PENDEKATAN PRAGMATIK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra Klasik
Dosen Pengampu: Bapak H. Mawardi, MA.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pendekatan Pagmatik”.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.,
juga kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in- tabi’atnya dan kepada kita sebagai umatnya.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang turut andil serta membantu
dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada Bapak H. Mawardi, MA., selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Sastra Klasik yang telah membimbing Kami selama proses
perkuliahan berlangsung. Makalah ini ditujukan guna memenuhi salah satu tugas kelompok yang
diharapkan juga dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan bermanfaat untuk penyusun
khususnya, umumnya bagi para pembaca.
Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam makalah ini dikarenakan pengalamanan
kemampuan yang Kami miliki masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun dari para pembaca sangat Kami harapkan demi terciptanya makalah-makalah yang
lebih baik kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
C. Tujuan ..............................................................................................................................2
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra mengandung seluruh aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, politis,
budaya, dan lain-lain. Karya sastra dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan kritik
dan pendapat dengan tujuan untuk membuka pikiran pembaca. Maka dalam buku A Teeuw
disebutkan bahwa karya sastra ikut serta dalam pembongkaran masyarakat. Artinya karya
sastra dapat membuka pikiran masyarakat serta mengetahui pendapat masyarakat mengenai
suatu permasalahan.
Karya sastra seringkali dipahami sebagai suatu bacaan yang sulit untuk dimengerti.
Bahasa yang digunakan dalam karya sastra mengandung beragam majas sehingga perlu ilmu
dan pemahaman untuk bisa mengambil nilai dalam karya sastra. Namun, sebetulnya tidak sulit
untuk mengambil nilai dalam karya sastra, bahkan orang awam mampu mengapresiasi karya
sastra dengan mudah. Dalam ilmu sastra, ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengapresiasi karya sastra, salah satunya dengan pendekatan pragmatik.
Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari sistem tanda
atau lambang1. Morris membagi semiotika ke dalam tiga bagian, yaitu sintaksis, semantik, dan
pragmatik. Sintaksis mempelajari hubungan antara lambang dengan lambang lainnya.
Semantik mempelajari hubungan antara lambang dengan objeknya. Sementara pragmatik
mengkaji hubungan lambang dengan penafsirannya 2 . Pragmatik muncul sebagai usaha
mengatasi kebuntuan semantik dalam menginterpretasi makna kalimat.
1
Charles Morris, 1938
2
Darma, 2014: 73; Zamzani, 2007: 15-16
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari pendekatan pragmatik?
2. Apakah pengertian dari pendekatan pragmatik menurut para ahli?
3. Bagaimana sejarah terkait pendekatan pragmatik?
4. Sebutkan metode pendekatan pragmatik!
5. Apa saja prinsip-prinsip dasar dari pendekatan pragmatik?
6. Bagaimana karakteristik pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191
3
pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama,
yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-
menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang ditiadakan.
Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas
diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan
fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara histories (Abrams, 1976:16) pendekatan
pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Hoatius). Meskipun
demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi
srukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca
(Mukarovsky).
Tahap tertentu pada pendekatan pragmatik memilik hubungan yang cukup dekat
dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan
pragmatik memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat,
perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan.
Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan
manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra
tanpa batas.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan impilkasi pembaca melalui berbagai
kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka
masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya
berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca
eksplisit, maupun implicit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori
postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab samata-semata
pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.
Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama pada peran pembaca. Pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk
mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek
kesenangan estetik ataupun ajaran atau pendidikan maupun efek-efek yang lain4. Pendekatan
ini cenderung menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut.
4
Damono, 1983
4
Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi
tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam puisi. Dua
pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun mereka dihadapkan pada
puisi yang sama.
Sebagai suatu pendekatan untuk mencari kebenaran dalam teks sastra, pendekatan
pragmatik memiliki relevansi dengan sistem kefilsafatan pragmatik yang mengembangankan
teori kefilsafatan yang mirip dengan pragmatik modern5. Konsep Heraklitus yang terkenal
adalah “Tidak ada realitas yang bersifat absolut, demikian juga halnya dengan kebenaran
nilai-nilai. Realitas, kebenaran, dan nilai-nilai merupakan sesuatu yang selalu berubah,
sehingga itu sendirilah yang bersifat permanen”. Dengan kata lain, hanya dengan indra
penyerapan (the sense of perception) itulah yang memiliki pengetahuan yang menyadari
karakter perubahan pengetahuan.
Lavinson yang dirujuk Nababan (1987:2) mengartikan pragmatik sebagai kajian
hubungan antar bahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa 6. Di
dalam pengertian ini terlihat bahwa pemahaman bahasa merujukpada fakta bahwa untuk
mengerti suatu ungkapan bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan
hubungan tata bahasanya, yaitu hubungan dengan konteksnya.
Berdasarkan beberapa literatur yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik, ada pula
yang menekankan kepada struktur bahasa, aspek makna tertentu, dan hakikat
ketergantungan dengan konteks sebagai berikut.
1. Pragmatik adalah studi tentang hubungan-hubungan antarbahasa dengan konteks
yang gramatikalisasi atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa.
2. Pragmatik adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori
semantik.
3. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang
merupakan dasar untuk uraian pemahaman bahasa.
4. Pragmatik adalah studi tentang kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan
kaliamat dengan kontek yang tepat.
5
Heraklitus dalam Graff et.al., (1996:167)
6
Nababan, 1987:2
5
5. Pragmatik adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tidak ujar, dan aspek
struktur wacana.
Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat
memberi kesenangan dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini
menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus
berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. Setiap genersai,
setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa
interprestasi hanya subjektif belaka.
7
Teeuw, 1994
8
Dawse dan User, 1960
6
C. Sejarah Pendekatan Pragmatik
Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu
adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang
memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak
lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak
berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme,
maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan
pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah pada suatu
bangsa, suatu periode, suatu angkatan dan suatu zaman9.
Hal yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan
karya sastra selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik
karya sastra sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya
sastra diterima atau ditolak. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang
menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau keindahan abadi suatu
karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert
Jousz dalam makalahnya yang bejudul Literature Alas Provocation (sejarah sastra sebagai
tantangan). Ia melancarkan gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia.
Ilmu sastra tradisional setelah memberi ringkasan mengenai sejarah sastra antara lain dari
aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan faktor yang terpenting dalam proses
semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang mrnggambarkan
hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu pembacalah yang
menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk menentukan nasib dan
peranannya dari segi sejarah dan estetis.
Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman,
keindahan dalam pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya si
pembaca dan ilmu sastra harus meneliti hal itu.
9
Teeuw, 1984: 5
7
D. Metode Pendekatan Pragmatik
Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa
meatode pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya
sastra yang mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan
masyarakat tertentu.
1. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya
sastra, sejumlah pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan,
tanggapan, kesan, penerimaan terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi
jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
2. Kepada pembaca perorangan atau kelompok, diminta pembaca karya sastra,
kemudian ia diminta untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-
interpretasi yang dibuat tersebut dianalisis secara kualitatif untuk meliha
bagaimana penerimaan atau tanggapan terhadap karya sastra.
3. Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka
terhadap karya sastra, misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap
kontenporer persepsi masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.
8
2. Pendekatan pragmatik memkitang karya sastra sebagai artefak, pem-bacalah yang
menghidupkannya melalui proses konk-retisasi. Karya sastra hanya menyediakan
tkita atau kode makna, sedangkan makna itu sendiri diberikan oleh pembaca. Karya
sastra tidak mengikat pembaca, tetapi menyediakan tempat yang kosong untuk diisi
oleh pembaca. Maksudnya adalah bahwa teks sastra seperti puisi tidak pernah
mempunyai makna yang terumus dengan sendirinya, sehingga diperlukan tin-dakan
pembaca untuk merumuskannya.
3. Pembaca bukanlah pribadi yang tetap dan sama, melainkan sela-lu berubah dan
berbeda. Oleh karena pembaca dalam melakukan proses pemahaman dipengaruhi
oleh horison penerimaannya, maka subjektivitas pembaca mungkin berbeda antara
satu dengan lainnya. Itulah sebabnya teknik telaahnya pragmatis dan dialektik.
4. Teks sastra selalu menyajikan ketidakpastiaan makna, sehingga memungkinkan
10
pembaca untuk memaknai dan memahaminya secara terbuka lebar .
Ketidakpastiaan itulah mengapa pangkal tolak telaah pendekatan pragmatik ini
dalam mengapresiasi karya sastra pada persepsi pembaca.
10
Teeuw 1984; Junus 1985; Salden 1986; dan Jefferson & Robey 1988
9
4. Proses telaah dimulai dari resepsi personal pembaca keseluruhan bagian dan
mencari hubungan struktur bagian kemudian menempatkan struktur keseluruhan
menjadi struktur bagian dalam struktur yang lebih besar untuk dapat
dikonkretisasikan melalui proses redeskripsi.
5. Teknik telaah pragmatis dan dialektik, yaitu dengan melibatkan pengalaman
pembaca, pengarang, di samping unsur intrinsik yang menjadi acuan telaah.
6. Dasar pertimbangan dalam penentuan makna adalah perpaduan unsur intrinsik
dengan unsur ekstrinsik serta faktor genetik dan pengalaman yang dipunyai
pembaca.
7. Pangkal tolak telaah dari resepsi pembaca terhadap unsur bangun karya sastra.
8. Esensi karya sastra adalah makna setiap unsur, hubungan antara unsur dan
keterpaduannya dihubungkan dengan konteks kesemestaan dan sistem kognisi
pembaca.
9. Unsur pengarang dan pembaca dipertimbangakan dalam menelaah sebagai bagian
dari genetik untuk kesempurnaan makna.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan,
moral agama atau tujuan yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra
berdasarkan fungsinya untuk memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin
banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka semakin baik karya
sastra tersebut. Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang
ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra.
Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat
memberi kesenangan dan kaidah bagi pembacanya, dengan begitu pendekatan ini
menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus
berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif.
Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu
adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang
memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra. Hal yang
diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra
selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra
sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra
diterima atau ditolak.
11
DAFTAR PUSTAKA
12