Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN KRITIK SASTRA INTERTEKSTUAL

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi Indonesia

Dosen Pengampu :

Budi Riswandi, S.Pd., M.Pd.

Nita Nurhayati, S.Pd., M.Hum.

Disusun oleh :

Deisy Permata Nurfaizar. S 222121053

Ilham Syahrial 222121093

Meri Az-zahra 222121078

Robby Dwi Prasetya 222121066

Tia Yasinta 222121069

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

2023
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Pendekatan Kritik Sastra Intertekstual”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Puisi Indonesia.

Penyusunan makalah ini dapat selesai berkat adanya bantuan baik secara moral
ataupun material dari berbagai pihak yang mendampingi penulis selama menyusun
makalah ini. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Budi Riswandi, S,Pd., M.Pd. dan Nita Nurhayati, S.Pd., M.Hum. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Kajian Puisi Indonesia yang telah hadir
sebagai pembimbing dan pemberi kesempatan kepada penulis untuk
mengembangkan wawasan melalui penyusunan makalah ini.

2. Rekan-rekan yang telah memberi motivasi dan masukan mengenai topik


pembahasan makalah ini hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan, baik dari segi pembahasan isi maupun sistematika
penulisan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan
yang dimiliki. Dengan demikian, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
serta penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat memberikan kebermanfaatan bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

Tasikmalaya, 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

D. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Hakikat Teori Pendekatan Intertekstual ....................................................... 3

B. Prinsip Teori Pendekatan Intertekstual ........................................................ 4

C. Asumsi Teori Pendekatan Intertekstual ....................................................... 4

D. Konsep penting Teori Pendekatan Intertekstual .......................................... 5

E. Fokus Teori Pendekatan Intertekstual .......................................................... 5

F. Sejarah Teori Pendekatan Intertekstual ........................................................ 5

G. Analisis Puisi Menggunakan Teori Pendekatan Intertekstual ...................... 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra adalah suatu gagasan yang dihasilkan dari imajinasi
seseorang kemudian dituangkan ke dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Karya
sastra berisi makna-makna tersirat yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Karya sastra tentunya bukan hanya imajinasi semata dan tidak lahir dari suatu
kekosongan. Karya sastra berkaitan dengan budaya, situasi dan kondisi yang
dihadapi sastrawan dalam lingkungannya. Selain itu, suatu karya sastra juga
berkaitan dengan teks sastra lain. Maksudnya yaitu, karya sastra saling
memberikan pengaruh terhadap karya sastra lain. Keterkaitan tersebutlah yang
membuat para penikmat karya tertarik untuk membandingkan suatu karya sastra
dengan karya sastra lain. Kegiatan membandingkan ini dapat mencakup
pertentangan atau persamaan antarkarya yang dianggap memiliki unsur
kesamaan baik dari segi tema, gaya bahasa, pengaruh antarkaryanya dan apa
yang diberikan atau diambil dari sebuah karya sastra pada karya sastra lainnya.
Hal tersebut juga berkaitan dengan aktivitas pengarang ketika menulis,
pengarang akan mengambil komponen-komponen karya sastra lain sebagai
bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua komponen itu disusun,
ditambah, dan disesuaikan kembali dengan gagasan baru pengarang agar dapat
menjadi suatu karya yang utuh.
Dengan demikian, hadir teori yang disebut dengan teori pendekatan
intertekstual. Mikhail Mikhailovich Bakhtin memperkenalkan konsep teori ini
yang kemudian dipopulerkan oleh Julia Kristeva. Meskipun Mikhail
Mikhailovich Bakhtin tidak menyebutkan istilah intertekstual, akan tetapi teori
ini telah berwujud dalam konsep dialogika yang diuraiakan dalam bukunya yang
berjudul, The Dialogic Imagination tahun 1981 (Habiburrahman El Shirazy,
2014:40-41).

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan teori pendekatan intertekstual?

2. Apa saja prinsip-prinsip teori pendekatan intertekstual?

3. Bagaimana asumsi terkait teori pendekatan intertekstual?

4. Bagaimana konsep penting dalam teori pendekatan intertekstual?

5. Apa yang menjadi fokus teori pendekatan intertekstual?

6. Bagaimana sejarah teori pendekatan intertekstual?

7. Bagaimana penerapan teori pendekatan intertekstual pada karya sastra?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah tersebut tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendekatan intertekstual.

2. Mengetahui prinsip-prinsip teori pendekatan intertekstual.

3. Mengetahui asumsi teori pendekatan intertekstual.

4. Mengetahui konsep penting dalam teori pendekatan intertekstual.

5. Mengetahui hal yang menjadi fokus dalam teori pendekatan intertekstual.

6. Mengetahui sejarah teori pendekatan intertekstual.

7. Mengetahui penerapan teori pendekatan intertekstual pada karya sastra.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai pendekatan dalam kajian karya sastra.
2. Menambah wawasan dalam mengkaji suatu karya sastra dengan teori
pendekatan intertekstual.
3. Memberikan sudut pandang baru dalam keterkaitan suatu karya sastra
dengan karya sastra lain.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Teori Pendekatan Intertekstual
Secara luas interteks merupakan hubungan antar teks. Teks dalam Bahasa
latin yang artinya textus yang artinya penggabungan atau susunan. Menurut
(Nurgiyantoro,2017:76) mengatakan bahwa intertekstual adalah kajian
hubungan antarteks, baik dalam satu periode maupun dalam periode-periode
yang berbeda. Labih lanjut (Nurgiyantoro,2017:76) mengemukakan Bahwa
kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (teks
sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya
adanya hubungan unsur-unsur intrinsik di antara teks-teks yang dikaji. Dalam
arti bahwa dalam pengkajian intertekstual berusaha menemukan aspek-aspek
yang berhubungan dengan suatu teks sastra yang telah ada sebelumnya. Aspek-
aspek yang di cari misalnya yaitu unsur intrinsik seperti ide, gagasan,
penokohan, gaya bahasa, dll. Menurut Teeuw dalam (Nur:2013)
mengemukakan bahwa karya sastra itu merupakan respon pada karya sastra
yang terbit sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah teks tidak dapat dipisahkan
dari teks yang lain. Karya sastra yang ditulis lebih dulu, biasanya mendasarkan
diri pada karya-karya lain yang telah ada sebelumnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik dengan cara meneruskan maupun menyimpang
dari karya aslinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa intertekstual
adalah hubungan antara satu teks dengan teks lain, yang dapat berupa
hubungan unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik yang melalui beberapa
unsur karya sastra yang sebelumnya itu diserap, ditentang, dan
ditransformasikan ke dalam karya sastra yang baru atau kemudian. Kajian
intertekstual berasal dari pemikiran bahwa suatu karya sastra tidak mungkin
berasal dari ketidaktahuan atau kekosongan budaya. Unsur budaya yang ada
seperti tradisi sebuah daerah yang secara khusus berupa teks. Ketika seorang
pengarang menulis sebuah karya di tempat pengarang itu tinggal pasti terdapat

3
4

konvensi atau teks-teks kesusastraan yang kemudian di jadikan bahan acuan


pengarang.
B. Prinsip Teori Pendekatan Intertekstual
Menurut Teeuw dalam (Inarti:2013) bahwa prinsip intertekstual berarti
bahwa setiap teks sastra harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lainnya.
Tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, dalam arti bahwa
penciptaan dan pembacaannya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks
lain. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa teks baru hanya meneladani teks
lain atau mematuhi kerangka yang telah diberikan sebelumnya.
C. Asumsi Teori Pendekatan Intertekstual
Studi interteks menurut Flow (Endaswara dalam Lusiana: 2018), didasarkan
beberapa asumsi yaitu :
1. Konsep interteks menurut peneliti untuk memahami teks tidak hanya
sebagai isi, melainkan juga aspek perbedaan dan sejarah teks.
2. Teks tidak hanya struktur yang ada, tetapi tetapi satu sama lain juga saling
memburu, sehingga terjadi perulangan atau transformasi teks.
3. Ketidak hadiran struktur teks dalam rentang teks yang lain namun hadir
juga pada teks tertentu merupakan proses waktu yang menentukan.
4. Bentuk kehadiran struktur teks merupakan rentangan dari yang eksplisit
sampai implisit. Teks boleh saja diciptakan ke bentuk lain; di luar norma
ideologi dan budaya, di luar genre, di luar gaya dan idiom, dan di luar
hubungan teks-teks lain.
5. Hubungan teks yang satu dengan yang lain boleh dalam rentang waktu lama,
hubungan tersebut bisa secara abstrak, hubungan interteks juga sering
terjadi penghilangan-penghilangan bagian tertentu.
6. Pengaruh mediasi dalam interteks sering memepengaruhi juga pada
penghilangan gaya maupun norma-norma sastra.
7. Dalam melakukan identifikasi interteks diperlukan proses interpretasi.
8. Analisis interteks berbeda dengan melakukan kritik melainkan lebih
terfokus pada konsep pengaruh.
5

D. Konsep penting Teori Pendekatan Intertekstual


Konsep penting dalam teori interteks adalah hipogram yang
dikemukakan oleh Michael Riffaterre (Ratna dalam Shirazy: 2014). Menurut
Riffaterre , hipogram adalah struktur prateks yang dianggap sebagai energi
puitika teks. Dengan demikian, hipogram berfungsi sebagai petunjuk
hubungan antarteks yang dimanfaatkan oleh pembaca, bukan penulis, sehingga
memungkinkan terjadinya perkembangan makna. Menurut teori interteks,
pembacaan yang berhasil justru apabila didasarkan pada pemahaman
terhadap karya-karya terdahulu.
Adapun pengembangan hipogram dapat berupa:
1. Ekspansi, yakni perluasan atau pengembangan hipogram;
2. Konversi, yakni berupa pemutarbalikan hipogram;
3. Modifikasi, yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan
plot cerita;
4. Ekserp, yakni intisari dari hipogram.
E. Fokus Teori Pendekatan Intertekstual
Secara garis besar, penelitian berdasarkan teori intertekstual memiliki dua
fokus (Endaswara dalam Agustina: 2018), yaitu:
1. Meminta perhatian kita tentang pentingnya teks terdahulu. Tuntutan adanya
otonomi teks sebenarnya dapat menyesatkan gagasan, sebuah karya memiliki
arti karena dalam hal-hal tertentu telah dituliskan terlebih dahulu oleh
pengarang lain.
2. Intertekstual akan membimbing peneliti untuk mempertimbangkan teks
terdahulu sebagai penyumbang kode yang memungkinkan lahirnya berbagai
efek signifikan.
F. Sejarah Teori Pendekatan Intertekstual
Pelopor yang memperkenalkan konsep intertekstual adalah Mikhail
Mikhailovich Bakhtin pada tahun 1926 (Napiah dalam Shirazy: 2014).
Sedangkan yang dianggap bertanggung jawab mempopulerkan teori ini pada
khalayak dunia, tak dapat diingkari, adalah Julia Kristeva. Secara lebih jelas,
kehadiran teori ini berawal dari Bakhtin yang menggunakan konsep dialogika
sebagaimana diuraikan dalam bukunya yang berjudul The Dialogic Imagination
6

(1981). Menurut Bakhtin, semua karya sastra itu dihasilkan berdasarkan dialog
antara teks dengan teks-teks lain. Dengan demikian, dapat diartikan terdapat
hubungan antara teks dengan teks lainnya itu. Meskipun saat itu Bakhtin tidak
menyebut dengan istilah intertekstual tapi sesungguhnya teori intertekstual itu
terwujud dalam konsep dialogika Bakhtin.
Pendekatan intertekstual dikembangkan oleh Julia Kristeva (Teeuw, 2013),
istilah intertekstual pada umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks
dengan teks lain. Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan,
peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Hal tersebutlah yang mendasari teori
ini, dimana sebuah teks akan memiliki hubungan tertentu dengan teks lain.
Hubungan antar teks sesungguhnya terbentuk karena pengaruh yang
ditimbulkan karena pengalaman pengarang terhadap referensi-referensi yang
ditemui (Ratih 2001). Kemudian, diterangkan juga mengenai pengertian prinsip
mosaik dari Kristeva bahwa suatu teks mengambil hal-hal yang bagus dari teks
lain kemudian teks-teks tersebut diolah kembali sehingga tercipta suatu teks
baru. Dengan demikian, pengarang dapat memperoleh gagasan, inspirasi, atau
ide setelah membaca, melihat, meresapi, menyerap, dan mengutip bagian-
bagian tertentu dari teks-teks ke dalam karya barunya.
Julia Kristeva merupakan tokoh yang bertanggungjawab dalam
mempopulerkan teori dialogika Bakhtin ini di Perancis. Menurut Graham Allen
(2011: 14) istilah intertekstual pertama kali masuk dalam bahasa Perancis dalam
karya awal Julia Kristeva pada pertengahan sampai akhir tahun 1960. Dalam
esainya seperti “The Bounded Teks” dan “Word, Dialogue, and Novel”. Kristeva
memperkenalkan karya dari pakar teori sastra Rusia Mikhail Mikhailovich
Bakhtin ke dalam bahasa Perancis. Karya Bakhtin, saat ini, mempunyai
pengaruh yang luar biasa dalam bidang teori dan kritik sastra, dalam teori
linguistic, politik dan sosial, filsafat, dan lainnya. Kristeva tidak hanya
memperkenalkan istilah intertekstual, tetapi ia juga memperkenalkan sosok
yang sejak saat itu dikenal – menurut Graham Allen- sebagai pakar teori sastra
paling berpengaruh pada abad ke-20. Julia Kristeva mengembangkan teori
dialogika Bakhtin melalui bukunya Semiotika (1968). Buku itu kemudiannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dengan tajuk, Desire in Language: A
7

Semiotic Approach to Literature and Art (1980). Dalam disertasi


kedoktorannya, teori intertekstual yang berpijak dari konsep dialogika telah
diaplikasikan oleh Kristeva dalam La revolution du langage Poetique (1974).
Julia Kristiva (1980:66) tidak lagi menggunakan istilah dialogika sebaliknya
menggunakan istilah “intertextuality” yang bermaksud sebuah teks terdapat
beberapa teks (any text is the absorptions and transformation of another).
Pendekatan intertekstual yang dikembangkan oleh Kristeva ini telah
menarik perhatian dan sambutan dan seterusnya dibicara serta diperkembang
oleh para sarjana seperti Roland Barthes, Torodov, Jonathan Culler, Michael
Riffatere, Kohm, Elain, Teeuw, Mana Sikana, Umar Junus, Kasim Ahmad, dan
lain-lain (Firtiahwati, 2014).
G. Analisis Puisi Menggunakan Teori Pendekatan Intertekstual
Puisi Kita Adalah Pemilik Sah Negeri Ini karya Taufik Ismail dengan puisi
Gerilya karya W.S Rendra
Kita Adalah Pemilik Sah Negeri Ini
Karya Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita


Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus berjalan terus


Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
8

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara


Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.

(Taufik Ismail/1966)

Gerilya

Karya W.S Rendra


Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Dengan tujuh lubang pelor


diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah


dengan sayur-mayur di punggung
9

melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis


dan duka daun wortel

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Orang-orang kampung mengenalnya


anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Lewat gardu Belanda dengan berani


berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya.

1. Hipogram dan Transformasi


Dari hasil analisis penulis, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
hipogram antara kedua puisi di atas adalah puisi Gerilya karya W.S Rendra
karena dilihat dari periodisasi sastra W.S Rendra merupakan sastrawan
angkatan 50-an dan puisi Gerilya itu terbit pada tahun 1955 yang menjadi
latar belakang lahirnya karya selanjutnya. Sedangkan yang menjadi
transformasi itu adalah puisi kita adalah pemilik sah republik ini karya
Taufik Ismail. Dilihat dari penciptanya sendiri Taufik Ismail merupakan
10

sastrawan angkatan 66 dan juga puisi kita adalah pemilik sah republik ini
terbit pada tahun 1966.
2. Persamaan dan perbedaan
Persamaan dan perbedaan antara kedua karya sastra tersebut terdapat dalam
struktur fisik dan batinnya. Kedua puisi tersebut memiliki hubungan
intertekstualitas secara ekspansi, konversi, dan ekspresi. Persamaan yang
terkandung dari puisi Kita adalah pemilik sah republik ini karya Taufik
Ismail dan puisi Gerilya karya W.S Rendra yaitu sebagai berikut.
a. Tema
Tema yang terdapat dalam kedua puisi tersebut yaitu perjuangan
atau patriotisme sehingga mengalami ekspansi.
b. Nada dan suasana
Nada dan suasana yang terkandung dalam kedua puisi tersebut yaitu
nada kritik untuk menimbulkan suasana yang memberontak sehingga
mengalami modifikasi.

Sedangkan perbedaan yang terdapat dalam kedua puisi tersebut yaitu


meliputi.
a. Perasaan
Perasaan yang terkandung dalam puisi Gerilya karya W.S Rendra
itu perasaan sedih karena seorang pahlawan yang harus gugur di medan
perang, sedangkan dalam puisi Kita adalah pemilik sah republik ini
karya Taufik Ismail menimbulkan perasaan geram yang ditonjolkan
penyair karena ketidak adilan sudah merajalela sehingga menimbulkan
ekspansi.
b. Tema
Walaupun mempunyai tema yang sama namun perbedaannya
terdapat dari cerita yang diangkat, pada puisi Gerilya karya W.S Rendra
mengangkat cerita tentang perjuangan rakyat sebelum mencapai
kemerdekaan sedangkan dalam puisi Kita adalah pemilik sah republik
ini karya Taufik Ismail itu menceritakan tentang perjuangan rakyat
yang masih saja ditindas walau sudah merdeka sehingga menimbulkan
konversi.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Intertekstual merupakan hubungan antar teks, pengkajian intertekstual
berusaha menemukan aspek-aspek yang berhubungan dengan suatu teks sastra
yang telah ada sebelumnya. Aspek-aspek yang di cari misalnya yaitu unsur
intrinsik. Teori ini juga memiliki prinsip bahwa setiap teks sastra harus dibaca
dengan latar belakang teks-teks lainnya. Selain itu terdapat juga asumsi-asumsi
dan konsep penting yang terdapat dalam teori ini. Konsep pentingnya yaitu
hipogram yang dapat dikembangkan menjadi Ekspansi, konversi, modifikasi,
dan ekserp. Teori ini berfokus pada teks terdahulu yang menjadi pertimbangan
lahirnya teks baru. Sejarah teori ini dipelopori oleh Mikhail Mikhailovich
Bakhtin dan dikembangkan oleh Julia Kristeva.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka dengan itu penulis menyarankan agar pembaca dapat
mencari referensi lebih banyak lagi untuk memperdalam pemahaman mengenai
teori pendekatan intertekstual. Penulis juga mengharapkan saran yang
membangun untuk memperbaiki tulisan ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. (2018). Pendekatan Intertekstual. Academi.Edu.
https://www.academia.edu/38670597/Makalah_Kajian_Puisi_dengan_Pende
katan_Intertekstual

Asnita, R. N. (2013). Kajian Intertekstual dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya


Habiburrahman El Shirazy dengan Novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam
Khoirul Anam. Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam, 13(2), 120–137.

Azizah. (2018). KAJIAN INTERTEKSTUALITAS PUISI KITA ADALAH


PEMILIK SAH REPUBLIK INI KARYA TAUFIQ ISMAIL DAN PUISI
GERILYA KARYA W.S. RENDRA DAN SKENARIO
PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMK. Surya Bahtera: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/surya-bahtera/article/view/5957

Firtiahwati, D. (2014). Teori Intertekstual. Scribd.


https://id.scribd.com/doc/218882740/Teori-Intertekstual

Habiburrahman El Shirazy. (2014). Berdakwah dengan Puisi (Kajian Intertekstual


Puisi-Puisi Religius Taufiq Ismail). At-Tabsir Jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam, 2(1), 35–56.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/462

Hartono, A. (2021). Puisi: Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini, oleh Taufiq Ismail
1966. Inilah.Com. https://www.inilah.com/kita-adalah-pemilik-sah-republik-
ini

Inarti, S. (2013). Analisis Intertekstual Puisi “Dongeng Sebelum Tidur” Karya


Goenawan Mohamad. Metasastra, 6(1), 81–89.

Nasta’in, A. (n.d.). ANALISIS INTERTEKSTUAL KUMPULAN PUISI PERAHU


KERTAS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DENGAN KUMPULAN
PUISI PERBINCANGAN TERAKHIR DENGAN TUAN GURU KARYA
TJAHJONO WIDARMANTO HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMA.

12
13

http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/109/

Nurgiantoro, B. (2017). Teori Pengkajian Fiksi.


https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=p4JqDwAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PA1&dq=nurgiyantoro+teori+pengkajian+fiksi&ots=OXJg26vnnJ&sig
=peHqDoDC1M-
ZQDjtNXy_pUhRrFY&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Puisi: “Gerilya” karya W.S Rendra. (2012). Sastra Bersama. https://sastra-


bersama.blogspot.com/2012/03/puisi-gerilya-karya-ws-rendra.html

Teeuw, A. (2013). Sastra Dan Ilmu Sastra. PT. Dunia Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai