Anda di halaman 1dari 10

Makalah Ortografi atau Grafonomi

(Macam Ejaan: Ejaan Fonologis, Ejaan


Silabis, dan Ejaan Morfemis)
Pengantar Ilmu Bahasa

oleh:
Dwi Nur Afiani NIM 23020130052
Kirana Nur Oktaviani NIM23020130054
Regina Rismayanti NIM 23020130059
Teresa Yovita Revina NIM
23020130060 Sheryl Faissa Titania NIM
23020130062 Arina Dyah Suryani NIM
23020130176 Aisyah Siti Utari NIM
23020130179 Nala Nuri Saudati NIM
23020130217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA, SENI, DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Ejaan Bahasa dalam Konsep Fonologis...............................................................................3
B. Penerapan Ejaan Silabis dalam Penggunaan Bahasa Sehari-hari........................................3
C. Ejaan Morfemis...................................................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................6
A. Kesimpulan..........................................................................................................................6
B. Saran....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa


setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur
gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu,
berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami
antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam
berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar
berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Dalam hal ini,
pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal
tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial,
dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau
apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Eksplorasi bahasa dan linguistik memerlukan pertimbangan ortografi dan
grafonomi, keduanya merupakan dasar bidang keahlian tersebut. Istilah-istilah ini
berkaitan dengan peraturan dan adat istiadat yang mengatur ekspresi tertulis kata-
kata dalam bahasa tertentu. Fondasi ortografi adalah hasil dan perluasan tradisi
kitab suci yang mencakup perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang waktu yang
mempengaruhi ortografi ejaan dan tanda baca adalah salah satu akarnya. Perubahan
tersebut meliputi penciptaan alfabet, pergeseran budaya dan bahasa, serta
penerapan standar pemerintah mengenai tradisi penulisan.
Menulis tanda dalam kerangka linguistik itulah yang dimaksud dengan
Grafonomi. Ini melihat bagaimana huruf dan simbol dalam tulisan digambarkan,
dikaitkan, dan diidentifikasi dalam pemahaman dan pembacaan bahasa. Selain itu,
Grafonomi menyelidiki pemeriksaan tulisan tangan, dampak teknologi saat ini, dan
kemajuan dalam sektor penulisan dan ejaan.
Kedua bidang tersebut memainkan peran penting dalam pemahaman,
pemeliharaan, dan pengembangan bahasa. Mereka memainkan peran penting dalam
menjaga konsistensi bahasa dan komunikasi yang efektif, serta berkontribusi pada
pemeliharaan warisan budaya dan evolusi bahasa dari waktu ke waktu. Dari ulasan
yang telah dipaparkan, makalah ini akan membahas mengenai “Ortografi atau
Grafonomi (Macam Ejaan: Ejaan Fonologis, Ejaan Silabis, dan Ejaan Morfemis)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ejaan bahasa dalam konsep fonologis?


2. Bagaimana penerapan ejaan silabis dalam penggunaan bahasa sehari-hari?
3. Apa pengertian dari ejaan morfemis?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan ejaan bahasa dalam konsep fonologis.
2. Mendeskripsikan penerapan ejaan silabis dalam penggunaan bahasa
sehari-hari.
3. Mendeskripsikan pengertian dari ejaan morfemis.
BAB II PEMBAHASAN

A. Ejaan Bahasa dalam Konsep Fonologis

Ejaan bahasa dalam konsep fonologi berkaitan dengan bagaimana huruf dan
konvensi ejaan suatu bahasa mencerminkan bunyi atau fonem yang digunakan dalam
pengucapan kata. Menurut Savitri (2019: 5) menyatakan bahwa kajian fonologi tidak
hanya berfokus pada sistem dan pola bunyi, tetapi juga mempelajari bagaimana
bunyi-bunyi tersebut diucapkan. Ejaan kata dalam suatu bahasa mencerminkan
pengucapan kata tersebut. Idealnya, setiap huruf atau grafem dalam suatu bahasa
mencerminkan satu atau lebih fonem (satuan bunyi) dalam bahasa tersebut. Hal ini
berarti bahwa ejaan harus sesuai dengan cara kata tersebut diucapkan, sehingga
pembaca dapat dengan mudah mengucapkan kata tersebut berdasarkan ketentuan
ejaannya. Ada beberapa contoh yaitu sebagai berikut.
1. Kata “pena” jika dieja maka menjadi “p-e-n-a” dan dibaca “pe-na”. Huruf “p”
dalam kata “pena” mencerminkan pengucapan [p].
2. Kata “tulisan” jika dieja maka “t-u-l-i-s-a-n” dan dibaca “tu-li-san”. Huruf “t”
dalam kata “tulisan” mencerminkan pengucapan [t].
3. Kata “cinta” jika dieja maka “c-i-n-t-a” dan dibaca “cin-ta”. Huruf “c” dalam
kata “cinta” mencerminkan pengucapan [c]
Adanya kaidah ejaan mencerminkan pengucapan merupakan aspek penting
dalam keterampilan membaca dan menulis yang efektif dalam bahasa tertentu.
Dengan mengikuti kaidah ini, pembaca dapat lebih mudah memahami dan
mengucapkan kata-kata dalam bahasa tersebut dengan baik.

B. Penerapan Ejaan Silabis dalam Penggunaan Bahasa Sehari-hari

Ejaan silabis merupakan salah satu aspek penting dalam bahasa yang
digunakan dalam ejaan dan pemisahan kata menjadi satuan-satuan silabel. Ejaan
silabis merupakan cara ejaan kata-kata dengan memecahnya menjadi suku kata atau
silabel. Silabel ini merupakan bagian dari kata yang mengandung satu vokal
bersama dengan konsonan yang mungkin mengikutinya. Ejaan silabis ini membantu
pembaca untuk memahami bagaimana sebuah kata dapat diucapkan dengan benar,
sehingga pembaca dapat mengenali dimana vokal utama terletak dan bagaimana
konsonan-konsonan mengiringi vokal tersebut untuk mencegah pengucapan yang
salah, terutama ketika belum terlalu akrab dengan kata tersebut. Beberapa contoh
penggunaan ejaan silabis di antaranya sebagai berikut.
1. Terima kasih, jika dieja menjadi “te-ri-ma ka-sih”
Contoh kalimat: Te-ri-ma ka-sih kepada teman-teman yang sudah hadir
di acara ini.
2. Tanggung jawab, jika dieja menjadi “tang-gung ja-wab”
Contoh kalimat: Kebersihan kelas ini menjadi tang-gung ja-wab semua
warga kelas 12 MIPA 1
Selain itu, ejaan silabis berfungsi untuk membantu pembaca membedakan arti kata
yang sejenis. Contohnya pada kata me-ngi-rim, me-ngi-rim-kan, dan me-ngi-rim-
kan-nya.

C. Ejaan Morfemis

Morfemis merupakan proses pembentukan kata dengan pengubahan


morfem dasar tertentu yang berstatus morfem leksikal dengan alat pembentuk yang
juga berstatus morfem, tetapi dengan kecenderungan bermakna gramatikal dan
bersifat terikat. Beberapa morfem yang dipakai di antaranya sebagai berikut.
1. Afiks
Afiks adalah morfem terikat yang apabila ditambahkan pada
morfem dasar akan mengubah makna gramatikal morfem dasar.
Berdasarkan letaknya, afiks dapat dibedakan menjadi enam.
a) Prefiks adalah afiks yang berada di awal morfem dasar, misalnya
me- dalam menari.
b) Infiks adalah afiks yang berada di tengah morfem dasar, misalnya
-em- dalam gemetar.
c) Interfiks adalah afiks yang muncul diantara dua morfem dasar,
misalnya -o- dalam tipologi.
d) Sufiks adalah afiks yang berada di akhir morfem dasar, misalnya
-an dalam pukulan.
e) Konfiks adalah gabungan dua afiks yang berada di awal dan akhir
morfem dasar, misalnya per-an dalam permainan.
f) Transfiks adalah afiks terbagi yang muncul tersebar di dalam
morfem dasar, misalnya a-u-a muncul dalam morfem dasar h-s-n
menjadi hasuna yang dalam bahasa Arab artinya baik.
2. Klitik
Klitik merupakan morfem terikat, namun tidak memiliki
perilaku seperti afiks. Perilaku klitik diantaranya dapat dilekatkan pada
bermacam-macam jenis kata, memiliki makna leksikal, tidak pernah
mengalami perubahan bentuk apabila dilekatkan pada morfem dasar,
dapat menduduki fungsi sintaksis tertentu di dalam frasa atau kalimat,
serta tidak mengubah golongan kata yang dilekati. Berdasarkan letaknya,
klitik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik
adalah klitik yang ditambahkan pada awal kata, misalnya ku- pada
kuambil sedangkan enklitik adalah klitik yang ditambahkan pada akhir
kata, misalnya -mu pada bukumu.
3. Modifikasi Internal
Modifikasi internal menyangkut perubahan internal di dalam
kata. Perubahan internal biasanya berupa perubahan vokal sehingga
modifikasi internal disebut juga modifikasi vokal. Perubahan vokal yang
dimaksud tentu saja yang mengubah makna kata, misalnya sing-sang-
sung dalam bahasa Inggris.
4. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan morfem terikat yang mengubah makna
gramatikal kata. Modifikasi dapat digolongkan menjadi empat.
a) Reduplikasi seluruh adalah reduplikasi seluruh morfem dasar tanpa
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks, misalnya buku-buku.
b) Reduplikasi sebagian adalah reduplikasi sebagian dari morfem
dasarnya, misalnya pertama-tama.
c) Reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
adalah reduplikasi yang terjadi bersamaan dengan proses
pembubuhan afiks, misalnya kehitam-hitaman.
d) Reduplikasi dengan perubahan fonem, misalnya gerak menjadi
gerak-gerik.
5. Komposisi
Komposisi adalah perangkaian dua morfem untuk menghasilkan
satu kata. Kata yang dihasilkan lewat komposisi morfem disebut kata
majemuk atau kompositum, misalnya harga diri. Ciri-ciri kompositum
adalah ketaktersisipan, ketakterluasan, dan ketakterbalikan.
6. Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata
dengan identitas morfemis yang lain, misalnya gunting menjadi
menggunting. Infleksi adalah perubahan morfemis dengan
mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan, misalnya
pemuda menjadi pemuda-pemuda.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam ejaan


meliputi fonologis, silabis, dan morfemis. Ejaan dalam konsep fonologis adalah
ejaan yang meliputi bagaimana kata itu dibunyikan. Lalu, ejaan silabis adalah ejaan
yang meliputi kata yang mengandung satu vokal bersama dengan konsonan yang
mungkin mengikutinya dan yang terakhir adalah ejaan morfemis. Ejaan morfemis
adalah proses pembentukan kata dengan pengubahan morfem dasar tertentu yang
berstatus morfem leksikal dengan alat pembentuk yang juga berstatus morfem,
tetapi dengan kecenderungan bermakna gramatikal dan bersifat terikat. Macam-
macam ejaan tersebut dapat membantu kita mengerti hakikat bahasa itu sendiri dan
bisa membantu kita untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa yang
benar. Selain itu, untuk mengecek apakah penggunaan bahasa kita sudah benar atau
belum bisa melalui EYD. Ejaan yang disempurnakan EYD dapat membina
ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca secara menyeluruh dan mendorong
pengembangan Bahasa Indonesia.

B. Saran

Demikian makalah berjudul “Ortografi atau Grafonomi (Macam Ejaan:


Ejaan Fonologis, Ejaan Silabis, dan Ejaan Morfemis)” sudah selayaknya kita
sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dalam penulisan makalah ini penulis
sadar masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, baik
dalam materi, bahasa yang tidak baku maupun penyampaian isi makalah. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan dan menghargai kritik dan saran dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Savitri, Agusniar Dian. 2019. Hakikat Fonologi. Diakses dari pustaka.ut.ac.id,


pada Oktober 2023.
Soeparno. 2005. Kerancuan Fono-Ortografis Dan Orto-Fonologi Bahasa
Indonesia Ragam Lisan Dan Tulis. Yogyakarta: UNY Press.
Widianti, Ria. 2014. Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia.
Diakses dari https://www.slideshare.net, pada Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai