Sebuah Pengantar
(Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian Sastra 2016/2017)
Ali Imron Al-Maruf
PBI FKIP & MPB Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
1; Pengantar
Peneliti sastra idealnya adalah
seseorang yang sedang jatuh cinta kepada sastra.
Sastralah kekasih yang mendorongnya untuk senantiasa ingin berdekatan,
berdialog dan bercengkrama dengannya, agar dapat berbagi sabda dan rasa.
Semakin akrab dengan sastra,
kita semakin ingin menikmati keindahan ekspresinya (eksplisit) dan
merasakan gairahnya guna memahami kandungan maknanya (implisit).
Penelitian sastra merupakan kegiatan ilmiah dengan mengambil karya
sastra sebagai objek kajiannya. Meskipun berbeda dengan penelitian lapangan dan
penelitian sosial lainnya, sebenarnya hakikat penelitiannya sama. Dalam hal ini,
penelitian pasti diawali dengan adanya masalah sastra yang akan dianalisis.
Analisis masalah itu harus ditempuh melalui prosedur penelitian ilmiah secara
sistematis dan logis.
Seperti penelitian lainnya, penelitian sastra harus dilakukan secara berhatihati, cermat, dan bersifat objektif agar dapat membuahkan hasil penelitian yang
berbobot. Sesuai dengan hakikat sastra sebagai dunia dalam kata, maka
penelitian sastra dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian semacam itu
menitikeratkan pada segi ilmiah dan mendasarkan pada karakter yang terdapat
dalam data. Adapun hasil penelian sastra sangat dipengaruhi oleh kapasitas
akademik, horison berpikir dan wawasan pengetahuan, serta pengalaman peneliti.
Sebab, dalam penelitian kualitatif, penelitilah yang menjadi instrumen kunci (key
instrument).
Seperti halnya bahasa, sejarah, kesenian, filsafat, dan kebudayaan, sastra
merupakan bagian dari ilmu humaniora. Karena itu, pengkajian sastra juga berfungsi untuk memahami aspek-aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang
terkandung di dalam karya sastra. Mengingat, kehadiran karya sastra tidak lepas
dari pengarang, pembaca, dan realitas sosial (Abrams, 1984:16) dan karya sastra
tidak lahir dalam kekosongan budaya. Oleh karena itu, penelitian sastra dapat
1
informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk
menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal (individu atau kelompok),
keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi
analisis dan interpretasi data tersebut (Sutopo, 1996:8-10).
Pengkajian deskriptif menyarankan, bahwa pengkajian yang dilakukan
semata-mata hanya berdasarkan pada fakta atau fenomena yang memang secara
empiris hidup pada penuturnya dalam hal ini sastrawan--. Artinya, yang dicatat
dan dianalisis adalah unsur-unsur dalam karya sastra seperti apa adanya. Karena
itu, tugas pengkaji dalam analisis sastra adalah menginterpretasikan data yang
telah dikumpulkan dan diklasifikasi berdasarkan metode dan prinsip ilmiah.
Pada hakikatnya penelitian kualitatif mendasarkan diri pada tafsir
hermeneutik yang bersifat antifundasional (Smith & Heshuseus dalam Sutopo,
2002:5) yang berarti tidak menggunakan tolok ukur yang berlaku umum. Artinya,
penelitian kualitatif terlebih dalam kajian sastra-- cenderung bersifat kontekstual,
yang hasilnya tidak mudah digeneralisasikan (baca: pemaksaan) terhadap
sesuatu yang khusus. Karena itu, penelitian kualitatif deskriptif memakai teori
hermeneutik yang mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan
dilakukan dengan sengaja oleh pengarang. Jadi, peneliti melakukan interpretasi
atas interpretasi yang telah dilakukan pengarang terhadap situasinya sendiri
(Smith dalam Sutopo, 2002:26).
Menurut pandangan hermeneutik, setiap karya termasuk sastra, memiliki
makna dari interpretasi pengarangnya. Karya sastra yang merupakan interpretasi
atas sesuatu tersebut selanjutnya menghadapi pembaca, dan ditangkap dengan
interpretasi pula. Dalam konteks ini, Gadamer (1976) menjelaskan bahwa setiap
karya sastra akan selalu diciptakan kembali oleh pembaca. Dengan kata lain,
karya sastra mendapatkan makna baru yang diciptakan oleh pembacanya tersebut
(dalam Sutopo, 2002:26).
3
teori
stuktural.
Pengkajian
yang
memfokuskan
pada
atas sifat ideal ilmu, yaitu interrelasi yang sistematis dan terorganisasi antara
fakta-fakta. Dengan demikian, metodenya pun bersifat ilmiah. Metode ilmiah
5
bertolak dari kesangsian yang sistematis. Suatu kerja yang didasarkan pada
metode ilmiah memiliki empat nilai dasar: universalisme, komunikasi,
ketanpapamrihan, dan skeptisisme yang sistematis dan terorganisasi (bdk. Merton
dalam Bruce J. A.Chadwick dkk. Terjemahan Sulistia dkk., 1991).
Pengkajian ilmiah, memerlukan landasan kerja yang ilmiah pula, yang
dapat dirumuskan dalam tiga hal, yakni:
1
Landasan metodologi, yaitu landasan berupa tata kerja dalam pengkajian untuk membuktikan jawaban yang dihasilkan oleh landasan teori.
Landasan
kecendekiaan,
yaitu
bekal
kemampuan
membaca,
persoalan
latar
pembacaan
yang
berbeda
dengan
latar
data lunak berwujud kata, ungkapan, kalimat atau bentuk ekspresi lain dalam teks
sastra (bahkan konteks situasi) yang di dalamnya terdapat aspek atau unsur sastra.
Dalam pengkajian yang menggunakan sampel pengkajian, karya sastra
terpilih diambil dengan teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sample)
berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (criterion based selection).
Sampel yang diambil merupakan sampel yang terpilih dan dipandang mewakili
karya-karya sastra yang lain, baik dari segi karya maupun pengarangnya.
Dengan demikian, penentuan karya sastra sebagai sampel pengkajian
tersebut tidak didasarkan pada kualifikasi tertentu yang memang tidak mudah
dilakukan mengingat hakikat karya sastra merupakan dunia dalam kata dan
bersifat multyinterpretable--, melainkan dengan menggunakan kriteria tertentu.
Adapun dasar pertimbangan yang menjadi kriteria dalam penentuan karya
sastra sebagai sampel pengkajian dapat dibagi menjadi dua, yakni alasan teoretis
dan alasan praktis. Alasan teoretis, yakni alasan berdasarkan landasan keilmuan
berkaitan dengan karya sastra yang merupakan karya yang memiliki karakteristik
tertentu. Adapun alasan praktis adalah alasan yang berkaitan dengan hal-hal
pragmatis, yang berhubungan dengan kehidupan sastra pada umumnya. Misalnya:
karya sastrawan yang memiliki kewibawaan di kalangan sastrawan sezamannya;
memiliki bobot literer sehingga sering menjadi bahan kajian para kritikus sastra;
digemari dan banyak dinikmati masyarakat pembaca sastra; dan sebagainya.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Guna mempertajam analisis, dalam pengkajian sastra lazim digunakan data
sekunder untuk melengkapi data primer. Data sekunder adalah:
1; Komentar kritis dari kritikus/penelaah sastra tentang masalah yang
sama terhadap karya sastra sasaran pengkajian, yang terdapat dalam
makalah, buku, dan artikel di majalah/surat kabar tertentu.
2; Hasil wawancara dengan pengarang karya sastra tersebut (yang masih
hidup). Wawancara berkisar pada masalah yang menjadi sasaran
pengkajian sesuai dengan masalah dan tujuan pengkajian.
3; Rekaman atau catatan berbagai hasil dikusi/ seminar tentang karya
sastra sasaran pengkajian yang berkaitan dengan masalah pengkajian.
10
5;
Focus Group Discussion (FGD) juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data kualitatif. Pada dasarnya FGD merupakan teknik
wawanacara hanya saja dalam FGD wawancara dilakukan dengan
sekelompok narasumber/ pakar yang menguasai objek penelitian.
Penarikan
Pengumpulan
Reduksi
Sajian
Kesimpulan/Verifikasi
data
kurang mantap, maka pengkaji dapat kembali mengumpulkan data secara khusus,
menggali informasi untuk memperkuat simpulan yang dibuat.
4; Dalam aplikasinya, analisis data kualitatif karya sastra menggunakan
cara berpikir induktif. Artinya, analisis dilakukan dengan mengkaji
hal-hal yang bersifat khusus baru ditarik simpulan yang bersifat umum.
Dalam perannya sebagai instrumen kunci, besar kecilnya perhatian dan
luas sempitnya pengetahuan, dan wawasan peneliti terhadap kesastraan dan
fenomena kehidupan sosiokultural akan menentukan sejauh mana keberhasilan
pengkajian sastra. Hal ini berdasarkan alasan bahwa karya sastra merupakan
dokumen budaya.
3.8 Sistematika Laporan Penelitian Skripsi
Pada akhir proposal (atau bab I Pendahuluan dalam Laporan
Penelitian/Skripsi) dikemukakan pula sistematika laporan penelitian yang berisi
semacam urut-urutan secara sistematis bab demi bab beserta subbabnya yang
ditulis dalam bentuk paragraf, bukan dalam bentuk daftar isi.
Sebagai ilustrasi, perhatikan paparan berikut ini.
Laporan penelitian disusun dalam sistematika sebagai berikut. Bab I berisi
pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
dan manfaat penelitian terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat praktis, dan
sistematika laporan penelitian. Pada bab II Sastrawan dan Latar Belakang
Kehidupannya, akan diuraikan latar belakang sastrawan terdiri atas biografi
15
Daftar Pustaka
18
Abrams, M.H. 1979. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and Critical
Tradition. New York: Oxford University Press.
Barthes, Rolands. 1974. S/Z. (Translated by Richard Miller). New York: Hill and
Wang.
Botha, Rudolph P. 1980. The Golduct of Linguistic Inquiry A Systematic
Introduction to the Methodology of Generative Grammar. Paris: The
Hague Mouton.
Chamamah-Soeratno, Siti. 1989. Hakikat Penelitian Sastra dalam Gatra Edisi
Nomor 10/11/12. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
____________________. 1994. Penelitian Sastra: Tinjauan tentang Teori dan
Metode Sebuah Pengantar dalam Jabrohim (Ed.). Teori Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Masyarakat Peotika Indonesia.
Culler, Jonathan. 1975. Structuralist Poetics, Structuralism, Linguistics and the
Study of Literature. Ithaca: Cornell Unicersity Press.
_____________. 1981. The Persuit of Sign, Semiotic, Literature, Deconstruction.
Ithaca: Cornell University Press.
Foster, E.M. 1980. Aspects of the Novel. New York: Harcourt Brace & World Inc.
Iser, Wolfgang. 1978. The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Respons.
Baltimore: John Hopkins University Press.
Jabrohim (Ed.). 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: MPI & UAD.
Jauss, Hans Robert. 1982. Toward an Aesthetic of Reception. Mineapolis:
University of Minnesota Press.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif.. Bandung: Remaja
Karya.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
19
20
21
Pengampu
Dr. Ali Imron Al-Maruf, M.Hum.
PBSID FKIP & Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
22
2;
3;
4;
5;
6;
Dimensi Budaya
Dimensi Sosial
Dimensi Moral
Dimensi Pendidikan
Dimensi Ekonomi
BAB V. PENUTUP
A; Simpulan
B; Saran
C; Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1; Sinopsis Folklore
2; Denah/Peta Lokasi/Foto Lokasi Penelitian
3; Daftar Narasumber (Informant): Nama, Profesi, Usia, Pendidikan
4; Instrumen Penelitian/Daftar Pertanyaan untuk Wawancara Mendalam (In-depth
Interviewing) (Terbuka/Tidak Terstruktur)
Catatan:
Laporan Penelitian Folklore merupakan (pengganti/ekivalensi) Ujian Akhir Semester
Gasal 2011/2012. Laporan penelitian dikumpulkan pada tanggal jadwal UAS mata kuliah
Metode Penelitian Sastra dan Pengajarannya.
23
24