KAJIAN INTERTEKSTUAL
(HUBUNGAN ANTARA TEKS-TEKS BERBEDA)
PROSA FIKSI
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
2.1 Pengertian Kajian Intertekstual ................................................ 2
2.2 Prinsip Kajian Intertekstual ...................................................... 2
2.3 Orisinalitas Teks Kajian Intertekstual ...................................... 3
2.4 Pokok Kajian Intertekstual ....................................................... 3
2.5 Penerapan Kajian Intertekstual................................................. 5
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan............................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10
LAMPIRAN.................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kajian Intertekstual
Kajian intertekstual prosa fiksi adalah proses mempelajari dan menganalisis
hubungan antara sebuah teks dengan teks-teks lainnya dalam karya prosa fiksi.
Menurut Kristeva (dalam Martono, 2009:135), kajian intertekstual adalah prinsip
yang paling mendasar dari intertekstualitas adalah seperti halnya tanda-tanda yang
mengacu kepada tanda-tanda lain, setiap teks mengacu pada teks-teks lain. Kajian
intertekstual yang dimaksud adalah teks tersebut memiliki bentuk hubungan
tertentu seperti hubungan unsur intrinsik pada novel seperti tema, alur, latar,
amanat, gaya bahasa, penokohan diantara teks yang dikaji.
Dalam hal ini, keutuhan sebuah teks sastra tidak hanya diukur berdasarkan
struktur atau kerangka yang membentuknya tetapi juga berdasarkan hubungannya
dengan teks-teks lain. Kajian intertekstual dapat dilakukan dengan
membandingkan antara novel ke novel, novel dengan puisi, novel dengan film,
dan novel dengan mitos.
2.2 Prinsip Kajian Intertekstual
Kajian intertekstual mempunyai kaidah dan prinsip tertentu yang perlu
dipahami. Kaidah dan prinsip itu sebagai berikut:
a) Pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks.
b) Studi intertekstual berarti menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks.
c) Studi intertekstual memberi keseimbangan antara unsur intrinsik dan
ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat.
d) Dalam kaitan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks merupakan
hasil yang diperoleh dari teks-teks lain.
e) Dalam kaitan studi intertekstual, pengertian teks (sastra) jangan ditafsir
hanya atas bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk
juga unsur bahasa.
Dengan memahami prinsip-prinsip kajian intertekstual prosa fiksi, pembaca
dapat lebih mudah memahami makna dalam karya dan menghargai kerumitan
hubungan antara teks yang ada di dalamnya.
2
2.3 Orisinalitas Teks Kajian Intertekstual
Orisinilitas teks dalam kajian intertekstual merujuk pada keaslian atau asli
suatu teks dalam konteks hubungannya dengan teks-teks lain yang ada di
dalamnya. Dalam kajian intertekstual, teks dianggap sebagai bagian dari jaringan
tekstual yang lebih besar dan kompleks, yang terdiri dari teks-teks lain yang
mempengaruhinya atau menjadi inspirasi untuk penulisnya.
Dalam hal ini, orisinilitas teks mencakup kemampuan penulis untuk
menciptakan sebuah karya yang memiliki keunikan dan originalitas dalam
bentuknya, meskipun dapat merujuk pada teks-teks lain sebagai inspirasi atau
referensi. Hal ini berarti meskipun ada pengaruh atau referensi dari teks lain
dalam sebuah karya, namun karya tersebut tetap memiliki nilai keaslian yang unik
dan orisinal.
Dalam kajian intertekstual, penting untuk memperhatikan bagaimana suatu
teks saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, dan bagaimana teks tersebut
menciptakan makna dalam hubungannya dengan konteks tekstual yang lebih
besar. Dengan memperhatikan orisinilitas teks, kajian intertekstual dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana teks dibuat, dan
bagaimana teks-teks lain mempengaruhi dan berkontribusi pada karya tersebut.
2.4 Pokok Kajian Intertekstual
Kajian sastra bandingan, pada akhirnya harus masuk ke dalam wilayah
hipogram. Hipogram adalah modal utama dalam sastra yang akan melahirkan
karya berikutnya. Jadi, hipogram adalah karya sastra yang menjadi latar kelahiran
karya berikutnya. Sedangkan karya berikutnya dinamakan karya tranformasi.
Hipogram dan transformasi akan berjalan terus-menerus sejauh proses sastra itu
hidup. Hipogram merupakan “induk” yang meneteskan karya-karya baru. Dalam
hal ini peneliti sastra berusaha membandingkan antara karya “induk” dengan
karya baru. namun, tidak ingin mencari keaslian, sehingga menganggap bahwa
yang lebih tua yang hebat, seperti halnya studi filologi. Studi intertekstual justru
ingin melihat seberapa jauh tingkat kreativitas pengarang.
Hipogram karya sastra akan meliputi:
3
a) Ekspansi, yaitu perluasan atau pengembangan karya. Ekspansi tak sekedar
repetisi, tetapi termasuk perubahan gramatikal dan perubahan jenis kata.
b) Konvensi, adalah pemutarbalikan hipogram atau matriknya. Penulis akan
memodifikasi kalimat ke dalam karya barunya.
c) Modifikasi, adalah perubahan tataran linguistik, manipulasi urutan kata dan
kalimat. Dapat saja pengarang hanya mengganti nama tokoh, padahal tema
dan jalan ceritanya sama.
d) Ekserp, adalah semacam intisari dari unsur atau episode dalam hipogram
yang disadap oleh pengarang. Ekserp biasanya lebih halus, dan sangat sulit
dikenali, jika peneliti belum terbiasa membandingkan karya.
Dari penelitian intertekstual demikian, akan terlihat lebih jauh bahwa karya
berikutnya merupakan response pada karya-karya yang terbit sebelumnya.
Penampilan teks pada teks lain tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Kehadiran teks secara fisik suatu teks dalam teks yang lainnya
b) Kehadiran teks pada teks yang lain kemungkinan hanya berupa
kesinambungan tradisi sehingga pencipta sesudahnya jelas telah membaca
karya sebelumnya.
Kehadiran teks lain pada suatu teks akan mewarnai teks baru tersebut.
Karya sastra biasanya baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan sajak
lain, baik dalam persamannya maupun pertentangannya. Hal ini mensugestikan
bahwa karya sastra yang lahir kemudian merupakan “pantulan” karya
sebelumnya. Pantulan tersebut dapat langsung maupun tidak langsung. Jika
pantulan itu langsung, tentu karya tersebut memiliki hubungan intertekstual yang
halus. Hubungan intertekstual pertama akan mudah diketahui oleh siapa saja yang
telah membaca beberapa karya. Sedangkan interteks yang kedua, tentu
membutuhkan kejelian pembaca untuk mengetahuinya.
Prinsip dasar intertekstual adalah karya hanya dapat dipahami maknanya
secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram
adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran berkarya. Dalam hal ini,
sastrawan yang lahir berikut adalah reseptor dan transformator karya sebelumnya.
Dengan demikian mereka selalu menciptakan karya yang asli, karena dalam
4
mencipta selalu diolah dengan pandangannya sendiri, dengan horison atau
harapannya sendiri.
Penelitian intertekstual tersebut sebenarnya merupakan usaha pemahaman
sastra sebagai sebuah “presupposition” yakni sebuah perkiraan bahwa suatu teks
baru mengandung teks lain sebelumnya. Dalam diri pengarang penuh lapis-lapis
teks-teks lain yang sewaktu-waktu dapat keluar dalam karyanya. Jika yang
terungkap dalam karyanya banyak memuat teks lain, memang akan kehilangan
orisinilnya. Presupposition sebenarnya merupakan perkiraan “tanda” terjadinya
transformasi teks. “Tanda” ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Presupposition logis, biasanya tampak pada pemikiran pengarang dalam
kalimat atau pun kata-kata tertentu. Kalimat atau kata tersebut jika dihadirkan
secara eksplisit, tentu tidak masalah. Namun, jika pencipta berikutnya sangat
samar-samar, peneliti harus mampu menafsirkan. Misalnya, “berapa lama kau
menghuni teralis besi?”, ini berarti Presupposition-nya merujuk pada
narapidana.
b) Presupposition pragmatis adalah tidak lagi bertolak dari relasi antarkalimat
dan kata, melainkan antara ucapan dan ungkapan. Dalam karya sastra
mungkin berupa special kind of speech act dan juga special word. Misalnya,
“buka pintu” bisa hadir presupposition-nya permohonan dan perintah.
2.5 Penerapan Kajian Intertekstual
Berikut ini disajikan contoh hubungan intertekstual puisi “Kusangka” Karya
Amir Hamzah dengan puisi “Penerimaan” Karya Chairil Anwar.
Kusangka
Amir Hamzah
Kusangka cempaka kembang setangkai
rupanya melur telah diseri ...
hatiku remuk mengenangkan ini
wangsangka dan was-was silih berganti.
5
rupanya teratai patah kelopak
dihinggapi kumbang berpuluh kali.
Kupohonkan cempaka
harum mula terserak ...
melati yang ada
pandai tergelak ...
6
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
7
Dalam penggunaan bahasa Chairil Anwar juga masih sedikit romantik. Hal
ini mengingatkan gaya sajak yang menjadi hipogramnya. Ia membandingkan
wanita dengan bunga (kembang). Wanita yang sudah tidak murni itu
diumpamakan oleh Chairil Anwar sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi / bak
kembang sari sudah terbagi / yang dekat persamaannya dengan Amir Hamzah: /
rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang berpuluh kali /.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Chairil Anwar
mempergunakan bahasa sehari-hari dengan gaya ekspresi yang padat. Hal ini
sesuai dengan sikapnya yang realistis.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Ferdiansyah, A. 2017. Kajian Intertekstual Karya Sastra. Retrieved from
http://asepferdiansyah71.blogspot.com/2017/11/makalah-kajian-
intertekstual-karya.html
Illa, A. 2018. Teori Intertekstual: Kajian Drama Indonesia. Retrieved from
http://ajengilla.blogspot.com/2018/07/teori-intertekstual-kajian-
drama.html
Ismalinar, I., Ramdhani, I. S., Hayati, A., & Dewi, N. N. 2023. Kajian
Intertekstual Intrinsik Novel Tlm Karya Arif Ys Dan Novel Bbb Karya
Habiburrahman. Simposium Nasional Mulitidisiplin (SinaMu), 4, 394-402.
Kurniawati, D. A., & Wartiningsih, A. Kajian Intertekstual Pada Novel Surat
Kecil Untuk Tuhan Dan Novel Air Mata Surga. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 2(6).
Kurniawati, D. A., & Wartiningsih, A. Kajian Intertekstual Pada Novel Surat
Kecil Untuk Tuhan Dan Novel Air Mata Surga. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 2(6).
Perdana, A. K., Waluyo, H. J., & Waluyo, B. 2017. Kajian intertekstualitas
kumpulan cerpen klub solidaritas suami hilang dalam kumpulan cerpen
Kompas 2013, nilai pendidikan, dan relevansinya dengan pembelajaran
sastra di SMA. Basastra, 3(3).
1
LAMPIRAN
Nama-nama anggota:
1. Naufa Rayluna (202228026)
2. Afifatuz Zahra (202228029)
3. Fathin Salsabila (202228031)
4. Faiza Zikrina (202228036)