F I L O L O G I
Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir FUAD IAIN Pontianak
Makalah ke-11, Presentasi .... Oktober 2020
Rombongan Belajar Kelas 5A
Pentransliterasian Manuskrip/Naskah
(Telaah Atas Manuskrip Arab Jawi Atau Melayu)
Abstrak
A. Pendahuluan
Indonesia pada dasarnya mempunyai bermacam berbagai adat
serta suku yang berbeda- beda. Apalagi Indonesia sendiri tercantum ke
dalam salah satu negeri yang mempunyai adat serta suku paling
banyak di dunia, dimana Indonesia mempunyai 300 suku. Walaupun
BPS sendiri merilis sensus pada 2010 jumlah suku di Indonesia itu
berjumlah 1. 340 suku, yang diantara suku- suku yang terdapat di
Indonesia antara lain suku Jawa, Melayu, Dayak, Bugis serta masih
banyak yang lain.
Dari sekian banyak suku yang terdapat di Indonesia, penulis
tertarik dengan aksara suku Melayu. Suku Melayu memanglah
diketahui mempunyai seni tulisan yang khas, dikatakan begitu sebab
suku Melayu sanggup mengombinasikan aksara arab dengan vokal
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
tulisan dari luar. Pola tulisan tersebut diucap dengan tulisan rencong.
Hingga dari itu dalam pembahasaan kali ini penulis hendak
menarangkan tentang gimana pentranslaterasian terhadap naskah-
naskah arab melayu yang tersebar dipenjuru Indonesia.
B. Hasil dan Pembahasan
Khazanah Manuskrip
Data yang terdapat di dalam manuskrip tidak bisa kita
menyingkapnya sepanjang kita melindungi jarak antara kita dengan
manuskrip serta tidak ingin ikut serta dalam kajian- kajian bacaan
kuno ini secara langsung. Bagaikan aset masalalu yang tertulis,
tampaknya tidak seluruh negeri mempunyai khazanah ini yang ialah
salah satu peninggalan terkaya meliputi bermacam berbagai disiplin
ilmu tercantum bahasa serta sastra. Uniknya lagi buat manuskrip
nusantara pada biasanya mempunyai macam bahasa serta aksara,
tersebar di bermacam wilayah serta jadi ke khas- an tertentu sekalian
menaikkan pengetahuan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan kala
itu dengan bahasa bagaikan media pengantarnya. Untuk beberapa
pengalaman ahli bahasa, sebagian besar harta manuskrip kuno ini
belum menarik perhatian luas dari pemerintah, lembaga, atau
kelompok individu seperti peneliti dan mahasiswa Banyak aspek dari
keadaan ini, salah satu aspek utamanya adalah kajian naskah kuno
dianggap sebagai kajian yang membosankan mengalami lembaran
yang tentu punah dengan tulisan yang sering kali tidak jelas terbaca
dengan baik sebab umur media tulis yang sedikit, jadi alibi terbanyak
mayoritas orang enggan menjamah naskah tersebut. Bayangkan saja
data yang mungkin pernah kita dengar tentang manuskrip. Ini adalah
jaringan memori kolektif antara beberapa penulis. Penulis ini
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
4
Spencer, Frank (ed.). “History of Physical Anthropology: An Encyclopedia”, Vol 1
(New York and London : Garland Publishing, 1997, Hal 183-186.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
5
Yaapar, Md. Salleh. “Peri Nama, Asal Usul dan Identiti Melayu: Kearah
Pencerahan yang Dinantikan”, Makalah Seminar, (Malaysia : Universitas Sains)
Hal 20-22.
6
Gusti, O.K, “Pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur”,
(Medan : Usu Press, 2018) Hal 3-5.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
Logat Melajoe", yang merupakan ejaan bahasa Latin resmi dari bahasa
Melayu awal di Indonesia.7
Khalifah Utsman bin Affan( 644- 656 M), Namun banyak orang dan
para ahli sejarah tidak menerima pendapat ia, karena realitasnya
konsumsi karakteristik titik maupun harakat pada al- Qur’ an belum
ada pada disaat itu.
Pada dini mulanya, huruf hijaiyah maupun huruf arab tidak
mengenakan tanqit maupun titik pada tiap- masing- masing huruf nya.
Karena Mengenai tersebut pula banyak dari kalangan masyarakat yang
salah dalam membaca huruf( Tashif) pada para muslim di Irak.
Memandang kondisi masyarakat tersebut akhirnya gubernur Al-
Hajjaj( 660- 714 M) memerintahkan para sekretarisnya buat berangkat
menuju ke damaskus setelah itu mengabarkan kepada Khalifah Abdul
Malik bin Marwan( 646- 705 M) tentang problematika tashif di
kalangan umat Islam. Dalam pesan yang dikirim kepada khalifah
Abdul Malik, Gubernur Al- Hajjaj menyarankan adanya ilham baru
buat menciptakan karakteristik baca biar dapat memudahkan orang
Arab dan Non Arab dalam membaca aksara bahasa arab.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan setuju dengan proposal
tersebut dan mengundang para ahli untuk memikirkannya. Nasr bin
Ashim (meninggal 770 M) juga bertanggung jawab atas tugas yang
sulit ini. Saat itu, Nasr bin Ashim (Nasr bin Ashim) diminta untuk
membuat karya yang berbeda dengan karya lainnya. Menggunakan
metode ihmal wal I'jam (pertahankan huruf apa adanya dan bagi titik-
titiknya menjadi huruf yang sama), Nash bin Ashim juga akhirnya
menyusun script tersebut menggunakan script hijaiyah yang sedang
kita kerjakan hari ini. Nash Ben Ash Masukkan poin fitur di beberapa
huruf, lalu urutkan menurut hurufnya, tetapi urutannya berbeda
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
dengan urutan abjad saat itu. Urutan yang digunakan Dini dan Nash
adalah abjad Abajadun, dimulai dari Alif, Ba'Jim hingga Ghain.
Kedua, Nash memakai urutan abjad Khalil bin ahmad Al-
Farahidy (Khalil bin ahmad Al-Farahidy) dalam kamusnya Ain, di
mana Urutan hurufnya berdasarkan huruf dari makharijul, dari huruf
“Ain, ha, sampai hamzah. Terakhir, dia menggunakan metode“
Mutasyabihah alphabet ”(menyusun urutan huruf sesuai naskah yang
sama). Terakhir, Nasr bin Ashim juga berhasil menyusun Alfabet
Arab yang terdiri dari hampir 84 huruf disusun berurutan dari Alif
sampai ya Urutan abjad ini disebut "Tartib Al-Hja" i dan "Tartib Al-
Alfaba" i.
Ketika Kemal Ataturk (kemudian dikenal sebagai bapak Turki
modern) berhasil menggulingkan kekuasaan Khalifah Utsmaniyah II
Sultan Hamid II yang terakhir, dia tidak pernah menggunakan alfabet
Arab Melayu dalam bahasa Melayu. Sejarah peralihan ke alfabet
romawi (alfabet latin) dimulai pada tahun 1924-an dan 1950-an.
Konferensi bahasa yang diadakan di singapura menghasilkan suatu
resolusi (keputusan), sehingga aksara romawi menjadi aksara nasional
melayu. Saran generasi muda penulis Melayu sangat didukung oleh
delegasi Indonesia yang diketuai oleh para dokter. Parjono, yang saat
itu adalah intelektual Partai Komunis Indonesia (PKI). Bisa
dimaklumi bahwa gerakan komunis pada saat itu sangat memusuhi
Islam, dan Islam dianggap sebagai agama orang Arab. Karena itu,
Komunis membenci bahasa Arab atau dianggap paham dengan segala
hal, termasuk aksara Arab. Mereka bermaksud untuk
"menasionalisasi" aksara Arab Melayu, yang dianggap sebagai bagian
dari realitas diri Arab, dan salah satu keputusan yang diambil oleh
Kongres adalah membuatnya.
Dewan Bahasa serta Pustaka Malaysia. Dewan. ini. mempelopori
mengkonsumsi abjad Rumawi di Semenanjung Melayu. Nyaris
seluruh terbitan kala itu menggunakan huruf Rumawi, walaupun
dalam realitasnya huruf Arab Melayu sudah mengara di tengah warga
Melayu. Dengan berkembangnya bahasa nasional yang hanya
menggunakan dan melewatkan aksara Romawi, seperti hasil
konferensi bahasa di Singapura dan Medan, aksara Arab Melayu
mulai tertindas dan terpinggirkan, dan hampir semua penerbit terpaksa
mengubah aksara Arab Melayu menjadi aksara Romawi. Publikasi
karya, termasuk buku agama, majalah, dll. Tulisan Romawi
berikutnya berkembang begitu pesat sehingga sangat cepat sehingga
departemen pemerintah yang menangani masalah agama Islam di
Semenanjung Malaya (yang selalu menggunakan aksara Arab Melayu
dan harus dipertahankan) ikut serta dalam pengembangan tulisan
Romawi. Aksara Arab (dan kata-kata yang mirip dengan Alquran),
terutama bagi orang yang sama sekali tidak memahami aksara Arab.8
8
Shofwani, M. Irfan, “ Mengenal Tulisan Arab Melayu”, (Yogyakarta: Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu Penerbit Adi Cita, 2005) Hal 9-13.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
9
Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008)
Hal 21.
10
Roza, Elly, “Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam
Pengembangan Khazanah Intelektual”, Tsaqafah, Vol. 13, No.1, Mei 2017, Hal 185.
11
Nurhadi, Risdiawati, Dian. Siswanto, Wahyudi, Pengembangan Bahan Bahan Ajar
Tulisan Arab-Melayu, Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.6, Juni 2016, Hal 1002.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
cerita. Tidak hanya itu, naskah kuno yang memakai Melayu pula
butuh ditransliterasi memakai pedoman bahasa indonesia yang baik
serta benar.15
Tema yakni inti, isu, pokok benak, subyek, ataupun topik. Bisa
dimaksud pula bila tema yakni suatu yang jadi benak, suatu yang jadi
permasalahan pengarang. Di dalamnya terbayang pemikiran hidup
ataupun citra pengarang, gimana dia memandang permasalahan itu.
Permasalahan itu dapat berwujud apa saja tergantung pada kehendak
pengarang. Pengarang berhak menguraikan seluruh yang sudah dilihat
serta dipikirkannya. Bacaan SJ hendak diteliti lewat bahasa yang
digunakan, transliterasi, serta tema yang tercantum dalamnya dan
penulis melaksanakan kritik terhadap kesalahan- kesalahan dalam
menyusun kata- kata Bahasa Arab. 16
15
Sulistyorini, Dwi. “Filologi : Teori dan Penerapannya”, (Malang: Madani, 2015)
Hal 40.
16
Endarmoko, Eko. “Tesaurus Bahasa Indonesia”, (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2006) Hal 653.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
17
S.O. Robson. “Prinsip-prinsip Filologi Indonesia”. (Jakarta : RUL, 1994)Hal 12-
25
18
Sulistyorini, Dwi. “Filologi : Teori dan Penerapannya”, (Malang: Madani, 2015)
Hal 45.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
19
Ma’rifat, Devi Fauziyah, “Syair Jawi”, Manuskrip Ambon Madah, Vol.5, No.1,
April, 2014 Hal 119-120.
20
Dengan cakupan makna perkatan tib yang luas itu, lebih jauh Harun Mat Piah
mengatakan, bahwa dalam sebuah kitab tib Melayu kandungan isinya tidak hanya ter
batas pada ilmu perubatan dan pengobatan penyakit saja. Kandungan isinya juga
meliputi ilmu-ilmu lain yang mencakupi imu raksi bintang dan ramalan, lmu birahi
(sex), ilmu firasat orang Melayu, tabir mimpi, raksi jodoh dan tain sebagainya.
Korpus manuskrip kitab tib yang dikenal luas dalam dunia manuskrip Melayu
adalah sebuah sub genre dar genre kepustakaan limu Tradisional Melayu yang
mencakupi manuskrip tentang berbagal aspek imu seperti: tabir mimpi, tasawuf,
astrologi. taraidh. ilmu hisab dan itmu hitungan, ilmu falaq, dan lain sebagainya.
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
Kesimpulan
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho
tidak dapat dibaca. Terdapat sebagian taman, naskah ditulis apik jadi 2
kolom. Dalam bait- bait tulisan pada sebagian taman ada foto bunga
buat membedakan antara satu baris dengan baris yang lain. Terdapat
pula yang divariasikan dengan separuh bagian ditulis secara horizontal
serta setengahnya lagi ditulis dengan 2 kolom. Pada taman 34 ada peta
negeri Belanda. Perihal ini dibuktikan dengan terdapatnya tulisan
Amsterdam pada sudut kiri, kanan, atas, serta dasar. Pada taman ke-
35 ada satu taman kosong.
Daftar Pustaka
Buku Teks
Jurnal Ilmiah
FUAD/IAT/Kelas 5A
Bisma Alamsyah Nugroho