Oleh :
Irsanggih Al Mahesa
( 20191002011 )
DVW124 Sejarah Seni Rupa
Desain Komunikasi Visual
Fakultas Desain dan Industri Kreatif
Universitas Esa Unggul
Oktober 2019
2
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah ini dengan judul
‘Sejarah Seni Zaman Kuno Mesir dan Yunani Klasik’ ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Karna Mustaqim, Ph.D selaku dosen mata kuliah
sejarah seni rupa kami, yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami
mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam pemahaman sejarah seni rupa.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal sejarah seni
zaman kuno mesir dan yunani klasik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari
para pembaca.
Penulis
Irsanggih Al Mahesa
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah .......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Mesir Kuno ............................................................................................3
2.2 Periode Dinasti Mesir ........................................................................................4
2.3 Peninggalan Sejarah Mesir Kuno .......................................................................6
2.4 Sejarah Yunani Klasik ........................................................................................9
2.5 Peninggalan dan Hasil Kebudayaan Peradaban Yunani ............................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mesir Kuno adalah peradaban kuno di sebelah timur laut benua Afrika, yang
berpusat di daerah hilir sungai Nil, yakni kawasan yang kini menjadi wilayah negara Mesir.
Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM,[1] dan
selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya mengalir melalui
periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai oleh periode ketidakstabilan
yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada
masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir
ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan firaun secara resmi
dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan
menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi.[2] Meskipun ini
bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi
menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang
secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber
daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
• irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
• pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
• perkembangan sistem tulisan dan sastra;
• organisasi proyek kolektif;
• perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
• kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa
tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan ekonomi,
yang berada di bawah pengawasan sosok Firaun.[3][4]
Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno antara lain: teknik pembangunan monumen
seperti piramida, kuil, dan obelisk; pengetahuan matematika; teknik pengobatan; sistem
irigasi dan agrikultur; kapal pertama yang pernah diketahui;[5] teknologi tembikar glasir
bening dan kaca; seni dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian
pertama yang pernah diketahui.[6] Mesir telah meninggalkan warisan yang abadi. Seni dan
arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan peradaban ini dibawa hingga ke
ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya menjadi inspirasi bagi pengelana dan
penulis selama berabad-abad.
1
Yunani Kuno memiliki ciri yang khas jika dibandingkan dengan seni budaya
peradaban lainnya, yakni perkembangan penggambaran tubuh manusia yang natural tetapi
ideal, dengan sebagian besar berupa laki-laki telanjang. Perkembangan gaya penggambaran
antara sekitar 750 dan 300 SM dapat dibilang luar biasa dengan standar zaman kuno, dan
karya yang masih bertahan dapat dilihat dari patung yang dibuat. Terdapat inovasi penting
dalam seni lukis, yang sayangnya harus direkonstruksi terlebih dahulu karena karya yang
bertahan hingga saat ini sebagian besar mengalami kerusakan, kecuali lukisan yang dilukis
pada tembikar. Arsitektur Yunani secara teknis sangat sederhana, dengan gaya yang harmonis
dan adanya berbagai detail-detail yang sebagian besar mengikuti arsitektur Romawi, dan
hingga saat ini masih digunakan pada beberapa bangunan modern. Arsitektur Yunani Kuno
menggunakan ornamen yang juga digunakan pada tembikar, logam, serta media lainnya, dan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap seni Eurasia, terutama
setelah Buddhisme membawanya keluar hingga meluas sampai dunia Yunani yang diciptakan
oleh Aleksander Agung. Konteks sosial dari seni Yunani termasuk perkembangan politik
yang radikal dan peningkatan kesejahteraan; prestasi peradaban Yunani yang mengesankan
lainnya seperti dalam bidang filsafat, sastra, dan lainnya juga terkenal di seluruh dunia.
Kesenian oleh orang-orang Yunani di zaman prasejarah umumnya tidak termasuk
kesenian Yunani Kuno dan lebih dikenal sebagai Seni Aegea yang juga termasuk
didalamnya seni Kyklades dan seni peradaban Minoa dan Mykenai dari Zaman Perunggu
Yunani.[1] Seni Yunani kuno biasanya dibagi berdasarkan gayanya menjadi empat
periode: Geometris, Kuno, Klasik, dan Helenistik. Periode Geometris bermula sejak sekitar
1000 SM, walau pada kenyataannya sulit mengetahui hal-hal tentang Yunani selama 200
tahun sebelumnya, yang secara tradisional dikenal sebagai Zaman Kegelapan Yunani. Pada
abad ke-7 SM, terdapat perkembangan yang lambat dari gaya Kuno seperti gaya lukisan vas
yang bergambar hitam. Sekitar 500 SM, sesaat sebelum terjadinya Perang Persia (480
SM=448 SM), umumnya menjadi pembatas antara periode Kuno dan Klasik, dan masa
pemerintahan Aleksander Agung (336 SM=323 SM) menjadi pembatas antara periode Klasik
dan Helenistik. Dari abad ke-1 SM hingga seterusnya istilah "Greko-Romawi" digunakan.[2]
Pada kenyataannya, tidak ada masa transisi yang jelas dari satu periode ke periode
yang lain. Setiap kesenian berkembang dengan kecepatan yang berbeda pada wilayah yang
berbeda dari dunia Yunani, dan di setiap periode terdapat beberapa seniman yang memiliki
gaya yang lebih inovatif dari yang lain. Tradisi lokal yang kuat dan
adanya kultus memungkinkan sejarawan untuk menemukan asal-usul bahkan dari karya-
karya seni yang ditemukan jauh dari tempat asal mereka. Berbagai bentuk kesenian Yunani
banyak dibawa keluar dari Yunani.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno merupakan sebuah perkembangan kehidupan bangsa mesir
yang dahulu menempati sebuah daratan yang sekarang dikenal dengan Mesir sekarang ini
namun masih melakukan tradisi kuno. Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di
sepanjang aliran Lembah Sungai Nil, bangsa mesir kuno bertumpu pada pertanian basah yang
bergantung pada air dari sungai Nil untuk kesuburan tanah pertanian mereka.
Sungai Nil merupakan urat nadi peradaban Mesir Kuno. Sungai terpanjang di dunia
tersebut tidak hanya menyediakan air, melainkan juga menyebabkan lahan subur yang luas di
sepanjang tepiannya. Setiap pertengahan Juli sampai pertengahan November, curah hujan dan
saiju di dataran tinggi Etiopia mengakibatkan kandungan air Sungai Nil meningkat. Air
sungai meluap dan membanjiri sepanjang tepiannya. Saat air telah surut kembali, Sungai Nil
meninggalkan endapan lumpur yang sangat subur. Bangsa Mesir Kuno memanfaatkan lahan
yang subur itu dengan membangun pertanian sekaligus sistem irigasi untuk menanggulangi
banjir.
3
2.2 Periode Dinasti Mesir
Periode Dinasti Awal, 3000-2686 SM
Juga dikenal sebagai periode "Archaic", kali ini mengikuti era Neolitik dan penyatuan
Mesir di kalangan atas maupun bawah. Pada saat inilah Mesir datang untuk diperintah oleh
raja seperti Tuhan, yang merupakan suatu yang bisa kita lihat menjelang akhir artikel ini di
bagian Mesopotamia. Dengan datangnya sebuah badan peradaban yang berkuasa, dan
dengan golongan seperti kita, kita cenderung benar-benar masuk ke dalam entitas penguasa
yang berkuasa.
Di sinilah hal-hal seperti piramida dibuat, yang merupakan struktur yang menggunakan
serangkaian platform datar, dan mastaba, sebuah makam Mesir kuno, mulai digunakan lebih
sering oleh kelas elit Mesir. Ketika kita memikirkan makam kuno Mesir, kita berbicara
tentang orang terkaya di masyarakat ini yang menciptakan struktur dan potongan seni yang
rumit untuk menghormati orang mati (atau mengirim mereka ke alam baka). Catatan menarik
yang harus dibuat adalah bahwa banyak karya seni yang terbongkar sebagai bagian dari
makam yang rumit sepanjang sejarah ini sebenarnya tidak dimaksudkan untuk dilihat atau
digunakan oleh orang hidup.
Piramida lain yang cukup terkenal yang dibangun pada era Kerajaan Lama adalah Piramida
Agung di Giza. Ini diperkirakan telah ditugaskan oleh Khufu selama Dinasti Keempat. Yang
tertua dan terbesar dari tiga piramida di Giza, ini dianggap sebagai salah satu dari Tujuh
Keajaiban Dunia Kuno.
4
Para bangsawan juga membuat banyak patung lainnya. Ini, tidak seperti banyak karya seni
sebelumnya, termasuk penggambaran wanita dalam konteks yang tidak ada hubungannya
dengan menjadi patung kesuburan atau dewi. Menariknya, patung-patung ini mampu
menunjukkan standar kecantikan, riasan, dan gaya rambut dari periode waktu di dalam ukiran
itu sendiri.
Era ini terkenal karena masa dimana bangsawan cukup boros. Beruntung bagi dunia seni,
saat orang kaya itu mewah, karya seni yang fantastis cenderung tercipta. Apakah cara yang
paling baik untuk menunjukkan kekayaan atau menghormati orang yang hidup dan yang mati
dibandingkan dengan lukisan, pahatan, dan lainnya
Setelah Periode Akhir, Mesir diambil alih oleh Persia, Yunani, dan Romawi (dalam urutan
itu). Alexander Agung menaklukkan Persia untuk mewujudkan Kerajaan Ptolemeus (332-30
SM), dan kemudian Octavius mengalahkan Marc Antony, menyingkirkan Cleopatra, dan
merubah Mesir atas nama Kekaisaran Romawi (30 SM sampai abad ke-4 Masehi).
Dua artikel kami berikutnya akan mencakup Yunani kuno dan Roma masing-masing,
sehingga memahami pengaruh budaya dan artistik di kawasan itu.
5
2.3 Peninggalan Sejarah Mesir Kuno
1. Piramida Mesir
Piramida merupakan bangunan berbentuk segitiga yang terletak di Mesir. Sejarah Piramida
Mesir dibangun sebagai makam para Firaun yang sudah meninggal dan akan memasuki
kehidupan setelah meninggal (afterlife). Struktur piramida terbuat dari batu kapur besar yang
dipoles dan dibentuk menjadi balok-balok besar. Setiap blok batu memiliki berat 2,5 – 15 ton.
Dalam pengerjaannya, dibutuhkan 20.000 pekerja dan memakan waktu 50 hingga 80 tahun.
Denah bagian dalam piramida, terdiri dari 3 ruang bawah.
Peninggalan Mesir Kuno selanjutnya yaitu makam tutankhamun. Tutankhamun lebih dikenal
dengan Ramses II, salah satu raja terbesar di Mesir kuno. Berkuasa dari tahun 1347 hingga
1339 SM. Anak dari raja Akhenaten dan ratu Nefertiti yang terkenal karena menghapuskan
cara pemujaan dewa-dewa mesir kuno yang banyak, dan mengubahnya untuk hanya
menyembah satu dewa, yaitu dewa Ra atau dewa matahari. Raja Akhenaten juga
memindahkan ibu kota Mesir ke Armana.
Sejarah Tutankhamun dimulai sekitar 1343 SM, ketika seorang anak berusian 10 tahun
bernama Tutankhaten, naik tahta dan memikul kekuasaan atas superpower Mesir. Arti dari
Tutankhaten, adalah ‘gambaran Aten yang hidup’. Aten adalah solar disk atau cakram surya
yang disembah oleh ayahnya, Akhenaten. Pada masanya, Tutankhaten mengembalikan
kebiasaan lama untuk menyembah dewa-dewa Mesir kuno dan mengembalikan kuil
tradisional dewa-dewa, serta membuka kembali kuilnya. Tutankhaten juga menetapkan
kembali Mempis dan Thebes sebagai pusat kekuasaan. Sebagai bentuk penghormatan kepada
dewa Amun, Tutankhaten dan Ankhesenpateen merubah namanya menjadi Tutkhamun dan
Ankhsenamun.
6
3.. Mumi (The Mummy)
Bangsa Mesir kuno memiliki kepercayaan terhadap kehidupan setelah kematian, karena itu
seseorang akan membutuhkan tubuhnya untuk tetap utuh agar dapat digunakan di akhirat.
Mumi sendiri, merupakan mayat yang diawetkan. Proses pembuatan mumi, berkembang
seiring dengan perkembangan zaman, dimana metode baru selalu ditemukan untuk
menyempurnakan metode sebelumnya. Dalam proses pembuatan mumi, semua organ tubuh
perlu dikeluarkan kecuali jantung. Metode ini terus disempurnakan karena kepercayaan
mereka bahwa tubuh harus tiba dalam kondisi utuh di akhirat agar dapat digunakan.
Peninggalan Mesir Kuno selanjutnya yaitu Batu Rosetta. The Rosetta Stone ditemukan tahun
1799. Batu Rosetta merupakan artefak kuno yg berasal dari zaman Raja Firaun Ptolemeus V
yang mulai memerintah pada usia yang sangat dini. Adapun tulisan yang terukir, adalah
hukum yang menganugerahkan hak pemerintahan pada penguasa muda yang berumur tiga
belas tahun. Menariknya, hukum keputusan ini muncul dalam tiga bahasa berbeda dan ditulis
oleh council of priest yang menjadi penjaga hukum.
7
6. Patung (Karya Seni)
Seni dilihat sebagai suatu bentuk kerajinan yang indah dan bernilai tinggi oleh para Firaun.
Raja Firaun terbiasa menempatkan berbagai jenis karya senin mereka di salah satu kamar
atau ruang di pemakamannya. Beberapa karya seni yang paling terkenal adalah patung dati
tanah liat, batu mulia dan emas. Pahatan karya seni yang tersimpan merupakan potret dari
raja Firaun dan ratu Mesir.
7. Oxyrhynchus Papyri
Yunani Klasik adalah periode yang berlangsung sekitar 200 tahun (abad ke-5 dan ke-
4 SM) dalam sejarah Yunani.[1] Selama periode ini, banyak wilayah Yunani yang jatuh ke
tangan Persia,[2] tetapi kemudian wilayah-wilayah Yunani ini kembali merdeka. Yunani
Klasik sangat berpengaruh terhadap Romawi dan juga menjadi landasan peradaban Barat.
Sebagian besar pemikiran politik, seni, arsitektur, pahatan, filsafat, teater, dan sastra berakar
dari zaman ini. Periode Klasik kemudian digantikan oleh Periode Helenistik.
Setelah Zaman Kegelapam Yunani, periode antara periode Mikenai dan periode Klasik
disebut periode Arkais. Pada periode Arkais (abad 9-6 SM), Yunani mengalami
perkembangan dalam bidang tulisan, filsafat, ilmu pasti, seni, ekonomi, politik, dan militer.
Secara tradisional, Olimpiade dimulai pada periode ini (776 SM). Pada periode Arkais,
banyak negara kota (polis) menerapkan sistem pemerintahan baru yang berbeda dari sistem
pemerintahan monarki. Sistem baru tersebut di antaranya adalah aristokrasi, tirani, dan
oligarki.
Ada dua negara kota yang berkembang pesat pada periode Arkais, yaitu Sparta dan Athena.
Bangsa Sparta adalah orang-orang yang gila perang dan suka menaklukan daerah-daerah di
sekitarnya. Pertama mereka mengaklukan Messenia, lalu Arkadia, lalu Argos, dan dengan
demikian menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos. Sparta menerapkan sistem oligarki,
dengan dua raja yang saling berbagi kekuasaan, lima efor yang memegang kekuasaan cukup
besar, dan gerousia, yaitu dewan para tetua.
Pada akhir abad ke-6 SM, sebuah pemerintahan baru, bangkit. Para penduduk Athena
menggulingkan kekuasaan Hippias sang tiran. Seorang pria bernama Kleisthenines
menciptakan demokrasi, dan semua orang (kecuali wanita, non-wara negara, dan budak)
berhak memilih sepuluh hakim atau jenderal yang disebut strategos. Setiap warga Athena
berhak menjabat posisi ini, seperti misalnya sejarawan Thukidides dan dramawan Sofokles.
Namun, Athena ikut campur terhadap kekuasaan Persia di Asia Minor, akibatnya terjadilah
perang antara Kekaisaran Persia yang besar, dipimpin oleh Darius I, melawan negara kota
Athena yang kecil. Secara luar biasa, pasukan Athena berhasil memenangkan pertempuran
yang menentukan di Marathon pada 490 SM. Sepuluh tahun kemudian, Xerxes, putra Darius,
berniat membalas kekalahan ayahnya. Xerxes memimpin pasukan besar menuju Yunani.
Pada 480 SM, raja Sparta (Leonidas) bersama sekelompok prajurit menahan pasukan Persia
di celah sempit Thermopilai, di Thessalia, selama tiga hari, sebelum akhirnya pasukan Sparta
pun dikalahkan. Ini memberi waktu bagi Athena untuk mengevakuasi rakyatnya sehingga
rakyat Athena bisa menyelamatkan diri ke pulau Salamis dan Peloponnesos. Persia memaksa
orang Thessalia dan Boiotia (termasuk Thebes) untuk menjadi prajurit Persia. Kota Athena
pada akhirnya dengan mudah ditaklukan namun kota itu sudah kosong karena sebagian besar
penduduknya sudah melarikan diri.
Athena berupaya meyakinkan kota-kota Yunani lainnya untuk mempertahankan angkatan
laut yang kuat untuk berjaga-jaga seandainya Persia menyerang kembali. Pada awalnya, kota-
kota lain setuju, kecuali Sparta, yang menolak. Athena lalu menyatakan bahwa, jika mereka
tak sanggup mengirimkan kapal atau tentara, maka mereka boleh menggantinya dengan
mengirimkan uang kepada Athena sehingga Athena dapat membuat kapal. Kota-kota Yunani
pun melakukan itu sehingga Athena memperoleh banyak uang.
Akan tetapi, Persia ternyata tidak menyerang lagi dalam waktu yang lama sehingga sejumlah
kota ingin berhenti mengirimkan uang kepada Athena, yang kemudian memmanfaatkan
9
angkatan lautnya yang besar untuk memaksa kota-kota itu terus mengirimkan uang. Ketika
pulau Naxos menolak, Athena menghancurkan dinding kota utama Naxos.
Athena juga menggunakan uang yang mereka peroleh untuk membangun kota mereka. Ini
membuat rakyat Athena tak perlu lagi membayar pajak. Mereka menggunakan uang ini salah
satunya adalah untuk membangun kuil-kuil besar, contohnya kuil Parthenon.
Tindakan Athena membuat kota-kota lain di Yunani marah. Mereka pun meminta Sparta
untuk membantu menghentikan Athena. Sebagian kota memihak Sparta dan sebagian lainnya
memihak Athena. Terjadi perang besar, sejak 431 SM hingga 404 SM (hampir tiga puuh
tahun). Peristiwa ini disebut Perang Peloponnesis. Pada akhirnya, dengan bantuan Persia,
Sparta berhasil menang dan mengalhkan Athena. Meskipun demikian, kehancuran akibat
perang ini menimpa seluruh Yunani, sekaligus mengakhiri periode Yunani Klasik.
10
2.5 Peninggalan dan Hasil Kebudayaan Peradaban Yunani
Pada tahun 1787 M, telah ditemukan beberapa hasil peninggalan peradaban
Yunani antara lain :
Makam raja Agamemnon, ia merupakan raja yang namanya disebut dalam cerita
Illyas.
Bangunan kuno Troya di Asia Kecil yang sering disebut dalam buku Illyas oleh
Pujangga Homerrus.
Harta benda yang terbuat dari emas dan permata milik Priamus, raja Troya.
Peninggalan peradaban Yunani dalam bentuk seni pahat ataupun bangunan antara lain:
Kuil Dewa Zeus : Disebut juga sebagai Altis yakni tempat pemujaan Dewa Zeus yang
terletak di bukit Olympus.
Acropolis (Kota Tinggi) : Terletak di area perbukitan dimana sepanjang jalan ke atas
Acropolis ditempatkan arca-arca yang indah dan kubu pertahanan. Kemudian, di
bagian utamanya terdapat dua kuil yaitu Kuil Erectum yang merupakan tempat untuk
patung Dewi Athena dan Kuil Parthenon yang merupakan tempat penghormatan Dewi
Athena.
Selanjutnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada peradaban Yunani
antara lain :
11
1. The Phartenon, Yunani
Berada di atas Acropolis dan merupakan kuil yang paling sering dikunjungi di
Athena. Rasanya akan kurang jika berlibur ke Athena, tanpa berkunjung ke
kuil ini. Kuil ini didirikan dengan tujuan untuk tempat patung-patung Athena
yang dikenal sebagai dewi perang. Patung-patung itu ada yang terbuat dari
emas, perak, dan gading.
Terbuat dari perunggu halus, Ephebe dari Antikythera adalah patung seorang pemuda,
pahlawan yang memegang benda bulat di tangan kanannya. Diyakini sebagai produk patung
perunggu Peloponnesia, patung ini ditemukan di sebuah daerah dari kapal karam purba dekat
pulau Antikythera dan diyakini merupakan salah satu karya pematung terkenal Euphranor.
Saat ini dipamerkan di National Archeological Museum of Athens.
3. Lukisan
Lukisan-lukisan Yunani tertua yang ada pasa masa kini berasal dari Zaman Perunggu Akhir.
Lukisan-lukisan itu ditemukan di pulau Kreta, yang dihuni oleh bangsa Minos. Orang Minos
melukis untuk memberi hiasan dan dekorasi pada dinding istana para raja dan ratu Minos.
Ketika dinding istana diplester, orang Minos melukis pada plester yang basah itu, sehingga
catnya akan menyerap ke dalam plester ketika plesternya mengering. Ini disebut lukisan
fresko.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari relief dan pahatan hingga lukisan dan teks papirus, orang Mesir kuno
memberikan kontribusi besar pada dunia seni. Sangat beruntung bahwa begitu banyak dinasti
mereka terfokus pada kehidupan akhirat karena banyak situs pemakaman yang telah memberi
kita banyak bagian seni dan melestarikannya untuk dipelajari dengan harapan bisa memahami
kehidupan, budaya, dan sejarah mereka. Ini hanyalah bagian dari beberapa ribu tahun
ekspresi artistik dan sejarah. Mesir Kuno dipenuhi dengan beberapa karya seni fantastis yang
banyak bercerita tentang sejarah budayanya. Dan juga yunani mempunyai berbagai macam
karya seni dari seni bangunan hingga patung dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya
memohon anda untuk membaca tentang setiap era seni Mesir dan untuk mengetahui figur
yang ada di setiap era, entah itu tokoh sejarah atau mitologis.
13
Daftar Pustaka
https://id.wikibooks.org/wiki/Mesir_Kuno/Sejarah
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_Kuno
https://design.tutsplus.com/id/articles/history-of-art-ancient-egypt--cms-26908
https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/peninggalan-mesir-kuno
https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Seni/Lukisan
14