Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN ADA

PASIEN MORBUS HANSEN


KELOMPOK 2
1. AINI ROFIKOH
2. ACH FIKRI
3. MOH ALI FAHMI
DEFINISI
• Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu
dikenal sebagai Penyakit Kusta atau Lepra adalah penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
dan biasanya mempengaruhi kulit serta saraf tepi. (WHO,
2010).
Klasifikasi dan Kriteria Kusta
Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan bakteriologis PB MB

1. Bercak (makula)
1-5 Banyak
a. Jumlah
a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

a. Distribusi Unilateral atau bilateral


Bilateral, simetris
asimetris
a. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

a. Batas Tegas Kurang tegas

a. Kehilangan rasa pada Biasanya tidak jelas, jika ada,


bercak Selalu ada dan jelas terjadi pada yang sudah usia
lanjut.
a. Kehilangan kemampuan
Bercak tidak berkeringat, ada Bercak masih berkeringat, bulu
berkeringat, bulu rontok
bulu rontok pada bercak. tidak rontok.
pada bercak
Tanda dan Gejala
• Kelainan kulit/lesi yang hypopigmentasi atau
kemerahan dengan hilang/mati rasa yang
jelas.
• Kerusakan dari syaraf tepi, yang berupa
hilang/mati rasa dan kelemahan otot tangan,
kaki, atau muka.
• Adanya kuman tahan asam di dalam kultur
jaringan kulit (BTA positif).
Cara Penularan
• Faktor Sumber Penularan.
• Sumber penularan adalah penderita kusta tipe MB. Penderita MB ini pun
tidak akan menularkan kusta, apabila berobat teratur.
• Faktor Kuman Kusta.
• Kuman kusta dapat hidup diluar tubuh manusia antara 1-9 hari
tergantung pada suhu atau cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta yang
utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan penularan.
• Faktor Daya Tahan Tubuh.
• Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95 %). Dari hasil
penelitian menunjukkan gambaran sebagai berikut :
• Dari 100 orang yang terpapar : 95 orang tidak menjadi sakit, 2 orang
sembuh sendiri tanpa obat, 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi
memperhitungkan pengaruh pengobatan.
PENCEGAHAN
– Tipe PB
• Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
• a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.
• b. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah.
• Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan.
– Tipe MB
• Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
• a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.
• b. Klofazimin 300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan
dengan klofazimin 50 mg/hari diminum di rumah.
• c. DDS 100 mg/hari diminum di rumah.
• Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan.
ASUHAN KEPERAWATAN
• Kasus
• Pada tanggal 19 juli 2019 keluarga Nn. M datang ke RSUD Sampang dengan
keluarganya. Nn. M mengatakan saat ini dalam keadaan kurang sehat sejak kurang
lebih 6 bulan yang lalu, Nn. M mengeluh penyakitnya menimbulkan adanya
kelainan kulit bercak-bercak, dan warna putih seperti panu, Nn. M Tampak wajah
pasien meringis kesakitan dan tampak gelisah, PQRST: P : Reaksi Kusta, Q : Nyeri
seperti tertusuk- tusuk, R : lutut, tangan dan kaki, S : Skala Nyeri 6, T : Hilang
Timbul, Nn. M mengatakan hampir semua kulit tubuh ada bercak keputihan mati
rasa. keluarga belum mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sedang sakit
kusta, keluarga tidak tau apa itu kusta, apa saja faktor penyebabnya, serta cara
menanganinya. Saat dilakukan pemeriksaan TTV ditemukan tekanan darah
didapatkan hasil 140/80 mmHg, Nadi 102 x/m, Suhu 36.6 oC dan Pernapasan 24
x/m.
PENGKAJIAN
• Identitas
• Nama: Nn. M. T., tanggal lahir: 28 Maret 1983, umur: 37 tahun, jenis kelamin perempuan,
diagnosa medis: kusta, no. RM : -, pendidikan terakhir : SD, Alamat : Kelurahan Penfui,
tanggal kunjungan berobat : 15 Juli 2019, tanggal pengkajian : 15 Juli 2019.
• Identitas Penanggung jawab
• Nama : Tn T. T., Jenis kelamin : Laki-laki, alamat : Naimata, pekerjaan
• : Wirasswata, hubungan dengan klien : Bapak kadung.
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama Nyeri dan gatal-gatal
• Riwayat kesehatan sebelum sakit
• Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini, biasaya hanya
batuk pilek. Waktu sehat badannya mulus tidak seperti ini.
• Riwayat penyakit sekarang
• Pasien mengatakan penyakit ini mulai dirasakan sejak tahun 2018, dan sudah pernah
minum obat, dan muali kambuh sejak bula Juni 2019 kemarin.
Riwayat kesehatan keluarga
• Kakek dan nenek dari pasien sudah meningal dunia, saudara dari
bapak kandung empat orang, meninggal dua orang. Sedangkan
saudara dari ibu kandung lima orang dan meninggal dua orang.
Saudara kandung dari pasien delapan orang, yang tinggal satu
rumah enam orang. Pasien mengatakan dalam keluarga tidak
pernah yang mengalami sakit sakit seperti ini.
• Pemeriksaan Fisik
• Tingkat kesadaran baik, yaitu respon mata baik, respon verbal dan
respon motorik baik, GCS 15 (E4, V5, M6). Tanda-tanda Vital: TD:
TTV ditemukan tekanan darah didapatkan hasil 140/80 mmHg,
Nadi 102 x/m, Suhu 36.6 oC dan Pernapasan 24 x/m.
» Kepala dan leher: bentuk kepala simetris , tidak ada lesi dan
massa, observasi wajah: simetris. Mata: konjungtiva merah
mudah, sklera putih, tidak ada peradangan. Telinga: bersih,
tidak ada gangguan pendengaran. Hidung: bersih, dan tidak
ada epistaksis. Tenggorokan dan mulut : keadaan dalam mulut
bersih, tidak ada gangguan menelan, dan tidak ada
pembesaran kelenjar leher
» Sistem Kardiovaskuler: Inspeksi: bentuk dada simetris, kuku
normal, capillary refill time (CRT) normal (< 3 detik), tidak ada
edema pada tangan, kaki, sendi , apical pulse teraba, vena
jugularis teraba, palpasi tidak dilakukan, auskultasi BJ I: normal
(lub), BJ II: normal (dup), tidak ada murmur (suara jantung
tambahan).
» Sistem Respirasi: Inspeksi: tidak adanya batuk, pergerakan
dada simetris. Auskultasi: suara napas normal (vesicular).
» Sistem Pencernaan: Inspeksi: Pasien tidak mengalami mual
dan muntah, elastisitas turgor kulit tidak ada (kulit
kaku/mengeras), mukosa bibir kering, tidak ada luka/
perdarahan, tidak ada tanda- tanda radang, keadaan gusi
normal, keadaan abdomen: warna kulit kemerahan.
Palpasi: dinding perut lembek. Auskultasi: terdengar bising
usus normal (28x/menit). Perkusi: tidak adanya kembung.
» Sistem Persyarafan: tingkat kesadaran compos mentis, GCS
: 15 (E4,V5,M6), pupil isokor, tidak ada kejang, tidak ada
jenis kelumpuhan, tidak ada parasthesia , koordinasi gerak
normal dan reflexes normal.
» Sistem Musculoskeletal: ada nyeri pada persendian tangan
dan kaki, tidak ada kelainan ekstremitas, Skala kekuatan
otot kaki kanan kiri dan tangan kanan kiri 5
» Sistem Integument: Adanya gatal-gatal, elastisitas turgor
kulit tidak ada karena (kaku/mengeras), warna sawo
kemerahan, kulit kering, kuku pendek dan bersih.
» Sistem Perkemihan: Pasien mengatakan buang air kecil 4-
5 kali sehari.
» Sistem Endokrin: tidak ada pembesaran.
• Pemeriksaan Penunjang
• Tidak ada pemeriksaan laboratorium dan lainnya
• Terapi
• MDT MB Adult 1 x 2 tablet
• Amoksilin 3x500 mg/oral
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. Nyeri akut Reaksi kusta Nyeri Akut
DS : Terjadinya peningkatan
a. Pasien mengatakan nyeri pada celluler-mediatedimmunity
persendian siku tangan dan lutut Saraf tepi
kiri dan kanan. PQRST: P: Reaksi Gangguan fungsi saraf
Kusta, Q: Nyeri seperti tertusuk- Nyeri Akut
tusuk, R: Sakit pada persendian
tangan dan kaki kiri dan kanan, S:
Skala nyeri 6, T: Nyeri hilang
timbul
DO :
b. Tampak wajah pasien meringis
kesakitan
c. Pasien tampak gelisah
d. TTV: TD: 140/80 mmHg, N: 102
kali/menit, RR: 24 kali/menit dan
S: 36,5OC.
– Diagnosa Keperawatan
• Nyeri Akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri skala 6, wajah tampak
meringis.
No Diagnosa Tujuan / kriteria hasil
Intervensi intervensi

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


keperawatan selama 1x24
berhubungan jam diharapkan : Observasi
dengan agen a. Keluhan nyeri a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera menurun (5) b. Identifikasi skala nyeri
fisiologis b. Meringis menurun (5) c. Identifikasi respon nyeri non verbal
c. Gelisah menurun (5)
ditandai d. Frekuensi nadi d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
dengan membaik 60-100 e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
pasien x/menit(5) f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
e. Tekanan darah
mengeluh g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
membaik 120/80
nyeri skala 6, mmhg (5) h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
wajah tampak i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
meringis. Terapeutik
j. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
k. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat dan tidur
m. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
n. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi meredakan nyeri
p. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
q. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
r. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
s. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1
Nyeri Akut berhubungan dengan 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
agen pencedera fisiologis ditandai nyeri
dengan pasien mengeluh nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
skala 6, wajah tampak meringis. 3. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
4. Memerikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
7. Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
8. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
9. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2
Nyeri Akut berhubungan dengan 1. Identifikasi skala nyeri
agen pencedera fisiologis ditandai 2. Memerikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
dengan pasien mengeluh nyeri nyeri
skala 6, wajah tampak meringis. 3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
4. Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
5. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3
Nyeri Akut berhubungan dengan agen 1. Identifikasi skala nyeri
pencedera fisiologis ditandai dengan 2. Memerikan teknik nonfarmakologis
pasien mengeluh nyeri skala 6, wajah untuk mengurangi rasa nyeri
tampak meringis.
Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi

1 Nyeri Akut berhubungan dengan S : pasien mengeluh nyeri (3)


O:
agen pencedera fisiologis ditandai Meringis menurun (3)
dengan pasien mengeluh nyeri Gelisah menurun (4)
skala 6, wajah tampak meringis. Frekuensi nadi membaik 99 x/menit(5)
Tekanan darah membaik 130/90 mmhg (4)
A : masalah teratasi sebagian
P :intervensi dilanjutkan no. 2, 4, 5 ,7, 8, 9, dan 10
2 Nyeri Akut berhubungan dengan S : pasien mengeluh nyeri (4)
O:
agen pencedera fisiologis ditandai Meringis menurun (4)
dengan pasien mengeluh nyeri Gelisah menurun (5)
skala 6, wajah tampak meringis. Frekuensi nadi membaik 99 x/menit(5)
Tekanan darah membaik 120/80 mmhg (5)
A : masalah teratasi sebagian
P :intervensi dilanjutkan no. 2, dan 9
3 Nyeri Akut berhubungan dengan S : pasien mengeluh nyeri (4)
O:
agen pencedera fisiologis ditandai Meringis menurun (5)
dengan pasien mengeluh nyeri Gelisah menurun (5)
skala 6, wajah tampak meringis. Frekuensi nadi membaik 99 x/menit(5)
Tekanan darah membaik 120/80 mmhg (5)
A : masalah teratasi sebagian
P :intervensi di hentikan, pasien pulang
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai