Siklus Parasit dari Nyamuk Penyebab Malaria, dan Cara Meminimalisir Penyakit
Malaria
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
GRACYA FEBRIYANTI DAMANIK (4223151031)
NAFFA AULIA (4221151012)
RAHEL ALESIA SIRAIT (4223151017)
RIZKA AMELIA FEBRINA (4223351011)
SAGITA LAMTOMA TIUR MALAU (4223151022)
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1
1.2.Rumusan Masalah………………………..………………………………………2
1.3.Tujuan Penulisan…………………………………………………………………2
i
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis yang berjudul Struktur Sel
Nyamuk Penyebab Malaria, dan Cara Meminimalisir Penyakit Malaria, dengan baik dan tepat
waktu. Judul tulisan ini kami susun berdasarkan hasil banyak nya kasus terkait penyakit
malaria yang menyebar marak saat ini.
Karya tulisan ini berisi tentang hasil literatur dan referensi dari beberapa sumber terkait untuk
mengetahui struktur sel pada nyamuk penyebab penyakit malaria membuktikan dan
mengetahui cara mengurangi penyakit malaria saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada dosen pengampu
mata kuliah Biologi Sel Ibu Melva Silitonga, M.S., yang telah memberikan tugas Projek
sebagai tanggung jawab kami untuk menyelesaikan Tugas ini dalam bentuk karya tulis
ilmiah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Dalam penyusunan tulisan ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
penyusunan dan hasil nya. Kami selaku penyusun mengharapkan kritik serta saran yang
membangun sebagai bentuk apresiasi para pembaca terhadap tugas kami ini. Kami berharap
dengan menyusun karya tulis ini berdasarkan referensi yang telah kami peroleh, dapat
memberikan pembelajaran kepada para pembaca dan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait judul yang telah tertulis.
Kelompok 2
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Malaria sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil. Malaria secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini masih endemis di sebagian besar wilayah provinsi di Indonesia. Adapun upaya
untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan
malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat
serta memutus mata rantai penularan malaria. Agar penanggulangan malaria lebih efektif,
sangat perlu adanya perbaikan dan pendekatan strategi dalam pengendalian vektor, termasuk
pemahaman terhadap spesies dan bioekologinya.
Dalam pemahaman suatu spesies diperlukan identifikasi secara benar dan akurat sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam menentukan spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor.
Usaha untuk pengendalian nyamuk vektor menjadi terkendala oleh kapasitas reproduksi dan
fleksibilitas genetiknya. Fleksibilitas genetik terefleksi oleh karena resistensi nyamuk
terhadap insektisida dan adanya sejumlah spesies kompleks yang muncul sebagai akibat
perubahan lingkungan yang memungkinkan spesies tersebut beradaptasi. Spesies kompleks
yaitu nyamuk mempunyai ciri-ciri morfologi yang sama atau amat mirip sehingga sulit
dibedakan satu dengan lainnya, berbeda secara genetik, terisolasi reproduksi dan di alam
menunjukkan perilaku berbeda. Spesies kompleks menjadi penting karena terdapat anggota-
anggota nyamuk yang mampu berperan sebagai vektor. Apabila vektor dan non vektor tidak
dapat dibedakan maka usaha penanggulangan penyakit yang ditularkannya tidak akan
berhasil.
Untuk itu perlu di ketahui struktur sel dari nyamuk yang menyebabkan munculnya
penyakit malaria dan cara meminimalisir penyakit malaria di Indonesia. Adapun penyebab
dari munculnya penyakit malaria tersebut adalah infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan
mudah dikenali dari gejala panas dingin menggigil serta demam berkepanjangan. Hal ini
dapat juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk,
serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut.
Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
1
Proses penyebaran nyamuk dimulai saat nyamuk pembawa parasit malaria menggigit
manusia sehat. Setelah itu, parasit mengalami perubahan bentuk dan masuk ke dalam saluran
darah hingga masuk ke dalam jaringan hati. Parasit ini berkembang biak dengan cara
melakukan pembelahan sel sehingga jumlah parasit dalam tubuh manusia akan berkembang
dalam waktu yang cepat. Parasit tersebut selanjutnya akan tersebar dalam darah dan di luar
darah.
2
BAB II
Tinjauan Teori
A. Malaria
Malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun. Setelah itu, Abad ke-4 SM Chr
Malaria dikenal luas di Yunani yang dianggap sebagai penyebab utama penurunan populasi
perkotaan pada waktu itu. Plasmodium adalah penyebab malaria, ditemukan oleh Laveran
pada tahun 1880. Marchiafava berhasil dikerahkan pada tahun 1883. Methylene blue menodai
parasit malaria dan mengubah morfologinya memeriksa parasit malaria. Aparatus Golgi
Menjelaskan Siklusnya pada tahun 1885 Siklus hidup parasit malaria, yang disebut siklus
eritrosit skizofrenia Siklus Golgi. Selama siklus yang terjadi di dalam tubuh nyamuk itu
diselidiki oleh Ross dan Bignami pada tahun 1989. Nanti pada tahun 1900, Patrick Manson
membuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penularan malaria (Soedarto, 2011).
Malaria adalah termasuk penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang
ditandai dengan demam mendadak (parozysmal), anemia, dan pembesaran limpha. Yang
disebabkan oleh nyamuk Anopheles. Penderita Malaria Dapat Menginfeksi Banyak Spesies
Plasmodium. Infeksi ini disebut infeksi campuran. dari wabah infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua parasit. Yaitu campuran Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax
atau Plasmodium malariae (Widoyono, 2011).
Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam (spesies) parasit malaria yaitu :
3
B. Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam ordo Diptera; genera termasuk Anopheles,
Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus
untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies
berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm (Nurhidayat, 2018). Dalam bahasa Inggris,
nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau
bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun
1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.
Secara keseluruhan, terdapat kurang lebih 4.500 spesies nyamuk, sedangkan nyamuk
Anopheles sp. berjumlah 424 spesies yang 70 spesies di antaranya telah terbukti sebagai
vektor Malaria (WHO, 1997 dalam Prasetyowati, 2013). Nyamuk Anopheles yang ada di
Indonesia berjumlah 80 spesies, namun sampai saat ini baru 22 spesies Anopheles yang dapat
menularkan Malaria (Elyazar et al., 2013).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
4
Sub famili : Anophelini
Genus : Anopheles
Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air di tempat perindukannya. Telur
yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi sesudah 1 - 2 jam berubah menjadi hitam. Telur
menetas menjadi larva dengan ciri khas tidak mempunyai tabung udara (siphon), beberapa
ruas abdomen memiliki bulu kipas, pada beberapa ruas abdomen terdapat tergal plate.
Periode dormansi paralel larva nyamuk Anopheles itu ada di permukaan dan bisa berenang
bebas di air. Pupa itu memiliki tabung pernapasan termasuk siphon yang lebar dan pendek.
Berfungsi untuk mengekstraksi O2 dari udara. Tahap dewasa Nyamuk Anopheles jantan dan
betina memiliki pulpa yang hampir sama
Karena belalai yang panjang, hanya nyamuk jantan yang dapat menyentuh ujungnya
berbentuk tongkat dan disebut berbentuk tongkat. Pada nyamuk betina, ruas tubuhnya lebih
kecil. bagian belakang perut Sedikit tajam. Sayap ditutupi sisik yang berkelompok untuk
membentuk garis-garis hitam dan putih.
Spesies dari nyamuk merupakan spesies yang cukup banyak jenisnya, tetapi di Indonesia
ada beberapa jenis spesies yang telah dibuktikan sebagai vektor penyakit malaria, yaitu :
1. Anopheles minibus-minibus
2. Anopheles venhuisi
3. Anopheles karwari
4. Anopheles punctulatus
5. Anopheles kochi
6. Anopheles sundaikus
7. Anopheles aconitus
5
8. Anopheles subpictus
9. Anopheles balabacensi
a. Telur
Betina dewasa bertelur 50 - 200 setiap bertelur dan secara khusus terapung sejajar dengan
permukaan air. Telur tidak perlu pengeringan dan menetas kurang lebih 2 - 3 minggu di iklim
yang lebih dingin.
b. Larva
Larva nyamuk mempunyai perluasan kepala, bulu palma, sebuah thorax/dada, sebuah ruas
perut dan tidak mempunyai kaki. Larva Anopheles kekurangan siphon pernapasan jadi posisi
mereka adalah sejajar pada permukaan air. Larva Anopheles dapat ditemukan di air rawa,
rawa bakau, ladang padi, selokan yang tertutup rumput.
6
c. Pupa
Pupa berbentuk koma jika dilihat dari samping. Kepala dan dada di bagi dalam
cephalothorax dengan abdomen yang melengkung ke dalam. Nyamuk dapat berkembang dari
telur menuju dewasa dalam ± 5 hari, tapi biasanya 10 - 15 pada kondisi tropis.
d. Dewasa
Nyamuk Anopheles yang besar mempunyai tubuh yang ramping atau tipis dengan 3
bagian: kepala, dada dan perut. Kepala terdiri dari sepasang mata dan banyak bagian antena.
Kepala dispesialisasikan untuk menerima sensor informasi dan untuk mencari makan. Dada
dispesialisasikan untuk daya bergerak. Terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap terletak
pada dada. Perut dispesialisasikan untuk pencernaan makanan dan penghasil telur pada
betina.
Manusia memegang peranan penting dalam terjadinya penularan penyakit malaria seperti:
faktor pendidikan, perumahan, pekerjaan dan ekonomi.
a. Pendidikan
Pola perilaku masyarakat akan tercermin dari tingkat pendidikan dimana semakin baik
pendidikan masyarakat semakin baik pula cara mereka untuk hidup sehat.
b. Perumahan
Perumahan mempengaruhi penularan penyakit, dimana rumah yang tidak memenuhi syarat
kontruksi maupun fasilitas kesehatan lingkungan lainnya akan menimbulkan mata rantai
penularan
c. Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat sebagai petani juga dapat mempengaruhi penularan malaria, dimana
pekerjaan sama-sama melakukan dikebun seseorang pada siang hari. Hal ini dapat terjadi
karena kebiasaan nyamuk Anopheles menggigit pada siang hari.
7
3.2 Penyebab Penyakit Malaria (Agent)
Di Indonesia ada empat macam (spesies) parasit penyebab malaria antara lain adalah :
a. Plasmodium falcifarum
b. Plasmodium vivax
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale
Faktor lingkungan mencakup semua aspek diluar agent atau host karena itu sangat beragam
dan umumnya digolongkan menjadi beberapa faktor, yaitu lingkungan fisik, lingkungan
kimiawi, lingkungan biologi dan lingkungan social.
A. Lingkungan Fisika
1. Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi ekstrinsik. Pada suhu melebihi 32℃, karena parasit dalam tubuh dapat
hidup pada suhu 40℃.
2. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Kelembaban
mempengaruhi kecepatan nyamuk.
3. Curah hujan, hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembang biak Anopheles.
4. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat
terbangnya nyamuk kedalam dan luar rumah.
5. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda,
Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang rendah.
B. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perindukannya. Misalnya Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya berkisar 12% sampai dengan 18% dan tidak dapat berkembang pada kadar garam
40% keatas.
C. Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain yang mempengaruhi
kehidupan larva nyamuk serta banyak taman hias dan taman pekarangan kelembaban di
8
dalam rumah dan halamannya berarti menambah umur nyamuk untuk istrahat dan mungkin
terjadi penularan di sepanjang tahun.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan
serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu : Cara aktif ditentukan
oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transportasi atau
angin. Batas dari penyebaran adalah 60°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina) adalah 400 meter
diatas pemukiman laut (laut mati) dan Kenya,2600 meter diatas permukaan laut (Bolivia).
Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas. Mulai dari daerah yang
beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis. Plasmodium falcifarum jarang sekali
terdapat didaerah beriklim dingin plasmodium malaria hampir sama dengan plasmodium
falcifarum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale yang umumnya
dijumpai di Afrika dibagian beriklim tropis, kadang-kadang dijumpai pasifik barat.
Sedangkan di Indonesia penyakit malaria terbesar di seluruh pulau
9
Bab III
Pembahasan
10
Plasmodium mengalami siklus hidup dalam dua tahapan, yaitu tahap seksual dan
aseksual. Tahap seksual terjadi dalam tubuh nyamuk, sedangkan tahap aseksual terjadi dalam
tubuh manusia. Siklus hidup Plasmodium adalah sebagai berikut :
2. Gametosit jantan dan gametosit betina akan menyatu (terjadi fertilisasi) di dalam
tubuh nyamuk sehingga terbentuk zigot.
3. Zigot akan berkembang menjadi oosista di dinding perut nyamuk. Sporozoit akan
berkembang di dalam oosista tersebut. Setelah terbentuk banyak, sporozoit akan keluar
dari oisista dan bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk.
6. Merozoit dalam sel darah merah akan membelah secara aseksual menghasilkan
merozoit baru dalam jumlah banyak. Dalam interval waktu tertentu (kira-kira 48 atau
72 jam), merozoit akan keluar dari sel darah sehingga menyebabkan sel darah tersebut
pecah. Pecahnya sel darah merah inilah yang menyebabkan penderita malaria
mengalami demam dan menggigil.
7. Beberapa merozoit akan menginfeksi sel darah baru, sedangkan merozoit lainnya
akan membentuk gametosit baru. Gametosit ini akan terbawa oleh nyamuk yang
menggigit penderita tersebut dan siklus terulang kembali.
11
apikompleksa. Malaria merupakan salah satu penyakit yang sulit dibuat vaksinnya. Hal ini
disebabkan karena Plasmodium memiliki kemampuan cepat dalam mengubah struktur protein
permukaan tubuhnya. Selain itu, penyakit ini sulit dilawan oleh sistem kekebalan karena
merozoit plasmodium hidup dalam sel darah sehingga terlindung dari sistem kekebalan
selule.
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa.
Gejala utama demam sering di diagnosis dengan infeksi lain, seperti demam typhoid, demam
dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia
sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam
dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis.
Penurunan kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan
stroke
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium game tosit. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan
berat badan.
12
baik dan mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan
kombinasi malaria harus:
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin
dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320
mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian
sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
13
Bab IV
Penutup
Kesimpulan
Setelah membuat tulisan ilmiah ini maka dapat disimpulkan bahwa Nyamuk Anopheles
adalah salah satu faktor utama dalam penyebaran parasit malaria yaitu salah satu protozoa
darah yang termasuk genus plasmodium yang menjadi penyebab utama terjadinya Malaria
pada manusia Pengetahuan dan penanganan sangat berperan juga dalam mengatasi kondisi
tersebut yaitu dengan memperlambat proses penyakit pada pasien. Salah satu cara
mengatasinya adalah dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat menjaga
kebersihan lingkungan dan perawatan diri selain itu perlu nya pemahaman terkait dengan
struktur dan fase pertumbuhan terhadap parasit dari nyamuk Anopheles agar dapat menjaga
diri serta lingkungan dari bahaya penularan penyakit ini.
Saran
Dengan menuliskan karya ilmiah ini maka penulis memberikan saran untuk pembaca agar
menggunakan tulisan ilmiah ini sebagai pedoman dan sumber media untuk pembelajaran
agar mengetahui tentang struktur dan fase pertumbuhan tentang nyamuk Anopheles penyebab
penyakit malaria. Tulisan ini baik digunakan untuk semua kalangan pelajar untuk
menambahkan pengetahuan terkait penyakit malaria. Ketidaksempurnaan baik dari segi
bahasa dan Pembahasan dalam tulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan Saran dari para
pembaca untuk menjadikan sebuah karya tulis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
14
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2005, Pedoman Tata Laksana Kasus Malaria.
Jakarta.
Dimi,B dkk. (2020). Prevalansi Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosio Demografi. Jurnal
Slamet Soemirat, 1994. Kesehatan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Hakim, Lukman. 2011. Malaria : Epidemiologi dan diagnosis. Aspirator Journal of Vector-
15