Anda di halaman 1dari 20

MATA PELAJARAN MUATA LOKAL

BAHASA DAN SASTRA SUNDA


SD/MI

A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan
dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan
di samping sejalan pula dengan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
pemeliharaan bahasa-bahasa ibu, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat
3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB,
SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang
relevan. SKKD ini diputuskan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Nomor
423.5/Kep.674-Disdik/2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan
bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena kenyataan ini,
pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan
prinsip pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di
lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa Sunda sudah banyak berubah bila
dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini
harus disikapi dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar
berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda dewasa ini. Alokasi waktu
untuk mata pelajaran Bahasa Sunda 2 (dua) jam pelajaran. Dengan demikian,
KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda yang dibuat guru tersebut harus
berbanding lurus dengan alokasi waktu yang tersedia. Bahasa Sunda menjadi
bahasa tutur dan bahasa tulis pada masyarakat Jawa Barat. Tuturan dan wacana
tulis itu dapat dijadikan bahan untuk menjabarkan lebih lanjut materi pokok seraya
tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang tercantum pada standar
kompetensi. Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah
penuturnya yang sangat banyak, menyebar di wilayah yang sangat luas (Jawa
Barat, Banten, dan bagian-bagian barat Jawa Tengah), serta memiliki beberapa
basa wewengkon (dialek). Kenyataan tersebut harus diantisipasi sekolah secara
wajar, yakni dengan mengenalkan bahasa dialek setempat seraya mengenalkan
pula bahasa Sunda lulugu sebagai padanannya. Penutur bahasa Sunda menjadi
dwibahasawan, selain berkomunikasi dengan bahasa Sunda, juga menggunakan
bahasa Indonesia.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar
bahasa dan sastra pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra
adalah belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai kehidupan. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk meningkatkan
kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Sebagai alat komunikasi bahasa Sunda digunakan untuk bertukar pesan
(pikiran, perasaan, dan keinginan), baik lisan maupun tulis, menyertai berbagai
segi kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam fungsinya untuk mengungkapkan
imajinasi dan kreativitas, bahasa Sunda juga telah menghasilkan aneka ragam
bentuk dan jenis karya sastra dalam tradisi yang telah bersejarah. Dengan
demikian, pemilihan bahan (materi) pembelajaran akan semakin penting, apalagi
hanya tersedia waktu dua jam pelajaran dalam satu minggu.
B. Pengertian
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda SD/MI adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan tersebut.

C. Fungsi dan Tujuan


1. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guruguru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan
mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra
Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial
budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan
dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5)
sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam
budaya daerah (Sunda).

2. Tujuan
Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini bertujuan
memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan kemudahan kepada para pelaksana
pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra
Sunda.
2

Sebagai acuan program dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan,


serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda, isi standar kompetensi dan
kompetensi dasar ini didasarkan pada tujuan umum pembelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda, yakni peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan
berbahasa serta bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat diperinci sebagai
berikut.
1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi
sebagian besar masyarakatnya.
2) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan
fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk
berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan).
3) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa
Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial.
4) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda,
mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
5) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai
khazanah budaya dan intelektual masyarakat Sunda.

D. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI


Standar kompetensi lulusan (SKL) SD/MI dalam Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana
lisan sastra maupun nonsastra, yang berupa pengucapan bunyi bahasa,
kata, kalimat sederhana dan luas, pengumuman, penjelasan, nasihat,
perintah, tuturan, berita, dikte, pembacaan atau pelantunan puisi (sajak,
guguritan, kakawihan), dan pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan,
yang berupa percakapan, wawancara, bercerita,
menceritakan,
mengumumkan, menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul,
laporan), diskusi, pidato, bermain peran, dan dramatisasi puisi.
c. Membaca (maca)
Mampu membaca, memahami, dan menangapi beragam teks yang berupa
aksara, kata-kata lepas, kalimat lepas, prosa (pengumuman, surat,
bahasan, dongeng, cerita pendek, artikel, pidato), teks percakapan, teks
puisi (sajak, guguritan).
3

d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam
tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana
dan luas), fungsi kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek,
surat, berita, biografi, narasi, deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi
(sajak, guguritan), serta penggunaan ejaan dan tanda baca.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra Sunda, yang
meliputi aspek-aspek berikut, yakni:
1. menyimak (ngaregepkeun);
2. berbicara (nyarita);
3. membaca (maca); dan
4. menulis (nulis).
Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut dikaitkan dengan aspek
tema dan kaidah bahasa (kebahasaan) seperti lafal dan ejaan, pembentukan kata,
dan penataan kalimat.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI


KELAS I
1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi
1.1 Mampu memahami dan
menangggapi
bunyi
basa),
bahasa
(sora
perintah
(parentah)
sederhana,
perbuatan,
dan
dongeng
yang
dilisankan.

Kompetensi Dasar
1.2.1 Membedakan bunyi bahasa Sunda
1.2.2 Melakukan perintah sederhana
1.2.3 Menanggapi dengan perbuatan
1.2.4 Memahami isi dongeng

2. Berbicara (Nyarita)

Standar Kompetensi
1.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta izin,
memperkenalkan diri
(ngawanohkeun),
bercakap-cakap
(paguneman),
menyebutkan dan
menerangkan gambar.

Kompetensi Dasar
1.2.1 Meminta izin
1.2.2 Memperkenalkan diri
1.2.3 Bercakap-cakap dengan teman
1.2.4 Menyebutkan berbagai gambar
benda
1.2.5 Menerangkan berbagai jenis
gambar peristiwa

3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi
1.3 Mampu memahami dan
menanggapi
tulisan
dengan membaca katakata
lepas,
kalimat
lepas, dan
paragraf
pendek.

Kompetensi Dasar
1.3.1 Membaca kata-kata lepas
yang mengandung kata asal
dwisuku (dua engang)
1.3.2 Membaca kalimat lepas dua
kata
1.3.3 Membaca kalimat lepas tiga
kata
1.3.4 Membaca paragraf pendek
tiga kalimat

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi
1.4 Mampu menulis atau
menyalin huruf lepas,
suku kata (engang), dan
kalimat sederhana.

Kompetensi Dasar
1.4.1 Menyalin huruf lepas
1.4.2 Menyalin suku kata
1.4.3 Menyalin kata dwisuku
1.4.4 Menyalin kata trisuku
.
1.4.5 Menyalin kalimat sederhana

KELAS II
1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi
2.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
dengan menyimak tata
tertib,
penjelasan,
dongeng, dan kakawihan.

Kompetensi Dasar
2.1.1 Menyimak tata cara atau
tata tertib belajar
2.1.2 Menyimak penjelasan
tentang cara hidup sehat
2.1.3 Menyimak dongeng
3.2.4 Menyimak kakawihan

2. Berbicara (nyarita)
Standar Kompetensi
2.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan dalam
mengajak,
berjanji,
memperkenalkan,
mengundang, dan bertamu.

Kompetensi Dasar
2.2.1 Mengajak teman
2.2.2 Berjanji dengan teman
2.2.3 Memperkenalkan teman
2.2.4 Mengundang teman
2.2.5 Bertamu ke rumah teman

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
2.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi bacaan dengan
membaca nyaring, membaca
bersuara,
membaca/
kakawihan,
menembangkan
dan dongeng.

Kompetensi Dasar
2.3.1 Membaca nyaring (bedas)
deskripsi
2.3.2 Membaca bersuara
(nyoara) eksposisi
2.3.3 Membaca/menembangkan
kakawihan
2.3.4 Membaca dongeng

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
2.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan
secara tertulis
dengan menulis, menyusun,
dan
menyempurnakan
kalimat,
serta
menyalin
paragraf pendek.

Kompetensi Dasar
2.4.1 Menulis kalimat berhuruf
kapital
2.4.2 Menulis/menyalin kalimat
sederhana
2.4.3 Menyusun kalimat sederhana
2.4.4 Menyempurnakan kalimat
dengan menggunakan tanda
koma dan tanda titik
2.4.5 Menyalin paragraf pendek

KELAS III
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.1 Mampu memahami dan 3.1.1 Menyimak bahasan
menanggapi wacana lisan
tentang kesehatan dan
melalui menyimak bahasan,
makanan
dongeng
fabel,
dan 3.1.2 Menyimak bahasan
kakawihan.
tentang kebersihan dan
pakaian
3.1.3 Menyimak dongeng fabel
(dongng sato)
3.1.4 Menyimak kakawihan

2. Berbicara (nyarita)
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
3.2 Mampu
mengungkapkan 3.2.1 Menyapa teman
pikiran,
perasaan,
dan 3.2.2 Meyakinkan teman
keinginan secara lisan dalam 3.2.3 Bercakap-cakap tentang
menyapa,
meyakinkan,
jenis binatang
bercakap-cakap,
dan 3.2.4 Bercakap-cakap tentang
menceritakan gambar.
jenis makanan
3.2.5 Menceritakan gambar
berseri

3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi
3.3 Mampu memahami dan
menanggapi bacaan
melalui membaca dalam
hati dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar
3.3.1 Membaca dalam hati
karangan eksposisi
3.3.2 Membaca nyaring
karangan deskripsi
3.3.3 Membaca nyaring (maca
bedas) puisi
3.3.4 Membaca nyaring carita
pondok

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi
3.4 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
dalam menulis kalimat dan
paragraf pendek.

Kompetensi Dasar
3.4.1 Menulis kalimat berita
(kalimah wawaran)
3.4.2 Menulis kalimat luas
(kalimah jembar)
3.4.3 Menulis kalimat tanya
(kalimah pananya)
3.4.4 Menulis kalimat perintah
(kalimah parntah)
3.4.5 Menulis paragraf pendek
dengan menggunakan
ejaan

KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi
4.1 Mampu memahami dan
menanggapi wacana lisan
melalui
menyimak
pengumuman
(bwara),
dongeng, dan guguritan.

Kompetensi Dasar
4.1.1 Menyimak pengumuman
4.1.2 Menyimak dongeng
4.1.3 Menyimak guguritan

4. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi
4.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara lisan
dalam meminta, menegur,
mengkritik atau memuji,
bercakap-cakap, bercerita,
dan menceritakan benda.

Kompetensi Dasar
4.2.1 Menyampaikan permintaan
4.2.2 Menegur
4.2.3 Mengkritik atau memuji
4.2.4 Bercakap-cakap
4.2.5 Bercerita tentang
kegemaran
4.2.6 Menceritakan benda di
lingkungan

3. Membaca (maca)
Standar Kompetensi
4.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui membaca cepat,
teks percakapan, carita
pondok, dan guguritan.

Kompetensi Dasar
4.3.1 Membaca cepat
4.3.2 Membaca teks
percakapan
4.3.3 Membaca carita pondok
4.3.4 Membaca guguritan

4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
4.4 Mampu

mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara tertulis
melalui
menulis
pengumuman, pengalaman,
narasi,
deskripsi,
dan
eksposisi.

Kompetensi Dasar
4.4.1 Menulis pengumuman
4.4.2 Menulis pengalaman
4.4.3 Menulis narasi
4.4.4 Menulis deskripsi
4.4.5 Menulis eksposisi

KELAS V
1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi
5.1 Mampu
memahami
dan menanggapi wacana
lisan melalui menyimak
penjelasan, pesan, dan
dongeng.

Kompetensi Dasar
5.1.1 Menyimak penjelasan dari
narasumber
5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap
muka atau telepon
5.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi
5.2 Mampu
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
dan
keinginan secara lisan
dalam mendeskripsikan,
berwawancara, berpendapat,
menanggapi, menyimpulkan,
dan memerankan.

Kompetensi Dasar
5.2.1 Mendeskripsikan benda atau
alat
5.2.2 Berwawancara dengan
narasumber
5.2.3 Menyampaikan pendapat
tentang persoalan faktual
5.2.4 Menanggapi suatu persoalan
atau peristiwa
5.2.5. Menyimpulkan isi percakapan
5.2.6 Memerankan drama pendek

3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi
5.3 Mampu
memahami
dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca dalam hati
dan membaca nyaring.

Kompetensi Dasar
5.3.1 Membaca dalam hati bahasan
5.3.2 Membaca nyaring sajak
5.3.3 Membaca carita pondok

10

4. Menulis (Nulis)

Standar Kompetensi
5.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam
menyusun
paragraf,
meringkas
bacaan, menulis surat,
narasi,
deskripsi,
dan eksposisi.

Kompetensi Dasar
5.4.1 Menyusun paragraf
5.4.2 Meringkas bacaan
5.4.3 Menulis surat
5.4.4 Menulis narasi
5.4.5 Menulis deskripsi
5.4.6 Menulis eksposisi

KELAS VI
1. Menyimak (ngaregepkeun)

Standar Kompetensi
6.1 Mampu memahami
dan menanggapi
wacana lisan melalui
menyimak
nasihat, berita radio/
televisi,
dan
dongeng.

Kompetensi Dasar
6.1.1 Menyimak nasihat
6.1.2 Menyimak berita radio/TV
6.1.3 Menyimak dongeng

2. Berbicara (nyarita)

Standar Kompetensi
6.2 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara
lisan dalam
menceritakan hasil
pengamatan, membahas
buku, mengeritik,
berpidato, berdiskusi,
dan memerankan drama.

Kompetensi Dasar
6.2.1 Menceritakan hasil pengamatan
6.2.2 Membahas isi buku
6.2.3 Mengeritik dengan alasan
6.2.4 Berpidato (biantara)
6.2.5 Berdiskusi (sawala)
6.2.6 Memerankan drama anak-anak

11

3. Membaca (maca)

Standar Kompetensi
6.3 Mampu memahami dan
menanggapi
bacaan
melalui
membaca
sekilas
(skimming),
membaca cepat, dan
membaca intensif.

Kompetensi Dasar
6.3.1 Membaca sekilas
6.3.2 Membaca cepat
6.3.3 Membaca intensif

4. Menulis (nulis)

Standar Kompetensi
6.4 Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
keinginan secara tertulis
dalam mengisi formulir,
melengkapi
karangan,
menulis kejadian, berita,
riwayat
hidup,
dan
pidato.

Kompetensi Dasar
6.4.1 Mengisi formulir
6.4.2 Melengkapi karangan
6.4.3 Menuliskan kejadian
6.4.4 Menuliskan berita
6.4.5 Menulis riwayat hidup
6.4.6 Menulis pidato (biantara)

12

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa
Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan
pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian
maupun sepenuhnya. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsungangsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang
memiliki basa wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat
atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda bertitik tolak dari pandangan
bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat
pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan
(menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra Sunda, kemampuan berpikir dan bernalar,
serta kemampuan memperluas wawasan tentang budaya Sunda, juga diarahkan
untuk mempertajam perasaan murid. Di samping itu, diharapkan murid tidak hanya
mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam
berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar
belakang budaya. Murid tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi
yang lugas dan tersurat, melainkan juga yang kias dan tersirat.
Agar murid mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan
pada kegiatan untuk membekali murid terampil berbahasa lisan dan berbahasa
tulis. Murid dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan
tentang bahasa. Juga pembelajaran sastra Sunda diarahkan agar murid beroleh
pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, bukan pada pengetahuan sastra.
Dalam sastra terkandung pengalaman manusia, yang meliputi pengalaman
pengindraan, perasaan, kahyal, dan perenungan, yang secara terpadu diwujudkan
dalam penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui
sastra murid diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra.
Pengetahuan tentang sastra dijadikan penunjang dalam mengapresiasi karya
sastra. Dengan demikian, fungsi utama sastra sebagai penghalus budi,
peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan
apresiasi budaya, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dapat
tercapai dan tersalurkan.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara
lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya,
kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk
keperluan itu, dalam pembelajaran bahasa dapat digunakan berbagai pendekatan,
antara lain, pendekatan kompetensi komunikatif dan pendekatan kontekstual
dengan berbagai media dan sumber belajar.
13

Murid adalah peserta aktif atau sebagai pelajar. Berkaitan dengan


pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, murid harus mendapat kesempatan yang
sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya untuk beroleh pengalaman berbahasa
dan bersastra Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan
kegiatan produktif (berbicara, menulis). Di dalam hal ini perlu pula dipertimbangan
pemakaian aspek-aspek kebahasaan yang berupa fonem, kata, kalimat, dan
paragraf.

3. Pengorganisasian Materi
1) Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan
kerangka tentang standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan
dikuasai oleh peserta didik pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam
dua komponen utama, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Masing-masing bersangkutan dengan kemampuan berbahasa dan
pengalaman bersastra.
Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara
terpadu. Pada gambar berikut terlihat bagaimana sebuah tema atau kebahasaan
dapat terpadu dalam dua aspek atau lebih. Penekanan bisa dilakukan pada salah
satu aspek.

Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah standar kompetensi


merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai murid. Oleh karena itu, guru
di daerah atau di sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau
menyesuaikan bahan yang disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat
dalam silabus dan rencana pembelajaran.
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif,
yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti menyimak dongeng atau struktur
predikat dan keterangan (P-Ket) seperti membaca nyaring. Akibat kedua struktur
14

predikatif tersebut, isi kompetensi dasar memperlihatkan kemampuan proses dan


kemampuan substansi. Memang tampak adanya ketidakajegan, namun hal itu
tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar dapat mengacu kepada
kemampuan proses maupun substansi.

4. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
dimaksudkan untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan
kompetensi dasar, yang terdapat pada kelas tertentu (I - XII). Standar kompetensi
mengacu kepada empat aspek keterampilan bahasa, yakni (1) menyimak, (2)
berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Untuk menandai keterkaitan kelas dan
SK, penomoran KD dibuat dalam tiga angka. Angka pertama menunjukkan kelas,
angka kedua menunjukkan nomor SK, dan angka ketiga menunjukkan nomor KD.
Contoh:

KELAS IV
1. Menyimak (ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

4.1 Mampu memahami dan 4.1.1 Menyimak pengumuman


menanggapi wacana
4.1.2 Menyimak dongeng
lisan melalui menyimak 4.1.3 Menyimak guguritan
pengumuman, dongeng,
dan guguritan.

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru dapat


memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja.
5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
5.1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi
berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu
semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.

5.2 Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya


Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa
lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar
15

berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa


dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam
penelaahan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, murid diupayakan
untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit atau secara implisit seperti
yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian Sunda (seni pertunjukan/teater,
seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).

6. Bacaan Wajib Sastra


Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap
murid pada jenjang SD/MI diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi,
cerpen, novel, dan drama) yang sesuai dalam jumlah yang memadai.
Pengajaran apresiasi sastra ini disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi
yang terdapat dalam kurikulum pada aspek kemampuan bersastra. Pemilihan
bahan ajar ini dapat dilihat pada bagian lampiran atau dicari pada sumber lain.
7. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui
pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah
beberapa kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada
tengah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup
kognitif, afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun
sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran),
bukan tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan
dan pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun).

8. Diversifikasi Kurikulum
8.1 Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk
semua sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan
kemampuan murid yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri.
Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan
lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari
berbagai kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak
menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
8.2 Kategorisasi Lokasi Kebahasaan
Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah
lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi
16

pemerintahan. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya


berbahasa ibu bukan bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan
dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung
untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

9. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk
menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu
disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa
berbeda-beda. Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan
acuan oleh para guru.

9.1 Materi Kebahasaan


Kebahasaan atau pengetahuan bahasa masih diperlukan dalam belajar
berbahasa. Pembelajaran bahasa Sunda tidak secara khusus mengajarkan
pengetahuan bahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan
(kosa kata dan tata bahasa) disajikan dalam pembelajaran keterampilan
berbahasa secara integratif.
Pertama, bahan ajar kosa kata diterapkan di dalam kalimat, bukan daftar
kata-kata berserta maknanya. Cakupan kosa kata dapat berupa pemakaian seperti
berikut:
(1) kata-kata khusus (istilah) yang berkaitan dengan sosial-budaya Sunda;
(2) kata-kata lugas (denotatif) dan kata kiasan (konotatif);
(3) kata-kata yang berhubungan makna (sinonim, antonim, homonim,
hiponim);
(4) perubahan makna (meluas, menyempit, meningkat, menurun,
sinestesia, asosiasi);
(5) ungkapan (babasan) dan peribahasa (paribasa);
(6) majas (gayabasa) dan rima (purwakanti);
(7) tatakrama basa atau undak usuk basa dalam
percakapan (paguneman).
Kedua, bahan ajar tata bahasa diperlukan ketika membetulkan kesalahan
pemakaian kaidah bahasa sebagai latihan disiplin berbahasa. Bukan pembelajaran
tentang tata bahasa, tetapi pemakaian atau penerapannya dalam kalimat.
Cakupan tata bahasa meliputi aspek-aspek berikut:
(1) lafal dan ejaan;
(2) pemakaian bentuk kata (wangun kecap) yang meliputi kata dasar (kecap
asal), kata turunan (kecap rundayan), kata ulang (kecap rajekan), dan
kata majemuk (kecap kantetan) dalam kalimat. Misalnya, kata
berimbuhan N- dan di-, diajarkan ketika bertemu dengan materi pokok
kalimat aktif (kalimah aktip) dan kalimat pasif (kalimah pasip);
17

(3) pemakaian bentuk kalimat (wangun kalimah), berawal dari kalimat


sederhana (kalimah basajan), kalimat luas (kalimah jembar), menuju ke
kalimat majemuk (kalimah ngantet) dan kalimat bertingkat (kalimah
sumeler);
(4) pemakaian fungsi kalimat (kagunaan kalimah) yang meliputi kalimat
berita (kalimah wawaran), kalimat tanya (kalimah pananya), kalimat
perintah (kalimah parentah), dan kalimat seru (kalimah panyeluk);
(5) pemakaian tipe kalimat (wanda kalimah) yang meliputi kalimat langsung
dan kalimat tak langsung, kalimat aktif (kalimah migawe), kalimat pasif
(kalimah kapigawe), kalimat refleksif (kalimah migawe maneh), dan
kalimat resiprokatif (kalimah silihbales) berada dalam pembelajaran
wacana dialog dan drama.
Ketiga, bahan ajar wacana atau teks berkaitan dengan aspek keterampilan
berbahasa dan bersastra, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Cakupan wacana dapat berupa:
(1) paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel;
(2) bentuk wacana seperti narasi (carita), deskripsi (dadaran, candraan),
eksposisi (pedaran), dan argumentasi (bahasan);
(3) jenis wacana seperti puisi (wangun ugeran), prosa (wangun lancaran),
dan drama (wangun paguneman).

9.2 Materi Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak
(ngaregepkeun) dan berbicara (nyarita), sebagai kegiatan berbahasa lisan serta
membaca (maca), dan menulis (nulis) sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak
dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif.
a. Aspek Menyimak (ngaregepkeun)
Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui
mendengarkan lambing-lambang bunyi ujaran. Kegiatannya dapat berupa
mendengarkan:
(1) pembacaan puisi;
(2) penuturan dongeng;
(3) pembacaan cerita;
(4) pembacaan kutipan novel;
(5) pengumuman (wawaran, bewara);
(6) dialog atau diskusi;
(7) khutbah/pidato/ceramah;
(8) acara radio/TV;
(9) kakawihan, kawih, dan tembang.

18

b. Aspek Berbicara (nyarita)


Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan,
dan keinginan) secara lisan. Kegiatannya dapat berupa:
(1) bercerita (ngadongeng),
(2) berwawancara (wawancara),
(3) menceritakan kembali (nyaritakeun deui);
(4) menyampaikan pesan (nepikeun amanat);
(5) bermain peran (metakeun, ngaragakeun);
(6) menyapa (tumanya);
(7) mengeritik (ngeritik, nyawad);
(8) memberikan pujian/memuji (muji);
(9) memberikan tanggapan (mere tanggapan);
(10) mendiskusikan (nyawalakeun, ngadiskusikeun);
(11) membahas (medar);
(12) menyanggah pendapat/menolak usul;
(13) berpidato (biantara);
(14) bercakap-cakap (ngobrol, ngawangkong);
(15) melisankan hasil sastra (puisi, prosa, dan drama).

c. Aspek Membaca (maca)


Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau
bacaan. Aspek membaca dapat berupa kegiatan:
(1) membaca permulaan (maca munggaran);
(2) membaca pemahaman (maca nyangkem);
(3) membaca nyaring (maca bedas);
(4) membaca bersuara (maca nyoara);
(5) membaca memindai (maca tenget);
(6) membaca cepat (maca gancang);
(7) membaca dalam hati (maca jero hate, ngilo);
(8) membaca pendalaman (maca neuleuman);
(9) membaca berurutan (maca ngaruntuy);
(10) membaca sekilas (maca saliwat, saulas);
(11) membaca intensif (maca intensif, ngulik);
(12) membaca ekstensif (maca ekstensif, ngalanglang);
(13) membaca naskah drama;
(14) membaca sajak (maca sajak).

d. Aspek Menulis (nulis)


Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan (pikiran, perasaan, dan
keinginan) secara tertulis atau melalui lambang-lambang grafis. Aspek menulis
dapat berupa kegiatan:
(1) menulis permulaan (nulis munggaran);
(2) menyalin (nyalin);
19

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

mendeskripsikan (ngadadarkeun);
melengkapi karangan rumpang (ngalengkepan);
menulis paragraf;
menulis surat;
menyunting (nyarungsum);
menerapkan ejaan dan tanda baca;
menulis rangkuman (ngarangkum);
menulis teks pidato;
menulis laporan;
menulis pesan ringkas;
menulis iklan;
menulis warta/berita;
menulis artikel;
menulis bahasan.

20

Anda mungkin juga menyukai