang dan 1 Desa/Kelurahan endemis
rendah (Dinkes Muna, 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah pemberian penyuluhan tentang
malaria berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan orang tua?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penyuluhan tentang
malaria terhadap pengetahuan orang tua.
2. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsi karakteristik orang tua yang datang ke posyandu.
2) Menganalisis pengetahuan orang tua tentang malaria sebelum
penyuluhan.
3) Menganalisis pengetahuan orang tua tentang malaria sesudah
penyuluhan.

2
4) Menganalisis perbedaan pengetahuan orang tua tentang
malaria sebelum dan sesudah penyuluhan.
D. Mafaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum mengenai
pengetahuan malaria agar dapat mengenali penyakit malaria
dengan baik.
2. Sebagai sumber pengetahuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai malaria.
3. Sebagai data bagi peneliti selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Malaria


1. Pengertian malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja
terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut
merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk
berkembang biak.
Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria
tersusun dari dua kata yaitu mal = busuk dan aria = udara. Nama
diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak
diderita masyarakat yang tinggal disekitar rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk.
Pada awalnya penyakit malaria diduga sebagai akibat
hukuman yang dijatuhkan oleh para dewa untuk masyarakat kota
Roma. Misteri mulai terbuka dengan ditemukan adanya bentuk
seperti pisang dalam darah penderita malaria oleh Laveran pada
tahun 1880. Kemudian diketahui bahwa penularan malaria
dilakukan oleh nyamuk yang banyak terdapat di sekitar rawa-rawa.
Malaria diduga berasal dari benua Afrika, asal muasal umat
manusia. Fosil nyamuk ditemukan pada lapisan geologi yang
berumur 30 juta tahun.
Di Indonesia ditemukan 4 spesies parasit malaria yang
menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmidium malariae, dan Plasmodium ovale. Dimana P.
falciparum menyebabkan malaria tertiana maligna (malaria
tropika), P. vivax menyebabkan tertiana benigna, disebut juga
malaria vivax atau ”tertiana ague”, P. malariae menyebabkan

4
malaria kuartana spesies ini paling jarang dijumpai, P. ovale
menyebabkan malaria tertiana benigna atau malaria ovale.
Spesies yang paling banyak di temukan ialah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax.
2. Vektor Malaria
Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina genus
Plasmodium, spesies Anopheles (aconitus, sundaicus,
balabacensis, vagus, dan lain-lain). Jumlah nyamuk di dunia
ditemukan tidak kurang dari 3.500 spesies nyamuk. Sedangkan
untuk Anopheles telah ditemukan 400 spesies, 80 spesies
diantaranya terbukti sebagai vektor malaria, dan 24 diantaranya
ditemukan di Indonesia.
Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi
setempat antara lain ada nyamuk yang hidup di air payau pada
tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An.subpictus), ada yang
hidup di sawah (An.aconitus), air bersih dipegunungan (An.
maculatus), genangan air yang terkena sinar matahari (An.
punctulatus, An. farauti).
Semua nyamuk, khususnya Anopheles memiliki empat tahap
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, kepompong dan nyamuk
dewasa. Telur, larva dan kepompong berada dalam air selama 5-
14 hari. Nyamuk Anopheles dewasa adalah vektor penyebab
malaria. Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama sebulan.
3. Epidemiologi Malaria
Malaria ditemukan di daerah-daerah yang terletak pada
posisi 64⁰ Lintang Utara sampai 32⁰ Lintang Selatan. Penyebaran
malaria pada ketinggian 400 meter di bawah permukaan laut dan
2600 meter diatas permukaan laut. Plasmodium vivax mempunyai
distribusi geografis yang paling luas yaitu mulai daerah beriklim
dingin, subtropik, sampai dengan daerah tropik, kadang-kadang
juga dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falciparum jarang

5
ditemukan di daerah beriklim dingin tetapi paling sering ditemukan
di daerah tropis.
Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas di semua
pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda. Penyakit
tersebut dapat berjangkit di daerah yang mempunyai ketinggian
sampai dengan 1800 meter di atas permukaan laut. Spesies
terbanyak yang dijumpai adalah P.falciparum dan P.vivax, P.ovale
pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Kondisi
wilayah yang adanya genangan air dan udara yang panas
mempengaruhi tingkat endemisitas penyakit malaria di suatu
daerah.
Penyebaran penyakit malaria pada dasarnya sangat
tergantung dengan adanya hubungan interaksi antara tiga faktor
dasar epidemiologi yaitu agent (penyebab malaria), host (manusia
dan nyamuk), dan environment (lingkungan). Parasit malaria atau
Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria. Untuk
kelangsungan hidupnya parasit malaria tersebut melalui 2 siklus
yang terdiri dari siklus aseksual di dalam tubuh manusia sebagai
host intermediate dan siklus seksual dalam tubuh nyamuk
Anopheles sebagai host definitive. Untuk perkembangbiakan
nyamuk Anopheles sebagai vektor penular penyakit malaria
diperlukan kondisi lingkungan/habitat yang sesuai dengan
kebutuhan hidup nyamuk. Lingkungan dapat berupa lingkungan
fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial
budaya
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malaria
a. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)
1) Manusia
a) Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak
yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang

6
dan malaria selebral dibandingkan dengan anak yang
bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat
mengatasi malaria berat dengan lebih cepat
dibandingkan anak bergizi buruk.
b) Jenis kelamin
Perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan
laki-laki tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang
hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
c) Imunitas
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya
terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian
juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai
imunitas alami terhadap penyakit malaria.
d) Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk
mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria,
misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
e) Status gizi
Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di
daerah endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi
malaria.
2) Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan
siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan
terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali
bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur sekitar 0,5
mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari
menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk
dewasa.
Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya
lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih

7
panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan
terbang disekitar perindukannya dan makan cairan
tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya
kawin sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi
setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan
nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan telurnya.
Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah
80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan
sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak
semua Anopheles tersebut berperan penting dalam
penularan malaria.
Beberapa aspek penting dari nyamuk adalah :
a) Perilaku nyamuk
(1) Tempat hinggap atau istirahat
- Eksofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau
istirahat di luar rumah.
- Endofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau
istirahat di dalam rumah.
(2) Tempat menggigit
- Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di
luar rumah.
- Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di
dalam rumah.
(3) Obyek yang digigit
- Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit
manusia.
- Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit
hewan.

8
- Indiscriminate biters/indiscriminate feeders, yaitu
nyamuk tanpa kesukaan tertentu terhadap
hospes.
(4) Frekuensi menggigit manusia
Frekuensi membutuhkan darah tergantung
spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan
kelembaban, yang disebut siklus gonotrofik. Untuk
iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-
96 jam.
b) Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk
matangnya telur. Waktu ini juga merupakan interval
menggigit nyamuk.
c) Faktor lain yang penting
(1) Umur nyamuk (longevity), semakin panjang umur
nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk
menjadi penular atau vektor. Umur nyamuk
bervariasi tergantung dari spesiesnya dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Pengetahuan umur
nyamuk ini penting untuk mengetahui musim
penularan dan dapat digunakan sebagai parameter
untuk menilai keberhasilan program pemberantasan
vektor.
(2) Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
a) Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya
siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin
tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu
makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu

9
26,7⁰C masa inkubasi ekstrinsik pada spesies
Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 samapi
12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari
P.ovale 15 hari. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang
optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-
30⁰C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi
tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar
rumah 23-24⁰C dalam rumah 25-26⁰C sebagai suhu
optimal.
b) Kelembaban Udara
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur
nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan
berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahan, dan
lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60%
merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan
hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk
menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria. Menurut penelitian
Barodji (1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles
paling banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban
84-88%dan di dalam rumah 70-80%.
c) Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang
semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan
menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000
m jarang ada transmisi malaria. Ketinggian paling tinggi
masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di
atas permukaan laut.
d) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam
yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau

10
keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dengan
nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat
diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah
angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas
biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat
perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk
Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.
e) Hujan
Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk
menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh
tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari
hujan jenis vektor dan jenis tempat perkembangbiakan
(breeding place). Hujan yang diselingi panas akan
memperbesar kemungkinan berkembang biaknya
nyamuk Anopheles.
f) Sinar matahari
Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-
beda pada spesies nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih
menyukai tempat untuk berkembang biak dalam air yang
ada sinar matahari dan adanya peneduh. Spesies lain
tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup
tetapi lebih menyukai tempat yang rindang, Pengaruh
sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk
berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang
teduh, An. hyrcanus spp dan An. punctulatus spp lebih
menyukai tempat yang terbuka, dan An. barbirostris
dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.
g) Arus air
An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis /
mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran

11
air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang.
An. maculatus berkembang biak pada genangan air di
pinggir sungai dengan aliran lambat atau berhenti.
Beberapa spesies mampu untuk berkembang biak di air
tawar dan air asin seperti dilaporkan di Kecamatan
Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT bahwa An. subpictus
air payau ternyata di laboratorium mampu bertelur dan
berkembang biak sampai menjadi nyamuk dewasa di air
tawar seperti nyamuk Anopheles lainnya.
h) Tempat perkembangbiakan nyamuk
Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah
genangan-genangan air, baik air tawar maupun air
payau, tergantung dari jenis nyamuknya. Air ini tidak
boleh tercemar harus selalu berhubungan dengan tanah.
Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap
atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi
genangan air dibedakan atas genangan air besar dan
genangan air kecil.
i) Keadaan dinding
Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan
dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual
spraying) karena insektisida yang disemprotkan ke
dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat
nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan
insektisida tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari
kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk
masuknya nyamuk.
j) Pemasangan kawat kasa
Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan
menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang
berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana

12
nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut
Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat
mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan
Manusia.
2) Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah
kadar garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai
contoh An. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang
kadar garamnya berkisar antara 12 – 18% dan tidak dapat
berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun
di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus sudah
ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup
ditempat yang asam/pH rendah.
3) Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan
lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat
menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan
makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan
larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia,
nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi
nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar
seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut
dikandangkan tidak jauh dari rumah.
4) Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya
a) Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut
malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik
akan memudahkan gigitan nyamuk. Kebiasaan
penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan

13
juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian
malaria
b) Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian
kelambu secara teratur pada waktu tidur malam hari
mengurangi kejadian malaria.
c) Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar,
semprot, oles maupun secara elektrik
d) Pekerjaan
Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan
maupun perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di
pohon-pohon) sehingga menyebabkan vektor cukup
tinggi. Masyarakat yang mencari nafkah ke hutan
mempunyai risiko untuk menderita malaria karena
suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan
nyamuk untuk menggigit.
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh
langsung terhadap kejadian malaria tetapi umumnya
mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan
seseorang.
c. Faktor Agent (Plasmodium)
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau
elemen hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya,
bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan
akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu
proses penyakit. Penyebab penyakit malaria dari genus
Plasamodium, family Plasmodiidae dan ordo Coccidiidae.

14
Hingga saat ini parasit malaria yang dikenal ada 4 macam,
yaitu:
1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang
sering menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko
kematian yang tinggi.
2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
3) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.
4) Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di
Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi
oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut
infeksi campuran (mixed infection). Kejadian infeksi campuran
ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran
antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax atau
Plasmodium malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis
parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi
campuran ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka
penularannya.
5. Pencegahan Malaria
Pencegahan malaria secara garis besarnya mencangkup
tiga aspek, yaitu:
a. Mengurangi penderita yang mengandung gametosit yang
merupakan sumber infeksi (reservoar).
b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria.
c. Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria.
Seorang penderita harus mengandung gametosit dengan
jumlah yang besar dalam darahnya. Dengan demikian, nyamuk
dapat menghisap dan menularkan kepada orang lain. Hal itu dapat
dicegah dengan jalan mengobati penderita malaria akut dengan
obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual

15
sehingga gametosit tidak sempat terbentuk di dalam darah
penderita.
Pemberantasan nyamuk meliputi pemberantasan tempat
perindukan nyamuk, membunuh larva dan nyamuk dewasa.
Pemberantasan tempat perindukan dilakukan dengan drainase,
pengisian/pengurukan lubang-lubang yang mengandung air. Larva
diberantas dengan menggunakan larvasida, memelihara ikan
pemakan jentik atau dengan menggunakan bakteri misalnya
Bacillus thuringiensis. Nyamuk dewasa diberantas dengan
menggunakan insektisida, pemberantasan lingkungan, kelambu
dipoles dengan insektisida (permetrin). Pada akhir-akhir ini sedang
dikembangkan upaya pemerantasan genetik untuk mensterilkan
nyamuk dewasa.
Perlindungan terhadap orang yang rentan dapat dilakukan
dengan cara menghindari gigitan nyamuk, memberikan obat-
obatan untuk mencegah malaria dan vaksinasi. Pemakaian kawat
kasa pada pintu, jendela dan lubang angin pada rumah-rumah
dapat mencegah gigitan nyamuk. Pada prinsipnya ada 3 jenis
vaksinasi, yaitu :
a. Vaksin anti sporozoit atau pre-eritrosik.
Vaksin dapat dilakukan terhadap sporozoit, sehingga dapat
melindungi terhadap infeksi dengan cara menghalangi
masuknya ke dalam sel hati.
b. Vaksin anti stadium aseksual (merozoit)
Dilakukan untuk menekan siklus aseksual Plasmodium dalam
darah. Hal ini dilakukan karena parasit malaria stadium seksual
dalam darah dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
pada malaria.
c. Vaksin terhadap stadium seksual
Dilakukan dengan cara menghindarkan fertilisasi sel-sel gamet
jantan dan betina di dalam darah manusia atau membuat zigot

16
atau ookinet menjadi tidak aktif dalam tubuh nyamuk. Vaksin ini
tidak mencegah penyakit pada orang yang divaksnasi tetapi
mampu mencegah transmisi infeksi pada orang lain.
B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan didapatkan setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lainnya). Untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan
(mata).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
1. Proses adopsi perilaku
Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahap-tahap di atas.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa apabila
adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,

17
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila dalam proses
adopsi perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
2. Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif
Pengetahuan seseorang terhadap objek yang terdapat
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat pengetahuan, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu
sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2) Paham (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Seseorang dikatakan paham jika orang tersebut dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Terapan (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya (real). Aplikasi di sini juga dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

18
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara. Cara yang paling umum adalah dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Untuk mengukur kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui, dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas. Kedalam pengetahuan yang ingin dicapai
adalah tahap pengunjung mengetahui apa materi dari penyuluhan
yang diberikan.
Pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase kurang dari 56%

19
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi.
2. Media massa (informasi)
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal, dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Media
massa mempunyai peranan penting sebagai sarana penyampaian
informasi karena pesan-pesan yang disampaikan berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang.
3. Status ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu di suatu lingkungan terjadi karena
adanya interaksi timbal balik.
5. Pengalaman sakit
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Hal ini sering dipengaruhi oleh sosial dan
budaya yang ada di masyarakat.

20
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia, akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik.

21
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun
kerangka teori sebagai berikut:

Pendidikan

TV Media massa
Koran
Internet
Status ekonomi
Tingkat
Keluarga Lingkungan pengetahuan umum
Masyarakat
masyarakat tentang
Pekerjaan
Usia malaria sebelum
penyuluhan
Sosial Pengalaman
Kultur
Tingkat kepercayaan

Motivasi

Intervensi
penyuluhan tentang
malaria

Terdapat peningkatan
tingkat pengetahuan
umum masyarakat
tentang malaria
setelah penyuluhan

Gambar 1. Kerangka teori

22
B. Kerangka Konsep

Intervensi Tingkat pengetahuan


penyuluhan tentang umum masyarakat
malaria tentang malaria

Gambar 2. Kerangka konsep

C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Penyuluhan tentang malaria kepada orang tua yang berkunjung ke
Posyandu di Puskesmas Kabawo.
2. Variabel terikat
Tingkat pengetahuan masyarakat umum tentang malaria
3. Variabel perancu
Pendidikan, media massa, status ekonomi, lingkungan, usia,
pengalaman, tingkat kepercayaan, dan motivasi.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Penyuluhan kesehatan : Kegiatan pendidikan kesehatan tentang
malaria. Metode penyuluhan kesehatan yang digunakan yaitu
metode ceramah dengan media leaflet. Pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat umum dinilai
dari perbedaan skor total jawaban kuesioner sebelum dan sesudah
penyuluhan.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat umum tentang penyakit
malaria. Hal-hal yang diketahui masyarakat umum tentang segala
sesuatu yang berhubungan penyakit malaria, diukur dengan
skoring jawaban pertanyaan-pertanyaan seputar penyakit malaria
melalui kuesioner. Tingkat pengetahuan orang tua diukur
berdasarkan skor total dari jawaban kuesioner sebelum maupun
sesudah mendapat penyuluhan.

23
Kriteria objektif :
Baik : Jika nilai responden > 75
Sedang : Jika nilai responden 56 – 75
Kurang : Jika nilai responden <56
E. Hipotesis Penelitian
Terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat umum tentang
malaria sesudah diberikan penyuluhan.

24
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental
one group pre- posttest design.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kabawo.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi target : semua orang tua yang berkunjung ke
posyandu – posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kabawo.
b. Populasi terjangkau : orang tua yang berkunjung ke Posyandu
di Wilayah kerja Puskesmas Kabawo pada bulan Desember
2016.
2. Sampel
a. Kriteria inklusi :
1) Bersedia mengikuti penelitian dibuktikan dengan
menandatangani lembar informed consent.
2) Orang tua yang berkunjung ke Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas kabawo.
3) Tingkat pendidikan SMP – Perguruan Tinggi.
b. Kriteria eksklusi:
1) Bekerja di Puskesmas/ Rumah Sakit/ Pelayanan kesehatan
lainnya.
2) Bekerja sebagai tenaga kesehatan (perawat, analisis gizi,
dokter, dan bidan)
3) Tidak kooperatif dan tidak komunikatif.
4) Tidak mengikuti penelitian sampai selesai (drop out)

25
c. Cara sampling
Sampel dipilih secara consecutive sampling dari semua orang
tua yang berkunjung ke Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas
Kabawo pada bulan Desember 2016.
d. Besar sampel
Jumlah sampel minimal dapat ditentukan berdasarkan rumus :

(𝑍𝑎 + 𝑍ß)𝑆
𝑛=[ ]
𝑋1 − 𝑋2

n : Besar sampel
a : Kesalahan tipeI = 5% Za=1,96
ß : Kesalahan tipeII=20% Zß =0,842
S : Simpangan baku =10
X1-X2 : Perbedaan pretest dan posttest yang diinginkan =5
D. Pengumpulan Data
Media : kuesioner, materi slide presentai dan leaflet.
Materi : penyakit malaria yang diolah dan disahkan oleh ahli/expert.
Metode : kuesioner.
E. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data
Pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodingan, dan pemberian
nilai (scoring) kemudian data dimasukkan dalam program SPSS for
WINDOWS. Pertama dilakukan terlebih dahulu analisis stastitika
dengan deskriptif sampel untuk mengetahui karakteristik dari
masyarakat umum, berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
penyuluhan tentang penyakit malaria terhadap peningkatan
pengetahuan masyarakat umum dimana variabel bebasnya yaitu
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat umum mengenai penyakit
malaria menggunakan skala nominal, sedangkan variabel
tergantungnya yaitu tingkat pengetahuan masyarakat umum tentang

26
penyakit malaria menggunakan skala rasio. Kemudian hasilnya
dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan didapatkan
distribusi data yang normal, maka dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji parametrik yaitu Paired T-test
F. Etika Penelitian
1. Penelitian ini akan mendapat ijin dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Muna dan Puskesmas Kabawo dan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Kabawo.
2. Subjek penelitian diusahakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dibuktikan dengan menandatangani informed
consent yang sebelumnya subjek penelitian telah diberi penjelasan
tentang maksud, tujuan, dan manfaat penelitian ini, dan subjek
berhak menolak untuk diikutsertakan tanpa ada konsekuensi
apapun dan berhak untuk keluar dari penelitian sesuai dengan
keinginannya.
3. Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh
peneliti.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arsunan, A.A. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi.


Masagena Press. Makassar
Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten
Muna 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Muna.
Moyes, Catherine L. 2014. Defining the Geographical Range of the
Plasmodium knowlesi Reservoir. PLOS Neglected Tropical
Diseases; 8 (3).
Sarafraz , Seddigheh. 2014. Epidemiology of malaria in East Azerbaijan
province, Iran, from 2001 to 2013. Journal of Parasitic Diseases.
Tallane,Fiyanti. 2013. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Relaps Malaria di Kabupaten Sorong Tahun 2013. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
WHO 2016. World Health Statistics 2016 : Monitoring Health for the SDGs,
Sustainable Development Goals. WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data.
WHO 2015. World Health Statistics 2015. WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data.

28

Anda mungkin juga menyukai