Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi Indonesia
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Pendekatan Kritik Sastra Intertekstual”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Puisi Indonesia.
Penyusunan makalah ini dapat selesai berkat adanya bantuan baik secara moral
ataupun material dari berbagai pihak yang mendampingi penulis selama menyusun
makalah ini. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Budi Riswandi, S,Pd., M.Pd. dan Nita Nurhayati, S.Pd., M.Hum. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Kajian Puisi Indonesia yang telah hadir
sebagai pembimbing dan pemberi kesempatan kepada penulis untuk
mengembangkan wawasan melalui penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan, baik dari segi pembahasan isi maupun sistematika
penulisan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan
yang dimiliki. Dengan demikian, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
serta penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat memberikan kebermanfaatan bagi penulis dan pembaca. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah suatu gagasan yang dihasilkan dari imajinasi
seseorang kemudian dituangkan ke dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Karya
sastra berisi makna-makna tersirat yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Karya sastra tentunya bukan hanya imajinasi semata dan tidak lahir dari suatu
kekosongan. Karya sastra berkaitan dengan budaya, situasi dan kondisi yang
dihadapi sastrawan dalam lingkungannya. Selain itu, suatu karya sastra juga
berkaitan dengan teks sastra lain. Maksudnya yaitu, karya sastra saling
memberikan pengaruh terhadap karya sastra lain. Keterkaitan tersebutlah yang
membuat para penikmat karya tertarik untuk membandingkan suatu karya sastra
dengan karya sastra lain. Kegiatan membandingkan ini dapat mencakup
pertentangan atau persamaan antarkarya yang dianggap memiliki unsur
kesamaan baik dari segi tema, gaya bahasa, pengaruh antarkaryanya dan apa
yang diberikan atau diambil dari sebuah karya sastra pada karya sastra lainnya.
Hal tersebut juga berkaitan dengan aktivitas pengarang ketika menulis,
pengarang akan mengambil komponen-komponen karya sastra lain sebagai
bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua komponen itu disusun,
ditambah, dan disesuaikan kembali dengan gagasan baru pengarang agar dapat
menjadi suatu karya yang utuh.
Dengan demikian, hadir teori yang disebut dengan teori pendekatan
intertekstual. Mikhail Mikhailovich Bakhtin memperkenalkan konsep teori ini
yang kemudian dipopulerkan oleh Julia Kristeva. Meskipun Mikhail
Mikhailovich Bakhtin tidak menyebutkan istilah intertekstual, akan tetapi teori
ini telah berwujud dalam konsep dialogika yang diuraiakan dalam bukunya yang
berjudul, The Dialogic Imagination tahun 1981 (Habiburrahman El Shirazy,
2014:40-41).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah tersebut tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai pendekatan dalam kajian karya sastra.
2. Menambah wawasan dalam mengkaji suatu karya sastra dengan teori
pendekatan intertekstual.
3. Memberikan sudut pandang baru dalam keterkaitan suatu karya sastra
dengan karya sastra lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Teori Pendekatan Intertekstual
Secara luas interteks merupakan hubungan antar teks. Teks dalam Bahasa
latin yang artinya textus yang artinya penggabungan atau susunan. Menurut
(Nurgiyantoro,2017:76) mengatakan bahwa intertekstual adalah kajian
hubungan antarteks, baik dalam satu periode maupun dalam periode-periode
yang berbeda. Labih lanjut (Nurgiyantoro,2017:76) mengemukakan Bahwa
kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (teks
sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya
adanya hubungan unsur-unsur intrinsik di antara teks-teks yang dikaji. Dalam
arti bahwa dalam pengkajian intertekstual berusaha menemukan aspek-aspek
yang berhubungan dengan suatu teks sastra yang telah ada sebelumnya. Aspek-
aspek yang di cari misalnya yaitu unsur intrinsik seperti ide, gagasan,
penokohan, gaya bahasa, dll. Menurut Teeuw dalam (Nur:2013)
mengemukakan bahwa karya sastra itu merupakan respon pada karya sastra
yang terbit sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah teks tidak dapat dipisahkan
dari teks yang lain. Karya sastra yang ditulis lebih dulu, biasanya mendasarkan
diri pada karya-karya lain yang telah ada sebelumnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik dengan cara meneruskan maupun menyimpang
dari karya aslinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa intertekstual
adalah hubungan antara satu teks dengan teks lain, yang dapat berupa
hubungan unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik yang melalui beberapa
unsur karya sastra yang sebelumnya itu diserap, ditentang, dan
ditransformasikan ke dalam karya sastra yang baru atau kemudian. Kajian
intertekstual berasal dari pemikiran bahwa suatu karya sastra tidak mungkin
berasal dari ketidaktahuan atau kekosongan budaya. Unsur budaya yang ada
seperti tradisi sebuah daerah yang secara khusus berupa teks. Ketika seorang
pengarang menulis sebuah karya di tempat pengarang itu tinggal pasti terdapat
3
4
(1981). Menurut Bakhtin, semua karya sastra itu dihasilkan berdasarkan dialog
antara teks dengan teks-teks lain. Dengan demikian, dapat diartikan terdapat
hubungan antara teks dengan teks lainnya itu. Meskipun saat itu Bakhtin tidak
menyebut dengan istilah intertekstual tapi sesungguhnya teori intertekstual itu
terwujud dalam konsep dialogika Bakhtin.
Pendekatan intertekstual dikembangkan oleh Julia Kristeva (Teeuw, 2013),
istilah intertekstual pada umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks
dengan teks lain. Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan,
peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Hal tersebutlah yang mendasari teori
ini, dimana sebuah teks akan memiliki hubungan tertentu dengan teks lain.
Hubungan antar teks sesungguhnya terbentuk karena pengaruh yang
ditimbulkan karena pengalaman pengarang terhadap referensi-referensi yang
ditemui (Ratih 2001). Kemudian, diterangkan juga mengenai pengertian prinsip
mosaik dari Kristeva bahwa suatu teks mengambil hal-hal yang bagus dari teks
lain kemudian teks-teks tersebut diolah kembali sehingga tercipta suatu teks
baru. Dengan demikian, pengarang dapat memperoleh gagasan, inspirasi, atau
ide setelah membaca, melihat, meresapi, menyerap, dan mengutip bagian-
bagian tertentu dari teks-teks ke dalam karya barunya.
Julia Kristeva merupakan tokoh yang bertanggungjawab dalam
mempopulerkan teori dialogika Bakhtin ini di Perancis. Menurut Graham Allen
(2011: 14) istilah intertekstual pertama kali masuk dalam bahasa Perancis dalam
karya awal Julia Kristeva pada pertengahan sampai akhir tahun 1960. Dalam
esainya seperti “The Bounded Teks” dan “Word, Dialogue, and Novel”. Kristeva
memperkenalkan karya dari pakar teori sastra Rusia Mikhail Mikhailovich
Bakhtin ke dalam bahasa Perancis. Karya Bakhtin, saat ini, mempunyai
pengaruh yang luar biasa dalam bidang teori dan kritik sastra, dalam teori
linguistic, politik dan sosial, filsafat, dan lainnya. Kristeva tidak hanya
memperkenalkan istilah intertekstual, tetapi ia juga memperkenalkan sosok
yang sejak saat itu dikenal – menurut Graham Allen- sebagai pakar teori sastra
paling berpengaruh pada abad ke-20. Julia Kristeva mengembangkan teori
dialogika Bakhtin melalui bukunya Semiotika (1968). Buku itu kemudiannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dengan tajuk, Desire in Language: A
7
(Taufik Ismail/1966)
Gerilya
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
melihatnya pertama
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
sastrawan angkatan 66 dan juga puisi kita adalah pemilik sah republik ini
terbit pada tahun 1966.
2. Persamaan dan perbedaan
Persamaan dan perbedaan antara kedua karya sastra tersebut terdapat dalam
struktur fisik dan batinnya. Kedua puisi tersebut memiliki hubungan
intertekstualitas secara ekspansi, konversi, dan ekspresi. Persamaan yang
terkandung dari puisi Kita adalah pemilik sah republik ini karya Taufik
Ismail dan puisi Gerilya karya W.S Rendra yaitu sebagai berikut.
a. Tema
Tema yang terdapat dalam kedua puisi tersebut yaitu perjuangan
atau patriotisme sehingga mengalami ekspansi.
b. Nada dan suasana
Nada dan suasana yang terkandung dalam kedua puisi tersebut yaitu
nada kritik untuk menimbulkan suasana yang memberontak sehingga
mengalami modifikasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intertekstual merupakan hubungan antar teks, pengkajian intertekstual
berusaha menemukan aspek-aspek yang berhubungan dengan suatu teks sastra
yang telah ada sebelumnya. Aspek-aspek yang di cari misalnya yaitu unsur
intrinsik. Teori ini juga memiliki prinsip bahwa setiap teks sastra harus dibaca
dengan latar belakang teks-teks lainnya. Selain itu terdapat juga asumsi-asumsi
dan konsep penting yang terdapat dalam teori ini. Konsep pentingnya yaitu
hipogram yang dapat dikembangkan menjadi Ekspansi, konversi, modifikasi,
dan ekserp. Teori ini berfokus pada teks terdahulu yang menjadi pertimbangan
lahirnya teks baru. Sejarah teori ini dipelopori oleh Mikhail Mikhailovich
Bakhtin dan dikembangkan oleh Julia Kristeva.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka dengan itu penulis menyarankan agar pembaca dapat
mencari referensi lebih banyak lagi untuk memperdalam pemahaman mengenai
teori pendekatan intertekstual. Penulis juga mengharapkan saran yang
membangun untuk memperbaiki tulisan ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. (2018). Pendekatan Intertekstual. Academi.Edu.
https://www.academia.edu/38670597/Makalah_Kajian_Puisi_dengan_Pende
katan_Intertekstual
Hartono, A. (2021). Puisi: Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini, oleh Taufiq Ismail
1966. Inilah.Com. https://www.inilah.com/kita-adalah-pemilik-sah-republik-
ini
12
13
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/109/
Teeuw, A. (2013). Sastra Dan Ilmu Sastra. PT. Dunia Pustaka Jaya.