Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan
analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Sementara Abrams dalam
Pengkajian sastra (2005) mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan
dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra.

Perkataan kritik dalam artinya yang tajam adalah penghakiman, dan dalam pengertian ini
biasanya memberi corak pemakaian kita akan istilah itu, meskipun bila kata itu dipergunakan dalam
pengertian yang paling luas. Karena itu kritikus sastra pertama kali dipandang sebagai seorang ahli yang
memiliki suatu kepandaian khusus dan pendidikan untuk mengerjakan suatu karya seni sastra. Pekerjaan
penulis tersebut memeriksa kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya dan menyatakan pendapatnya
tentang hal itu (Pradopo, 1997).

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral agama atau tujuan
yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan
tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan
kepada pembaca maka semakin baik karya sastra tersebut.

Definisi lain mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati
karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya yang
merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah
berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari
pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatic, (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).
1.2 Rumusan masalah

1. Jelaskan Hakikat pendekatan pragmatik

2. Jelaskan pengertian pendekatan pragmatik menurut para ahli

3. Jelaskan sejarah pendekatan pragmatik

4. Jelaskan metode pendekatan pragmatik

5. Jekaskan prinsip-prinsip pendekatan pragmatik

6. Jelaskan karakteristik pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat pendekatan pragmatik

2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pragmatik menurut para ahli

3. Untuk mengetahui sejarah pendekatan pragmatik

4. Untuk mengetahui metode pendekatan pragmatik

5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendekatan pragmatik

6. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendekatan Pragmatik

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan
dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Munculnya pendekatan pragmatik bertolak dari teori
resepsi sastra dalam khasanah pemahaman karya sastra yang merupakan reaksi terhadap kelemahan-
kelemahan yang terdapat pada pendekatan struktural. Sebab pendekatan struktural ternyata tidak
mampu berbuat banyak dalam upaya membantu seseorang dalam menangkap dan memberi makna
karya sastra. Pendekatan struktural hanya dapat menjelaskan lapis permukaan dari teks sastra karena
hanya berbicara tentang struktur atau interalasi unsur-unsur dalam karya sastra. Banyak segi lain yang
diperlukan untuk lebih menjelaskan makna karya sastra. Untuk dapat menangkap segi-segi lain itu para
pakar mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral agama atau tujuan
yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan
tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan
kepada pembaca maka semakin baik karya sastra tersebut.

Definisi lain mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati
karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya yang
merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah
berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari
pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatic, (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).

Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan
Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif
sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang
merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada
gilirannya pengarang ditiadakan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang
proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.

Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru
pembaca tersebut. Secara histories (Abrams, 1976:16) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM,
terkandung dalam Ars Poetica (Hoatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya
strukturalisme dinamik. Stagnasi srukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis,
yaitu pembaca (Mukarovsky).
Tahap tertentu pada pendekatan pragmatik memilik hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu
dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik memliki manfaat terhadap
fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat
karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik
memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.

Pendekatan pragmatik mempertimbangkan impilkasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan


mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat
dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu
terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implicit, baik dalam kerangka
sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi
pembaca sebab samata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah
kultural bangsa.

Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama pada peran pembaca. Pendekatan pragmatik
adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek
tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran
atau pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai puisi berdasarkan
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi
estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang
dikemukakan dalam puisi. Dua pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun
mereka dihadapkan pada puisi yang sama (Damono, 1983).

Sebagai suatu pendekatan untuk mencari kebenaran dalam teks sastra, pendekatan pragmatik memiliki
relevansi dengan sistem kefilsafatan pragmatik Heraklitus dalam Graff et.al. (1996:167)
mengembangankan teori kefilsafatan yang mirip dengan pragmatik modern. Konsep Heraklitus yang
terkenal adalah “Tidak ada realitas yang bersifat absolut, demikian juga halnya dengan kebenaran nilai-
nilai. Realitas, kebenaran, dan nilai-nilai merupakan sesuatu yang selalu berubah, sehingga itu sendirilah
yang bersifat permanen”. Dengan kata lain, hanya dengan indre penyerapan (the sense pf perception)
itulah yang memiliki pengetahuan yang menyadari karakter perubahan pengetahuan.

Lavinson yang dirujuk Nababan (1987:2) mengartikan pragmatik sebagai kajian hubungan antarbahasa
dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di dalam pengertian ini terlihat bahwa
pemahaman bahasa merujukpada fakta bahwa untuk mengerti suatu

ungkapan bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yaitu
hubungan dengan konteksnya.

Berdasarkan beberapa literatur yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik, ada pula yang
menekankan kepada struktur bahasa, aspek makna tertentu, dan hakikat ketergantungan dengan
konteks sebagai berikut.
1. Pragmatik adalah studi tentang hubungan-hubungan antarbahasa dengan konteks yang
gramatikalisasi atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa.

2. Pragmatik adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori semantik.

3. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar
untuk uraian pemahaman bahasa.

4. Pragmatik adalah studi tentang kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan kaliamat dengan
kontek yang tepat.

5. Pragmatik adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tidak ujar, dan aspek struktur wacana.

Berdasarkan informasi tersebut, pendekatan pragmatik yang dimaksud adalah cara mengkaitkan
hubungan bahasa sebagai median ekspresif karya satra dengan interperator atau penafsir sebagaimana
pengertian pragmatik yang dirumuskan oleh Morris dalam Tarigan dan van Dijk terdahulu.

2.2 Pengertian Pendekatan Pragmatik Menurut para Ahli

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan
dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang

Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:

1. Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang
merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagaipenangkap dan
pemberi makna terhadap karya satra.

2. Relix Vedika (Polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak ubahnya artefak
(benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.

3. Dawse dan User 1960, pendekatan pragmatik merupakan interpensi pembaca terhadap karya sastra
ditentukan oleh apa yang disebut “horizon penerimaan” yang mempengaruhi kesan tanggapan dan
penerimaan karya sastra.

Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat memberi kesenangan
dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini menggabungkan unsur pelipur lara dan
unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan
dan konsep nilai dedaktif. Setiap genersai,

setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa interprestasi
hanya subjektif belaka.

2.3 Sejarah Pendekatan Pragmatik


Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu adalah Hans
Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang memberikan penekanan terhadap
pembaca sabagai pemberi makna karya satra.

Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak lama telah
melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak berdasarkan situasi zaman
sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme, maka pendekatan penulis sejarah sastra
disejajarkan dengan sejarah nasional, dan pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra
terus menerus, entah pada suatu bangsa, suatu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.

Hal yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra
selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra sebagai seni,
pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra diterima atau ditolak. Oleh
sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang menekankan peranan pembaca sebagai pemberi
makna bukanlah atau keindahan abadi suatu karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada
waktu dan tempat yang berbeda-beda.

Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert Jousz dalam
makalahnya yang bejudul literature alas provocation (sejarah sastra sebagai tantangan). Ia melancarkan
gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia. Ilmu sastra tradisional setelah memberi
ringkasan mengenai sejarah sastra antara lain dari aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan
faktor yang terpenting dalam proses semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap
komunikasinya yang mrnggambarkan hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca.
Yaitu pembacalah yang menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk
menentukan nasib dan peranannya dari segi sejarah dan estetis.

Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan dalam
pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya sipembaca dan ilmu sastra
harus meneliti hal itu.

2.4 Metode Pendekatan Pragmatik

Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa meatode
pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya sastra yang
mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat tertentu.

1. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya sastra, sejumlah
pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan, tanggapan, kesan, penerimaan

terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
2. Kepada pembaca perorangan atau kelompok, diminta pembaca karya sastra, kemudian ia diminta
untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-interpretasi yang dibuat tersebut
dianalisis secara kualitatif untuk meliha bagaimana penerimaan atau tanggapan terhadap karya sastra.

3. Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap karya sastra,
misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap kontenporer persepsi masyarakat tertentu
terhadap karya sastra daerahnya sendiri.

2.5 Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Pragmatik

Landasan pendekatan pragmatik adalah bertolak dari teori resepsi sastra, maka landasan dasarnyapun
dalam mengkaji karya sama dengan tempat ia berpijak tersebut. Sebagai suatu pendekatan dalam
memahami karya sastra, pragmatisme mempunyai prinsip sebagai berikut.

1. Otonomi karya sastra dianggap tidak relevan dalam kajian karya sastra, karena terlalu menganggap
karya sastra sebagai struktur yang otonom. Padahal karya sastra tersebut tidak mempunyai
kewujudannya sendiri sampai dibaca. Karena itu untuk dapat memahami sebuah karya sastra,
pendekatan pragmatik tidak terlalu terikat pada struktur sastra semata, melainkan juga kepada faktor
yang ada pada diri pembaca secara

kontekstual. Oleh karena itu, bentuk telaahnya kompleks daripada pendekatan struktural yang hanya
tertuju pada bangun struktur saja.

2. Pendekatan pragmatik memkitang karya sastra sebagai artefak, pem-bacalah yang menghidupkannya
melalui proses konk-retisasi. Karya sastra hanya menyediakan tkita atau kode makna, sedangkan makna
itu sendiri diberikan oleh pembaca. Karya sastra tidak mengikat pembaca, tetapi menyediakan tempat
yang kosong untuk diisi oleh pembaca. Maksudnya adalah bahwa teks sastra seperti puisi tidak pernah
mempunyai makna yang terumus dengan sendirinya, sehingga diperlukan tin-dakan pembaca untuk
merumuskannya.

3. Pembaca bukanlah pribadi yang tetap dan sama, melainkan sela-lu berubah dan berbeda. Oleh karena
pembaca dalam melakukan proses pemahaman dipengaruhi oleh horison penerimaannya, maka
subjektivitas pembaca mungkin berbeda antara satu dengan lainnya. Itulah sebabnya teknik telaahnya
pragmatis dan dialektik.

4. Teks sastra selalu menyajikan ketidakpastiaan makna, sehingga memungkinkan pembaca untuk
memaknai dan memahaminya secara terbuka lebar (Teeuw 1984; Junus 1985; Salden 1986; dan
Jefferson & Robey 1988). Ketidakpastiaan iitulah mengapa pangkal tolak telaah pendekatan pragmatik
ini dalam mengapresiasi karya sastra pada persepsi pembaca.

2.6 Karakteristik Pendekatan Pragmatik dalam Menelaah Karya Sastra


Bertolak dari hakikat dan prinsip dasar pendekatan pragmatik di atas, dapat dirumuskan bahwa
pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra adalah sebagai berikut.

1. Asumsi dasar pendekatan pragmatik memkitang bahwa karya sastra sesuatu yang bersifat artefak. Ia
merupakan suatu benda yang belum mempunyai jiwa, dan baru mempunyai jiwa bila dinikmati atau
dipahami.

2. Bentuk telaah kompleks, karena dalam menentukan makna atau unsur intrinsik, melainkan juga unsur
ekstrinsik seperti pengarang, pembaca dan genetik karya sastra.

3. Dalam menelaah, unsur yang menjadi objek telaah mencakup seluruh unsur, baik fisik maupun unsur
batin dan unsur-unsur lain yang dapat dijadikan acuan untuk mengkongkretisasikan makna yang abstrak.

4. Proses telaah dimulai dari resepsi personal pembaca keseluruhan bagian dan mencari hubungan
struktur bagian kemudian menempatkan struktur keseluruhan menjadi struktur bagian dalam struktur
yang lebih besar untuk dapat dikonkretisasikan melalui proses redeskripsi.

5. Teknik telaah pragmatis dan dialektik, yaitu dengan melibatkan pengalaman pembaca, pengarang, di
samping unsur intrinsik yang menjadi acuan telaah.

6. Dasar pertimbangan dalam penentuan makna adalah perpaduan unsur intrinsik dengan unsur
ekstrinsik serta faktor genetik dan pengalaman yang dipunyai pembaca.

7. Pangkal tolak telaah dari resepsi pembaca terhadap unsur bangun karya sastra.

8. Esensi karya sastra adalah makna setiap unsur, hubungan antara unsur dan keterpaduannya
dihubungkan dengan konteks kesemestaan dan sistem kognisi pembaca.

9. Unsur pengarang dan pembaca dipertimbangakan dalam menelaah sebagai bagian dari genetik untuk
kesempurnaan makna.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral agama atau tujuan
yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan
tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan
kepada pembaca maka semakin baik karya sastra tersebut.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan impilkasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan
mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat
dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu
terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implicit, baik dalam kerangka
sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi
pembaca sebab samata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah
kultural bangsa.

3.2 Saran

Karya sastra adalah hasil karya yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dalam
menganalisisnya memerlukan cara yang unik atau bisa dikatakan rumit. Untuk menganalisisnya
bisa digunakan pendekatan pragmatik

DAFTAR PUSTSKA

Hiory, Oky. 2012. Kritik Sastra Objektif. (online). (http://okyhiory.blogspot.com/2012/04/kritik-sastra-


kritik-sastra- objektif.html, dikunjungi Rabu, 10 September 2014).

Putra. 2013. Pendekatan Pragmatik dalam Kajian Puisi. (online). (http://putra-


p3tir.blogspot.com/2013/12/pendekatan-pragmatik-dalam-kajian- puisi.html, dikunjungi Rabu, 10
September 2014).

Purwo, Bambang Kaswati. 1989. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.


Sigondang. 2011. Jenis-Jenis Kritik Sastra. (online). (http://www.sigodangpos.com/2011/09/jenis-jenis-
kritik-sastra-dan.html, dikunjungi Kamis, 11 September 2014).

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pragmatik Pengajaran. Bandung: Angkas.

Yusfin. 2011. Pemahaman Kritik Pragmatik dalam Novel. (online).


(http://yusfimembaca.blogspot.com/2011/11/pemahaman-kritik- pragmatik-dalam-novel.html,
dikunjungi Kamis, 11 September 2014).

Yasni, Asri. 2012. Penerapan Pendekatan Pragmatik dalam Sastra. (online).


(http://asriyasnur.blogspot.com/2012/01/penerapan-pendekatan-pragmatik- dalam.html?m=1,
dikunjungi Sabtu, 13 September 2014).images (1)

Anda mungkin juga menyukai