A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan
dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan
di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
pemeliharaan bahasa-bahasa ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat
3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB,
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang
relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor
423.5/Kep.674-Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan
bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini,
pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan
prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di
lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila
dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini
harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar
berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda dewasa ini. Alokasi waktu
untuk mata pelajaran Bahasa Sunda 2 (dua) jam pelajaran. Dengan demikian,
KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus
berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa Sunda menjadi
bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat Jawa Barat. Tuturan dan wacana
tulis itu dapat dijadikan bahan untuk menjabarkan lebih lanjut materi pokok seraya
tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang tercantum pada standar
kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah
penuturnya yang sangat banyak, menyebar di wilayah yang sangat luas (Jawa
Barat, Banten, dan bagian-bagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa
basa wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi sekolah secara
wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek setempat seraya mengenalkan
pula bahasa Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi
dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda, juga menggunakan
bahasa Indonesia.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar
bahasa dan sastra pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai kehidupan. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan
kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Sebagai alat komunikasi bahasa Sunda digunakan untuk bertukar pesan
(pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan maupun tulis, menyertai berbagai
segi kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan
imajinasi dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka ragam
bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah bersejarah. Dengan
demikian, pemilihan bahan (materi) pembelajaran akan semakin penting, apalagi
hanya tersedia waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda SD/MI adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.
2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini bertujuan
memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan kemudahan kepada para pelaksana
pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra
Sunda.
2
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam
tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana
dan luas), fungsi kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek,
surat, berita, biografi, narasi, deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi
(sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra Sunda, yang
meliputi aspek-aspek berikut, yakni:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut dikaitkan dengan aspek
tema dan kaidah bahasa (kebahasaan) seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata,
dan penataan kalimat.
Standar Kompetensi
1.1 Mampu memahami dan
menangggapi
bunyi
basa),
bahasa
(sora
perintah
(parentah)
sederhana,
perbuatan,
dan
dongeng
yang
dilisankan.
Kompetensi Dasar
1.2.1 Membedakan bunyi bahasa Sunda
1.2.2 Melakukan perintah sederhana
1.2.3 Menanggapi dengan perbuatan
1.2.4 Memahami isi dongeng
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
1.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta izin,
memperkenalkan diri
(ngawanohkeun),
bercakap-cakap
(paguneman),
menyebutkan dan
menerangkan gambar.
Kompetensi Dasar
1.2.1 Meminta izin
1.2.2 Memperkenalkan diri
1.2.3 Bercakap-cakap dengan teman
1.2.4 Menyebutkan berbagai gambar
benda
1.2.5 Menerangkan berbagai jenis
gambar peristiwa
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
1.3 Mampu memahami dan
menanggapi
tulisan
dengan membaca katakata
lepas,
kalimat
lepas, dan
paragraf
pendek.
Kompetensi Dasar
1.3.1 Membaca kata-kata lepas
yang mengandung kata asal
dwisuku (dua engang)
1.3.2 Membaca kalimat lepas dua
kata
1.3.3 Membaca kalimat lepas tiga
kata
1.3.4 Membaca paragraf pendek
tiga kalimat
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
1.4 Mampu menulis atau
menyalin huruf lepas,
suku kata (engang), dan
kalimat sederhana.
Kompetensi Dasar
1.4.1 Menyalin huruf lepas
1.4.2 Menyalin suku kata
1.4.3 Menyalin kata dwisuku
1.4.4 Menyalin kata trisuku
.
1.4.5 Menyalin kalimat sederhana
KELAS II
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
2.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
dengan menyimak tata
tertib,
penjelasan,
dongeng, dan kakawihan.
Kompetensi Dasar
2.1.1 Menyimak tata cara atau
tata tertib belajar
2.1.2 Menyimak penjelasan
tentang cara hidup sehat
2.1.3 Menyimak dongeng
3.2.4 Menyimak kakawihan
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
2.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan dalam
mengajak,
berjanji,
memperkenalkan,
mengundang, dan bertamu.
Kompetensi Dasar
2.2.1 Mengajak teman
2.2.2 Berjanji dengan teman
2.2.3 Memperkenalkan teman
2.2.4 Mengundang teman
2.2.5 Bertamu ke rumah teman
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
2.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi bacaan dengan
membaca nyaring, membaca
bersuara,
membaca/
kakawihan,
menembangkan
dan dongeng.
Kompetensi Dasar
2.3.1 Membaca nyaring (bedas)
deskripsi
2.3.2 Membaca bersuara
(nyoara) eksposisi
2.3.3 Membaca/menembangkan
kakawihan
2.3.4 Membaca dongeng
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
2.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan
secara tertulis
dengan menulis, menyusun,
dan
menyempurnakan
kalimat,
serta
menyalin
paragraf pendek.
Kompetensi Dasar
2.4.1 Menulis kalimat berhuruf
kapital
2.4.2 Menulis/menyalin kalimat
sederhana
2.4.3 Menyusun kalimat sederhana
2.4.4 Menyempurnakan kalimat
dengan menggunakan tanda
koma dan tanda titik
2.4.5 Menyalin paragraf pendek
KELAS III
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.1 Mampu memahami dan 3.1.1 Menyimak bahasan
menanggapi wacana lisan
tentang kesehatan dan
melalui menyimak bahasan,
makanan
dongeng
fabel,
dan 3.1.2 Menyimak bahasan
kakawihan.
tentang kebersihan dan
pakaian
3.1.3 Menyimak dongeng fabel
(dongng sato)
3.1.4 Menyimak kakawihan
2. Berbicara (nyarita)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.2 Mampu
mengungkapkan 3.2.1 Menyapa teman
pikiran,
perasaan,
dan 3.2.2 Meyakinkan teman
keinginan secara lisan dalam 3.2.3 Bercakap-cakap tentang
menyapa,
meyakinkan,
jenis binatang
bercakap-cakap,
dan 3.2.4 Bercakap-cakap tentang
menceritakan gambar.
jenis makanan
3.2.5 Menceritakan gambar
berseri
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
3.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca dalam
hati dan membaca nyaring.
Kompetensi Dasar
3.3.1 Membaca dalam hati
karangan eksposisi
3.3.2 Membaca nyaring
karangan deskripsi
3.3.3 Membaca nyaring (maca
bedas) puisi
3.3.4 Membaca nyaring carita
pondok
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
3.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
dalam menulis kalimat dan
paragraf pendek.
Kompetensi Dasar
3.4.1 Menulis kalimat berita
(kalimah wawaran)
3.4.2 Menulis kalimat luas
(kalimah jembar)
3.4.3 Menulis kalimat tanya
(kalimah pananya)
3.4.4 Menulis kalimat perintah
(kalimah parntah)
3.4.5 Menulis paragraf pendek
dengan menggunakan
ejaan
KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
4.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
melalui
menyimak
pengumuman
(bwara),
dongeng, dan guguritan.
Kompetensi Dasar
4.1.1 Menyimak pengumuman
4.1.2 Menyimak dongeng
4.1.3 Menyimak guguritan
4. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
4.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta, menegur,
mengkritik atau memuji,
bercakap-cakap, bercerita,
dan menceritakan benda.
Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyampaikan permintaan
4.2.2 Menegur
4.2.3 Mengkritik atau memuji
4.2.4 Bercakap-cakap
4.2.5 Bercerita tentang
kegemaran
4.2.6 Menceritakan benda di
lingkungan
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
4.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca cepat,
teks percakapan, carita
pondok, dan guguritan.
Kompetensi Dasar
4.3.1 Membaca cepat
4.3.2 Membaca teks
percakapan
4.3.3 Membaca carita pondok
4.3.4 Membaca guguritan
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
4.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
melalui
menulis
pengumuman, pengalaman,
narasi,
deskripsi,
dan
eksposisi.
Kompetensi Dasar
4.4.1 Menulis pengumuman
4.4.2 Menulis pengalaman
4.4.3 Menulis narasi
4.4.4 Menulis deskripsi
4.4.5 Menulis eksposisi
KELAS V
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
5.1 Mampu
memahami
dan menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
penjelasan, pesan, dan
dongeng.
Kompetensi Dasar
5.1.1 Menyimak penjelasan dari
narasumber
5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap
muka atau telepon
5.1.3 Menyimak dongeng
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
5.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam mendeskripsikan,
berwawancara, berpendapat,
menanggapi, menyimpulkan,
dan memerankan.
Kompetensi Dasar
5.2.1 Mendeskripsikan benda atau
alat
5.2.2 Berwawancara dengan
narasumber
5.2.3 Menyampaikan pendapat
tentang persoalan faktual
5.2.4 Menanggapi suatu persoalan
atau peristiwa
5.2.5. Menyimpulkan isi percakapan
5.2.6 Memerankan drama pendek
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
5.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca dalam hati
dan membaca nyaring.
Kompetensi Dasar
5.3.1 Membaca dalam hati bahasan
5.3.2 Membaca nyaring sajak
5.3.3 Membaca carita pondok
10
4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
5.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam
menyusun
paragraf,
meringkas
bacaan, menulis surat,
narasi,
deskripsi,
dan eksposisi.
Kompetensi Dasar
5.4.1 Menyusun paragraf
5.4.2 Meringkas bacaan
5.4.3 Menulis surat
5.4.4 Menulis narasi
5.4.5 Menulis deskripsi
5.4.6 Menulis eksposisi
KELAS VI
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
6.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak
nasihat, berita radio/
televisi,
dan
dongeng.
Kompetensi Dasar
6.1.1 Menyimak nasihat
6.1.2 Menyimak berita radio/TV
6.1.3 Menyimak dongeng
2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
6.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara
lisan dalam
menceritakan hasil
pengamatan, membahas
buku, mengeritik,
berpidato, berdiskusi,
dan memerankan drama.
Kompetensi Dasar
6.2.1 Menceritakan hasil pengamatan
6.2.2 Membahas isi buku
6.2.3 Mengeritik dengan alasan
6.2.4 Berpidato (biantara)
6.2.5 Berdiskusi (sawala)
6.2.6 Memerankan drama anak-anak
11
3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
6.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca
sekilas
(skimming),
membaca cepat, dan
membaca intensif.
Kompetensi Dasar
6.3.1 Membaca sekilas
6.3.2 Membaca cepat
6.3.3 Membaca intensif
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
6.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam mengisi formulir,
melengkapi
karangan,
menulis kejadian, berita,
riwayat
hidup,
dan
pidato.
Kompetensi Dasar
6.4.1 Mengisi formulir
6.4.2 Melengkapi karangan
6.4.3 Menuliskan kejadian
6.4.4 Menuliskan berita
6.4.5 Menulis riwayat hidup
6.4.6 Menulis pidato (biantara)
12
G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa
Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan
pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian
maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsungangsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang
memiliki basa wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat
atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan
bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat
pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan
(menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar,
serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan
untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam
berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar
belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi
yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan
pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa
tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan
tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada pengetahuan sastra.
Dalam sastra terkandung pengalaman manusia, yang meliputi pengalaman
pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan
dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui
sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra.
Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya
sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi,
peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan
apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat
tercapai dan tersalurkan.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara
lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya,
kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan,
antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual
dengan berbagai media dan sumber belajar.
13
3. Pengorganisasian Materi
1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan
kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan
dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam
dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan
pengalaman bersastra.
Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara
terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan
dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah
satu aspek.
4. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi
mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2)
berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan
SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas,
angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD.
Contoh:
KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk
semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan
kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri.
Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan
lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari
berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak
menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah
lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi
16
9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk
menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu
disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa
berbeda-beda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan
acuan oleh para guru.
18
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
mendeskripsikan (ngadadarkeun);
melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan);
menulis paragraf;
menulis surat;
menyunting (nyarungsum);
menerapkan ejaan dan tanda baca;
menulis rangkuman (ngarangkum);
menulis teks pidato;
menulis laporan;
menulis pesan ringkas;
menulis iklan;
menulis warta/berita;
menulis artikel;
menulis bahasan.
20