Anda di halaman 1dari 12

Nuzulur Ramadhona.

Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS ISI PADA NASKAH ULU SU-


MATERA SELATAN DALAM KOLEKSI PETI PNRI NO 91/3+*
Infinite Text And Content Analysis In Naskah Ulu Sumatera Selatan In The Collection
Of Peti Pnri No 91/3 +
Nuzulur Ramadhona
Program Studi SPI Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah. Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri, Kota
Palembang, Sumatera Selatan. Indonesia
nuzulur.ramadhona@gmail.com

Abstract
South Sumatera region has recognized the written tradition from the seventh century to
the present with the discovery of Sanskrit, Arabic, Maley, Javanise, and Latin accented arte-
facts. The ulu manuscript is a manuscript that is widely developed and spread in the inferior
of the South Sumatera. The Box 91/3+ manuscript is one of the manuscript of the PNRI col-
lection with ulu accented and southern Sumatera Malay dialect. The problem of this re-
search are editing and finding out the contents of its manuscript. The philology method used
in this study presents a tex edition by describing the physical manuscript to be studied. The
box manuscript No. 91/3+ made of a brown bamboo is still intoct. The box manuscript No.
91/3+ tells about a sailor’s journey and the law of a matter. This manuscript was writer by
script writers around the end of the 15th century or the beginning of the 16th century.

Keywords: Manuscripts; Ulu; Philology

Abstrak. Sumatera Selatan telah mengenal tradisi tulis mulai dari Abad VII hingga saat
ini dengan ditemukannya artefak beraksara Sanskerta, Arab Melayu, ulu, Jawa, dan Latin.
Naskah Ulu merupakan naskah yang banyak berkembang dan tersebar di daerah perdalaman
Sumatera Selatan. Naskah Peti 91/3+ merupakan salah satu naskah koleksi PNRI beraksara
Ulu dan berdialek Melayu daerah Sumatera Selatan. Masalah penelitian ini yaitu bagaimana
Suntingan dan analisis isi naskah Peti No. 91/3+ tersebut. Tujuan penelitian untuk
menyunting dan mengetahui isi naskah tersebut. Metode filologi yang digunakan dalam
penelitian ini yang menyajikan edisi teks dengan menggambarkan fisik naskah yang akan
diteliti. Naskah Peti No.91/3+ berbahan bambu berwarna coklat masih dalam keadaan utuh.
Naskah Peti No.91/3+ menceritakan tentang sebuah perjalanan seorang pelaut dan hukum
suatu perkara. Naskah ini ditulisan oleh penulis naskah sekitar akhir abad ke 15 atau awal
abad ke 16.

Kata kunci: Naskah; Aksara Ulu; Filologi

1. Pendahuluan bacaan ini dikenal dengan naskah.


Kemajuan ilmu pengetahuan hari ini, Naskah merupakan salah satu sumber
tentu saja tidak berdiri sendiri, ada masa lalu primer paling otentik yang dapat
yang mengantarnya. Mata rantai yang mendekatkan jarak antara masa lalu dan
menyampaikan kepada pengetahuan hari ini masa kini. Naskah menjanjikan, tentu bagi
dapat diketahui dari tulisan-tulisan kuno/ mereka yang tahu cara membaca dan
klasik (aksara kuno). Tulisan tersebut dibuat menafsirkannya, sebuah ”jalan pintas”
dengan tulisan tangan dan alat tulis yang istimewa (privileged shortcut acces) untuk
sederhana (Hidayat, 2015: 1) yang mengetahui khazanah intelektual dan sejarah
kemudian dihimpun menjadi susunan sosial kehidupan masyarakat masa lalu.
*Naskah merupakan pengembangan dari skripsi penulis yang berjudul sama 49
Naskah diterima 12/02/2019; Revisi diterima 23/05/2019; Disetujui 27/05/2019
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

Sehingga demikian naskah tersebut menjadi Ulu merupakan suatu sistem simbol visual
objek penelitian filologi karena naskah yang ditulis di batu, tanduk, bambu, kaghas,
merupakan tulisan tangan yang menyimpan rotan dan beredar di daerah uluan atau
berbagai ungkapan pikiran dan perasaan daerah perdalaman. Menurut Sarwit
sebagai hasil budaya masa lalu. Sarwono, ia mengatakan aksara Ka Ga Nga
Perkembangan dan dinamika keilmuan pada atau aksara Ulu menyebar mengikuti aliran
suatu masa tercermin dalam pelbagai karya sungai Musi sebagai dampak mobilitas
tulis yang dihasilkan (Baried, 1985: 55). penduduk waktu itu. (Nurhan, 2010: 24).
Naskah-naskah lama Nusantara ternyata Naskah Ulu, diambil dari kata “Ulu” pada
menunjukkan keragaman yang luar biasa, naskah-naskah beraksara Ka Ga Nga
baik dari segi aksaranya, tema isi, bahasa, Sumatera Selatan karena tradisi tulisnya
maupun media yang dipergunakan. Naskah- dahulu berkembang di daerah pemukiman di
naskah tersebut tersimpan atau dijumpai di hulu-hulu sungai atau disebut daerah ulu.
dalam maupun di luar negeri dengan jumlah Di Sumatera Selatan, Tradisi tulis Ulu
yang cukup banyak. Naskah-naskah yang berkembang di daerah pedalaman yang
berada di dalam negeri pada umunya melahirkan berbagai jenis naskah dengan
dikelola oleh lembaga pemerintah dan menggunakan media tulisnya bambu, kulit
sebagian tersimpan menjadi koleksi pribadi kayu, bahan rotan, kulit hewan, lontar dan
atau menjadi benda pusaka keluarga. tanduk kerbau. Naskah-naskah tersebut
Masyarakat Sumatera Selatan memiliki sebagai besar menggunakan aksara Ulu dan
tradisi tulis sejak lama. Setidaknya hal itu pada umumnya menggunakan bahasa daerah
dapat dilihat dari tulisan yang terdapat setempat, seperti naskah dari Pasemah
dalam prasasti-prasasti Sriwijaya yang menggunakan bahasa Pasemah, Naskah dari
ditemukan di Palembang dan sekitarnya Komering menggunakan bahasa Komering
sejak abad ke-7 M. Sebagai contoh prasasti dan naskah dari Ogan Ilir menggunakan
Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Telaga Batu, bahasa Ogan (Igama, 2005: 3). Aksara Ulu
dan yang lainnya. Sejak masa itu, tradisi sendiri di masing-masing daerah dikenal
tulis terus berkembang dengan banyak dengan nama yang berbeda seperti, Huruf
ditemukannya artefak berbentuk tulisan, Komering, Huruf Ogan, Huruf Rejang,
termasuk naskah, dengan beberapa jenis Huruf Pasemah, dan lainnya. Huruf ini juga
huruf, seperti huruf Arab, (termasuk Arab terdapat di Bengkulu, Jambi, dan Lampung.
Melayu/Jawi), Ka-Ga-Nga (huruf Ulu/ Naskah Ulu merupakan sebuah dokumen
Rencong), Jawa, dan Latin, di samping yang ditulis tangan yang diperkirakan
Huruf Pallawa pada prasasti-prasasti berasal dari daerah uluan, dalam hal ini
Sriwijaya (Andhifani, 2012: 2). daerah uluan yaitu daerah yang berada di
Aksara Ulu merupakan kekayaan tulis dataran tinggi Bukit Barisan. Bahan yang
yang telah lalu, yang pernah menghiasi digunakan untuk menulis sangat beragam,
khazanah tulis di Sumatera Selatan. Aksara seperti bambu, kulit kayu/kaghas, rotan,

50
Nuzulur Ramadhona. Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

daun nipah, dluang dan lain-lain. Isi naskah dipakai dalam keseharian. Mereka yang
Ulu merupakan sumber informasi mengerti hanya orang tua dan orang yang
kebudayaan daerah masa lampau yang peduli akan bahasa dan aksara tersebut.
sangat penting dan memiliki makna yang Berdasarkan latar belakang yang
sangat berarti. Di dalamnya mengandung ide dijelaskan di atas maka peneliti tertarik
-ide, gagasan, dan berbagai macam untuk melakukan penelitian dan mengkaji
pengetahuan tentang alam semesta menurut naskah beraksara Ulu yang ada di PNRI,.
persepsi budaya masyarakat yang Untuk mengkaji naskah tersebut digunakan
bersangkutan, ajaran-ajaran moral, filsafat, ilmu filologi, dengan mendeskripsikan fisik
keagamaan dan unsur-unsur lain yang naskah dan menyunting naskah. Selanjutnya
mengandung nilai-nilai luhur. naskah dianalisis isinya guna untuk
Naskah Ulu juga tersimpan di mengungkap isi di dalam naskah tersebut.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Dari uraian di atas, masalah yang hendak
(PNRI). Pada Katalog Induk Naskah-Naskah dibahas dalam penelitian ini yaitu
Nusantara (KINN) Jilid 4 yang dikeluarkan bagaimana suntingan Naskah Peti No. 91/3+
oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun dan apa isi yang terkandung pada naskah
1998 dalam kode koleksi “Peti” berdialek Peti No. 91/3+.
bahasa Melayu Sumatera Selatan, ditulis Setiap penelitian mempunyai tujuan
dengan aksara Rencong/Ulu, dan kode tertentu yang ingin dicapai, terutama karena
urutan nomor Peti 91, 93, dan 97. Terdapat benda-benda kuno merupakan sarana
sekitar 70-an Naskah beraksara Ulu yang mempelajari sejarah manusia dengan aspek
belum diteliti. kehidupannya. Berdasarkan rumusan
Naskah yang hendak penulis teliti masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
merupakan salah satu dari sekian naskah adalah untuk menyunting Naskah Peti No.
koleksi Peti yang berasal dari daerah 91/3+ dan mengetahui isi yang terkandung
Sumatera Selatan dengan nomor naksah pada naskah naskah Peti No. 91/3+. Selain
91/3+. Naskah ini tanpa judul, bertulisan itu juga ada alasan peneliti tertarik dengan
aksara Rencong/Ulu, media tulisnya Naskah Ulu Sumatera Selatan dalam koleksi
menggunakan bilah bambu atau gelumpai, Peti PNRI no. 91/3+ tersebut karena masih
berjumlah 10 bilah bambu, dan teknik sedikitnya para peneliti dalam menelitih
penulisanya menggunakan teknik gores. Isi naskah beraksara Ulu dan juga belum ada
naskah menceritakan tentang perjalanan buku atau karya ilmiah yang lebih spesifik
pelaut dan hukum suatu perkara. yang menjelaskan naskah tersebut.
Penelitian mengenai naskah Ulu masih
kurang. Hal tersebut karena pemakaian 2. Metode Penelitian
bahasa dan aksara yang bervariasi dan sulit Penelitian ini yang menjadi objek
di mengerti. Ketidakmengertian masyarakat penelitian adalah teks-teks tertulis yang
karena bahasa dan aksara tersebut tidak lagi menerangkan atau mengandung gagasan

51
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

tertentu. Dengan demikian jenis data yang karena naskah asli sudah rusak atau karena
digunakan adalah data kualitatif. Data kekhawatiran terjadi sesuatu dengan naskah
kualitatif dalam penelitian ini merupakan asli.
prosedur penelitian yang menghasilkan data d. Suntingan
deskriptif yang berupa data-data tertulis Suntingan yaitu peneliti yang akan
(Moleong, 1991: 13). Karena itu, menyiapkan edisi teks yang bisa dibaca dan
berdasarkan jenis data dan tema penelitian dipahami oleh khalayak luas. Suntingan teks
yang akan digarap maka jenis penelitian ini adalah penulisan ulang isi naskah dari aksara
merupakan penelitian pustaka (library Ulu ke dalam aksara Latin atau Indonesia
reseach). Dengan sumber primer yaitu sesuai dengan bacaan dan tulisan yang
Naskah Ulu Koleksi Peti PNRI No 91/3+. terdapat dalam teks naskah.
Naskah ini tersimpan di lantai 9 layanan e. Terjemahan
koleksi naskah Nusantara di PNRI. Setelah selesai melakukan penyuntigan
Pada analisis ini peneliti menerapkan teks langkah penelitian filologi selanjutnya
langkah-langkah metode penelitian filologi adalah terjemahan teks. Di mana
agar dapat mengupas isi yang terdapat pada kemampuan peneliti dalam menerjemahkan
Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam teks bahasa sumber ke bahasa sasaran atau
Koleksi Peti PNRI No 91/3+. Adapun dari bahasa naskah ke bahasa Indonesia.
langkah-langkah yang dilakukan adalah: f. Analisis Isi
a. Inventaris Naskah Analisis isi adalah penjelasan yang
Inventarisasi naskah dimaksudkan tekandung dalam teks naskah Kemudian
sebagai upaya secermat-cermatnya dan ditelaah dan dijelaskan kembali menurut
semaksimal mungkin untuk menelusuri dan pemahaman dan kemampuan yang penulis
mencatat keberadaan naskah yang memuat miliki, bahwa naskah tersebut menjelaskan
salinan dari teks yang akan di kaji peneliti masalah yang seperti apa dan apa maksud
(Lubis, 1996: 56). yang terkandung dari isi naskah tersebut.
b. Deksripsi Naskah Dalam makalah ini, tidak banyak aksara
Deskripsi naskah, yakni melakukan yang diterjemahkan karena kesulitan penulis
indentifikasi terhadap kondisi fisik naskah, dalam proses penerjemahan. Sebagian besar
isi teks, maupun indentitas kepengarangan bahasa yang digunakan ialah dialek lokal
dan kepenyalinannya dengan tujuan Lahat yang sudah tidak dikenal lagi oleh
menghasilkan sebuah deskripsi naskah dan masyarakat Lahat sekarang.
teks secara utuh (Faturahman, 2015 :77).
c. Penyalinan Naskah 3. Pembahasan
Rangkaian penurunan yang dilewati oleh 3.1. Deksripsi Naskah
suatu teks yang turun-temurun di sebut Dalam Naskah Peti No. 91/3+ merupakan
tradisi. Naskah di perbanyak karena orang teks yang ditulis menggunakan huruf Ulu
ingin memiliki sendiri naskah itu mungkin dan bahasa Melayu berdialek Sumatera

52
Nuzulur Ramadhona. Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

Selatan. Dalam filologi pengertian naskah cairan berwarnah hitam dan juga pada bilah
merupakan bentuk konkret dari teks naskah. ke-5 terletak pada bagian bawah sehingga
Sedangkan teks mempunyai pengertian yang menutupi beberapa huruf pada bilah tersebut
abstrak. Pengetian abstrak itu berupa bentuk akan tetapi huruf-huruf masih dapat terbaca.
tulisan atau lisan. Apabila berbentuk tulisan Penomoran naskah menggunakan aksara Ulu
maka teks itu dapat dilihat sedangkan yang Naskah Peti No. 91/3+ beraksara Ulu
cenderung abstrak adalah lisan. Naskah Peti koleksi PNRI, microfilm naskah, didapatkan
No. 91/3+ adalah teks yang tertuang dari Ahmad Rapani Igama. Ia merupakan
dalam tulisan atau naskah, maka penelitian salah satu ahli naskah Ulu yang ada di
dalam memahami teks naskah tersebut Sumatera Selatan. Dalam kunjungan ke
dengan cara melakukan transletrasi naskah PNRI penulis tidak menemukan seorang ahli
yang hasilnya berupa suntingan teks. mengenai naskah Ulu di sana. Dari pihak
Dalam Katalog Induk Naskah-Naskah pengawai PNRI di lantai 9 pada layanan
Nusantara (KINN) Perpustakaan Nasional naskah kuno Nusantara mengatakan bahwa
Republik Indonesia Jilid 4 bahwa naskah di PNRI tidak ada ahli naskah Ulu. Sehingga
tersebut tersimpan dalam naskah Peti beberapa informasi mengenai Naskah Peti
dengan nomor koleksi 91/3+, dimana dalam No. 91/3+ sedikit tidak valid seperti tidak di
identifikasi naskahnya sebagai berikut: ketahui asal usul naskah, pemilik awal
91/3+, tanpa Judul, 10 halaman, bahasa ?, naskah dan tahun awal naskah di dapat.
aksara Rencong/Ulu, bambu. Sementara
identifikasi dari naskah 91/1 sebagai berikut: 3.2. Penyalinan Naskah
91/1+, tanpa judul, 27 halaman, bahasa ?, Peneliti melakukan penyalinan naskah
Aksara Rencong/Ulu, bambu. Sehingga untuk mempermudah pembaca memahami
dalam penelitian ini, maka penggunaan dan melihat bentuk aksara sehingga dapat
nomor koleksi pada naskah yang diteliti turut membaca atau memahami bacaan
disesuaikan pada identifikasi pada KINN. naskah (Rapanie, 2007: 9). Dalam proses
Naskah Peti No. 91/3+ ukuran bilahnya penyalinan dilakukan berdasarkan urutan
panjang 26 cm dan lebar 3 cm, ukuran Area masing-masing bilah yang berjumlah 10
teks panjang 24 cm dan lebar 3 cm, ukuran bilah bambu. Bila terdapat tulisan aksara
aksara 0,5-07 cm, jumlah baris perbilah yang tidak dapat dibaca lagi sehingga tidak
ialah 4 baris kecuali bilah terakhir terdapat 3 bisa dilakukan penyalinan maka akan diberi
baris. Naskah berbentuk persegi panjang tanda titik berganda (….). penyalinan
dengan pangkal bilah sedikit meruncing, Naskah Peti No. 91/3+ sebagai berikut:
diujung bilah terdapat lubang, teknik
penulisan dengan cara di gores. Kondisi
naskah dalam keadaan sangat baik, lengkap,
huruf jelas, tulisan terbaca namun pada bilah
Gambar 1. Bilah I Naskah Peti No. 91/3+
ke-4 pada bagian atas bilah sedikit terdapat (Sumber: A. Rapanie Igama)

53
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

Gambar 2. Bilah 2 Naskah Peti No. 91/3+ Gambar 6. Bilah 6 Naskah Peti No. 91/3+
(Sumber: A. Rapanie Igama) (Sumber: A. Rapanie Igama)

Gambar 3. Bilah 3 Naskah Peti No. 91/3+ Gambar 7. Bilah 7 Naskah Peti No. 91/3+
(Sumber: A. Rapanie Igama) (Sumber: A. Rapanie Igama)

Gambar 4. Bilah 4 Naskah Peti No. 91/3+ Gambar 8. Bilah 8 Naskah Peti No. 91/3+
(Sumber: A. Rapanie Igama) (Sumber: A. Rapanie Igama)

Gambar 5. Bilah 5 Naskah Peti No. 91/3+ Gambar 9. Bilah 9 Naskah Peti No. 91/3+
(Sumber: A. Rapanie Igama) (Sumber: A. Rapanie Igama)

Gambar 10. Bilah 10 Naskah Peti No. 91/3+


(Sumber: A. Rapanie Igama)

3.3. Suntingan Teks Bilah 2:


Penyajian transliterasi Naskah Peti No. ra ta la ma pan ta k ja di pa nga nggih ba
91/3+ sebagai berikut: tan a nu m ma ka sa pi na ga ri ga ris ti
Bilah 1: ngga l su ra t la sa ra a bang ja //di ka ra ta
mu ngga pa tang sa ti ya ma ngar a ta s ba ni wung ga ri s ka ra ta sa pa da m da mar
ri ngin ka la wa tu da la m ni pa dang nga da mar pa da m ka ra ta ti ba ma ka sa pi na
na we ne ma ka // a da la sa ra a pat su ra t ga ri // a ra p ti ngga l su ra t la sa ra I ta m
ni sa ri p sa man da na si pan ni pa ti ma ra ja di ku bang ka li yu ja di ta ka bir tu la k i
da ti pa ra wu ni // ma dang ma ra ku ya ba rang // ngi tung ni bu lan du we la pan ngi
la yar ku da pa ri a ma ba la yar ma ngi dar tung ni ta wun du we ba la s di a ta s pa ta li
a la m ma ka sa pi na ga ri ci ne // ti ngga l ga na m di ba wah //
su ra t la sa ri[ra] ku ning ja di ra ra mu k Bilah 3:
ra ra mu kan ja di ku ki dung la wa ling ja di pa ta li gi ni m ta ba tang ni si pa t di wa da
ka / ra i nu tan sa la ma la ma sa sa dang sa sa

54
Nuzulur Ramadhona. Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

du li ka sa ca// kal sa bu li ta ngga di sa na nda a’ si nggan da pa ti gu nung a yu si a


ra nu sa ka pung di sa na ni pi nang sa pu la mbur ca ye mu di a’ mu// si ba ra nda a’ si
ngan ba nda k tu ja ngan di la// ka hi ti nggi nggan ta nah la ba a’ gi ring pe ma tang u
tu ja ngan di su ru ki pa li a ja di pu tu s ma jung ta njung ma hi nan a ya m di sa na ba
li ku ta njung ma ti ris ma ka sa pi ka li// bar ra// ta mu da ngan tu wan bi ku bi ja ngga
da wun ma ngu ca p na ku da pa ri a ma ndu da ri ma na ndu tu wan pu lun gu sa ti i ni su
kar ya ri nggi t da ra ta pa a’ a na k da pa ti ra t la sa ra i ja ran //
tu wah cu // Bilah 7:
Bilah 4: da du ka mbang ran da di la gi di la wu t ka
cung tu wan ka rang pi da de i ni su ra t la mbang a rang ka mbang ca pa u jar u wung
sa ra i ja ran da du ka mbang ran da di ka ja we ca pa ke u jar u wung u lu ka mbang
mbang ku nji ngga u ri ku ning la gi // di la ta njung // ba bu nge pu ti i tu sa ra te u
wu t ka mba ng rang ka mbang ca pa u jar u ndang mu di a’ ja ka la ka ra ta ta nah ja wa
wung ja we ca pa ke u jar u wung u lu ka ti ti a’ ra ja ga mba// la ka ra ta sang ra tu
mbang ta njung ba bu nge pu ti i// tu sa ra te tu ngga l sa hin ka ruh sa hin di ku ca a’ la
u ndang mu di a’ ta ka pul sa ka bi li bar da di ku ca a’ ma ka ka ruh la // ka ruh ma ka
wun ra din ca la ra ra din cu li ra din sa ti ja ra nih la ja ra nih ma ka a ning la a ning
ya ra// ngga i dan sa nggu dung u rang tu ma ka ka ra ta a di l ti ting ka //
wa sa gu dung u rang mu da si a mbung a Bilah 8:
rang pa nda a’ si a mbung a rang pa njang ra ta ni ba tin ma ta pu sa ka ra ta ni u rang
ba // si wa ga ma ka ra ta ni ja nda ma m bi si sa
Bilah 5: ja ka la ka ra ta na // ja wa ra mbu t cu
ba ring sa ma pa a’ ba ring sa ma pi ba ring ndung ra mbu t di gun ting ma ta sa lah ma
ka ci a’ ba ring ga du wan si a mbur ca ye ta di pa ca tu nju a’ sa lah tu nju a’ di// bu
ba ring sa// ma pa a’ mu di a’ u gan ba ring ang a na a’ sa lah a na a’ di bu nuh ka ta tu
sa ma pi mu di a’ i ni m ba ring da du wan wan bi ku bi ja ngga ta la lu da ngan su ra t
mu di a’ ra wa s ba ring ka ci a’ mu di a’ ru la// sa ra i ja u ndang ka ta na li bar da hun
pi t si a mbur// ci ye mu di a’ mu si ba ring i nggi tu wan pu lun gu sa ti ka u la nun pu
sa ma pa a’ mu di a’ u gan na de ka te sa sa lang ki yan //
bu wah mu ngu ca p da pa ti pa gar gu Bilah 9:
nung// a pe ka ku rang li bar da wun a de di ma ngu ca p tu wan bi ku bi ja ngga ta la lu
ta na pa gar gu nung ka ta sa sa bu wah bu da pa ka yan a mba di si ni u lih ta ra t // da
tan a de ba ring sa ma pi mu di a’ // la m gu nung sa nu bung da la m ta bing sa
Bilah 6: ri yang ha ti da la m gu nung sa rin dan //
i ni m ba ra nda a’ si nggan ta njung ti ti ka ma ka da pa ra ma da li ma ja ka la u ku m
ra ta ba ring da du wan mu di a’ ra wa s ba da wung ja ka la ka ra ta ti ti su a// ra u
ra nda a’ si nggan da pa ti lu bu a an’ // a rang sa lah ba ra ka ta ba nar u rang ba nar
ma s ba ring ka ci a mu di a’ ru pi t ba ra ba ra ka ta sa lah sa lah u ku //

55
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

Bilah 10: Bilah 4:


m ti ga pa ri ka ra sa ra ta u ku m i man ta Cucung tuan karang pidade. Ini surat
ba la hi ka du wa u ku m i// man ta ba la lembaran hijau (saat semua berkumpul di
wang a ti ga u ku m ka ra ta sa su du a’ kan kambang), aku melihat rikuning lagi di laut,
ja ma da wa sa ra ta u// sur ja wa p sa ra ta kembang-kembang (seperti apa) kata orang
mu kir di a ta s sa ma da wa sa. jawa (seperti ini) sahut orang ulu kembang
tanjung berbunga putih itu syarat undang
3.4. Terjemahan Teks mudik. (Berkumpulah bangsawan) Lebar
Terjemahan ini juga dilakukan baris Daun yaitu Raden Cala, Raden Culi, Raden
perbaris. Terjemahan teks Naskah Peti No. Satiya Ranggai dan para orang tua para
91/3+ adalah sebagai berikut: orang muda. si Ambung orang pendek si
Bilah 1: Ambung orang panjang
(Menjelang petang mendekati(….) pada Bilah 5:
waktu yang luas begitu lama). Maka Bersama-sama pak bersama pi, kacia, dan
terdapat empat lembaran surat (mulia) dan daduwan. si Ambung Caye bersama Pak
(seorang pati/ nakoda naik) ke perahu dan mudik ke Ogan, bersama Pi mudik ke Enim,
akan (melakukan perjalanan berlayar). bersama Daduan mudik ke Rawas, bersama
Kudapariama berlayar mengelilingi dunia Kacik mudik ke Rupit. Si Ambung Caye
maka sampai negeri Cina tinggal surat mudik ke Musi, bersama sama Pak mudik ke
lembaran kuning jadi remuk-remukan jadi Ogan. Bertanya Sasabuah berkata Depati
(….) jadi Pagar Gunung, apa ada orang Lebar Daun
Bilah 2: ada ke tanah Pagar Gunung, kata Sasabuah
Keadilan mapan tak bisa menjadi (….). bukan ada bersama Pi mudik
Maka sampailah negeri garis keadilan di Bilah 6:
orang garis keadilan (….) keadilan tiba. Enim berhendak singgah di Tanjung titi
Maka sampai negeri Arab, tinggal surat Karta. Daduan mudik Rawas berhendak
lembaran hitam jadi (….) jadi takbir singgah Depati Labukan Mas, baring Kacik
(kepada Allah) (orang menghitung sebulan mudik Rupit berhendak singgah Depati
dua delapan hari, menghitung setahun dua Gunung Ayu. Si Ambung Caye mudik Musi
belas bulan) diatas (….) di bawah berhendak singgah di tanah Labak Giring
Bilah 3: Pematang ujung tanjung mainan ayam.
(….). Terdapat sifat seorang dewa yang Disana dia bertemu tuan Bikubi Jangga, dari
menjadi panutan (baik di dunia dan akhirat) mana engkau tuan pulun Gusti ini surat
(….) di sana (….) itu jangan dilangkahi lembaran hijau
tinggi, itu jangan di suru (….) Maka Bilah 7:
sampailah di Lebar Daun. Berkata tuan (saat semua berkumpul di kambang) di laut,
Kudapariama ndu karya ringgit dara tapak kembang-kembang seperti apa kata orang
anak depati tua Jawa seperti ini sahut orang Ulu, kembang

56
Nuzulur Ramadhona. Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

tanjung berbunga putih itu syarat undang menjadi tiga pembahasan dari sepuluh bilah
mudik. Jikalah keadilan di tanah Jawa agar mempermudah peneliti dalam
seorang raja gambala, keadilan sang raja menganalisa isi yang terkandung dalam teks
tunggal (segala benar harus dibenarkan, naskah tersebut, yaitu:
tidak diganggu gugat, dapat diketahui, Pertama: pelaut nusantara dalam Naskah
jelaslah dan dapat dimengerti) maka Peti No.91/3+(bilah ke-1, ke-2, ke-3, dan ke
keadilan yang adil. -4) Isi Teks Naskah Peti No. 91/3+
Bilah 8: menunjukan adanya seorang pelaut dari
(seorang pengadil memiliki batin yang bangsa nusantara yang bernama
bersih/jujur, pengadil yang beragama, tidak Kudapariama. Ia melakukan aktivitas
mengambil keadilan sesuai nafsu). kelautan dengan berlayar ke beberapa negeri
Keadialan di tanah Jawa rambut yang tidak diantaranya negeri Cina, Negeri Garis (?),
lurus rambutnya di gunting mata salah mata Negeri Arab, dan Daerah Lebar Daun.
tidak bisa ditunjuk salah tunjuk dibuang, Dalam aktivitas kelautannya Kudapariama
anak salah anak dibunuh, kata tuan Bikubi mencatat keadaan atau keadilan/kondisi di
Jangga (tulislah) dengan surat lembaran setiap negeri yang di hampirinya.
hijau, undang saya ke tanah Lebar Daun ini Nama lengkap pelaut dalam naskah
tuan pulun Gusti (….) tersebut yaitu Kudapariama Ndu Karya
Bilah 9: Ringgit Dara Tapak Anak Depati Tua
Berkata tuan bikubi jangga (tulislah dan Cucung Karang Pidade. Ia merupakan
ketahuilah dari pakaian hamba disini saya keturunan dari Depati Karang Pidade.
memperoleh kesetaraan/kebaika) dalam Dalam hal ini Karang Pidade dapat
gunung sinabung dalam tebing sari yang hati disamakan namanya dengan penguasa yang
dalam gunung sarindan maka (….) manakala pernah berkuasa di Palembang yaitu Karang
hukum dawung. Tak kala keadilan yang Widura. Ini dapat dilihat dari buku P De
(benar harus di benarkan, yang salah harus Roo De Faille berjudul “ Dari Zaman
di salahkan) Kesultanan Palembang”: “Tersebut
Bilah 10: perkataan radja Palembang Dipati Karang
Hukum tiga perkara tersebut yaitu hukum Widura tatkala ia merintah, banjak tangga
iman kepada Allah, kedua hukum iman roemah dari Lebar Daoen kataboen
(malaikat/makhluk). ketiga yang toeloeng sangoep boeboengan. Ia Dipati
(menentukan hukum keadilan harus berpikir Karang Widura membuat soeka seratoes
sebelum mengambil keputusan yaitu iaitoe seratoes doesoen di oeloen mentjar,
berpikir yang dewasa). iaitoe Lematang, Moesi, Ogan, Komering,
zaman itoelah ada pangeran-parawatin
3.5. Analisis Teks oeloean.
Dalam menganalisa isi teks naskah ini, Hal senada juga terdapat dalam buku
peneliti akan mengelompokan pembahasan karangan Bambang Budi Utomo dalam buku

57
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

“Perkembangan Kota Palembang Dari nama sungai besar dan anak sungai yang ada
Wanua Sriwijaya Menuju Palembang di Sumatera Selatan masih bisa kita kenal
Modern”: hingga sekarang. Nama-nama Sungai
“Di Palembang, setelah Aria Damar tersebut yaitu: Inim (Sungai Enim), Ogan
wafat diganti oleh Bupati Karang Widura” (Sungai Ogan), Rupit (Sungai Rupit), Musi
Bila dilihat masa Kekuasaan Arya (Sungai Musi) dan Rawas (Sungai Musi
Abdillah atau Ario Dillah berkuasa pada Rawas). Dalam buku Agus Aris Munandar
tahun 1455-1486 M, pada tahun 1478 berjudul “Tabir Peradaban Sungai
memisahkan diri dari kerajaan Majapahit Lematang” disebutkan Wilayah Sumatera
dan mengangkat dirinya menjadi penguasa Selatan dikenal juga sebagai daerah
Palembang. Dan masa Ki Gede Ing Suro Batanghari Sembilan karena diwilayah ini
Tuo memerintah Palembang sekitar tahun terdapat Sembilan sungai besar yang dapat
1525-1572. Maka masa kekuasaan dari dilayari sampai ke hulu, yaitu Sungai Musi,
Karang Widura sekitar tahun 1486-1525, ia Ogan, Komering, Lematang, Kelingi,
berkuasa sekitar 40 tahun. Sehingga dapat di Rawas, Batanghari Leko, Banyuasin dan
perkirakan Naskah Peti No. 91/3+ di tulis Lalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
oleh penulis naskah pada akhir abad ke-15 Naskah Peti No. 91/3+ beraksara Ulu ini
atau awal abad ke-16. merupakan naskah asli dari daerah Sumatera
Kedua, aliran sungai dalam Naskah Peti Selatan.
No. 91/3+(bilah ke-5 dan ke-6). Pada bilah 5 Ketiga, gagasan Bikubi Jangga
dan bilah 6 menjelaskan isi tentang aliran terpengaruh ajaran Islam dalam Naskah Peti
sungai menjadi jalur penghubungan untuk No. 91/3+ (bilah ke-7, ke-8, ke-9, dan ke-
penyampaian pesan dari daerah iliran 10) Pada bilah ke 7, ke-8, ke 9, dan k-
sungai Musi ke arah daerah uluan 10 menjelaskan isi catatan dari
(perdalaman) Sumatera Selatan. Keberadaan Kudapariama yang dibawa oleh Si Ambung
sungai sendiri pada masayarakat tepian untuk di sampaikan kepada Bikubi Jangga
sungai menjadi pendukung aktivitas yang mempunyai julukan Tuan Pulun Gusti
komunitas masyarakat. Melalui sungai- Kaulan Nun Pulang Kiyan.
sungai masyarakat dapat mengadakan Gagasan yang di ungkapkan oleh Bikubi
hubungan dengan daerah lain bahkan bisa Jangga dalam memberikan ide atau
berkunjung ke pulau lain untuk berdagang gagasanya, sudah terpengaruh ajaran Agama
ataupun membawa pesan dari penguasa Islam. Di mana syarat seorang pengadil
setempat. Bahkan kadangkala muara sungai harus beriman kepada Allah dan beriman
dijadikan tempat pertemuan untuk jual beli kepada Malaikat, 2 hal tersebut termaksud
barang antara masyarakat daerah Iliran dalam ajaran agama Islam yaitu rukun iman.
dengan perdalaman (Uluan). Dan seorang pengadil sudah baligh atau
Peti No.91/3+ beraksara Ulu, dalam teks berakal sehat bisa membedakan antara yang
naskahnya menyebutkan beberapa nama- hak dan yang batil. Seorang hakim harus

58
Nuzulur Ramadhona. Suntingan Teks Dan Analisis Isi Pada Naskah Ulu Sumatera Selatan Dalam Koleksi Peti Pnri No 91/3+

berilmu pengetahuan luas, jujur dan cerdas agama Islam. Sehingga dapat diketahui
dan jauh dari sifat lupa. Ketika seorang bahwa Agama Islam sudah menyebar dan
tokoh pemuka masyarakat baik raja atau mempengaruhi kehidupan masyarakat di
bangsawan yang sudah memeluk agama daerah uluan Sumatera Selatan.
Islam secara tidak langsung masyarakat pun
ikut memeluk agama Islam. Daftar Pustaka
Dalam Naskah Peti No. 91/3+ beraksara Andhifani, Wahyu Rizky. 2017. Aksara Ulu
Ulu koleksi PNRI bahwa Bikubi Jangga dalam Prasasti dan Naskah Ulu dalam
seorang tokoh bangsawan yang tinggal di Makalah Seminar Merekontruksi Aksara
daerah Uluan telah beragama Islam. Ka Ga Nga Sumatera Selatan.
Sehingga secara tidak langsung masyarakat Palembang: Fakultas Adab dan
Uluan pada saat itupun sudah mengenal Humaniora, Universitas Islam Negeri
bahkan ada diantara mereka sudah memeluk Raden Fatah. 16 Desember 2017
agama Islam. Sehingga dapat di katakan Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar
bahwa agama Islam sudah menyebar dan Teori Filologi. Yogyakarta: Badan
mempengaruhi kehidupan masyarakat yang Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF)
ada daerah Uluan Sumatera Selatan. Seksi Filologi, Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada
4. Simpulan Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah-
Naskah Peti No. 91/3+ beraksara Ulu Naskah Nusantara. Perpustakaan
koleksi PNRI memberikan informasi Nasional Republik Indonesia. Jakarta:
tambahan bagi khazanah pernaskahan di Yayasan Obor.
Nusantara. Dalam Naskah Peti No. 91/3+ De la Faille, P. De. Roo. 1971. Dari Zaman
tersebut menjelaskan tentang: Perjalanan Kesultanan Palembang. Jakarta:
seorang pelaut Nusantara yang bernama Bhratara
Kudapariama, ia melakukan perjalannya ke Fathurahman, Oman. 2015. Filologi
beberapa negeri seperti negeri Cina, negeri Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta:
Arab, negeri Garis, dan Lebar Daun. Aliran Balai Pustaka
sungai menjadi jalur penghubungan antara Hidayat, Ahmad Taufik, Ed. 2005. Agama
masyarakat Ilir dan perdalaman (Uluan) di dan Budaya Dalam Naskah. Padang:
Daerah Aliran Sungai Musi. Selain aktifitas Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang,
perdagangan dan jual beli barang, aliran Igama, Rapanie A, dkk. 2005. Gelumpai
Sungai juga digunakan sebagai penyampaian Tentang Nabi Muhammad. Palembang:
pesan dari penguasa daerah (Iliran) ke Dinas Pendidikan Nasional, Museum
daerah perdalam (Uluan). Ide atau gagasan Negeri Sumatera Selatan.
yang disampaikan oleh Bikubi Jangga dalam Lubis, Nabilah. 1996. Naskah, Teks dan
memberikan pendapatnya tentang suatu Metode Filologi. Jakarta: Forum Kajian
perkara telah mendapat pengaruh ajaran Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab

59
Siddhayatra: Jurnal Arkeologi. Vol. 24 (1) Mei 2019: 49-60

IAIN Syarif Hidayatullah. Utomo, Bambang Budi. dkk. 2005.


Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Perkembangan Kota Palembang Dari
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Wanua Sriwijaya Menuju Palembang
Remaja Rosdakarya. Modern. Palembang: Pemerintah Daerah
Munandar, Agus Aris. 2007. Tabir Kota Palembang, Dinas Pariwisata dan
Peradaban Sungai Lematang. Kebudayaan
Palembang: Balai Arkeologi Palembang
Nurhan, Kenedi (Ed). 2010. Jelajah Musi
(Eksotika Sungai di Ujung Senja).
Jakarta: Penerbit Buku Kompas

60

Anda mungkin juga menyukai