Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

Siklus Parasit dari Nyamuk Penyebab Malaria, dan Cara Meminimalisir Penyakit
Malaria

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
GRACYA FEBRIYANTI DAMANIK (4223151031)
NAFFA AULIA (4221151012)
RAHEL ALESIA SIRAIT (4223151017)
RIZKA AMELIA FEBRINA (4223351011)
SAGITA LAMTOMA TIUR MALAU (4223151022)

Dosen Pengampu: Dr. Melva Silitonga, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
Daftar Isi

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1
1.2.Rumusan Masalah………………………..………………………………………2
1.3.Tujuan Penulisan…………………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………………3


1.1.Definsi Malaria…………………………………………………………………...3
1.2 Jenis-Jenis Penyakit Malaria…………………………………………………….4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Anopheles sp. ………………………….….4

2.2 Vektor Penyakit Malaria…………………………………………………………5

2.3 Siklus Hidup Nyamuk……………………………………………………………6

3.1 Manusia (Host) …………………………………………………………………..7

3.2 Penyebab Penyakit Malaria (Agent) …………………………………………….8

3.3 Lingkungan (Environment) ……………………………….……………...…...8-9

Bab III Pembahasan………………………………………………………………….....10-13


Bab IV Penutup………………………………………………………………………..........14
Kesimpulan……………………………………………………................................14
Saran……………………………………………………...........................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….15

i
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis yang berjudul Struktur Sel
Nyamuk Penyebab Malaria, dan Cara Meminimalisir Penyakit Malaria, dengan baik dan tepat
waktu. Judul tulisan ini kami susun berdasarkan hasil banyak nya kasus terkait penyakit
malaria yang menyebar marak saat ini.

Karya tulisan ini berisi tentang hasil literatur dan referensi dari beberapa sumber terkait untuk
mengetahui struktur sel pada nyamuk penyebab penyakit malaria membuktikan dan
mengetahui cara mengurangi penyakit malaria saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada dosen pengampu
mata kuliah Biologi Sel Ibu Melva Silitonga, M.S., yang telah memberikan tugas Projek
sebagai tanggung jawab kami untuk menyelesaikan Tugas ini dalam bentuk karya tulis
ilmiah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Dalam penyusunan tulisan ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
penyusunan dan hasil nya. Kami selaku penyusun mengharapkan kritik serta saran yang
membangun sebagai bentuk apresiasi para pembaca terhadap tugas kami ini. Kami berharap
dengan menyusun karya tulis ini berdasarkan referensi yang telah kami peroleh, dapat
memberikan pembelajaran kepada para pembaca dan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait judul yang telah tertulis.

Medan, 13 Mei 2023

Kelompok 2

ii
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Malaria sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil. Malaria secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini masih endemis di sebagian besar wilayah provinsi di Indonesia. Adapun upaya
untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan
malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat
serta memutus mata rantai penularan malaria. Agar penanggulangan malaria lebih efektif,
sangat perlu adanya perbaikan dan pendekatan strategi dalam pengendalian vektor, termasuk
pemahaman terhadap spesies dan bioekologinya.

Dalam pemahaman suatu spesies diperlukan identifikasi secara benar dan akurat sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam menentukan spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor.
Usaha untuk pengendalian nyamuk vektor menjadi terkendala oleh kapasitas reproduksi dan
fleksibilitas genetiknya. Fleksibilitas genetik terefleksi oleh karena resistensi nyamuk
terhadap insektisida dan adanya sejumlah spesies kompleks yang muncul sebagai akibat
perubahan lingkungan yang memungkinkan spesies tersebut beradaptasi. Spesies kompleks
yaitu nyamuk mempunyai ciri-ciri morfologi yang sama atau amat mirip sehingga sulit
dibedakan satu dengan lainnya, berbeda secara genetik, terisolasi reproduksi dan di alam
menunjukkan perilaku berbeda. Spesies kompleks menjadi penting karena terdapat anggota-
anggota nyamuk yang mampu berperan sebagai vektor. Apabila vektor dan non vektor tidak
dapat dibedakan maka usaha penanggulangan penyakit yang ditularkannya tidak akan
berhasil.

Untuk itu perlu di ketahui struktur sel dari nyamuk yang menyebabkan munculnya
penyakit malaria dan cara meminimalisir penyakit malaria di Indonesia. Adapun penyebab
dari munculnya penyakit malaria tersebut adalah infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan
mudah dikenali dari gejala panas dingin menggigil serta demam berkepanjangan. Hal ini
dapat juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk,
serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut.
Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.

1
Proses penyebaran nyamuk dimulai saat nyamuk pembawa parasit malaria menggigit
manusia sehat. Setelah itu, parasit mengalami perubahan bentuk dan masuk ke dalam saluran
darah hingga masuk ke dalam jaringan hati. Parasit ini berkembang biak dengan cara
melakukan pembelahan sel sehingga jumlah parasit dalam tubuh manusia akan berkembang
dalam waktu yang cepat. Parasit tersebut selanjutnya akan tersebar dalam darah dan di luar
darah.

1.2. Rumusan Masalah


1.Apa pengertian dan Penyebab dari Penyakit Malaria?
2.Apa saja jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria?
3. Bagaimana siklus hidup nyamuk Anopheles?
4. Bagaimana Mekanisme penularannya?
5. Bagaimana cara meminimalisir dan pengobatan Penyakit Malaria di Indonesia

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan penyebab dari Penyakit Malaria
2. Mengetahui jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria
3. Mengetahui siklus hidup nyamuk Anopheles
4. Mengetahui Mekanisme penularannya
5. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya

2
BAB II

Tinjauan Teori

A. Malaria

1.1 Defenisi Malaria

Malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun. Setelah itu, Abad ke-4 SM Chr
Malaria dikenal luas di Yunani yang dianggap sebagai penyebab utama penurunan populasi
perkotaan pada waktu itu. Plasmodium adalah penyebab malaria, ditemukan oleh Laveran
pada tahun 1880. Marchiafava berhasil dikerahkan pada tahun 1883. Methylene blue menodai
parasit malaria dan mengubah morfologinya memeriksa parasit malaria. Aparatus Golgi
Menjelaskan Siklusnya pada tahun 1885 Siklus hidup parasit malaria, yang disebut siklus
eritrosit skizofrenia Siklus Golgi. Selama siklus yang terjadi di dalam tubuh nyamuk itu
diselidiki oleh Ross dan Bignami pada tahun 1989. Nanti pada tahun 1900, Patrick Manson
membuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penularan malaria (Soedarto, 2011).

Malaria adalah termasuk penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang
ditandai dengan demam mendadak (parozysmal), anemia, dan pembesaran limpha. Yang
disebabkan oleh nyamuk Anopheles. Penderita Malaria Dapat Menginfeksi Banyak Spesies
Plasmodium. Infeksi ini disebut infeksi campuran. dari wabah infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua parasit. Yaitu campuran Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax
atau Plasmodium malariae (Widoyono, 2011).

1.2 Jenis-Jenis Penyakit Malaria

Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam (spesies) parasit malaria yaitu :

a. Plasmadium falcifarum penyebab penyakit malaria tropika yang sering menyebabkan


malaria berat/malaria otak dengan kematian.
b. Plasmadium vivax penyebab penyakit malaria betina.
c. Plasmadium malariae penyebab penyakit quartana.
d. Plasmadium ovale penyebab penyakit ovale: jenis ini jarang sekali dijumpai banyak di
Afrika dan Pasifik barat.

3
B. Nyamuk

Nyamuk adalah serangga tergolong dalam ordo Diptera; genera termasuk Anopheles,
Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus
untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies
berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm (Nurhidayat, 2018). Dalam bahasa Inggris,
nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau
bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun
1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, selama hidupnya mengalami 4 tahap


perkembangan yaitu dari telur menjadi larva, berubah lagi menjadi pupa, dan terakhir
menjadi dewasa. Tahap telur, larva, dan pupa hidup di dalam tanah, sedangkan tahap dewasa
hidup di atas permukaan tanah. Nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis
panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia
dan amfibi) untuk mengisap darah. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan
bagian mulut yang tidak sesuai untuk mengisap darah. Berdasarkan taksonomi, jangkrik
termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Orthoptera, Keluarga Gryllidae, dan
Subfamili Gryllinae.

Secara keseluruhan, terdapat kurang lebih 4.500 spesies nyamuk, sedangkan nyamuk
Anopheles sp. berjumlah 424 spesies yang 70 spesies di antaranya telah terbukti sebagai
vektor Malaria (WHO, 1997 dalam Prasetyowati, 2013). Nyamuk Anopheles yang ada di
Indonesia berjumlah 80 spesies, namun sampai saat ini baru 22 spesies Anopheles yang dapat
menularkan Malaria (Elyazar et al., 2013).

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Anopheles sp.

a. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

4
Sub famili : Anophelini

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles sp.

b. Morfologi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air di tempat perindukannya. Telur
yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi sesudah 1 - 2 jam berubah menjadi hitam. Telur
menetas menjadi larva dengan ciri khas tidak mempunyai tabung udara (siphon), beberapa
ruas abdomen memiliki bulu kipas, pada beberapa ruas abdomen terdapat tergal plate.

Periode dormansi paralel larva nyamuk Anopheles itu ada di permukaan dan bisa berenang
bebas di air. Pupa itu memiliki tabung pernapasan termasuk siphon yang lebar dan pendek.
Berfungsi untuk mengekstraksi O2 dari udara. Tahap dewasa Nyamuk Anopheles jantan dan
betina memiliki pulpa yang hampir sama

Karena belalai yang panjang, hanya nyamuk jantan yang dapat menyentuh ujungnya
berbentuk tongkat dan disebut berbentuk tongkat. Pada nyamuk betina, ruas tubuhnya lebih
kecil. bagian belakang perut Sedikit tajam. Sayap ditutupi sisik yang berkelompok untuk
membentuk garis-garis hitam dan putih.

2.2 Vektor Penyakit Malaria

Spesies dari nyamuk merupakan spesies yang cukup banyak jenisnya, tetapi di Indonesia
ada beberapa jenis spesies yang telah dibuktikan sebagai vektor penyakit malaria, yaitu :

1. Anopheles minibus-minibus

2. Anopheles venhuisi

3. Anopheles karwari

4. Anopheles punctulatus

5. Anopheles kochi

6. Anopheles sundaikus

7. Anopheles aconitus

5
8. Anopheles subpictus

9. Anopheles balabacensi

10. Anopheles nigermus dan Anopheles sinensi

11. Anopheles flavirostis

12. Anopheles brancrofti

13. Anopheles frauti

14. Anopheles umbrosus

15. Anopheles kolieseis

16. Anopheles malculatus

17. Anopheles sundaicus

18. Anopheles letifer

19. Anopheles baloabacensis

2.3 Siklus Hidup Nyamuk

a. Telur

Betina dewasa bertelur 50 - 200 setiap bertelur dan secara khusus terapung sejajar dengan
permukaan air. Telur tidak perlu pengeringan dan menetas kurang lebih 2 - 3 minggu di iklim
yang lebih dingin.

b. Larva

Larva nyamuk mempunyai perluasan kepala, bulu palma, sebuah thorax/dada, sebuah ruas
perut dan tidak mempunyai kaki. Larva Anopheles kekurangan siphon pernapasan jadi posisi
mereka adalah sejajar pada permukaan air. Larva Anopheles dapat ditemukan di air rawa,
rawa bakau, ladang padi, selokan yang tertutup rumput.

6
c. Pupa

Pupa berbentuk koma jika dilihat dari samping. Kepala dan dada di bagi dalam
cephalothorax dengan abdomen yang melengkung ke dalam. Nyamuk dapat berkembang dari
telur menuju dewasa dalam ± 5 hari, tapi biasanya 10 - 15 pada kondisi tropis.

d. Dewasa

Nyamuk Anopheles yang besar mempunyai tubuh yang ramping atau tipis dengan 3
bagian: kepala, dada dan perut. Kepala terdiri dari sepasang mata dan banyak bagian antena.
Kepala dispesialisasikan untuk menerima sensor informasi dan untuk mencari makan. Dada
dispesialisasikan untuk daya bergerak. Terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap terletak
pada dada. Perut dispesialisasikan untuk pencernaan makanan dan penghasil telur pada
betina.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Malaria Ditinjau Dari Epidemiologi

3.1 Manusia (Host)

Manusia memegang peranan penting dalam terjadinya penularan penyakit malaria seperti:
faktor pendidikan, perumahan, pekerjaan dan ekonomi.

a. Pendidikan

Pola perilaku masyarakat akan tercermin dari tingkat pendidikan dimana semakin baik
pendidikan masyarakat semakin baik pula cara mereka untuk hidup sehat.

b. Perumahan

Perumahan mempengaruhi penularan penyakit, dimana rumah yang tidak memenuhi syarat
kontruksi maupun fasilitas kesehatan lingkungan lainnya akan menimbulkan mata rantai
penularan

c. Pekerjaan

Pekerjaan masyarakat sebagai petani juga dapat mempengaruhi penularan malaria, dimana
pekerjaan sama-sama melakukan dikebun seseorang pada siang hari. Hal ini dapat terjadi
karena kebiasaan nyamuk Anopheles menggigit pada siang hari.

7
3.2 Penyebab Penyakit Malaria (Agent)

Di Indonesia ada empat macam (spesies) parasit penyebab malaria antara lain adalah :

a. Plasmodium falcifarum
b. Plasmodium vivax
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale

3.3 Lingkungan (Environment)

Faktor lingkungan mencakup semua aspek diluar agent atau host karena itu sangat beragam
dan umumnya digolongkan menjadi beberapa faktor, yaitu lingkungan fisik, lingkungan
kimiawi, lingkungan biologi dan lingkungan social.

A. Lingkungan Fisika

1. Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa
inkubasi ekstrinsik. Pada suhu melebihi 32℃, karena parasit dalam tubuh dapat
hidup pada suhu 40℃.
2. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Kelembaban
mempengaruhi kecepatan nyamuk.
3. Curah hujan, hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan
berkembang biak Anopheles.
4. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat
terbangnya nyamuk kedalam dan luar rumah.
5. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda,
Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang rendah.

B. Lingkungan Kimia

Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perindukannya. Misalnya Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya berkisar 12% sampai dengan 18% dan tidak dapat berkembang pada kadar garam
40% keatas.

C. Lingkungan Biologi

Tumbuhan bakau, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain yang mempengaruhi
kehidupan larva nyamuk serta banyak taman hias dan taman pekarangan kelembaban di

8
dalam rumah dan halamannya berarti menambah umur nyamuk untuk istrahat dan mungkin
terjadi penularan di sepanjang tahun.

D. Lingkungan Sosial Budaya (Kebiasaan)

1. Kepadatan penduduk, lebih padat akan lebih mudah penularan malaria


2. Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat lain.
3. Pendidikan akan mempengaruhi dan cara pemberantasan yang akan dilakukan.
4. Mata pencaharian mempengaruhi penghasilan
5. Kebiasaan berada diluar rumah sampai larut malam akan memperbesar jumlah
gigitan nyamuk karena vektor lebih bersifat eksofilik dan eksofagik.
6. Perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.
7. Menghindari/mengurangi kontak ataupun gigitan nyamuk dengan memasang
kawat kasa pada rumah.
8. Kebiasaan memakai kelambu pada saat tidur.
9. Kebiasaan masyarakat dalam menggunakan obat nyamuk dan tidak menggunakan
bahan aktif sampai yang mengandung insektisida.
10. Kebiasaan masyarakat menggunakan zat penolak (repellent) yang digunakan
dibadan, tetapi dapat juga digunakan pada kelambu.
11. Pandangan masyarakat disuatu daerah terhadap penyakit malaria.
12. Kepedulian social, sikap hidup rajin dan senang akan keberhasilan dan cepat
tanggap dalam masalah akan mengurangi risiko ketularan penyakit.

C. Faktor Geografis/Lingkungan Hidup Nyamuk Anopheles

Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan
serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu : Cara aktif ditentukan
oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transportasi atau
angin. Batas dari penyebaran adalah 60°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina) adalah 400 meter
diatas pemukiman laut (laut mati) dan Kenya,2600 meter diatas permukaan laut (Bolivia).
Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas. Mulai dari daerah yang
beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis. Plasmodium falcifarum jarang sekali
terdapat didaerah beriklim dingin plasmodium malaria hampir sama dengan plasmodium
falcifarum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale yang umumnya
dijumpai di Afrika dibagian beriklim tropis, kadang-kadang dijumpai pasifik barat.
Sedangkan di Indonesia penyakit malaria terbesar di seluruh pulau

9
Bab III

Pembahasan

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan olehparasit Plasmodium


yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia.
Plasmodium hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia.Penyakit
ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Spesies Plasmodium pada manusia adalah:

1. Plasmodium falciparum (P.falciparum).


2. Plasmodium vivax (P.vivax)
3. Plasmodium ovale (P.ovale)
4. Plasmodium malariae (P.malariae)
5. Plasmodium knowlesi (P.knowlesi)

Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.falciparum dan


P. vivax , sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain
Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah ditemukan di
NusaTenggaraTimur dan Papua.Pada tahun2010diPulau Kalimantan dilaporkan
adanya P. knowlesi yang dapat menginfeksi manusia dimana sebelumnya hanya
menginfeksi hewanprimata/monyet dan sampai saat ini masih terus diteliti.

Berikut ini gambar siklus hidup Plasmodium :

10
Plasmodium mengalami siklus hidup dalam dua tahapan, yaitu tahap seksual dan
aseksual. Tahap seksual terjadi dalam tubuh nyamuk, sedangkan tahap aseksual terjadi dalam
tubuh manusia. Siklus hidup Plasmodium adalah sebagai berikut :

1. Nyamuk Anopheles menggigit orang yang menderita malaria dan menyebabkan


perpindahan gametosit Plasmodium ke tubuh nyamuk.

2. Gametosit jantan dan gametosit betina akan menyatu (terjadi fertilisasi) di dalam
tubuh nyamuk sehingga terbentuk zigot.

3. Zigot akan berkembang menjadi oosista di dinding perut nyamuk. Sporozoit akan
berkembang di dalam oosista tersebut. Setelah terbentuk banyak, sporozoit akan keluar
dari oisista dan bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk.

4. Nyamuk akan menggigit orang sehat dan menyebabkan perpindahan sporozoit


Plasmodium ke dalam tubuh orang tersebut.

5. Sporozoit masuk ke dalam hati orang tersebut dan membelah berkali-kali


membentuk merozoit. Kemudian merozoit akan menuju sel darah merah, menembus
masuk, dan hidup di dalamnya.

6. Merozoit dalam sel darah merah akan membelah secara aseksual menghasilkan
merozoit baru dalam jumlah banyak. Dalam interval waktu tertentu (kira-kira 48 atau
72 jam), merozoit akan keluar dari sel darah sehingga menyebabkan sel darah tersebut
pecah. Pecahnya sel darah merah inilah yang menyebabkan penderita malaria
mengalami demam dan menggigil.

7. Beberapa merozoit akan menginfeksi sel darah baru, sedangkan merozoit lainnya
akan membentuk gametosit baru. Gametosit ini akan terbawa oleh nyamuk yang
menggigit penderita tersebut dan siklus terulang kembali.

Plasmodium masuk dalam kelompok apikompleksa (dulunya sporozoa) yang dicirikan


dengan tidak adanya alat gerak pada selnya (tidak memiliki flagela atau silia). Dalam
klasifikasi 5 kingdom, kelompok ini masuk dalam kingdom protista, dan merupakan protista
mirip hewan atau protozoa. Sporozoit Plasmodium memiliki organel khusus yang
menyebabkanya mampu menembus sel darah merah manusia. Organel-organel tersebut
terkumpul dalam kompleks apikal dari sporozoit tersebut. Adanya kompleks apikal yang
mengandung organel-organel khusus inilah yang menjadi sebab penamaan kelompok

11
apikompleksa. Malaria merupakan salah satu penyakit yang sulit dibuat vaksinnya. Hal ini
disebabkan karena Plasmodium memiliki kemampuan cepat dalam mengubah struktur protein
permukaan tubuhnya. Selain itu, penyakit ini sulit dilawan oleh sistem kekebalan karena
merozoit plasmodium hidup dalam sel darah sehingga terlindung dari sistem kekebalan
selule.

Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya malaria yaitu :

faktor lingkungan, perilaku, pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan, sosial ekonomi,


demografis berhubungan dengan kejadian malaria. Dari 22 artikel yang diteliti berdasarkan
studi literatur terdapat faktor risiko dominan sebagai penyebab kejadian malaria di Indonesia
penelitian ini adalah penggunaan kelambu, keberadaan breeding place, kebiasaan keluar
rumah pada malam hari, dan penggunaan obat anti nyamuk. Diharapkan masyarakat di daerah
endemis malaria untuk dapat menggunakan kelambu pada malam hari, selalu membersihkan
genangan air disekitar rumah, menghindari aktivitas keluar pada malam hari jika tidak
diperlukan, serta dapat menghindari gigitan nyamuk dengan penggunaan obat anti nyamuk.

Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa.
Gejala utama demam sering di diagnosis dengan infeksi lain, seperti demam typhoid, demam
dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia
sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam
dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis.
Penurunan kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan
stroke

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium game tosit. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan
berat badan.

Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi.


Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih
obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda
cara terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih

12
baik dan mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan
kombinasi malaria harus:

a. aman dan toleran untuk semua umur;

b. efektif dan cepat kerjanya;

c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan

d. harga murah dan terjangkau.

Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:

1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin
dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320
mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian
sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB

2. Artesunat - Amodiakuin Kemasan artesunat - amodiakuin yang ada pada program


pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg
dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.

13
Bab IV

Penutup

Kesimpulan

Setelah membuat tulisan ilmiah ini maka dapat disimpulkan bahwa Nyamuk Anopheles
adalah salah satu faktor utama dalam penyebaran parasit malaria yaitu salah satu protozoa
darah yang termasuk genus plasmodium yang menjadi penyebab utama terjadinya Malaria
pada manusia Pengetahuan dan penanganan sangat berperan juga dalam mengatasi kondisi
tersebut yaitu dengan memperlambat proses penyakit pada pasien. Salah satu cara
mengatasinya adalah dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat menjaga
kebersihan lingkungan dan perawatan diri selain itu perlu nya pemahaman terkait dengan
struktur dan fase pertumbuhan terhadap parasit dari nyamuk Anopheles agar dapat menjaga
diri serta lingkungan dari bahaya penularan penyakit ini.

Saran

Dengan menuliskan karya ilmiah ini maka penulis memberikan saran untuk pembaca agar
menggunakan tulisan ilmiah ini sebagai pedoman dan sumber media untuk pembelajaran
agar mengetahui tentang struktur dan fase pertumbuhan tentang nyamuk Anopheles penyebab
penyakit malaria. Tulisan ini baik digunakan untuk semua kalangan pelajar untuk
menambahkan pengetahuan terkait penyakit malaria. Ketidaksempurnaan baik dari segi
bahasa dan Pembahasan dalam tulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan Saran dari para
pembaca untuk menjadikan sebuah karya tulis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

14
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2005, Pedoman Tata Laksana Kasus Malaria.

Jakarta.

Dimi,B dkk. (2020). Prevalansi Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosio Demografi. Jurnal

Ilmiah Kesehatan. Vol 19 (01)

Slamet Soemirat, 1994. Kesehatan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Hakim, Lukman. 2011. Malaria : Epidemiologi dan diagnosis. Aspirator Journal of Vector-

Borne Diseases. 3(2). 107-116

15

Anda mungkin juga menyukai