NIM : 221220087
1. HAKIKAT IMAN
Hakikat iman kepada Allah SWT adalah satu hakikat besar yang
mencakupi seluruh bidang kehidupan manusia. Apabila iman bersemi di
dalam hati seseorang, maka iman itu akan terus menjelmakan kesannya
dalam bentuk amal perbuatan, kegiatan dan perjuangan yang
mengharapkan Allah SWT atau ridho Allah SWT.
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam
agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan
iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap
rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu
tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan
takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu
dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi
kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab
eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh.
Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa
Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw :
“Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala !
” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai
Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab
Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai
dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan
tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena
ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat
berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka
kerana keimanannya .
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut
berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang
bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu
bimbang dalam keraguannya.
(QS.9:44-45)
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk
melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”(QS.24:51)
4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/ permasalahannya. “Maka
demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”(QS.4:65)
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun dan
keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya. “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh persoalan yg
mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah. “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya
bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka
bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada kaum
kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-
Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya “Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat
yang nyata. “(QS.33:36)
1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat memegang teguh
keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak lemah karena cobaan.
2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam
mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat, pitutur pengarahan-
pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental, sak dermo, hatinya gampangan
untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik dan menuju kearah kesempurnaan.
3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-ragu dalam
mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita kebenaran.
5. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu belum cukup
untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk
beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia, tentram dan tenang, karena semua usahanya
itu pasti berakhir dengan kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh.
6. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris hatinya
menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran.
7. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga berani ngebosi
(mendanai) kelancaran agamanya Alloh.
8. Merias diri menjaga kebersihan walaupun papa sengsaran, selalu menjaga harga diri sebagai
orang iman.
9. Hatinya tidak tamak, ngerangsang, ngoyo, bisa menerima pembagian Alloh tetapi tidak
menimbulkan malas usaha karena menyadari bahwa suksesnya perjuangan agamanya Alloh itu
ditunjang oleh harta kekayaan.
13. Dapat mengendalikan diri, tidak selalu mengikuti syahwat dan keinginan.
14. Kasih sayang terhadap orang-orang yang menderita, keberatan menghadapi hidup dan
kehidupan.
15. Tidak menyimpang dari garis-garis kebenaran walaupun terhadap orang yang paling sering
membikin marah dan geram.
16. Cintanya kepada seseorang tidak menimbulkan pelanggaran-pelanggaran tidak menerjang
larangan agama melakukan perbuatan dosa.
17. Tidak menyia-nyiakan titipan kalau ada titipan maka segeralah di serahkan kepada yang
berhak menerima/bisa amanat.
18. Tidak dengki, tidak suka menuduh jelek kepada sesama orang iman, tidak suka saling
melaknat.
19. Mengakui kesalahan-kesalahan yang diperbuat walaupun tidak ada orang yang menyaksikan
perbuatannya.
20. Tidak memanggil orang iman dengan julukan-julukan: ya kafir, ya fasik, ya munafik.
21. Khusyu’ dalam sholat, cepat-cepat mengeluarkan zakat jika hartanya sudah sampai nisab.
22. Sabar, tabah, tahan uji dan tenang dalam menghadapi fitnah, cobaan gonjang ganjing dan
kegoncangan.
24. Menerima yang jadi miliknya, dan tidak mengaku barang yang bukan miliknya.
25. Tidak menanam dendam kesemua umat dan tidak menumpuk-numpuk dendam yang
membawa permusuhan.
26. Jika dianiyaya tetap sabar, sehingga Alloh Tuhan pemurah memberi pertolongan.
27. Sifat kikir bakhilnya tidak mencegah untuk berbuat ma’ruf kebenaran.
28. Mau bergaul dengan manusia pada umumnya walaupun terhadap yang berbeda pendapat,
faham agama, golongan, ras, suku, marga dan mau berbicara, berdialog, bermusyawarah
dengan mereka tetapi tidak terpengaruh.
1. Syirik
Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk Allah tetapi
dilakukan untuk selain Allah. Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan Allah dengan
mahluknya seperti keyakinan adanya kekuatan selain Allah. Misalnya menyembah berhala.
Syirik yang seperti ini disebut dengan syirik I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan yang
salah, dan juga disebut syirik jali artinya syirik yang nyata dan dikategorikan
sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini selain bertaubat selagi masih
hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah SWT.
“sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata “sesungguhnya Allah ialah masih
putra Maryam” padahal Al-Masih sendiri berkata “ hai bani isra’il sembahlah Allah tuhanku
dan tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang- orang yang dzalim itu seorang penolongpun “ (QS Al-Maidah ayat 72).
Telah bercerita kepada kami Yunus telah bercerita kepada kami Laits dari Yazid bin Al Had
dari 'Amru dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka
bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka
pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-
orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan
balasan disisi mereka?” telah bercerita kepada kami Ibrahim bin Abu Al 'Abbas telah
bercerita kepada kami 'Abdur Rahman bin Abu Az Zinad dari 'Amru bin Abu 'Amru dari
'Ashim bin 'Umar Azh Zhafari dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian” lalu ia
menyebut makna hadits. (Ahmad - 22523)
Katakanlah sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku
bahwa sesungguhnya tuhan kamu adalah Tuhan yang ESA
barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya (QS Al-Kahfi 110)
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan” (QS Al-Furqan 23)
2. Melakukan sihir
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah
tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan
kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Firman Allah SWT :
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan sulaiman)
dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir
(mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada apa yang diturunkan kepada malaikat di negri babil yaitu harut dan marut,
sedangkan keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan : “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir
“ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi manfaat. Demi sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah :102)
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat berat,
yakni dipenggal dengan pedang. Sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan
oleh turmudzi :
“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan pedang” (HR Turmudzi)
Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang temasuk
sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-benda tertentu
dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati perempuan agar
menyukainya.
Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya tambahan, sedangkan
mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat. Akan tetapi secara
umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai
dengan tambahan bunga. Agama islam dengan tegas melarang umatnya memakan riba,
sebagaimana firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan Peliharalah dirimu
dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS Al-Imran : 130)
Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia diharuskan
membayar dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat membayar, bunganya pun
akan terus berlipat. Perbuatan seperti itu banyak dilakukan di zaman jahiliyah dan para
ulama menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal yaitu
menukar barang dengan barang sejenis, namun salah satunya
lebih banyak atau lebih sedikit dari pada yang lainnya.
Dari Abu sa’id Al-Khudri ra (beliau berkata) : sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda :
janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali sama timbangan beratnya dan dan
janganlah kalian melebihkan sebagian dari sebagian yang lain; dan janganlah kalian menjual
perak, dengan perak kecuali sama berat timbangannya, dan janganlah kamua melebihkan
sebagian dari sebagiannya; dan janganlah kalian menjual yang tempo (utang) dengan yang
tunai (Muttafaqun alaih)
4. Membunuh jiwa manusia
Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa
hak dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan
keneraka jahannam dan kekal didalamnya sebagaimana firman Allah SWT:
Sebagaimana halnya perbuatan musyrik membunuh orang mukmin tanpa sengaja juga
termasuk dosa yang kemungkinan besar tidak akan dapat ampunan Nya,
Rasulullah SAW bersabda :
Telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Isa berkata; telah Mengabarkan kepada kami
Tsaur bin Yazid dari Abu Aun dari Abu Idris berkata; saya mendengar Mu’awiyah -dan dia
jarang menyampaikan hadis dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berkata–, saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Semua dosa akan diampuni
oleh Allah kecuali seorang laki-laki yang meninggal dalam keadaan kafir atau seorang laki-
laki yang membunuh mukmin lainnya dengan sengaja.” (Ahmad - 16302)
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil atau dengan
kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Memakan harta anak
yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Sepeti firman Allah SWT :
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anaka yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang
menyala-nyala (neraka) (QS An-Nisa: 10)
Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang memelihara
anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut (QS. 6: 512) yaitu menambil
sebatas biaya pemeliharaanya. Itupun kalau sinak sudah beranjak dewasa. Akan tetapi,
apabila mampu, sebaiknya dia tidak mengambil harta anak yatim tersebut (QS. 4: 6)
Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya telah berjuang
keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan mengeluarkan seluruh daya dan
upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.
Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah berkhianat
kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan Allah SWT yang
senantiasa menolong setiap hambaNYA yang berjuang menegakkan agama Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT :
Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali berbelok untuk
(sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya
ialah neraka jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al- Anfal : 16)
Al-qadzaf secara bahasa artinya menuduh, sedangkan menurut istilah adalah menuduh
seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman had.
“dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh
kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka
itulah orang- orang yang fasik” (QS An-Nur : 4).