PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup
ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di
manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn amal shaleh yg dapat
menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah
keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka
menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para
ulama beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas
kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar
mereka selain tali persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara
kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dengan kebohongan
kesombongan kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral dan
kemungkaran.Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba
menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.
B. Rumusan Masalah
A. PENGERTIAN IMAN
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak
orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”.
Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia
terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya
pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk
makhluk yang bernama manusia.
Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan
menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap
dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu hadis
Nabi yang berikut ini:
Terjemahnya:
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu dan
dibuktikan kebenarannya dengan amal”.
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa:
“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman
dan ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian
pertama ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun,
yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang
diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin
(orang yang beriman) adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram
menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan”.
Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan
referensi bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan
penuh terhadap suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna
iman seseorang kalau hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal
perbuatan.
Sedangkan menurut Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan:
“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah swt Dan Rasul-
Rasul-Nya (atas mereka keselematan)”.
Dan menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan oleh al-Kalabadzy:
”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah pembenaran”.
Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para pakar sepakat bahwa
iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota
badan, maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya
menempatkan sebagai kelengkapan saja.
B. KARAKTERISTIK IMAN
C. TINGKATAN-TINGKATAN IMAN
Menurut pendapat para ulama, iman seorang hamba memiliki tingkatan. Syekh
Allamah Muhammab bin Umar an-Nawawi al-Banteni dalam Kitab Syarah Kasyifah as-
Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja mengatakan, ada lima tingkatan iman.
Pertama, iman taklid, yaitu mantap dan percaya dengan ucapan orang lain tanpa
mengetahui dalilnya. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini dianggap sah
keimanannya, tetapi berdosa karena meninggalkan upaya mencari dalil apabila orang
tersebut mampu menemukannya.
Kedua, iman ilmi, yaitu mengetahui akidah-akidah beserta dalil-dalilnya. Tingkatan
keimanan ini disebut ilmu yaqin. Menurut Syekh Nawawi, orang yang memiliki keimanan
tingkat pertama dan kedua termasuk orang yang terhalang jauh dari Zat Allah Ta'aala.
Ketiga, iman iyaan, yaitu mengetahui Allah dengan pengawasan hati. Oleh karena itu,
Allah tidak hilang dari hati sekedip mata pun karena rasa takut kepada-Nya selalu ada di
hati sehingga seolah-olah orang yang memiliki tingkatan keimanan ini melihat Allah di
maqam muraqabah atau derajat pengawasan hati. Tingkat keimanan ini disebut dengan
ainul yaqin.
Keempat, iman haq, yaitu melihat Allah dengan hati. Tingkatan keimanan ini seperti
yang disampaikan para ulama, yakni orang yang makrifat. Orang tersebut dapat melihat
Allah dalam segala sesuatu. Tingkat keimanan ini berada di maqam musyahadah dan
disebut dengan haq al-yaqiin. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini adalah orang
yang terhalang jauh dari selain Allah.
Kelima, iman hakikat, yaitu sirna bersama Allah dan mabuk karena cinta kepada-Nya.
Oleh karena itu, orang yang memiliki tingkatan keimanan ini hanya melihat Allah seperti
orang yang tenggelam di dalam lautan dan tidak melihat adanya tepi pantai sama sekali.
Tingkatan keimanan yang wajib dicapai seseorang adalah tingkatan pertama dan kedua.
Sementara itu, tingkatan keimanan ketiga, keempat, dan kelima merupakan tingkatan-
tingkatan keimanan yang dikhususkan oleh Allah untuk hamba-Nya yang Dia kehendaki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil makalah ini, kami menyimpulkan iman adalah keyakinan dan
kepercayaan kepada Allah SWT, Nabi, Kitab dan lain sebagainya.
Menurut pendapat para ulama, iman seorang hamba memiliki tingkatan , Syekh Allamah
Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Banteni dalam kitab Syarah Kasyifa as-Saja Fi Syarhi
Safinah an-Naja mengatakan, ada lima tingkatan iman;
1. Iman Takdil
2. Iman ilmi
3. Iman iyaan
4. Iman haq
5. iman hakikat
Tingakatan keimanan yang wajib dicapai seseorang adalah tingkatan keimanan pertama dan
kedua. Tingkatan keimanan ketiga, keempat dan kelima merupakan tingkatan-tingkatan
keimanan yang dikhususkan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
https://telisik.id/news/ini-tingkatan-keimanan-seorang-muslim-di-mana-posisi-kita
https://www.beritasatu.com/news/635575/tingkatkan-iman
https://kumparan.com/berita-update/pengertian-iman-dan-tingkatannya-dalam-pandangan-
islam-1v0bezmcCDJ
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iman/
https://muslim.or.id/67060-bagan-tingkatan-iman-bag-2.html
https://www.academia.edu/19832834/Iman