Hilsam
Email: Hilsambastra@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Reduplikasi Bahasa Tolaki”. Berdasarkan prapenelitian pada penutur asli
bahasa Tolaki khususnya generasi muda kurang berminat untuk mempertahankan bahasa
daerahnya sebagai identitas masyarakat Tolaki. Hal ini memberikan perhatian berbagai kalangan
untuk melakukan pengkajian secara ilmiah untuk mempertahankan bahasa Tolaki dari ancaman
kepunahan. Pemeliharaan dan pengembangan terhadap bahasa Tolaki harus dimulai dari penutur
asli bahasa itu sendiri. Masalah yang menjadi lingkup kajian bagaimanakah bentuk, fungsi, dan
makna Reduplikasi Bahasa Tolaki.
Tujuan yang ingin dicapai dari masalah tersebut adalah dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk
fungsi, dan makna Reduplikasi bahasa Tolaki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dan jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan.
Hasil penelitian yang tercapai adalah deskripsi dari bentuk, fungsi, dan makna “Reduplikasi
Bahasa Tolaki” Bentuk reduplikasi bahasa Tolaki yang dideskripsikan mengenai bentuk
reduplikasi utuh, reduplikasi sebagian, reduplikasi berafiks dari beberapa kategori yakni;
kategori nomina, verba, numeralia, adjektiva, dan pronomina. Fungsi yang dideskripsikan
mengenai fungsi yang berdasarkan pada afiks pembentuknya dan mengalami perubahan kelas
kata. Sedangkan makna yang dideskripsikan menyatakan kecil dan lebih dari satu, mengandung
makna sangat yang bergantung pada afiks pembentunya, mengandung makna agak, mengandung
makna berbagai, dan makna seruan.
Pendahuluan
Sistem peradaban yang paling fenomenal yang digunakan sepanjang kehidupan manusia
adalah sistem komunikasi. Sistem komunikasi yang digunakan dalam bentuk simbol-simbol
bunyi melalui ujaran. Simbol-simbol bunyi ujaran merupakan sistem komunikasi yang telah
memiliki struktur dan makna, sehingga antara benda yang satu dan benda yang lainnya memiliki
penanda tersendiri. Sistem komunikasi tersebut disebut bahasa.
Sibarani (1992: 25) berpendapat bahwa bahasa mengimplikiasikan media komunikasi
yang paling penting adalah bunyi ujaran. Bunyi ujaran adalah sifat kesemestaan atau
keuniversalan bahasa. Tak satupun bahasa verbal di dunia yang tidak terjadi oleh bukan bunyi.
Bolinger dalam (Sibarani, 1992: 25) mengemukakan bahwa semua bahasa menggunakan
saluran pengiriman dan penerimaan yang sama yaitu getaran udara. Semuanya mengatur getaran
udara dalam cara yang sama dengan aktivitas alat ujar manusia. Semua mengorganisasikan
getaran udara dalam cara yang pada dasarnya sama yaitu ke dalam unit-unit bunyi terkecil yang
dapat dikombinasikan atau rekombinasikan dengan cara-cara tersendiri. Bolinger memberikan
rincian mengenai proses bahasa itu dihasilkan oleh alat ujar, digunakan, dan didengarkan melalui
bantuan udara. Semuanya teratur secara sitematis melalui unit-unit bunyi yang terkecil dan
kombinasi seimbang tergantung kebutuhan penutur dan yang dibutuhkan pendengar.
Martinet (1987: 20) mengemukakan bahwa “bahasa” berarti kemampuan yang dimiliki
manusia untuk saling mengerti dengan menggunakan tanda-tanda bunyi. Bahasa merupakan
1) Satuan morabu ‘mencabut dibentuk dari prefiks mo(N)- bertemu dengan kata dasar rabu
‘cabut’ menjadi bentuk morabu kemudian membentuk reduplikasi morabu-rabu
‘mencabut-cabut’. Contoh tersebut merupakan jenis reduplikasi sebagian.
2) Pemaknaan morabu-rabu adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cara yang santai
Kajian Pustaka
Pengertian Sistem Bahasa
Sistem Bahasa terdiri dari atas komponen yang teratur, tersusun, sesuai pola tertentu, dan
membentuk suatu kesatuan. Sebagai sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis berarti bahasa tersusun menurut pola, tidak tersusun secara acak, atau sembarangan.
Sedangkan sistemis berarti bahasa bukan sistem tunggal, melainkan terdiri dari subsistem atau
sistem bawahan (Muhammad 2011: 43-44).
Badudu (2005: 321) memaparkan bahwa sistem merupakan susunan kesatuan-kesatuan
yang masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara
keseluruhan. Lebih lanjut Badudu menjelaskan bahwa sistem melingkupi susunan yang teratur
secara teori asas suatu mekanisme pengelolaan yang tertata.
Sistem bahasa merupakan tata atau aturan-aturan yang tersusun di dalam kajian bahasa
yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dan berjalan sesuai mekanisme masing-masing
berdasarkan fungsinya. Sistem bahasa terbangun dari unsur-unsur atau komponen sesuai pola-
pola yang berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Jika satu komponen yang
membangun tidak sesuai berdasarkan fungsinya, maka sistem itu tidak akan berfungsi secara
operasional. Keutuhan operasional berdasarkan fungsinya dan unsur-unsur atau pola maka sistem
itu akan berjalan sesuai mekanisme.
Finochiaro dalam (Alwasilah, 1992: 2) mengemukakan bahwa bahasa adalah satu sistem
simbol vokal yang arbitrer, memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau
orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi atau
berinteraksi. Pei dan Geynor dalam (Alwasilah, 1992: 2) mengemukakan lebih lengkap bahwa,
Sistem Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan. Chaer (2008: 181),
reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
sebagian, maupun perubahan dengan perubahan bunyi. Selanjutnya, Badudu (2005: 297)
menyatakan bahwa reduplikasi adalah ilmu bahasa yang membahas mengenai pengulangan kata.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995: 826), reduplikasi adalah proses atau
hasil perulangan kata atau unsur kata.
Muslich (2008: 48) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata
dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem
maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Menurut Samsuri dalam (Ihsan
dan Dahlan, 2002:4) reduplikasi adalah proses morfologis yang banyak sekali terdapat pada
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum reduplikasi
dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian seperti dikemukakan Chaer bahwa reduplikasi
dibagi atas empat bagian yaitu: (a) kata ulang murni, (b) kata ulang berubah bunyi, (c) kata ulang
sebagian, dan (d) kata ulang berimbuhan.
2. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam pengulanagn bahasa
Contoh:
Mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan, bukan mengata.
Menyadar-nyadarkan : bentuk dasarnya menyadarkan, bukan menyadar
Chaer (1993: 142-143) membagi kata ulang atau redeuplikasi berdasarkan bentuknya
sebagai berikut:
1. Reduplikasi penuh adalah pengulangan bentuk dasarnya secara kesecara keseluruhan
reduplikasi ini dapat diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu reduplikasi tanpa perubahan
bunyi dan reduplikasi dengan perubahan bunyi. Reduplikasi dengan perubahan bunyi
sebut reduplikasi dwimurni, misalnya sekolah-sekolah, batu-batu, sedangkan dengan
yang di sertakan dengan perubahan bunyi di sebut reduplikasi dwiraka seperti warna-
warna, sayur-sayur.
2. Reduplikasi sederhana adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Reduplikasi
dibedakan atas tiga jenis yaitu, ulangan paru awal, ulangan tengah, dan ulangan paru
akhir. Reduplikasi paru awal adalah pengulangan bentuk dasarnya, misalnya: makanan
menjadi makan-makanan, minuman menjadi minum-minuman. Reduplikasi peru tengah
adalah pengulangan bagian tengah bentuk dasarnya, misalnya, dimudakan menjadi
dimudah-mudakan, berjauhan menjadi berjauh-jauh reduplikasi paru akhir adalah
pengulangan bagian belakang bentuk dasarnya, misalnya pertama mernjadi pertama-
tama, berkata menjadi berkata-kata, terbata menjadi terbata-bata.
Fungsi Reduplikasi
Akbar dalam (Ihsan dkk, 2002: 6) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fungsi
reduplikasi adalah pembentukan jenis kata baru dari kata lain. Dengan kata lain, reduplikasi juga
berperan dalam proses pembentukan jenis kata, baik yang mengubah satuan bentuk kata maupun
nosi satuan kata.
Simatupang dalam (Thomas dkk, 1991: 5) mengatakan bahwa munculnya perulangan
karena adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih konkret,
kecenderungan untuk mengatakan pikiran secara lebih hemat, tidak terdapatnya kata-kata untuk
Makna Reduplikasi
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Dari sudut pandang
yang lain, dalam hal ini dilihat dalam sudut pandang semantik, dapat dibedakan reduplikasi
morfemis yang bersifat non idimatis yang bersifat idiomatis. Jelas bahwa reduplikasi non
idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
Reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal
komponern-komponennya. Dalam bahsa Indonesia jumlahnya memang memang terlalu banyak
beberapa contoh di antaranya ialah hati-hati, kuda-kuda, mata-mata dan otak-otak.
Simatupang dalam (Ihsan, dkk, 2002: 6) mengatakan bahwa makna perulangan kata
adalah makna yang terkandung dalam bentuk akhir proses pengulangan atau reduplikasi kata
yang bersangkutan. Dengan kata lain, makna sebuah reduplikasi pada bentuk dasar yang diulang
(Yasin, 1987).
Keraf dalam (Ihsan, dkk, 2002: 6) lebih rinci lagi mengemukakan makna reduplikasi
sebagai berikut:
1. mengandung arti banyak tidak tentu.
Contoh: adik-adik (banyak adik)
2. mengandung arti menyerupai atau tiruan sesuatu
Contoh: jari-jari (menyerupai jari, misalnya jari-jari sepeda)
3. mengandung arti banyak atau macam-macam
Contoh: berwarna-warni (bermacam-macam warna)
4. mengandung makna melemahkan arti
Contoh: kemanja-manjaan (agak manja)
5. mengandung arti saling atau pekerjaan yang beralasan
Contoh: berpukul-pukulan (saling pukul)
6. mengandung makna kolektif pada numeralia
Contoh: dua-dua (kumpulan jumlah)
7. mengandung makna intensitas dan frekuentatif
8. Contoh: bersiul-siul (bersiul berulang kali)
Sumber Data
Penelitian harus menentukan informan yang terandalkan, dapat dipercaya baik dari segi
pengetahuan maupun kejujuran umum dan secara khusus dalam memberikan data yang akurat.
Penelitian harus menghindari informan yang bersifat menggurui.
Pemilihan informan dengan kriterian lain sangat diperlukan. Dalam penelitian bahasa
varietas lafal di suatu daerah, tentu yang akan dipilih adalah informan dengan lafal (cara
pengucapan) yang standar, tidak memiliki kelainan dalam melafalkan fonem-fonem bahasa yang
diteliti (Djajasudarma, 1993: 20).
Reduplikasi Parsial
Reduplikasi parsial adalah reduplikasi yang terjadi pada tiga suku kata. Reduplikasi ini
berbentuk perulangan yang menyebut dua suku kata sebagai paru awal, biasanya tidak dapat
berdiri sendiri dan tidak memiliki makna tanpa kehadiran tiga suku kata berikutnya sebagai paru
akhir. Reduplikasi ini berfungsi untuk memperhemat kata yang dipakai dengan mengulang dua
suku kata paru awal dan maknanya tergantung pada paru berikutnya yang terdiri dari tiga suku
kata. Hal ini, bahasa Tolaki tidak bisa mengulang secara utuh apabila kata itu terdiri dari tiga
suku kata. Reduplikasi parsial biasanya menyatakan makna kecil pada kelas kata nomina,
menyatakan makna sekedar pada kelas kata verba, menyatakan makna yang pada kelas kata
numeralia, dan menyatakan makna agak pada kelas kata adjektiva, berikut datanya.
Analisis Data
ini-inimo ‘kebun kecil’
Analisis Data
indi-indio ‘sekedar kerja’
Analisis Data
hoa-hoalu ‘yang delapan’
hoa hoalu‘delapan’
Reduplikasi Berfiks
Reduplikasi berafiks merupakan hasil proses reduplikasi yang terbentuk melalui dengan
pengimbuhan. Reduplikasi pengimbuhan terbentuk dari prefiks, infiks, dan sufiks. Afiks
pembentuk kategori kata dalam bahasa Tolaki dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Prefiks Infiks Sufiks
mo(N)- -in- -i
po(N)- -um- -to
me- -ndo
pe- -koo
pa- -ako
te- -kee
to-
sa-
si-
ni-
ko-
mbo-
mbe-
toko-
pinoko-
momboko-
mombeka-
poko-
monggo.
te tolu ‘tiga’
Reduplikasi sebagian kategori numeral biasanya kata dasar yang dilekatkan unsur afiks
kemudian mengalami perulangan.
Analisis Data
hinule-hule ‘dibalik-balik’
hule ‘balik’
Infiks –um-
1) Kategori Nomina
lagu-lagu‘nyanyi-nyanyi’+-um- lumagu-lagu ‘menyanyi-nyanyi’ (data str)
Lapa-lapa ‘alas-alas’ + -um- lumapa-lapa ‘mengalas-alas’ (data str)
lagu ‘nyanyi’
Setiap data dari kategori nomina, numeralia dan adjektiva yang disajikan dengan
melekatkan infiks um akan menjadi bagian dari verba. Infiks um biasanya bermakna imbuhan me
apabila dilekatkan pada kata dasar.
Reduplikasi Berafiks (Sufiks)
Akhiran (sufiks) dalam bahasa Tolaki jika dilekatkan dengan kata dasar atau bentuk dasar
biasanya bermakna penegasan yang menyeru atau perintah, menegaskan orang kedua tunggal,
orang kedua jamak, orang ketiga tunggal. Selain untuk menegaskan beberapa hal sufiks juga
biasanya bagian dari verba walaupun dilekatkan dengan kata dasar atau bentuk dasar kategori
nomina, Numeralia, dan adjektiva.
-i
-to
-ndo
-koo
-ako
-kee
Berikut Analisis Reduplikasi Pembentuk Sufiks
Kategori Nomina (data str)
Timba-timba’i leesu keuonggo mooli pinisi, au to’orikee mobeano keu taa ehenggi marugi.
‘timbang-timbanglah dulu kalau kamu hendak membeli langsat, supaya kamu tahu beratnya
kalau kamu tidak ingin rugi’.
timba-timba’i ‘timbang-timbanglah’
Kesimpulan
Pembahasan sebelumnya mengenai hasil penelitian, maka simpulan penulis sebagai
berikut:
1) Menurut bentuknya reduplikasi dalam bahasa Tolaki terdiri atas; (a) reduplikasi utuh, (b)
reduplikasi sebagian, dan (c) reduplikasi berafiks.
2) Fungsi reduplikasi terdiri atas; (a) fungsi komplementer, (b) fungsi afiks pembentuk
sintaksis verba dan numeralia pada reduplikasi utuh, (c) fungsi mo(N)- dan po(N)- yang
merubah bentuk reduplikasi dan maknanya, (d) fungsi parsial dalam membentuk
reduplikasi bahasa Tolaki khusus pada tiga suku kata
3) Makna yang timbul dari hasil reduplikasi adalah; (a) menyatakan makna semua, sangat,
makna perintah, penegasan, makna agak, dan menyatakan pekerjaan yang berulang ulang,
penanda makna parsial, dan biasanya pemaknaan mengikuti kata pembentuknya, jika hal
itu reduplikasi berafiks.
4) Hasil dari reduplikasi berafiks ditemukan beberapa afiks pembentuk reduplikasi bahasa
Tolaki seperti pada tabel berikut;
Saran
Simpulan sebelumnya peneliti menganggap perlu menyampaikan saran sebagai berikut:
1) Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya bahasa Tolaki sebagai salah
satu bagian dari sasaran pembinaan bahasa di Indonesia. Oleh karena itu, perlu terus
dikembangkan melalui penelitian termasuk di dalamnya sistem reduplikasi bahasa Tolaki
sebagai salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tenggara yang termasuk wilayah bahasa
nusantara.
2) Perlu ada studi yang mendalam dan menyeluruh mengenai penelitian bahasa daerah
khususnya bahasa Tolaki.
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 1992: Teori Lingusitik. Bandung: Angkasa.
Badudu, J.S. 2005. Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas
Chaer, Abdul. 1993. Gramatikal Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Berproses). Jakarta: PT Rineka
Cipta
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Lingustik, Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Bandung: PT Eresco
Hanna, H. 2012. Kamus Dwibahasa Tolaki-Indonesia. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi
Sulawesi Tenggara
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ihsan, Diemroh dkk. 2002. Sistem Reduplikasi Bahasa Lintang. Jakarta: Pusat Bahasa.