Kisah-kisah mengenai kebesaran Perlak, Samudra Pasai dan Aceh Darussalam ketika
umumnya terletak di pesisir. Hingga hari ini, masyarakat belum banyak mengetahui
historisitas Kerajaan Linge agaknya informasi yang masih gelap ini dapat terkuak.
wilayah pedalaman Aceh ini dilatar belakangi oleh serangan terus-menerus dari
Sriwijaya yang menerpa Pantai Timur Aceh. Kerajaan Perlak yang berkedudukan di
sana mengalami kerugian besar atas serangan ini. Sebagian dari keluarga kerajaan
memutuskan untuk menuju ke wilayah pegunungan yang kini dikenal bernama Aceh
legenda seorang pemuda bernama Adi Genali. Adi Genali merupakan anak seorang
nelayan yang berjodoh dengan putri Raja Rumbernama Putri Terus Mata. Mereka
beberapa literatur klasik, kerap diasosiasikan dengan kesultanan Turki Usmani. Ini
1
membuka kemungkinan adanya interpretasi bahwa Kerajaan Linge masih mempunyai
penduduk lokal dengan kaum pendatang. Genali atau Pangeran Genali berdiam
diwilayah Aceh Tengah, kemudian menikah dengan Putri Mata dari kerajaan Rum.
Kerajaan tempat asal sang putri, sekarang ini terletak di wilayah Turki. Dengan kata
lain, di masa lalu, sudah ada pertalian manusia antar benua yang menyebabkan
hasil leburan dari dua puak (suku) manusia. Corak keislaman masyarakat linge masih
Prof. Dr. M. Dien Madjid meneliti tentang sejarah linge ini dengan metode
Aceh pra Islam telah menjadi salah satu tujuan dagang dunia. Di sebutkan
bahwa dimasa silam, yakni ratusan tahun sebelum masehi, telah ada hubungan
dagang antara Mesir dengan Aceh. Salah satu barang dagangan penting yang didapat
di Aceh adalah kapur barus, yang sejak lama menjadi kelengkapan bahan untuk
pembalseman para raja-raja Mesir, atau yang lebih dikenal dengan mumifikasi. Saat
2
Para pedagang dari Tanah Arab maupun India menampilkan diri dengan wajah
Lama- kelamaan penduduk Aceh semakin mengenal mereka, dan telah terbiasa
berhubungan dengan orang-orang Arab maupun India ini. setelah diawali dengan
suatu keakraban, maka perlahan ajaran Islam mulai diperkenalkan oleh para
terhadap alam (dinamisme) atau roh nenek moyang (animisme) kedalam agama yang
mengajarkaan penyembahan pada dzat yang Esa yakni Allah dan menjalankan
Perlak menjadi salah satu bandar dagang yang ramai di masa silam. Sebelum
kedatangan Islam, kerajaan ini telah menjadi salah satu kekuatan politik penting di
pesisir Aceh. Kerajaan ini hidup dari hasil perdagangan lokal maupun internasional.
Pada abad 8 M, datang serombongan armada dagang dari Tanah Arab yang
hanya terdiri dari para pedagang, melaikan juga para ulama dan bangsawan.
Kelompok kedua dan ketiga menumpangi kapal-kapal tersebut didorong oleh dakwah
Islam dan pencarian suaka politik, karena di tanah asal mereka sedang terjadi konflik
lebih aman.
Raja perlak memberikan jaminan keamanan dan tempat hidup yang layak
kepada para pedagang yang dating. Salah seorang pendatang yang Bernama Sayyid
3
Zainal Abidin kemudian di nikahkan dengan putri raja dengan syarat putri berpindah
keyakinan ke agama islam, anak dari pasangan ini kemudian menjadi raja islam
kebijakan baru yang tidak ditemukan di masa sebelumnya, salah satunya adalah
Islam terkenal yang menjadi sentra dakwah dan pengajaran Islam bagi masyarakat
Aceh yang bernama Zawiyah Cot Kala. Lembaga pendidikan ini didirikan sekitar abad
10 M, dan menjadi satu-satunya tempat belajar Islam yang dimanfaatkan orang Aceh
pada fenomena serupa di pedalaman. Bandar Perlak menjadi corong bagi tersiarmya
Islam di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo. Sejak masa yang belum diketahui,
kemungkinan semasa dengan Kerajaan Perlak, sudah ada beberapa orang yang
Kemungkinan ini masih bersifat dugaan, karena belum ditemukan bukti-bukti terkait
kedatangan Islam yang setidaknya berumur sezaman dengan Perlak (yakni abad 9 M)
atau yang mendekatinya. Kedatangan orang dari pesisir ke pedalaman Gayo biasanya
akan melewati jalur sungai. seperti Sungai Peusangan dan Jambo Aye. Sungai-sungai
tersebut menjadi jalur yang digunakan sejak masa yang lama. Koneksi yang terjalin
berdagang.
4
Pandangan lain menyebutkan bahwa perkembangan Islam di Tanah Gayo
11 M.
Gayo jauh sebelum 1292, atau sekitar abad ke 10 - 12 M. Hipotesa ini bukan
koneksi politis antara Kerajaan Perlak dengan Kerajaan Linge. Selain itu, dari
kerajaan Linge telah menjadi kerajaan Islam. Anggapan ini bersandarkan pada
beberapa alasan. Pertama, Marco Polo sendiri mencatat bahwa rakyat asli daerah ini
memanggil rajanya Ghayo ghayo (Raja Gunung yang Suci). Pengertian suci di Sini
adalah orang yang takwa dan memungkinkannya menggapai derajat setingkat wvali
atau kekasih Tuhan. Alasan lain, jika dikatakan 1292 sebagai acuan waktu pertama
masuknya Islam ke Gayo, adalah sangat mustahil, sebab tidak mungkin secepat itu
2. Periode kedua, tentang proses akulturasi ajaran islam dengan ajaran nenek
kedua sistem kepercayaan tersebut masih sangat kental terasa. Dalam periode ini.
seperti batu-batu besar, mata air, sungai, dan kuburan. Ajaran yang dianggap
Islam hanya terlihat pada kulit luarnya saja. Bahkan, pada periode kedua ini, disinyalir
Menurut beberapa referensi, baik terkait versi tentang asal-usul nama Gayo,
ataupun tentang Linge, menunjukkan bahwa Kerajaan Linge sudah ada jauh sebelum
masuknya Islam ke Aceh. Ditinjau dari situasi dan kondisi geografisnya, awalnya,
agraris . Pasca terhubungnya kawat diplomatik dengan Kerajaan Perlak, saat itu pula
Pada periode ini kemungkinan besar orang Gayo secara keseluruhan telah
menyatakan diri sebagai Muslim. Sistem pendidikan Islam tradisional seperti joyah
juga mulai menegang peranan penting, Kesadaran beragama masyarakat sudah mulai
sudah mulai ditinggalkan. Dalam periode inilah sepertinya ajaran Islam telah berurat
akar dalam sistem adat istiadat Gayo. Nafas keislaman sudah mulai terasa dalam
beragam upacara adat. Islam sudah dijadikan landasan dalam pelaksanaan hukum
adat. Hal inilah yang kemudian melahirkan sebuah ungkapan Gayo yang dikenal
istilah “hukum urum edet lagu jet urum sipet." Artinya, hukum dengan adat seperti
bersumber langsung dari al Quran dan Sunnah. Sedangkan edet adalah hukum yang
tidak tertulis, tetapi tetap berdasarkan al-Qurat menjelang akhir periode dan hadis.
Selanjutnya, akhir periode kedua ini ditandai dengan munculnya perseteruan antara
termasuk dalam ajaran Islam. la berasal dari Rum atau Turki. Ketika ia datang ke Aceh
Tengah, Aceh masih diliputi air, yang terlihat hanyalah dua pulau, yakni Serule dan
Buntul Linge. Belakangan ada yang berdatangan dan menetap di kediaman Genali
Buntul Linge. Suatu Ketika ada rombongan pelaut yang mendengar sayup-sayup
suara tidak terdengar dari pulau yang didiami Genali. Setelah dilihat sepintas, mereka
tidak melihat seorang pun di pulau itu, kecuali hanya suaranya saja. Oleh sebab itulah
orang itu dinamakan Genali, yang dalam Bahasa Gayo berarti "mencari", Tidak lama
berselang, Genali menikah dengan seorang perempuan bernama Jurjam yang disebut
juga Putri Kaca atau juga Terus Mata. Tempat yang didiami Genali perlahan-lahan
semakin ramai oleh pendatang dan sejak itu ia mendirikan kerajaan Linge.
dzat tunggal. Genali belum memperkenalkan umat yang dipimpinnya untuk salat,
puasa, zakat, atau pergi haji, melainkan hanya dengan ketetapan hati bahwa
sesungguhnya mereka mempunyai Tuhan yang satu dan wajib diagungkan. Ajaran
dan Adi Genali. Disebutkan bahwa Genali atau Bujang Genali berbeda dengan Adi
beberapa generasi. Genali yang dimaksud dikenal riwayatnya saat Buntul Linge
adalah sosok yang pertama kali dikenal sebagai asal Kerajaan Linge. Sedangkan Adi
Genali, merupakan penyebar agama lslam Yang juga berasal dari Rum (Turki) yang
mempunyai tugas menetapkan dan menjaga ajaran Islam di Aceh Tengah agar jangan
sampai hilang. Sultan Turki mengutus Adi Genali untuk membendung pengaruh
Jika Genali mengajarkan penduduk Gayo agama Tauhid maka Adi Genali
memperkaya pengajaran Islam di Gayo dengan materi yang condong ke arah syariat.
membiasakan diri berpuasa di bulan ramadhan, serta berbagai bentuk ibadah wajib
Ajaran Islam Gayo menitik beratkan pada pengenalan akan zat Tuhan. Saat
itu, kemungkinan besar belum ada pengajaran beragam ritual ibadah Islam,
mendalam.
Jika berkunjung ke Buntu Linge, maka peziarah akan mendapati batu nisan
Genali yang berpahatkan aksara Arab bertuliskan la ilaha illallah yang artinya tidak
ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. tidak adanya kata
yang lazim ditemukan atau dijumpai dalam perkataan serupa pada lazimnya. Ini
membuktikan bahwa Genali hanya mengajarkan orang Gayo mengenal Allah, dan