Anda di halaman 1dari 24

REDUPLIKASI BAHASA TOLAKI

Hilsam
Email: Hilsambastra@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Reduplikasi Bahasa Tolaki”. Berdasarkan prapenelitian pada penutur asli
bahasa Tolaki khususnya generasi muda kurang berminat untuk mempertahankan bahasa
daerahnya sebagai identitas masyarakat Tolaki. Hal ini memberikan perhatian berbagai kalangan
untuk melakukan pengkajian secara ilmiah untuk mempertahankan bahasa Tolaki dari ancaman
kepunahan. Pemeliharaan dan pengembangan terhadap bahasa Tolaki harus dimulai dari penutur
asli bahasa itu sendiri. Masalah yang menjadi lingkup kajian bagaimanakah bentuk, fungsi, dan
makna Reduplikasi Bahasa Tolaki.
Tujuan yang ingin dicapai dari masalah tersebut adalah dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk
fungsi, dan makna Reduplikasi bahasa Tolaki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dan jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan.
Hasil penelitian yang tercapai adalah deskripsi dari bentuk, fungsi, dan makna “Reduplikasi
Bahasa Tolaki” Bentuk reduplikasi bahasa Tolaki yang dideskripsikan mengenai bentuk
reduplikasi utuh, reduplikasi sebagian, reduplikasi berafiks dari beberapa kategori yakni;
kategori nomina, verba, numeralia, adjektiva, dan pronomina. Fungsi yang dideskripsikan
mengenai fungsi yang berdasarkan pada afiks pembentuknya dan mengalami perubahan kelas
kata. Sedangkan makna yang dideskripsikan menyatakan kecil dan lebih dari satu, mengandung
makna sangat yang bergantung pada afiks pembentunya, mengandung makna agak, mengandung
makna berbagai, dan makna seruan.

Pendahuluan

Sistem peradaban yang paling fenomenal yang digunakan sepanjang kehidupan manusia
adalah sistem komunikasi. Sistem komunikasi yang digunakan dalam bentuk simbol-simbol
bunyi melalui ujaran. Simbol-simbol bunyi ujaran merupakan sistem komunikasi yang telah
memiliki struktur dan makna, sehingga antara benda yang satu dan benda yang lainnya memiliki
penanda tersendiri. Sistem komunikasi tersebut disebut bahasa.
Sibarani (1992: 25) berpendapat bahwa bahasa mengimplikiasikan media komunikasi
yang paling penting adalah bunyi ujaran. Bunyi ujaran adalah sifat kesemestaan atau
keuniversalan bahasa. Tak satupun bahasa verbal di dunia yang tidak terjadi oleh bukan bunyi.
Bolinger dalam (Sibarani, 1992: 25) mengemukakan bahwa semua bahasa menggunakan
saluran pengiriman dan penerimaan yang sama yaitu getaran udara. Semuanya mengatur getaran
udara dalam cara yang sama dengan aktivitas alat ujar manusia. Semua mengorganisasikan
getaran udara dalam cara yang pada dasarnya sama yaitu ke dalam unit-unit bunyi terkecil yang
dapat dikombinasikan atau rekombinasikan dengan cara-cara tersendiri. Bolinger memberikan
rincian mengenai proses bahasa itu dihasilkan oleh alat ujar, digunakan, dan didengarkan melalui
bantuan udara. Semuanya teratur secara sitematis melalui unit-unit bunyi yang terkecil dan
kombinasi seimbang tergantung kebutuhan penutur dan yang dibutuhkan pendengar.

Martinet (1987: 20) mengemukakan bahwa “bahasa” berarti kemampuan yang dimiliki
manusia untuk saling mengerti dengan menggunakan tanda-tanda bunyi. Bahasa merupakan

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


sistem komunikasi verbal yang terbangun dari struktur atau fonem-fonem menjadi kata, frasa,
klausa, dan kalimat yang memiliki makna. Penamaan suatu benda telah berbentuk simbol yang
menandai antara benda yang satu berbeda dengan benda yang lain.
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh masyarakat
tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri Harimurti dalam (Hidayat,
2006: 22) Hal ini sejalan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memberikan pengertian
bahasa dalam tiga batasan, yaitu; (1) sistem lambang bunyi yang berartikulasi (yang dihasilkan
alat ucap) bersifat mana suka, (arbitrer) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi
untuk melahirkan perasaan dan pikiran; (2) perkataan-perkataan yang yang dipakai oleh suatu
bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dan sebagainya); (3) percakapan (perkataan) yang baik,
sopan santun, dan tingkah laku yang baik (Hidayat, 2006: 22).
Sistem reduplikasi adalah satuan terkecil dari sistem bahasa yang memiliki struktur,
bentuk, fungsi, dan makna dalam kajian kebahasaan. Reduplikasi yang terdapat dalam bahasa
Indonesia sebagai perulangan terdapat pula pada bahasa daerah di Indonesia yang memiliki
lingkup kajian yang sama.
Verhaar, (2001: 152) mengemukakan bahwa proses pengulangan (reduplikasi) atau
pengembaraan adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk
dasar tersebut. Reduplikasi merupakan pembentukan kata melalui proses morfologis dari bentuk
dasar maupun kata dasar, kemudian mengalami proses perulangan baik sebagian (suku kata)
maupun keseluruhan dengan variasi fonem maupun bukan variasi fonem, reduplikasi terjadi
dengan penambahan, penyisipan, pemotongan, maupun bukan pemotongan Ramlan dalam
(Poedjosoedarmo, 1979: 8).
Pada dasarnya reduplikasi adalah hasil dari proses morfologis yang mempunyai beberapa
macam bentuk atau jenis-jenis perulangan adalah hasil proses morfologis tersebut dapat terjadi
dari perulangan bentuk dasar kompleks. Proses perulangan dapat pula terjadi karena perulangan
seluruh bentuk dasar.
Samsuri (1982: 191) mengemukakan bahwa reduplikasi adalah proses morfologis yang
banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa di dunia. Bahasa daerah Tolaki adalah salah satu
bahasa yang dimaksud oleh Samsuri terutama mengenai perulangan (reduplikasi). Perulangan
bahasa Tolaki tergolong unik dalam hal perulangan (reduplikasi) dapat ditinjau pada contoh
berikut:

1. Bentuk reduplikasi bahasa Tolaki


I Tina ronga Anawai morabu-rabu o kura.
morabu-rabu ‘cabut-cabut’

Morabu ‘mencabut’ (bentuk dasar) rabu ‘cabut’

Mo(N) rabu ‘cabut’

Prefiks kata dasar pengulangan

1) Satuan morabu ‘mencabut dibentuk dari prefiks mo(N)- bertemu dengan kata dasar rabu
‘cabut’ menjadi bentuk morabu kemudian membentuk reduplikasi morabu-rabu
‘mencabut-cabut’. Contoh tersebut merupakan jenis reduplikasi sebagian.
2) Pemaknaan morabu-rabu adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cara yang santai

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


3) Melihat contoh tidak ada masalah dengan hal itu. Namun, ketika masuk pada tataran
kalimat satuan morabu-rabu ‘mencabut-cabut tidak dapat dicontohkan dengan kalimat
reduplikasi utuh rabu-rabu ‘cabut-cabut akan menyebabkan kontruksi kalimat tak
berterimah, harus ada unsur afiks pembentuk bahasa tolaki salah satunya adalah mo(N)...
untuk menyatakan bahwa satuan rabu-rabu ‘cabut-cabut sementara dikerjakan.
Contoh tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai reduplikasi bahasa
Tolaki setelah melakukan prapeneletian mengenai “Reduplikasi Bahasa Tolaki”, peneliti tertarik
melakukan penelitian setelah menganalisis beberapa hal yakni; (1) proses pengulangan
mempunyai fungsi komplementer, (2) pemaknaannya berbeda tergantung afiks yang
membentuknya, dan (3) reduplikasi utuh kategori verba dan numeralia tidak dapat dicontohkan
dalam bentuk kalimat tanpa proses afiksasi yang membentuknya.
Penelitian bahasa daerah terkhusus bahasa Tolaki mengenai “Reduplikasi bahasa Tolaki”
mendeskripsi lanjutkan mengenai suku Tolaki. Suku Tolaki ialah suku asli yang mendiami
wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Bahasa Tolaki adalah bahasa yang masih berfungsi sebagai
alat untuk berkomunikasi diantara para penuturnya. Sekitar 92.6 % penduduk yang mendiami
Kotamadya Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, dan Konawe Utara menggunakan
bahasa Tolaki sebagai sarana Komunikasi lisan dengan tujuan menyatakan rasa intim, rasa
hormat, membicarakan hal yang bersifat lokal, maupun yang berhubungan peraturan adat
setempat Wawan Marhanjono dalam (Yamaguchi, 2012: 64).
Bahasa Tolaki masih digunakan walau mengalami penurunan angka penuturnya. Tidak
ada pihak lain yang mampu memberikan kontribusi besar untuk mempertahankan sebuah bahasa
selain penutur bahasa yang bersangkutan. Bahasa Tolaki sudah sering dilakukan penelitian baik
orang asing maupun oleh orang Indonesia.
Penelitian itu adalah sebagai berikut:
1) “Mededelingen over e taal van Mekongga.” oleh H.van der Klift (1918)
2) “Imbuhan Bahasa Tolaki.” oleh Tarimana (1973)
3) “Klitika Bahasa Tolaki.” oleh Hilaluddin Hanafi 2006 (Yamaguchi, 2012:64)
Selain buku yang ditulis oleh Yamaguchi mengenai “Aspek-aspek Bahasa Daerah di Bagian
Selatan”, penelitian Zalili Sailan, dkk, menulis sejumlah penelitian yang telah dilakukan pada
bahasa Tolaki dalam buku “Tata Bahasa Tolaki”, sebagai berikut:
1) “Spraakkunst der Tolaki-taal.” oleh Goowles (tanpa tahun)
2) “Struktur Bahasa Tolaki.”oleh Pattiasina et al.. 1977/1978
3) “Morfologi dan Sintaksis Bahasa Tolaki.” oleh Pattiasina at al 1979/1980
4) “Morfologi Kata Kerja Bahasa Tolaki.”oleh Pattiasina et al. 1983
5) “Kata Tugas dalam Bahasa Tolaki.” oleh Abdul Mhutalib et al. 1985
6) “Kamus Tolaki-Indonesia.” oleh Usmar et al. 1984
7) ” Struktur Sastra Lisan Tolaki.” oleh Sande et al. 1986 (Sailan, dkk, 1995:1)
8) “ Tata Bahasa Tolaki.” oleh Zalili Sailan dkk et al. 1995
Walaupun penelitian bahasa Tolaki telah beberapa kali dilakukan, hasil penelitian itu
lebih banyak berkisar pada pencarian unsur dan kaidah secara deskriptif. Penyusunan atruan-
aturan gramatikalnya dalam suatu acuan pemerian norma bahasanya belum dilaksanakan.
Pembahasan kategori kata dalam tataran sintaksis dalam bahasa Tolaki baru berkisar pada
analisis verba dan kata tugas, sedangkan kelas kata lainnya seperti adjektiva, adverbia, ataupun
numeralia belum dibahas secara menyeluruh. Demikian pula analisis morfologis baru berkisar
pada jumlah afiks dan proses pengimbuhannya, sedangkan pembahasan menyeluruh tentang
hubungan teratur antar afiks belum dilakukan. Bidang fonologi pun baru pembahasan mengenai

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


jumlah fonem berdasarkan pasangan minimal, tetapi analisis fonem berdasarkan (1) artikulator
dan titik artikulasinya, (2) hambatan udara, (3) getaran pita suara, dan (4) berdasarkan rongga
udara ujaran belum dilakukan (Sailan, 1995: 2).
Kehadiran buku “Tata Bahasa Tolaki”, oleh Zalili Sailan dkk, pembahasannya mencakup
yang telah dipaparkan setelah penelitian-penelitian bahasa Tolaki sebelumnya. Buku “Tata
Bahasa Tolaki” hadir sebagai penelitian lanjutan mengenai bahasa Tolaki dari berbagai segi
disiplin ilmu linguistik bahasa Tolaki. Buku tersebut belum membahas secara rinci mengenai
bentuk, fungsi, dan makna ‘reduplikasi’ dalam bahasa Tolaki. Oleh karena itu, peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai bahasa Tolaki yang mengerucut pada “Reduplikasi Bahasa
Tolaki” selain tujuan untuk melestarikan juga sebagai acuan penelitian selanjutnya mengenai
bahasa Tolaki dalam bidang linguistik. Fokus penelitian ini mengenai reduplikasi bahasa Tolaki,
subfokus penelitian ini mengenai bentuk, fungsi, dan makna dari kategori kelas kata;
nomina,verba, numeralia, adjektiva, dan pronominal.
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah dalam peneltian ini adalah bagaimankah
reduplikasi bahasa Tolaki. Masalah tersebut dirinci sebagai berikut.
1. Bagaimakah bentuk reduplikasi bahasa Tolaki?
2. Bagaimanakah makna reduplikasi bahasa Tolaki?
3. Bagaimanakah fungsi reduplikasi bahasa Tolaki?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan sistem
reduplikasi dalam bahasa Tolaki. Tujuan tersebut dirinci sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk reduplikasi bahasa tolaki.
2. Mendeskripsikan fungsi reduplikasi bahasa Tolaki.
3. Mendeskripsikan makna reduplikasi bahasa Tolaki.

Kajian Pustaka
Pengertian Sistem Bahasa
Sistem Bahasa terdiri dari atas komponen yang teratur, tersusun, sesuai pola tertentu, dan
membentuk suatu kesatuan. Sebagai sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis berarti bahasa tersusun menurut pola, tidak tersusun secara acak, atau sembarangan.
Sedangkan sistemis berarti bahasa bukan sistem tunggal, melainkan terdiri dari subsistem atau
sistem bawahan (Muhammad 2011: 43-44).
Badudu (2005: 321) memaparkan bahwa sistem merupakan susunan kesatuan-kesatuan
yang masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara
keseluruhan. Lebih lanjut Badudu menjelaskan bahwa sistem melingkupi susunan yang teratur
secara teori asas suatu mekanisme pengelolaan yang tertata.
Sistem bahasa merupakan tata atau aturan-aturan yang tersusun di dalam kajian bahasa
yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dan berjalan sesuai mekanisme masing-masing
berdasarkan fungsinya. Sistem bahasa terbangun dari unsur-unsur atau komponen sesuai pola-
pola yang berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Jika satu komponen yang
membangun tidak sesuai berdasarkan fungsinya, maka sistem itu tidak akan berfungsi secara
operasional. Keutuhan operasional berdasarkan fungsinya dan unsur-unsur atau pola maka sistem
itu akan berjalan sesuai mekanisme.
Finochiaro dalam (Alwasilah, 1992: 2) mengemukakan bahwa bahasa adalah satu sistem
simbol vokal yang arbitrer, memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau
orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi atau
berinteraksi. Pei dan Geynor dalam (Alwasilah, 1992: 2) mengemukakan lebih lengkap bahwa,

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


bahasa adalah satu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat ujaran dan pendengaran, antara
orang-orang dari kelompok masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal
yang mempunyai arti arbitrer dan konvensional.
Soeparno (2002: 1) menjelaskan tidak jauh berbeda dengan pendapat-pendapat ahli
sebelumnya bahwa bahasa sebagai sistem tanda arbitrer yang konvensional. Berkaitan dengan
ciri sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis karena mengikuti
ketentuan-ketentuan kaidah yang teratur. Bahasa bersifat sistemis karen bahasa itu sendiri terdiri
dari subsistem-subsistem yakni; subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikal.
Martinet (1987: 20) mengemukakan bahwa bahasa berarti kemampuan yang dimiliki
manusia untuk saling mengerti dengan menggunakan tanda-tanda bunyi. Hal ini menunjukkan
bahwa, sistem bahasa hanya digunakan manusia dalam bentuk ujaran menghasilkan bunyi yang
terurut dalam melakukan komunikasi. Uhlenbeck (1987:9) mengemukakan bahwa bunyi bahasa
diutarakan oleh pembicaranya dengan maksud mengadakan komunikasi dan pendengarnya
menerima bunyi bahasa itu sebagai unsur di dalam proses pemahaman bahasa.
Kushartanti (2005: 1-2) mengelompokkan bahasa oleh sepuluh sistem membangun;
1) bahasa yang memiliki sistem
2) Bahasa adalah sistem tanda
3) Bahasa adalah sistem bunyi
4) Bahasa berfungsi komunikatif berdasarkan kesepakatan
5) Bahasa bersifat produktif (berkembang)
6) Bahasa bersifat unik (khas)
7) Bahasa bersifat universal (mewakili keseluruhan bahasa pada umumnya)
8) Bahasa mempunyai variasi-variasi (beragam)
9) Bahasa sebagai alat identifikasi diri dan ciri budaya
10) Bahasa digunakan oleh manusia
Pengelompokkan ini dapat diuraikan bahwa bahasa sistem yang terurut beraturan
berdasarkan pola-pola yang tidak dapat dihilangkan antara pola yang satu dan pola yang lainnya.
Bahasa merupakan sistem tanda yang mewakili benda atau penamaan seluruh elemen kehidupan
manusia dan alam. Diujarkan melalui alat ucap manusia dan menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.
Bahasa digunakan pada saat komunikasi verbal. Setiap kurun waktu tertentu bahasa selalu
berubah dan semakin berkembang. Bahasa adalah sesuatu yang unik yang memiliki sistem yang
khas yang membedakan antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain. Bersifat universal yang
mewakili bahasa yang satu dengan bahasa yang lain dalam bentuk persamaan-persamaan sistem,
struktur, kategori, dan sebagainya.

Sistem Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan. Chaer (2008: 181),
reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
sebagian, maupun perubahan dengan perubahan bunyi. Selanjutnya, Badudu (2005: 297)
menyatakan bahwa reduplikasi adalah ilmu bahasa yang membahas mengenai pengulangan kata.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995: 826), reduplikasi adalah proses atau
hasil perulangan kata atau unsur kata.
Muslich (2008: 48) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata
dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem
maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Menurut Samsuri dalam (Ihsan
dan Dahlan, 2002:4) reduplikasi adalah proses morfologis yang banyak sekali terdapat pada

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


bahasa-bahasa di dunia. Samsuri membagi reduplikasi atas beberapa macam, yaitu (1)
reduplikasi penuh, (2) reduplikasi dengan modifikasi, dan (3) reduplikasi sebagian dengan
mengambil berbagai bentuk.
Chaer (2008: 286) menjelaskan bahwa reduplikasi atau pengulangan dapat dibedakan
menjadi empat macam kata ulang, yakni; (1) kata ulang utuh atau murni, (2) kata ulang berubah
bunyi, (3) kata ulang sebgain, dan (4) kata ulang berimbuhan.
1) Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan kata dasar
yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: cepat)
tiga-tiga (bentuk dasar: tiga)
lako lako-lako ‘jalan-jalan’ (BT)
aso aso-aso ‘satu-satu’ (BT)
2) Kata ulang berubah bunyi, adalah kata ulang yang bagian perulangannya terdapat satu
fonem atau lebih.
Contoh: bolak-balik
sayur-mayur
ramah-tamah
3) Kata ulang sebagian yang perulangannya hanya terjadi pada suku kata awalnya saja dan
disertai dengan penggantian vokal suku pertama dengan bunyi ‘e’ pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar luhur)
lelaki (bentuk dasar laki)
tetangga (bentuk dasar tangga)
4) Kata ulang berimbuhan yaitu kata ulang disertai dengan pemberian imbuhan. Menurut
proses pembentukannya ada tiga kata ulang berimbuhan, yaitu:
a. Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian diulang. Umpamanya pada kata
dasar atur, mula-mula diberi akhiran –an sehingga menjadi aturan. Kemudian kata aturan
itu diulang sehingga menjadi aturan-aturan.
Contah lain: bangunan-bangunan
peraturan-peraturan
Pemimpin-pemimpin
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan. Umpamanya kata
lari mula-mula diulang menjadi lari-lari. Diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-
lari.
Contoh lain. melihat-lihat
melompat-lompat
mencari-cari
c. Sebuah kata dasar dulang dan sekaligus diberi imbuhan. Umpamanya pada kata dasar
hari sekaligus diualang dan diberi imbuhan ber- sehingga menjadi bentuk berhari-hari.
Contoh lain: berton-ton
bermil-mil
bermeter-meter

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum reduplikasi
dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian seperti dikemukakan Chaer bahwa reduplikasi
dibagi atas empat bagian yaitu: (a) kata ulang murni, (b) kata ulang berubah bunyi, (c) kata ulang
sebagian, dan (d) kata ulang berimbuhan.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Bentuk Reduplikasi
Usmar, dkk (2002: 118), bentuk pengulangan juga dilihat dari segi bentuknya dan dapat
digolongkan atas kata ulang yang sederhana dan kata ulang kompleks. Kata tunu-tunu “bakar-
bakar” termasuk bentuk pengulanagn sederhana, sedangkan untuk tunu-tunu “membakar-bakar”
termasuk bentuk pengulangan kompleks.
Menurut Ramlan (2001: 65), menyatakan bahwa setiap kata memilki satuan yang di
ulang sehingga sebagian kata ulang dengan muda ditentukan bentuk dasarnya. Lebih lanjuat
dikatankan bahwa tidak semua kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya, sehingga
dapat dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar kata ulang yaitu sebagai
berikut:
1. Pengulangan pada umunya tidak mengulang golongan kata
Contoh:
Berkata-kata (kata kerja) bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
Gunung-gunung (kata nomina) bentuk dasarnya gunung (kata nomina)
Cepat-cepat (kata sifat) bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
Sepuluh-peluh (kata bilangan) bentuk dasarnya sepuluh (kata bilngan)

2. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam pengulanagn bahasa
Contoh:
Mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan, bukan mengata.
Menyadar-nyadarkan : bentuk dasarnya menyadarkan, bukan menyadar
Chaer (1993: 142-143) membagi kata ulang atau redeuplikasi berdasarkan bentuknya
sebagai berikut:
1. Reduplikasi penuh adalah pengulangan bentuk dasarnya secara kesecara keseluruhan
reduplikasi ini dapat diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu reduplikasi tanpa perubahan
bunyi dan reduplikasi dengan perubahan bunyi. Reduplikasi dengan perubahan bunyi
sebut reduplikasi dwimurni, misalnya sekolah-sekolah, batu-batu, sedangkan dengan
yang di sertakan dengan perubahan bunyi di sebut reduplikasi dwiraka seperti warna-
warna, sayur-sayur.
2. Reduplikasi sederhana adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Reduplikasi
dibedakan atas tiga jenis yaitu, ulangan paru awal, ulangan tengah, dan ulangan paru
akhir. Reduplikasi paru awal adalah pengulangan bentuk dasarnya, misalnya: makanan
menjadi makan-makanan, minuman menjadi minum-minuman. Reduplikasi peru tengah
adalah pengulangan bagian tengah bentuk dasarnya, misalnya, dimudakan menjadi
dimudah-mudakan, berjauhan menjadi berjauh-jauh reduplikasi paru akhir adalah
pengulangan bagian belakang bentuk dasarnya, misalnya pertama mernjadi pertama-
tama, berkata menjadi berkata-kata, terbata menjadi terbata-bata.

Fungsi Reduplikasi
Akbar dalam (Ihsan dkk, 2002: 6) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fungsi
reduplikasi adalah pembentukan jenis kata baru dari kata lain. Dengan kata lain, reduplikasi juga
berperan dalam proses pembentukan jenis kata, baik yang mengubah satuan bentuk kata maupun
nosi satuan kata.
Simatupang dalam (Thomas dkk, 1991: 5) mengatakan bahwa munculnya perulangan
karena adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih konkret,
kecenderungan untuk mengatakan pikiran secara lebih hemat, tidak terdapatnya kata-kata untuk

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


menyatakan pengertian kolektif dan umum, atau dengan tujuan menimbulkan efek-efek estetis
melalui permainan bunyi. Pendapat Simatupang, jika dirumuskan lebih dekat pada posisi fungsi
reduplikasi itu sendiri. Sebab, kata ‘tujuan’ merujuk pada ‘fungsi’.
Perumusan mengenai fungsi reduplikasi berikut ini menekankan pada fungsi pemaknaan.
Reduplikasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi gramatikal dan fungsi semantik. Fungsi
gramatikal adalah fungsi yang berkaitan dengan satuan bahasa sedangkan fungsi sematik adalah
fungsi yang berkaitan dengan satu makna bahasa (Ramlan, 2001:97) kedua fungsi tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena perubahan satuan bahasa akan mengubah pola identitas
semantiknya.
Fungsi pengulangan kata (reduplikasi) sebagi berikut:
1. Pembentukan kata keterangan
Contoh:
Tiba (V) tiba-tiba (Adj)
2. Pembentukan kata ganti tertentu
3. Pembentukan kata bilangan tak tentu
Contoh:
Beberapa (Pron) beberapa (Num)

Makna Reduplikasi
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Dari sudut pandang
yang lain, dalam hal ini dilihat dalam sudut pandang semantik, dapat dibedakan reduplikasi
morfemis yang bersifat non idimatis yang bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non
idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
Reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal
komponern-komponennya. Dalam bahsa Indonesia jumlahnya memang memang terlalu banyak
beberapa contoh di antaranya ialah hati-hati, kuda-kuda, mata-mata dan otak-otak.
Simatupang dalam (Ihsan, dkk, 2002: 6) mengatakan bahwa makna perulangan kata
adalah makna yang terkandung dalam bentuk akhir proses pengulangan atau reduplikasi kata
yang bersangkutan. Dengan kata lain, makna sebuah reduplikasi pada bentuk dasar yang diulang
(Yasin, 1987).
Keraf dalam (Ihsan, dkk, 2002: 6) lebih rinci lagi mengemukakan makna reduplikasi
sebagai berikut:
1. mengandung arti banyak tidak tentu.
Contoh: adik-adik (banyak adik)
2. mengandung arti menyerupai atau tiruan sesuatu
Contoh: jari-jari (menyerupai jari, misalnya jari-jari sepeda)
3. mengandung arti banyak atau macam-macam
Contoh: berwarna-warni (bermacam-macam warna)
4. mengandung makna melemahkan arti
Contoh: kemanja-manjaan (agak manja)
5. mengandung arti saling atau pekerjaan yang beralasan
Contoh: berpukul-pukulan (saling pukul)
6. mengandung makna kolektif pada numeralia
Contoh: dua-dua (kumpulan jumlah)
7. mengandung makna intensitas dan frekuentatif
8. Contoh: bersiul-siul (bersiul berulang kali)

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Bahasa Tolaki
Secara kependudukan bahasa Tolaki adalah bahasa yang digunakan pada daratan
Sulawesi Tenggara. Bahasa Tolaki membagi dua kelompok dialek bahasa yaitu; bahasa Tolaki
dialek Mekongga dan bahasa Tolaki dialek Konawe. bahasa Tolaki dialek Mekongga digunakan
di daerah yang mendiami Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka Timur. Bahasa Tolaki
dialek Konawe adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang mendiami Kotamadya
Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, dan Konawe Utara.
Bahasa Tolaki mengenal stratifikasi dalam berbahasa, yaitu:
1) Tulura Anakia (bahasa golongan bangsawan)
Tulura anakia penuh dengan aturan sopan santun. Ragam tuturan anakia juga dikenal
dengan sifatnya: mombe’owose (membesarkan), mombokulaloi (melebihkan,
meninggikan), metabea (memohon), dan mombono’ako (menghargai).
2) Tulura Lolo (bahasa golongan menengah).
Tulura lolo digunakan sehari-hari secara umum di dalam masyarakat suku Tolaki.
3) Tulura ata (bahasa golongan budak). Yamaguchi, (2012: 66)
Pada masa lalu, penggunaan bahasa Tolaki sangat taat aturan. Perbedaan beberapa
ragamnya dapat dirasakan dengan jelas oleh penuturnya. Hal ini terkait dengan masih kentalnya
stratifikasi masyarakat dalam konteks sosial, ekonomi, dan nilai-nilai kebangsawanan.
Penyekatan kehidupan antargolongan pun berandil dalam ragam tuturan yang digunakan.
Tidak mungkin seorang ata (budak) berbicara sembarangan terhadap golongan anakia
(bangsawan).
Saat ini masyarakat penutur bahasa Tolaki di Sulawesi Tenggara menempatkan bahasa
Tolaki pada posisi kedua. Penutur asli bahasa Tolaki membekali anaknya dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama. Hal ini bahasa Indonesia dianggap lebih moderen dan
berkelas mengadakan komunikasi daripada bahasa Tolaki.
Fenomena tersebut sejumlah komunitas membuka sekretariat yang mengutamakan
mengedepankan bahasa Tolaki daripada bahasa yang lainnya. Hal ini merupakan upaya
pelestarian bahasa Tolaki untuk tetap eksis dan tidak mengalami kepunahan. Walaupun sejumlah
penelitian bahasa Tolaki sangat sering dilakukan kalau penutur bahasa Tolaki tersebut
kehilangan penutur asli dan tidak ada generasi lanjutan sebagai bahasa Tolaki akhirnya akan
punah.
Penelitian ini, mengenai “Reduplikasi Bahasa Tolaki” disamping sebagai penelitian
keilmuan bidang linguistik bahasa kedaerahan juga sebagai upaya mempertahankan bahasa
Tolaki dari kepunahan. Selain penelitian, peneliti juga mengajak secara langsung untuk
membiasakan masyarakat Tolaki secara umum untuk memposisikan bahasa Tolaki sebagai
bahasa yang pertama dalam komunitas masyarakat Tolaki dan menuturkan bahasa Tolaki sebagai
bahasa daerah yang harus dipertahankan.

Metode dan Jenis Penelitian


Penelitian ini mengguakan metode deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu metode yang
menggambarkan data secara alamiah, serta menghasilkan kaidah-kaidah kebahasaan secara
linguisitik. Dikatakan kualitatif karena data-data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka,
namun berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Metode ini bertujuan membuat deskripsi yang
sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti berdasarkan fenomena dan fakta yang ada.
Jenis Penelitian

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan, karena melibatkan masyarakat bahasa
sebagai informan atau sumber data dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti langsung
kelapangan untuk mendapatkan data penelitian sesuai maslah penelitian.

Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah data bahasa lisan. Data lisan yang dimaksud adalah data
yang berasal dari tuturan lisan bahasa Tolaki dalam bentuk kata yang memuat reduplikasi yang
diungkapkan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat penuturnya. Hal ini, data berasal
dari ucapan/tuturan langsung dari informan sebagai masyarakat pengguna bahasa tolaki yang
berdomisili di Desa Lalobao, Kecamatan Andoolo.

Sumber Data
Penelitian harus menentukan informan yang terandalkan, dapat dipercaya baik dari segi
pengetahuan maupun kejujuran umum dan secara khusus dalam memberikan data yang akurat.
Penelitian harus menghindari informan yang bersifat menggurui.
Pemilihan informan dengan kriterian lain sangat diperlukan. Dalam penelitian bahasa
varietas lafal di suatu daerah, tentu yang akan dipilih adalah informan dengan lafal (cara
pengucapan) yang standar, tidak memiliki kelainan dalam melafalkan fonem-fonem bahasa yang
diteliti (Djajasudarma, 1993: 20).

Teknik dan Prosedur Pengumpulaan Data


Metode pengumpulam data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak,
cakap, dan catat. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa terutama yang berkaitan dengan reduplikasi bahasa Tolaki oleh informan yang dipilih.
Metode cakap adalah metode yang dilakukan dengan cara bercakap-cakap antara peneliti dengan
informan. Pelaksanaan metode simak digunakan teknik simak libat cakap, simak bebas cakap,
rekam, dan catat.
Metode cakap dilakukan dengan teknik pancing bercakap sebagai teknik dasarnya
dilanjutkan dengan teknik cakap bertatap muka. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Teknik teknik catat yaitu teknik yang dilakukan dengan mencatat beberapa hal yang
penting apa saja yang dikemukakan oleh informan kepada peneliti terutama saat kata-kata
sulit tertentu dari informan tidak dapat dipahami oleh peneliti.
2. Teknik elisitasi yaitu teknik yang digunakan dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkenaan mengenai bentuk, fungsi, dan makna “Reduplikasi Bahasa
Tolaki” kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Bentuk pertanyaan tidak
terstruktur atau sebelumnya dan pertanyaan-pertenyaan tersebut berkembang saat
bercakap, Tanya jawab, atau wawancara bebas antara peneliti dengan informan sehingga
data yang diperoleh banyak dan memadai.
3. Teknik rekam yaitu pengumpulan data dengan merekam hasil tuturan antara peneliti
dengan informan.
4. Teknik introspeksi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengevaluasi kembali data
yang diperoleh saat tahap analisis data dilakukan untuk melihat bentuk-bentuk
perubahan data. Hal ini biasa dilakukan karena peneliti juga merupakan penutur asli
bahasa Tolaki.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Prosedur Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu; (1)
teknik top down, teknik ini berbentuk analisis menurun yang digunakan untuk menganalisis
bentuk dasar sistem reduplikasi bahasa Tolaki, (2) teknik pilah unsur langsung yaitu teknik
analisis dengan memilah data berdasarkan satuan lingual menjadi beberapa bagian atau unsur-
unsur, dan (3) teknik semantik yaitu teknik untuk menganalisis makna sistem reduplikasi bahasa
Tolaki.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bentuk-bentuk Reduplikasi dalam Bahasa Tolaki
Bentuk reduplikasi merupakan salah satu proses morfologis yang mempunyai hubungan
antara bentuk dasar dan bentuk asal. Bentuk reduplikasi dalam bahasa Tolaki dibagi atas
reduplikasi utuh, reduplikasi sebagian, reduplikasi berafiks. Bentuk tersebut dikelompokkan
menurut kelas kata yang ditentukan menurut tata bahasa tradisional yaitu nomina, verba,
adjektiva, dan numeralia.
Menentukan macam-macam bentuk ulang dalam bahasa Tolaki mengacu pada pemikiran
Chaer yang mengemukakan bahwa reduplikasi terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
a) Reduplikasi utuh, pengulangan seluruh bentuk tanpa perulangan fonem
b) Reduplikasi Parsial, pengulangan sebagian bentuk dasar, baik yang berupa kata asal
maupun kata turunan biasanya perulangan ini adalah kata dasar yang terdiri dari tiga suku
kata.
c) Reduplikasi berimbuhan, pengulangan dengan proses pembubuhan dengan afiks.

Reduplikasi Utuh Kategori Nomina


Bentuk reduplikasi utuh kategori nomina dapat dilihat dalam data sebagai berikut:
1) babu + babu babu-babu ‘baju-baju’ (inf)
Mokuda pekikiano keu tindangge babu-babu anadalo asohorino babu ndonomotu’o.
‘Kelihatannya rapi kalau kamu pisahkan baju-baju anak kecil di sebelah baju orang tua’.
Bentuk reduplikasi utuh kategori nomina dianalisis sebagai berikut
Analisis Data
babu-babu ‘baju-baju’

babu ‘baju’ babu ‘baju’

kata dasar kata ulang


kata babu ‘baju’ adalah kata dasar ditambahkan bentuk dasar babu ‘baju’ membentuk reduplikasi
utuh kategori nomina babu-babu ‘baju-baju.

Reduplikasi Utuh Kategori Verba


Bentuk reduplikasi utuh kategori verba dapat dilihat dalam data sebagai berikut.
rabu + rabu : rabu-rabu ‘cabut-cabut’ (inf)
rabu-rabu‘cabut-cabut’

rabu ‘cabut’ rabu ‘cabut’

kata dasar kata ulang

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


satuan rabu ‘cabut’ ditambah bentuk dasar rabu ‘rabu’ menjadi rabu-rabu ‘cabut-cabut’
membentuk reduplikasi utuh kategori verba menjadi rabu-rabu ‘rabu-rabu. Reduplikasi utuh
kategori verba dalam bahasa tolaki tidak dapat dicontohkan dalam bentuk kalimat, sebab
reduplikasi utuh bahasa Tolaki tidak berterima kontruksi kalimat tanpa proses afiksasi.

Reduplikasi utuh kategori Numeralia


Kategori Numeralia dapat dilihat dalam data berikut.
aso-aso‘satu-satu’

aso ‘satu’ aso ‘satu’

kata dasar kata ulang


satuan aso ‘satu’ ditambah bentuk dasar aso‘satu’ menjadi aso-aso ‘satu-satu’
membentuk reduplikasi utuh kategori numeralia menjadi aso-aso ‘satu-satu’. Reduplikasi utuh
kategori numeralia dalam bahasa Tolaki sama dengan kategori verba dapat tadak dicontohkan
dalam bentuk kalimat, sebab reduplikasi utuh bahasa Tolaki tidak berterima kontruksi kalimat
tanpa proses afiksasi.
Contoh:
aso + aso aso-aso ‘satu-satu’ (str)
poinu pakuli aso-aso wuku keno leu tonga oleo ‘minumlah obat satu-satu butir setiap
tengah hari tiba’
Maknanya dalam bahasa Indonesia tidak ada masalah dengan kontruksi kalimat tersebut.
Tetapi dalam bahasa Tolaki, bentuk aso-aso ‘satu-satu’ pada kalimat di atas tidak berterimah
tanpa afiks pembentuk seperti pada contoh berikut.
poinu pakuli teaso-aso wuku keno leu tonga oleo ‘minumlah obat satu-satu butir setiap
tengah hari tiba’ fungsi afiks te dalam bentuk teaso-aso ‘satu-satu’ sebagai penegas bentuk
teaso-aso adalah bilangan satu persatu.

Reduplikasi Utuh Kategori Adjektiva


Reduplikasi utuh kategori adjektiva dapat dilihat pada data berikut
kura + kura kura-kura ‘kurang-kurang’ (inf.)
1) Buku laa pinoliakoro i daoa, pabalu ooki mbu’u-pu’u noehe kura-kura topetawari.
Buku yang sedang mereka jual di pasar, penjual sangat tidak mau kurang-kurang kalau
kita menawar’.
Bentuk reduplikasi utuh kategori adjektiva dianalasis sebagai berikut
kura-kura ‘kurang-kurang’

kura ‘kurang’ kura ‘kurang’

kata dasar perulangan


Kata kura ‘kurang’ adalah kata dasar ditambahkan bentuk dasar kura ‘kurang’
membentuk reduplikasi utuh kategori adjektiva kura-kura ‘kurang-kurang’.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Reduplikasi Utuh Kategori Pronomina
Reduplikasi kategori pronomina dapat dilihat pada data berikut:
mbee + mbee mbee-mbee ‘mana-mana’ (inf.)
tarima’i kaa mbee-mbee nopoweeko o wuta amamu!
Terimah saja mana-mana pemberian tanah bapakmu!
mbee-mbee ‘mana-mana’

mbee ‘mana’ mbee ‘mana’

kata dasar perulangan


hende iso-iso tambuoki motoro pinake mbesikola mbuendo ‘seperti dulu-dulu tidak ada
motor dipakakai sekolah kakek kita’.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata ulang utuh kategori pronomina
dalam bahasa Tolaki dibentuk dengan mengulang keseluruhan dari bentuk pronomina.

Reduplikasi Parsial
Reduplikasi parsial adalah reduplikasi yang terjadi pada tiga suku kata. Reduplikasi ini
berbentuk perulangan yang menyebut dua suku kata sebagai paru awal, biasanya tidak dapat
berdiri sendiri dan tidak memiliki makna tanpa kehadiran tiga suku kata berikutnya sebagai paru
akhir. Reduplikasi ini berfungsi untuk memperhemat kata yang dipakai dengan mengulang dua
suku kata paru awal dan maknanya tergantung pada paru berikutnya yang terdiri dari tiga suku
kata. Hal ini, bahasa Tolaki tidak bisa mengulang secara utuh apabila kata itu terdiri dari tiga
suku kata. Reduplikasi parsial biasanya menyatakan makna kecil pada kelas kata nomina,
menyatakan makna sekedar pada kelas kata verba, menyatakan makna yang pada kelas kata
numeralia, dan menyatakan makna agak pada kelas kata adjektiva, berikut datanya.

Reduplikasi Parsial Kategori Nomina


Data Strukutural
1) inimo ‘kebun’ (kata dasar) ini-inimo ‘kebun kecil’ (bentuk dasar)
I Bio ronga ini-inimo laa indio’ono walanopo menggau dahu ano osiako mokoindioe. Bio hanya
kebun kecil sedang dikerjakannya baru pagar saja sudah lama sekali dia kerjakan.

Analisis Data
ini-inimo ‘kebun kecil’

ini inimo ‘kebun’

perulangan parsial kata dasar


Analisis ini terdiri dari dua suku kata yakni; i dan ni berperan sebagai reduplikasi paru
awal bermakna agak pada fungsi reduplikasi parsial. Kata ini tidak bisa berdiri sendiri dan
memiliki fungsi reduplikasi serta makna tanpa kehadiran inimo sebagai paru akhir. Analisis
inimo terdiri dari tiga suku kat yakni; i, ni, dan mo berperan sebagai reduplikasi paru akhir dan
bermakna kebun.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Reduplikasi Parsial Kategori Verba
Data Strukutural
1) indio ‘kerja’ (kata dasar) ‘indi-indio ‘sekedar kerja’ (bentuk dasar)
Reduplikasi parsial kategori verba tidak dapat dicontohkan dalam bentuk kalimat tanpa
melekatkan afiks diawal bentuk dasar.
Contoh
1) indi-indio ‘sekedar kerja’ + me- meindi-indio ‘sekedar bekerja’
Teembe noonggo dadio doimu u laka meindi-indio, ooki u ehe meindio kora. ‘Bagaimana
caranya uangmu akan banyak kamu hanya sekedar bekerja, kamu tidak mau kerja keras’.

Analisis Data
indi-indio ‘sekedar kerja’

indi indio ‘kerja’

perulangan parsial kata dasar


Analisis indi terdiri dari dua suku kata yakni; in dan di berperan sebagai reduplikasi paru
awal bermakna sekedar pada fungsi reduplikasi parsial. Kata indi tidak bisa berdiri sendiri dan
memiliki fungsi reduplikasi serta makna tanpa kehadiran indio sebagai paru akhir secara
bersamaan. Analisis indio terdiri dari tiga suku kata yakni; in, di, dan o berperan sebagai
reduplikasi paru akhir dan bermakna kebun.

Reduplikasi Parsial kategori Numeral


Data Struktural
1) hoalu ‘delapan’ (kata dasar) hoa-hoalu ‘yang delapan’ (bentuk dasar)
Humbeeto manu wotu wuohu hoa-hoalu anano? ‘dimana ayam baru menetas yang delapan
anaknya’?

Analisis Data
hoa-hoalu ‘yang delapan’

hoa hoalu‘delapan’

perulangan parsial kata dasar


Analisis hoa terdiri dari dua suku kata yakni; ho dan a berperan sebagai reduplikasi paru
awal bermakna yang pada fungsi reduplikasi parsial kategori numeralia. Kata hoa tidak berdiri
sendiri dan memiliki fungsi reduplikasi serta makna tanpa kehadiran hoalu sebagai paru akhir
secara bersamaan. Analisis hoalu terdiri dari tiga suku kat yakni; ho, a, dan lu berperan sebagai
reduplikasi paru akhir dan bermakna delapan.

Reduplikasi Parsial Kategori Adjektiva


Data Strukutural
1) pindara ‘pintar’ (kata dasar) pinda-pindara ‘agak pintar’ (bentuk dasar)
Pinda-pindara anano i Nggau lalaa sikola i dawa amba lalaa sikola i Kandari. ‘agak pintar
anknya Nggau yang sekolah di Jawa daripada yang sekolah di Kendari’.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Analisis Data
pinda-pindara ‘agak pintar

pinda pindara ‘pintar’

perulangan parsial kata dasar


Analisis pinda terdiri dari dua suku kata yakni; pi dan nda berperan sebagai reduplikasi
paru awal bermakna agak pada fungsi reduplikasi parsial kategori adjektiva. Kata pinda tidak
berdiri sendiri dan memiliki fungsi reduplikasi serta makna tanpa kehadiran pindara sebagai paru
akhir secara bersamaan. Analisis pindara terdiri dari tiga suku kat yakni; pi nda dan ra berperan
sebagai reduplikasi paru akhir dan bermakna pintar.

Reduplikasi Berfiks
Reduplikasi berafiks merupakan hasil proses reduplikasi yang terbentuk melalui dengan
pengimbuhan. Reduplikasi pengimbuhan terbentuk dari prefiks, infiks, dan sufiks. Afiks
pembentuk kategori kata dalam bahasa Tolaki dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Prefiks Infiks Sufiks
mo(N)- -in- -i
po(N)- -um- -to
me- -ndo
pe- -koo
pa- -ako
te- -kee
to-
sa-
si-
ni-
ko-
mbo-
mbe-
toko-
pinoko-
momboko-
mombeka-
poko-
monggo.

Reduplikasi Prefiks Kategori Nomina


Data Struktural
Analisis Data prefiks pembentuk mo(N)-
Realisasi mo(N)- dilekatkan dengan kata dasar yang awal hurufnya /k/ menjadi /mengg/,
berikut analisisnya.
mo(N)- + kura mengg + kura menggkura menggura

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Setelah perubahan realisasi mo(N)- dan pelesapan huruf /k/ pada kata kura ‘rumput’
menjadi menggura ‘banyak rumput’, kemudian ditambahkan reduplikasi dalam bentuk kata dasar
tanpa perubahan dan pelesapan, berikut datanya.
mo(N)- + kura menggura ‘banyak rumput’ + kura ‘rumput’ menggura-kura ‘banyak
rumput-rumput’
menggura-kura ‘banyak rumput-rumput’

Menggura ‘banyak rumput’ (bentuk dasar) kura ‘rumput’

Mo(N) kura ‘rumput’

Prefiks kata dasar perulangan

Reduplikasi Berafiks kategori Verba


Analisis Data prefiks pembentuk mo(N)-
Realisasi mo(N)- dilekatkan dengan kata dasar yang awal hurufnya /t/ menjadi /mond/,
berikut analisisnya.
mo(N)- + tia mond + tia mondtia mondia ‘membagi’
setelah perubahan realisasi mo(N)- dan pelesapan huruf /t/ pada kata tia ‘bagi’ kemudian
menjadi mondia ‘membagi’ ditambahkan reduplikasi dalam bentuk kata tanpa perubahan dan
pelesapan, berikut datanya.
mo(N)- + tia mondia ‘membagi’ + tia ‘bagi’ mondia-tia ‘membagi bagi’
(data str)
mo(N)- + tia-tia
mondia-tia ‘membagi-bagi’

mondia ‘membagi’ (bentuk dasar) tia ‘bagi’

mo(N) tia ‘bagi’

Prefiks kata dasar perulangan

Reduplikasi Prefiks Kategori Numeralia


tetolu ‘buatlah tiga’ + tolu ‘tiga’ tetolu-tolu ‘buatlah tiga-tiga’ (inf.)
powai tetolu-tolu ndia ‘buatlah tiga-tiga bagian’
Berikut analisis reduplikasi kategori Numeral yang bukan nasal:
tetolu-tolu ‘buatlah tiga-tiga’

tetolu ‘buatlah tiga’ (bentuk dasar) tolu‘tiga’

te tolu ‘tiga’

Prefiks kata dasar perulangan

Reduplikasi sebagian kategori numeral biasanya kata dasar yang dilekatkan unsur afiks
kemudian mengalami perulangan.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Reduplikasi Prefiks Kategori Adjektiva
Analisis Data Prefiks Pembentuk po(N)-
po(N)- + tama pond + tama mondtama pondama ‘mengunya’ (data str)
setelah perubahan realisasi po(N)- dan pelesapan huruf /t/ pada kata tama ‘kunya’
menjadi pondama ‘kunyalah’ kemudian ditambahkan reduplikasi dalam bentuk kata tanpa
perubahan dan pelesapan, berikut datanya.
po(N)- + tama-tama
pondama-tama ‘silahkan kunya-kunya’

pondama ‘silahkan kunya’ (bentuk dasar) tama ‘kunya’

po(N) tama ‘kunya’

Prefiks kata dasar perulangan

Data yang Bukan Nasal

1) motaha ‘agak matang’ + taha ‘matang’ motaha-taha agak matang’


(inf)
Iepokaa motaha-taha nggiro’o o pundi. ‘Baru saja agak matang-matang pisang itu’
Reduplikasi Berafiks (Infiks –in- dan –um-)
Infiks –in- dan –um- adalah afiks yang memusat sebagai bagian dari verba. Apabila
dilekatkan dengan kategori kata (nomina, numeral, dan adjektiva) akan menjadi reduplikasi yang
berbentuk verba. Membuktikan benar atau tidak maka kita merujuk pada data berikut:
Infiks –in-
1. Kategori Nomina
hule-hule ‘bolak-balik’ + in hinule-hule ‘dibalik-balik’ (data str)
kusi-kusi ‘kancing-kancing’ + in kinusi-kusi ‘dikancing-kancing’ (data str)

Analisis Data
hinule-hule ‘dibalik-balik’

hinule ‘dibalik’(bentuk dasar) hule ‘balik’

hule ‘balik’

kata dasar infiks perulangan

Infiks –um-
1) Kategori Nomina
lagu-lagu‘nyanyi-nyanyi’+-um- lumagu-lagu ‘menyanyi-nyanyi’ (data str)
Lapa-lapa ‘alas-alas’ + -um- lumapa-lapa ‘mengalas-alas’ (data str)

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Analisis Data
Lumagu-lagu ‘menyanyi-nyanyi’

lumagu ‘menyanyi’ (bentuk dasar) lagu ‘yanyi’

lagu ‘nyanyi’

kata dasar infiks perulangan

Setiap data dari kategori nomina, numeralia dan adjektiva yang disajikan dengan
melekatkan infiks um akan menjadi bagian dari verba. Infiks um biasanya bermakna imbuhan me
apabila dilekatkan pada kata dasar.
Reduplikasi Berafiks (Sufiks)
Akhiran (sufiks) dalam bahasa Tolaki jika dilekatkan dengan kata dasar atau bentuk dasar
biasanya bermakna penegasan yang menyeru atau perintah, menegaskan orang kedua tunggal,
orang kedua jamak, orang ketiga tunggal. Selain untuk menegaskan beberapa hal sufiks juga
biasanya bagian dari verba walaupun dilekatkan dengan kata dasar atau bentuk dasar kategori
nomina, Numeralia, dan adjektiva.
-i
-to
-ndo
-koo
-ako
-kee
Berikut Analisis Reduplikasi Pembentuk Sufiks
Kategori Nomina (data str)
Timba-timba’i leesu keuonggo mooli pinisi, au to’orikee mobeano keu taa ehenggi marugi.
‘timbang-timbanglah dulu kalau kamu hendak membeli langsat, supaya kamu tahu beratnya
kalau kamu tidak ingin rugi’.
timba-timba’i ‘timbang-timbanglah’

timba ‘timbang’ timba ‘timbang’ i ‘lah’

kata dasar perulangan sufiks

Fungsi Reduplikasi dalam Bahasa Tolaki


Perulangan yang terjadi dalam perulangan kata seluruhnya dan perulangan kata sebagaian
jelas membentuk kata. Kata tersebut jelas membentuk kata yang bergantung pada jenis kata
tertentu. Dapat dikatakan bahwa perulangan ini membentuk kata benda tertentu dapat dibentuk
dengan melalui perulangan dari kata dasar yang kategori kata benda, kata sifat, atau kata kerja itu
sendiri. Selain itu perulangan atau reduplikasi berfungsi komplementer yang menegaskan bentuk
dasarnya jika berbentuk kalimat.
Fungsi Komplementer
I Mburi moea-ea lasuna momea
Mburi mengiris-iris bawang merah

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Bagian yang ditebalkan dalam kalimat di atas menduduki fungsi komplementer dalam
bahasa Tolaki. Selain itu proses afiksasi seperti; prefiks, infiks, dan sufiks menambah fungsi
dalam membentuk kata dasar atau bentuk dasar sebagai struktur yang mengubah pola semantik.
Fungsi Sintaksis Verba
Selain pola semantik reduplikasi juga berfungsi dalam tataran sintaksis. Dalam pola
sintaksis kategori verba, reduplikasi utuh kategori verba tidak dapat dicontohkan berbentuk
kalimat berikut datanya

Bentuk reduplikasi Utuh Kategori Verba Bahasa Tolaki


rabu + rabu rabu-rabu
bentuk rabu-rabu hanya dapat dicontohkan dalam bentuk kata. Hal ini berarti tidak
berterimah apabila dicontohkan dalam bentuk kalimat.
I Tina ronga Anawai rabu-rabu o kura.
Kontruksi berikut tidak berterimah dalam bahasa Tolaki. Kontruksi yang berterimah
sebagai berikut.
I Tina ronga Anawai morabu-rabu o kura.
1) Satuan morabu ‘mencabut dibentuk dari prefiks mo(N)- bertemu dengan kata dasar rabu
‘cabut’ menjadi bentuk morabu kemudian membentuk reduplikasi morabu-rabu
‘mencabut-cabut’. Contoh tersebut merupakan jenis reduplikasi sebagian.
2) Pemaknaan morabu-rabu mencabut-cabut’adalah pekerjaan yang dilakukan dengan
santai.
3) Melihat contoh tidak ada masalah dengan hal itu. Namun, ketika masuk pada tataran
kalimat satuan morabu-rabu ‘mencabut-cabut tidak dapat dicontohkan dengan kalimat
reduplikasi utuh rabu-rabu ‘cabut-cabut akan menyebabkan kontruksi kalimat tak
berterima, unsur afiks pembentuk bahasa tolaki salah satunya adalah mo(N)- untuk
menyatakan bahwa satuan rabu-rabu ‘cabut-cabut sementara dikerjakan.
Fungsi mo(N-) dan po(N)- dalam Merubah Bentuk Kata Tertentu
Realisasi mo(N)- dilekatkan dengan kata dasar yang awal hurufnya /d/ menjadi /mond/, berikut
analisisnya.
mo(N)- + tia mond + tia mondtia mondia ‘membagi’
setelah perubahan realisasi mo(N)- dan pelesapan huruf /t/ pada kata tia ‘bagi’ kemudian
ditambahkan reduplikasi dalam bentuk kata tanpa perubahan dan pelesapan, berikut datanya.
mo(N)- + tia mondia ‘membagi’ + tia ‘bagi’ mondia-tia ‘membagi bagi’
mo(N)- + tia-tia
Fungsi Parsial
Reduplikasi parsial adalah reduplikasi yang terjadi pada tiga suku kata. Reduplikasi ini
berbentuk perulangan yang menyebut dua suku kata sebagai paru awal, biasanya tidak dapat
berdiri sendiri dan tidak memiliki makna tanpa kehadiran tiga suku kata berikutnya sebagai paru
akhir. Reduplikasi ini berfungsi untuk memperhemat kata yang dipakai dengan mengulang dua
suku kata paru awal dan maknanya tergantung pada paru berikutnya yang terdiri dari tiga suku
kata. Hal ini, bahasa Tolaki tidak bisa mengulang secara utuh apabila kata itu terdiri dari tiga
suku kata. Reduplikasi parsial biasanya menyatakan makna kecil pada kelas kata nomina,
menyatakan makna sekedar pada kelas kata verba, menyatakan makna yang pada kelas kata
numeralia, dan menyatakan makna agak pada kelas kata adjektiva, berikut datanya.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Fungsi Parsial Kategori Nomina Penanda Makna Kecil
Contoh
1) inimo ‘kebun’ (kata dasar) ini-inimo ‘kebun kecil’ (bentuk dasar)
I Bio ronga ini-inimo laa indio’ono walanopo menggau dahu ano osiako mokoindioe. Bio hanya
kebun kecil sedang dikerjakannya baru pagar saja sudah lama sekali dia kerjakan.
2) Kowuna ‘bambu’ (kata dasar) kowu-kowuna ‘bambu kecil’ (bentuk dasar)
Keu onggo metondopiako kowu-kowuna okeno menggau, metondopi itoono ano kowuna owoseki.
‘Kalau hendak memasang pagar jangan memakai bambu kecil tidak akan tahan lama, memasang
pagar harus memakai bambu besar’.
Fungsi Parsial Kategori Verba Penanda Makna Sekedar
Contoh
1) indi-indio ‘sekedar kerja’+ me- meindi-indio ‘sekedar bekerja’
Teembe noonggo dadio doimu u laka meindi-indio, ooki u ehe meindio kora. ‘Bagaimana
caranya uangmu akan banyak kamu hanya sekedar bekerja, kamu tidak mau kerja keras’.
2) peo-peohawa + ‘sekedar ingat’ me- mopeo-peohawa ‘sekedar mengingat’
Kulando ona mopeo-peohawa teembe kadadiaano toronggu kekutaa pesikolapo nolaa
teeninggona i ama iroo otembo. ‘saya sekedar mengingat bagaimana hidupku saat ini kalau saja
saya tidak bersekolah waktu ayah sarankan padaku saat itu’.
Fungsi Parsial kategori Numeral Penanda Makna yang
contoh
2) hoalu ‘delapan’ (kata dasar) hoa-hoalu ‘yang delapan’ (bentuk dasar)
Humbeeto manu wotu wuohu hoa-hoalu anano? ‘dimana ayam baru menetas yang delapan
anaknya’?
Fungsi Parsial Kategori Adjektiva Penanda Makna Agak
Contoh
2) pindara ‘pintar’ (kata dasar) pinda-pindara ‘agak pintar’ (bentuk dasar)
Pinda-pindara anano i Nggau lalaa sikola i dawa amba lalaa sikola i Kandari. ‘agak pintar
anknya Nggau yang sekolah di Jawa daripada yang sekolah di Kendari’.
3) Bengeo ‘trauma’ (kata dasar) benge-bengeo ‘agak trauma’ (bentuk dasar)
Benge-bengeo inaku keku ponggi o beli kuari wodo salawaiha mohaki. ‘Saya agak trauma kalau
lihat dara, masalahnya pernah saya alami kecelakaan parah’.
Fungsi Infiks Penanda Bagian dari Verba (Infiks –in- dan –um-)
Infiks –in- dan –um- adalah afiks yang berfungsi memusat sebagai bagian dari verba.
Apabila dilekatkan dengan kategori kata dasar atau bentuk dasar kelas kata nomina, numeral, dan
adjektiva, infiks –in- dan –um- berfungsi sebabagai reduplikasi yang berbentuk bagian dari
verba. Membuktikan benar atau tidak fungsi tersebut maka kita merujuk pada data berikut:
1. Kategori Nomina
hule-hule ‘bolak-balik’ + in hinule-hule ‘dibalik-balik’
kusi-kusi ‘kancing-kancing’ + in kinusi-kusi ‘dikancing-kancing’
Infiks –um-
2) Kategori Nomina
lagu-lagu‘nyanyi-nyanyi’+-um- lumagu-lagu ‘menyanyi-nyanyi’
Lapa-lapa ‘alas-alas’ + -um- lumapa-lapa ‘mengalas-alas’

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Fungsi Sufiks
Akhiran (sufiks) memiliki fungsi dalam bahasa Tolaki jika dilekatkan dengan kata dasar
atau bentuk dasar biasanya bermakna penegasan yang menyeru atau perintah, menegaskan orang
kedua tunggal, orang kedua jamak, orang ketiga tunggal. Selain untuk menegaskan beberapa hal
sufiks juga biasanya bagian dari verba walaupun dilekatkan dengan kata dasar atau bentuk dasar
kategori nomina, Numeralia, dan adjektiva, berikut datanya:
Makna Reduplikasi
Makna reduplikasi utuh dalam bahasa Tolaki menyatakan perbuatan yang berulang-
ulang.
a. Menyatakan Makna Kecil dan Lebih dari Satu
1) I Ama laa mosusu balo-balo
Ayah sedang menyusun balok-balok
2) I bio moramba pade-pade mbosalei.
Bio mengasah parang-parang pembabat.
b. Menyatakan Makna Sangat
Wala + wala wala-wala ‘belang-belang’
2) Motunggo olino sapi wala-wala.
Mahal harganya sapi belang-belang.
Bondo + bondo bondo-bondo ‘basah-basah’
2) Bondo-bondo baburo roari i galu.
Basah-basah baju mereka setelah dari sawah.
c. Menyatakan Makna Agak
1) Powai laika memeita-ita tusano
Buat rumah yang agak tinggi-tinggi tiangnya
2) Ponggiikii o ika mowatu memeambo-ambo i daoa.
Pilihlah ikan kering yang agak bagus-bagus di pasar
d. Menyatakan Makna Perbuatan Santai dan Seruan
1) Leu mondama-tama o bote. ‘Ke sini mengunya-kunya jagung goreng’.
2) Leu pondama-tama o bote. ‘ke sini lakunya-kunya jagung goreng’.
Kalimat pertama reduplikasi bentukan mo(N) pemaknaannya memerintahkan orang
untuk mondama-tama ‘mengunya-kunya’ jagung goreng kalimat kedua bentukan po(N)
memerintahkan orang untuk lakukan kunya-kunya jagung goreng.
e. Makna-Makna Parsial
Parsial Menyatakan Makna Kecil
Contoh
1) inimo ‘kebun’ (kata dasar) ini-inimo ‘kebun kecil’ (bentuk dasar)
I Bio ronga ini-inimo laa indio’ono walanopo menggau dahu ano osiako mokoindioe.
Bio hanya kebun kecil sedang dikerjakannya baru pagar saja sudah lama sekali dia
kerjakan.
2) Supeda ‘sepeda’ (bentuk dasar) supe-supeda ‘sepeda kecil’ (bentuk dasar)
Ana mohewunggu laa mombepe oli supe-supeda. ‘anak bungsuku minta dibelikan sepeda
kecil’
3) Kowuna ‘bambu’ (kat dasar) kowu-kowuna ‘bambu kecil’ (bentuk dasar)
Keu onggo metondopiako kowu-kowuna okeno menggau, metondopi itoono ano kowuna
owoseki. ‘Kalau hendak memasang pagar jangan memakai bambu kecil tidak akan tahan
lama, memasang pagar harus memakai bambu besar’.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Parsial Menyatakan Makna Sekedar
contoh
1) me- + indi-indio ‘sekedar kerja meindi-indio ‘sekedar bekerja’
Teembe noonggo dadio doimu u laka meindi-indio, ooki u ehe meindio kora. ‘Bagaimana
caranya uangmu akan banyak kamu hanya sekedar bekerja, kamu tidak mau kerja keras’.
2) mo- + peo-peohawa ‘sekedar ingat’ mopeo-peohawa ‘sekedar ingat’
Kulando ona mopeo-peohawa teembe kadadiaano toronggu kekutaa pesikolapo nolaa
teeninggona i ama iroo otembo. ‘saya sekedar mengingat bagaimana hidupku saat ini
kalau saja saya tidak bersekolah waktu ayah sarankan padaku saat itu’.

Parsial Menyatakan Makna yang


contoh
1) hoalu ‘delapan’ (kata dasar) hoa-hoalu ‘yang delapan’ (bentuk dasar)
Humbeeto manu wotu wuohu hoa-hoalu anano? ‘dimana ayam baru menetas yang
delapan anaknya’?
2) Hopulo ‘sepuluh’ (kata dasar) hopu-hopulo ‘yang sepuluh’ (bentuk dasar)
Inolamu paku hopu-hopulo okilo perumbui laa metarambu’u menggalama. ‘kamu beli
paku yang sepuluh kilogram terakhir sudah mulai berkarat.
Parsial Menyatakan Makna Agak
Contoh
1) pindara ‘pintar’ (kata dasar) pinda-pindara ‘agak pintar’ (bentuk dasar)
Pinda-pindara anano i Nggau lalaa sikola i dawa amba lalaa sikola i Kandari. ‘agak
pintar anknya Nggau yang sekolah di Jawa daripada yang sekolah di Kendari’.
2) Bengeo ‘trauma’ (kata dasar) benge-bengeo ‘agak trauma’ (bentuk dasar)
Benge-bengeo inaku keku ponggi o beli kuari wodo salawaiha mohaki. ‘Saya agak
trauma kalau lihat dara, masalahnya pernah saya alami kecelakaan parah’

Kesimpulan
Pembahasan sebelumnya mengenai hasil penelitian, maka simpulan penulis sebagai
berikut:
1) Menurut bentuknya reduplikasi dalam bahasa Tolaki terdiri atas; (a) reduplikasi utuh, (b)
reduplikasi sebagian, dan (c) reduplikasi berafiks.
2) Fungsi reduplikasi terdiri atas; (a) fungsi komplementer, (b) fungsi afiks pembentuk
sintaksis verba dan numeralia pada reduplikasi utuh, (c) fungsi mo(N)- dan po(N)- yang
merubah bentuk reduplikasi dan maknanya, (d) fungsi parsial dalam membentuk
reduplikasi bahasa Tolaki khusus pada tiga suku kata
3) Makna yang timbul dari hasil reduplikasi adalah; (a) menyatakan makna semua, sangat,
makna perintah, penegasan, makna agak, dan menyatakan pekerjaan yang berulang ulang,
penanda makna parsial, dan biasanya pemaknaan mengikuti kata pembentuknya, jika hal
itu reduplikasi berafiks.
4) Hasil dari reduplikasi berafiks ditemukan beberapa afiks pembentuk reduplikasi bahasa
Tolaki seperti pada tabel berikut;

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Prefiks Infiks Sufiks
mo(N)- -in- -I
po(N)- -um- -to
me- -ndo
pe- -koo
pa- -ako
te- -kee
to-
sa-
si-
ni-
ko-
mbo-
mbe-
toko-
pinoko-
momboko-
mombeka-
poko-
monggo.

Saran
Simpulan sebelumnya peneliti menganggap perlu menyampaikan saran sebagai berikut:
1) Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya bahasa Tolaki sebagai salah
satu bagian dari sasaran pembinaan bahasa di Indonesia. Oleh karena itu, perlu terus
dikembangkan melalui penelitian termasuk di dalamnya sistem reduplikasi bahasa Tolaki
sebagai salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tenggara yang termasuk wilayah bahasa
nusantara.
2) Perlu ada studi yang mendalam dan menyeluruh mengenai penelitian bahasa daerah
khususnya bahasa Tolaki.

Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 1992: Teori Lingusitik. Bandung: Angkasa.
Badudu, J.S. 2005. Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas
Chaer, Abdul. 1993. Gramatikal Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Berproses). Jakarta: PT Rineka
Cipta
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Lingustik, Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Bandung: PT Eresco
Hanna, H. 2012. Kamus Dwibahasa Tolaki-Indonesia. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi
Sulawesi Tenggara
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ihsan, Diemroh dkk. 2002. Sistem Reduplikasi Bahasa Lintang. Jakarta: Pusat Bahasa.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296


Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa:Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Martinet, Andre. 1987. Ilmu Bahasa Pengantar Dasar. Paris: Kanisius.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia., Kajian Kea rah Tata bahasa deskriptif.
Jakarta Timur: PT Bumi Angkasa
Poedjasoedarmo, Seopomo. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pengembangan Bahasa
Ramlan, M. 2001. Morfologi Satuan Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta. CV Karyono.
--------------1987, Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta:
CV Karyono.
Sailan, Zalili dkk. 1995. Tata Bahasa Tolaki. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa
Samsuri. 1998. Analisa bahasa. Jakarta: Erlangga
Sibarani, Robert. 1992. Hakikat Bahasa. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Tarimana, Abdurrauf.1993. Kebudayaan Tolaki. Jakarta : Balai Pustaka
Thomas, Yoseph dkk. 1991. Sistem Perulangan dalam bahasa Dayak Kendayan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Uhlenbeck, E.M. 1987. Ilmu Bahasa Pengantar Dasar. Paris :Djambatan.
Usmar, Adnan dkk. 2002. Sistem Morfologi Verba Bahasa Mamasa. Jakarta: Pusat bahasa.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta. Gajah Mada University Pres.
Yamaguchi, Masao. 2012.Aspek-aspek bahasa Daerah di Sulawesi Bagian Selatan. Kyoto:
Hokuto Publishing Inc.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

Anda mungkin juga menyukai