Prinsip utama dalam KKNI tentu saja bukan berapa banyak jumlah mata kuliah
yang ditawarkan, tetapi seberapa besar kompetensi itu muncul dalam mata kuliah.
Pada saat yang lain, KKNI juga menuntut para dosen mampu mengidentifikasi semua
kompetensi yang menjadi tagihan program studi. Untuk mendukung keberadaan
capaian pembelajaran program studi, kompetensi yang ada perlu diturunkan menjadi
capaian pembelajaran untuk setiap mata kuliah atau disebut CPMK. Selanjutnya para
dosen dapat menurunkannya ke dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
Indonesia adalah negara yang besar, baik diri sisi wilayah, jumlah penduduk,
maupun kekayaan alamnya, dan tidak kalah penting adalah kekuatan sumber daya
manusia (SDM). Para akademisi sejarah harus menjadi penyelenggara dan harus
memberikan contoh kepada masyarakat dengan mencerminkan sebagaimana
dirumuskan dalam Pancasila agar tidak muncul pandangan-pandangan yang tidak
puas sehingga berusaha mencari alternatif, serta memberikan pemahaman kepada
publik dalam mempelajari sejarah.
Jika ditanya apakah budaya, arsip, galeri, museum, akademisi dan komponen-
komponen utama sejarah publik ini sudah siap, tentu jawabannya adalah siap. Dalam
hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia tentu pula sudah
melakukan cek kesiapan semua komponen tersebut untuk menunjang kegiatan
program kampus merdeka ini. Namun stereotip masyarakat harus diubah.
Yang jelas politik yang harus dijalankan oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia adalah politik ruang dikarenakan sejarah publik
adalah sebuah kontestasi ruang, ruang yang sebenarnya masyarakat kecil miliki itu
tidak dimiliki oleh mereka lagi. Ketika mereka melihat ruang tersebut habis dan hidup
mereka semakin menderita, tentu jelas yang mereka bisa lakukan hanya menjalankan
ritual-ritual kebudayaan asal mereka, menggedor akhirnya mereka menggedor
sebagai upaya menjaga identitas diri.
Dalam hal ini gedoran itu menurut kami para akademisi harus dibaca oleh
banyak orang di luar akademisi sebagai suatu berita sandi, bahwa ada cara berpikir
kita yang salah selama ini ketika melihat sejarah.
Lalu dalam periode yang panjang, pemikiran kolonial itu tetap dan terus hidup,
kampung itu beban, atau kampung itu biang masalah dan sejarah publik contohnya
adalah pelabuhan Karangantu misalnya yang terbesar di Asia Tenggara pada waktu
dahulu yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang, harus mewakili sebuah
kebesaran yang terbesar di Asia Tenggara itu. Kampung tidak patut dan tidak cocok
untuk mewakili itu, di titik itu saja menurut akademisi sudah tidak adil.
Selama di daerah pesisir saya selalu mendengar “memang seperti itu disini” atau
“Ya seperti inilah anak pesisir, pelabuhan terasa seperti sebuah identitas, alih-alih
sekedar wilayah. Meski memiliki cerita dan peran masing-masing, orang-orang yang
kita ajak bicara seakan tergabung dalam sebuah keluarga. Namun, Karangantu tidak
bisa dilepaskan dari kawasan-kawasan lain di daerah Banten, dari ujung kulon sampai
Tangerang. Disana hidup mungkin kelewat berat dan nasib tak memihak orang
kebanyakan, tapi mereka tangguh kan ? Mereka selalu tangguh.
Perubahan peradaban tidak membuat warisan leluhur bangsa kami ditinggalkan, ia
tetap terang meski berganti warna, bahkan sebagai budaya ia mencoba menawarkan
banyak pilihan agar terus dilanjutkan oleh generasi muda dan menjaga eksistensinya
tetap hidup. Kendaraan beroda melaju berdampingan dengan delman sebagai alat
transportasi, restoran dan bar bersebelahan dengan warung-warung tradisional.
Sesekali terdengar kata melintas “Mampir Mas, Mba/ Bang, Mpok” dan orang terus
berdatangan.
Saya adalah mahasiswa semester lima di Serang, Banten. Tanah jawara yang
sangat kental dengan diri saya saat ini. Sebagai seseorang yang asing, tentu saya
selalu merindukan tanah kelahiran saya, tanah kelahiran saya khususnya berada 90
Km jauh ke arah timur dari Serang. Jadi saya selalu berusaha mencari tempat yang
seperti di tanah kelahiran saya, di sana saya dapat menjaga identitas kebangsaan saya,
melestarikan kebudayaan keluarga saya, dapat diterima dengan orang yang sekarang
dekat dengan saya di serang ini.
Itulah yang menjadikan sejarah publik saat ini kadang sudah tinggal namanya
menjadi sejarah publik tetapi orang-orang dan masyarakat-masyarakat lokalnya itu
pula sudah bukan lagi menjadi masyarakat lokal sejarah publik. Masyarakat lokalnya
adalah mereka yang terluka, terdampar di ruang yang kecil dan bahkan tinggal hanya
menunggu waktunya habis tanpa diketahui oleh orang lain.
Saya Muhammad Ibnu Fadillah sebagai seorang akademisi sekaligus budayawan
yang masih menjalankan tradisi masyarakat lokal saya, warisan budaya tak benda dan
memiliki andil dalam sejarah publik di Jakarta Selatan khususnya Sepanjang jalan
Pulo Kali bata, Buncit sampai Ke Mampang Prapatan dan Warung Cina turut
merasakan apa yang telah dikhawatirkan punah oleh budayawan Betawi yang lain.
Bagi saya silat sebagai suatu Heritage sangatlah menarik karena bisa diakses semua
orang, bagi mereka silat adalah upaya merawat identitas sekaligus menyempurnakan
diri. Sebagai salah satu komponen sejarah publik tentu sangat disayangkan apabila
kita merasa besar dan berpengaruh dalam budaya ini ternyata hanya menyumbangkan
potongan yang sangat kecil dari bagian pikiran dan kerja keras saya untuk budaya asli
leluhur bangsa ini.
Sehingga jika ditanyakan apakah kesiapan sejarah publik sudah terpenuhi untuk
menyongsong dan turut serta mendampingi program Kampus Merdeka ini saya
sebagai budayawan dan akademisi akan mengucapkan “iya, kami telah siap, dan telah
mempersiapkan jauh sebelum diminta”.
Tantangan Sejarah Publik di Program Kampus Merdeka
Kemajuan teknologi informasi dalam era digital membuka peluang sekaligus
tantangan dalam upaya pelestarian warisan budaya, termasuk seni tradisi. Revolusi
digital dalam media baru memberikan dukungan dan juga memungkinkan akselerasi
kreativitas mengeksplorasi seni tradisi dalam melahirkan karya baru.
Era globalisasi saat ini, mengelola bangsa yang besar seperti Indonesia tentu
bukan merupakan hal yang mudah. Globalisasi menjadi bagian dari tantangan yang
bersifat eksternal, bahkan ancaman yang datang dari berbagai budaya dan suku yang
bersifat internal.
Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu penyebab terjadi dengan
cepatnya perubahan masyarakat sebuah bangsa. teknologi informasi menjadi terbuka
dan bahkan terkesan telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat saat ini
sehingga masyarakat yang belum memiliki kemampuan teknologi informasi dinilai
belum mengikuti globalisasi.
Tentu saja globalisasi melalui teknologi informasi juga memberikan hal-hal yang
positif tapi ada beberapa hal negatif. Masyarakat dan bahkan bangsa Indonesia harus
dapat melakukan filter terhadap pertumbuhan teknologi informasi sehingga tidak
memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Misalnya, gambar yang masuk dalam
kategori pornografi yang mudah diakses untuk menjadi ancaman serius dari generasi
muda.
“Hanya manusia yang memiliki kebudayaan,” begitu kira-kira teori Erns Cassirer,
seorang ahli lingustik asal Swiss, dalam bukunya An Essay on Man (1945 via
Ahimsa-Putra, 2002; 2004; 2005). Disebutkan olehnya bahwa kebudayaan atau
budaya merupakan ciri penting (khas) dari manusia, yang membedakan manusia
dengan binatang. Mengapa hanya manusia yang memiliki kebudayaan, sedangkan
binatang atau makhluk lainnya tidak? Pendapat ini berangkat dari pemahaman bahwa
manusia merupakan animal symbolicum atau binatang yang mengkreasi simbol.
Sebab itu, hanya manusia yang dapat melakukan simbolisasi terhadap sesuatu.
Manusia merupakan makhluk yang mampu menggunakan, mengembangkan, dan
menciptakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk berkomunikasi dengan
sesamanya (Ahimsa-Putra, 2004: 29). Sementara itu, apa yang dimaksud dengan
simbol? Definisi konsep simbol atau lambang ialah segala sesuatu yang dimaknai di
mana makna dari suatu simbol itu mengacu pada sesuatu (konsep) yang lain. Wujud
lambang-lambang ini bisa berupa teks (tulisan), suara, bunyi, gerak, gambar, dan lain
sebagainya
Tentu sebuah kemajuan tidak akan ada dengan sendirinya dan runtuh dengan
sendirinya, runtuhnya peradaban kita tidak bisa dihindari. Sejarah menunjukkan
kemungkinannya, tetapi kita punya keuntungan karena kita bisa belajar dari puing-
puing masyarakat masa lalu. Peradaban besar tidak dibunuh. Mereka mencabut
nyawanya sendiri. Dalam beberapa hal, benar: peradaban kerap kali bersalah dalam
kemundurannya sendiri. Namun, penghancuran peradaban biasanya didorong faktor
lain.
Kekaisaran Romawi, misalnya, adalah korban dari aneka penyakit peradaban,
seperti ekspansi berlebihan, perubahan iklim, degradasi lingkungan dan
kepemimpinan yang buruk. Tapi Kekaisaran Romawi baru jatuh ketika Roma
diserang oleh Visigoth pada 410 dan Vandal pada 455. Keruntuhan terjadi dengan
cepat, dan kebesaran tidak mendatangkan kekebalan. Wilayah Kekaisaran Romawi
mencakup 4,4 juta km persegi pada tahun 390. Lima tahun kemudian merosot
menjadi 2 juta km persegi. Pada 476, daerah kekuasaan kekaisaran adalah: nol. Apa
yang bisa dikatakan tentang kita jika dilihat dari naik turunnya peradaban bersejarah?
Kekuatan apa yang memicu atau menunda keruntuhan? Dan apakah kita melihat pola
yang sama saat ini?
Menurut KBBI tantangan adalah hal atau objek yang menggugah tekad untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat
dsb):
kesulitan itu merupakan tantangan untuk lebih giat bekerja dengan kata lain hal atau
objek yang perlu ditanggulangi.
Terlepas dari berbagai peluang positif yang dijanjikan oleh kebijakan ini, Program
Kampus Merdeka juga memiliki tantangan tersendiri karena untuk mencapai hasil
maksimal, perguruan tinggi harus mempersiapkan diri baik secara sumber daya
manusia maupun fasilitas, serta merancang kurikulum yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan zaman. Setidaknya tantangan yang akan dihadapi di antaranya akan
adanya kemungkinan kesulitan dalam penanganan administrasi mahasiswa yang
pindah dari satu prodi ke prodi lainnya, atau bahkan dari satu kampus ke kampus
lainnya, terkait hal lainnya, akan ada pula perbedaan standar penilaian antara satu
perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya.
SIMPULAN
Sejarah publik adalah lingkup luas aktivitas yang dilakukan oleh orang dengan
keahlian dalam disiplin ilmu sejarah dan secara umum bekerja di luar lingkungan
akademis khusus. Praktik sejarah publik sangat berkaitan dengan bidang pelestarian
kesejarahan, ilmu kearsipan, sejarah lisan, kurator museum, dan bidang terkait
lainnya.
Bidang ini menjadi semakin terspesialisasi di Amerika Serikat dan Kanada sejak
akhir 1970-an. Sebagian besar lingkungan umum untuk praktik sejarah publik adalah
museum, rumah bersejarah dan tempat bersejarah, taman, lokasi pertempuran, arsip,
perusahaan film dan televisi, dan semua tingkat pemerintahan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengeluarkan empat
kebijakan Merdeka Belajar di lingkup pendidikan tinggi bernama “Kampus
Merdeka”. Kebijakan Kampus Merdeka merupakan langkah awal dari rangkaian
kebijakan untuk perguruan tinggi. Politik yang harus dijalankan oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia adalah politik ruang dikarenakan
sejarah publik adalah sebuah kontestasi ruang, ruang yang sebenarnya masyarakat
kecil miliki itu tidak dimiliki oleh mereka lagi.
Ketika mereka melihat ruang tersebut habis dan hidup mereka semakin menderita,
tentu jelas yang mereka bisa lakukan hanya menjalankan ritual-ritual kebudayaan asal
mereka, menggedor akhirnya mereka menggedor sebagai upaya menjaga identitas
diri. Dalam hal ini gedoran itu menurut kami para akademisi harus dibaca oleh
banyak orang di luar akademisi sebagai suatu berita sandi, bahwa ada cara berpikir
kita yang salah selama ini ketika melihat sejarah.
Lalu dalam periode yang panjang, pemikiran kolonial itu tetap dan terus hidup,
kampung itu beban, atau kampung itu biang masalah dan sejarah publik contohnya
adalah pelabuhan Karangantu misalnya yang terbesar di Asia Tenggara pada waktu
dahulu yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang, harus mewakili sebuah
kebesaran yang terbesar di Asia Tenggara itu. Kampung tidak patut dan tidak cocok
untuk mewakili itu, di titik itu saja menurut akademisi sudah tidak adil.
Era globalisasi saat ini, mengelola bangsa yang besar seperti Indonesia tentu
bukan merupakan hal yang mudah. Globalisasi menjadi bagian dari tantangan yang
bersifat eksternal, bahkan ancaman yang datang dari berbagai budaya dan suku yang
bersifat internal. Perguruan tinggi harus mempersiapkan diri baik secara sumber daya
manusia maupun fasilitas, serta merancang kurikulum yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan zaman.
Tantangan yang akan dihadapi di antaranya akan adanya kemungkinan kesulitan
dalam penanganan administrasi mahasiswa yang pindah dari satu prodi ke prodi
lainnya, atau bahkan dari satu kampus ke kampus lainnya, terkait hal lainnya, akan
ada pula perbedaan standar penilaian antara satu perguruan tinggi dengan perguruan
tinggi lainnya.
Tantangan berikutnya, mahasiswa kemungkinan tidak bisa bebas memilih mata
kuliah, karena harus ada pemahaman terhadap pengantar mata kuliah dalam suatu
prodi tertentu. Tantangan lainnya, kompetensi lulusan menjadi lebih generalis dan
kurang spesifik dalam keilmuannya.
Konsep kampus merdeka juga menghadapi tantangan dan boleh jadi akan berjalan
kurang maksimal mengingat ketimpangan kualitas perguruan tinggi di Indonesia
masih sangat tinggi. Daya pikat sejarah publik tidak saja berasal dari gaya bercerita
atau narasi yang disampaikan, namun juga dari tampilan sejarah publik itu yang
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Hal ini memperkaya produk sejarah
dan lahirnya karya sejarah sedemikian rupa, seperti bentuk relief, diorama,
dokumenter, website, dan blog sejarah.
Program Kampus Merdeka juga membuka kesempatan untuk dilakukannya kerja
sama antara jurusan Pendidikan Sejarah atau Ilmu Sejarah dengan museum, program
kerja sama yang dicanangkan oleh mahasiswa dan pihak museum tentu akan
membawa dampak yang sangat baik kepada sejarah publik, membuat masyarakat
senyaman mungkin ketika mengunjungi museum dan tidak hanya sebuah bahan
rekreasi tetapi juga refleksi dan edukasi bagi masyarakat luas.
Tentu museum bukanlah bahan pokok yang pastinya semua orang menginginkan
dan membelinya setiap hari, namun pelan tapi pasti museum turut andil dalam
kemajuan edukasi yang lebih besar kepada masyarakat umum dan sejarah publik.
Bukan tanpa alasan, hal ini didorong oleh program kampus merdeka yang
dicanangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia yaitu
Nadiem Makarim.
Museum telah lama menjadi tempat belajar masyarakat. Program Merdeka Belajar
saat ini kembali menekankan peran museum sebagai sarana belajar dan memenuhi
rasa ingin tahu siswa. Dengan belajar di perguruan tinggi yang lebih unggul pada
kompetensi tertentu, mahasiswa memiliki kesempatan berinovasi dengan kreatif agar
secepatnya mampu menyejajarkan diri dengan mahasiswa di perguruan tinggi
lainnya, khususnya di kawasan ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
J Toynbee, Arnold. 2021. “A Study Of History Buku Babon Studi Sejarah”. Bantul,
Yogyakarta: Indoliterasi.
Sayer, Faye. “Sejarah Publik, Sebuah Panduan Praktis”. Sleman, Yogyakarta:
Ombak.
Referensi Internet:
Setyowati, Agnes. 2020. “Merdeka Belajar – Kampus Merdeka: Antara Peluang dan
Tantangan”. [Online]
https://www.kompas.com/edu/read/2020/09/15/094940671/merdeka-belajarkampus-
merdeka-antara-peluang-dan-tantangan?
page=all&jxconn=1*1cflwuy*other_jxampid*Q21yZU84dkVmRWZuN1JjMlZNWV
ljMGQwajVzREpkU3Bnc2dLQjFWWlcwa0luY0lQWVg0MVdWOENld3JoZXdXU
w..#page2 diakses pada 15 Oktober 2021.
Komalasari, Siti. 2021. “Terobosan Baru Pendidikan Indonesia: Merdeka Belajar”.
[Online] https://m.kumparan.com/sitik4700/terobosan-baru-pendidikan-indonesia-
merdeka-belajar-1w8CBw0BpuZ diakses pada 15 Oktober 2021.
Sulaeman, Achdijat. 2016. “TANTANGAN BUDAYA NASIONAL INDONESIA
DI ERA GLOBALISASI”. Bandung: Universitas Al-Ghifari. [Online]
http://repository.unfari.ac.id/xmlui/handle/123456789/24 diakses pada 27 Oktober
2021.
Al Mudra, Mahyudin. 2008. “WARISAN BUDAYA DAN MAKNA
PELESTARIANNYA”. [Online] http://www.pda.or.id/pustaka/books-detail.php?
id=20080176 diakses pada 27 Oktober 2021.
Kemendikbud. 2021. “Pertukaran Mahasiswa Merdeka Tanamkan Cinta Tanah Air
dan Kuatkan Kompetensi Mahasiswa”. [Online]
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/04/pertukaran-mahasiswa-merdeka-
tanamkan-cinta-tanah-air-dan-kuatkan-kompetensi-mahasiswa diakses pada 27
Oktober 2021.