Anda di halaman 1dari 26

TUGAS SEJARAH PEMINATAN

PERADABAN MESIR KUNO DAN PERADABAN YUNANI KUNO

Disusun Oleh Kelompok 2 :

FIKRA INOVAL
INTAN
ARIF
SIDIQ
MUHAMMAD ZIKRI
NATASYA
NAILA

X IPS 2

SMA N 1 ENAM LINGKUNG


KABUPATEN PADANG PARIAMAN
TAHUN AJARAN 2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan pertolongan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Peradaban
Mesir Kuno dan Yunani Kuno."
Penulis menghaturkan terima kasih untuk teman-teman yang meluangkan
waktu untuk berdiskusi serta memotivasi penulis agar buku ini dapat selesai lebih
cepat.
Makalah yang berjudul Peradaban Mesir Kuno dan Yunani Kuni ini berisi
sejarah mengenai peradaban mesir dan yunani kuno. Makalah ini ditujukan bagi
mereka yang ingin mengetahui sejarah dari kedua peradaban tersebut.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang ingin
mengetahui peradaban tersebut. Namun, penulis menyadari makalah ini tak lepas
dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf serta
terbuka untuk kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang.

Jakarta, November 2022

Nanda Salsabilla
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Peradaban Mesir Kuno..................................................................................5
1. Periode Pradinasti......................................................................................6
2. Periode Dinasti Awal Peradaban Mesir Kuno...........................................8
3. Kerajaan Lama Peradaban Mesir Kuno.....................................................8
4. Periode Menengah Pertama Mesir............................................................9
5. Kerajaan Pertengahan Peradaan Mesir Kuno..........................................10
6. Periode Menengah Kedua dan Hyksos....................................................11
7. Kerajaan Baru..........................................................................................12
8. Periode Menengah Ketiga Peradaban Mesir Kuno.................................13
9. Periode Akhir Peradaban Mesir Kuno.....................................................14
10. Dinasti Ptolemeus................................................................................14
11. Dominasi Romawi...............................................................................15
B. Peradaban Yunani Kuno.............................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peradaban Mesir Kuno

Peradaban Mesir Kuno adalah peradaban kuno di sebelah timur laut


benua Afrika, yang berpusat di daerah hilir sungai Nil, yakni kawasan yang
kini menjadi wilayah negara Mesir. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi
Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM, dan selanjutnya berkembang selama
kurang lebih tiga milenium.
Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil,
masing-masing diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai
Periode Menengah. Peradaban Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya
pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami
kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode
akhir.
Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM,
ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir
Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah
pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi
menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah
sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan
peradaban merdeka Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang
baik antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh irigasi
teratur terhadap Lembah Nil, pendayagunaan mineral dari lembah dan
wilayah gurun di sekitarnya, perkembangan sistem tulisan dan
sastra, organisasi proyek kolektif, perdagangan dengan wilayah Afrika Timur,
Afrika Tengah, dan Mediterania Timur, serta kegiatan militer yang
menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga
pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial,
politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosok firaun.
Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno meliputi teknik pembangunan
monumen seperti piramida, kuil, dan obelisk; pengetahuan matematika;
teknik pengobatan; sistem irigasi dan agrikultur; kapal pertama yang pernah
diketahui; teknologi tembikar glasir bening dan kaca; seni dan arsitektur yang
baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian pertama yang pernah
diketahui.
Pada akhir masa Paleolitik, iklim Afrika Utara menjadi semakin panas
dan kering. Akibatnya, penduduk di wilayah tersebut terpaksa berpusat di
sepanjang sungai Nil. Sebelumnya, semenjak manusia pemburu-pengumpul
mulai tinggal di wilayah tersebut pada akhir Pleistosen Tengah (sekitar 120
ribu tahun lalu), sungai Nil telah menjadi urat nadi kehidupan Mesir. Dataran
banjir Nil yang subur memberikan kesempatan bagi manusia untuk
mengembangkan pertanian dan masyarakat yang terpusat dan mutakhir, yang
menjadi landasan bagi sejarah peradaban mesir kuno manusia.
1. Periode Pradinasti
Pada masa pra dan awal dinasti, iklim Mesir lebih subur daripada
saat ini. Sebagian wilayah Mesir ditutupi oleh sabana berhutan dan
dilalui oleh ungulata yang merumput. Flora dan fauna lebih produktif dan
sungai Nil menopang kehidupan unggas-unggas air. Perburuan
merupakan salah satu mata pencaharian utama orang Mesir. Selain itu,
pada periode ini, banyak hewan yang didomestikasi.
Sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil yang menetap di lembah
sungai Nil telah berkembang menjadi peradaban yang menguasai
pertanian dan peternakan. Peradaban mereka juga dapat dikenal melalui
tembikar dan barang-barang pribadi, seperti sisir, gelang tangan, dan
manik. Peradaban yang terbesar di antara peradaban-peradaban awal
adalah Badari di Mesir Hulu, yang dikenal akan keramik, peralatan batu,
dan penggunaan tembaga.
Badari di Mesir Utara diikuti oleh peradaban Amratia dan Gerzia,
yang menunjukkan beberapa pengembangan teknologi. Bukti awal
menunjukkan adanya hubungan antara Gerzia dengan Kanaan dan pantai
Byblos.
Sementara itu, di Mesir Selatan, peradaban Naqada, mirip dengan
Badari, mulai memperluas kekuasaannya di sepanjang sungai Nil sekitar
tahun 4000 SM. Sejak masa Naqada I, orang Mesir pra dinasti
mengimpor obsidian dari Ethiopia, untuk membentuk pedang dan benda
lain yang terbuat dari flake.
Setelah sekitar 1000 tahun, peradaban Naqada berkembang dari
masyarakat pertanian yang kecil menjadi peradaban yang kuat. Pemimpin
mereka berkuasa penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai
Nil. Setelah mendirikan pusat kekuatan di Hierakonpolis, dan lalu di
Abydos, penguasa-penguasa Naqada III memperluas kekuasaan mereka
ke utara.
Budaya Naqada membuat berbagai macam barang-barang material,
yang menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan dari para
penguasanya, seperti tembikar yang dicat, vas batu dekoratif yang
berkualitas tinggi, pelat kosmetik, dan perhiasan yang terbuat dari emas,
lapis, dan gading. Mereka juga mengembangkan glasir keramik yang
dikenal dengan nama tembikar glasir bening. Pada fase akhir masa pra
dinasti, peradaban Naqada mulai menggunakan simbol-simbol tulisan
yang akan berkembang menjadi sistem hieroglif untuk menulis bahasa
Mesir kuno.
2. Periode Dinasti Awal Peradaban Mesir Kuno
Pendeta Mesir pada abad ke-3 SM, Manetho mengelompokan garis
keturunan firaun yang panjang dari Menes ke masanya menjadi 30
dinasti. Sistem ini masih digunakan hingga hari ini. Ia memilih untuk
memulai sejarah resminya melalui raja yang bernama “Meni” (atau
Menes dalam bahasa Yunani), yang dipercaya telah menyatukan kerajaan
Mesir Hulu dan Hilir (sekitar 3200 SM).
Transisi menuju negara kesatuan sejatinya berlangsung lebih
bertahap, berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis-penulis Mesir
Kuno, dan tidak ada catatan kontemporer mengenai Menes. Beberapa
ahli kini meyakini bahwa figur “Menes” mungkin merupakan Narmer,
yang digambarkan mengenakan tanda kebesaran kerajaan pada pelat
Narmer yang merupakan simbol unifikasi.
Pada Periode Dinasti Awal, sekitar 3150 SM, firaun pertama
memperkuat kekuasaan mereka terhadap Mesir hilir dengan mendirikan
ibu kota di Memphis. Dengan ini, firaun dapat mengawasi pekerja,
pertanian, dan jalur perdagangan ke Levant yang penting dan
menguntungkan.
Peningkatan kekuasaan dan kekayaan firaun pada periode dinasti
awal dilambangkan melalui mastaba (makam) yang rumit dan struktur-
struktur kultus kamar mayat di Abydos, yang digunakan untuk
merayakan didewakannya firaun setelah kematiannya. Institusi kerajaan
yang kuat dikembangkan oleh firaun untuk mengesahkan kekuasaan
negara atas tanah, pekerja, dan sumber daya alam, yang penting bagi
pertumbuhan peradaban Mesir kuno.
3. Kerajaan Lama Peradaban Mesir Kuno
Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi dibuat pada
masa Kerajaan Lama. Kemajuan ini didorong oleh meningkatnya
produktivitas pertanian, yang dimungkinkan karena pemerintahan pusat
dibina dengan baik. Di bawah pengarahan wazir, pejabat-pejabat negara
mengumpulkan pajak, mengatur proyek irigasi untuk meningkatkan hasil
panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di proyek-proyek
pembangunan, dan menetapkan sistem keadilan untuk menjaga
keamanan.
Dengan sumber daya surplus yang ada karena ekonomi yang
produktif dan stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-
proyek kolosal dan menugaskan pembuatan karya-karya seni istimewa.
Piramida yang dibangun oleh Djoser, Khufu, dan keturunan mereka,
merupakan simbol peradaban Mesir Kuno yang paling diingat.
Seiring dengan meningkatnya kepentingan pemerintah pusat, muncul
golongan juru tulis (sesh) dan pejabat berpendidikan, yang diberikan
tanah oleh firaun sebagai bayaran atas jasa mereka. Firaun juga
memberikan tanah kepada struktur-struktur kultus kamar mayat dan kuil-
kuil lokal untuk memastikan bahwa institusi-institusi tersebut memiliki
sumber daya yang cukup untuk memuja firaun setelah kematiannya.
Pada akhir periode Kerajaan Lama, lima abad berlangsungnya
praktik-praktik feudal pelan-pelan mengikis kekuatan ekonomi firaun.
Firaun tak lagi mampu membiayai pemerintahan terpusat yang besar.
Dengan berkurangnya kekuatan firaun, gubernur regional yang disebut
nomark mulai menantang kekuatan firaun. Hal ini diperburuk dengan
terjadinya kekeringan besar antara tahun 2200 hingga 2150 SM, sehingga
Mesir Kuno memasuki periode kelaparan dan perselisihan selama 140
tahun yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama Mesir.
4. Periode Menengah Pertama Mesir
Setelah pemerintahan pusat Mesir runtuh pada akhir periode
Kerajaan Lama, pemerintah tidak lagi mampu mendukung atau
menstabilkan ekonomi negara. Gubernur-gubernur regional tidak dapat
menggantungkan diri kepada firaun pada masa krisis.
Kekurangan pangan dan sengketa politik meningkat menjadi
kelaparan dan perang saudara berskala kecil. Meskipun berada pada masa
yang sulit, pemimpin-pemimpin lokal, yang tidak berhutang upeti kepada
firaun, menggunakan kebebasan baru mereka untuk mengembangkan
budaya di provinsi-provinsi. Setelah menguasai sumber daya mereka
sendiri, provinsi-provinsi menjadi lebih kaya.
Fakta ini dibuktikan dengan adanya pemakaman yang lebih besar
dan baik di antara kelas-kelas sosial lainnya. Dengan meningkatnya
kreativitas, pengrajin-pengrajin provinsial menerapkan dan mengadaptasi
motif-motif budaya yang sebelumnya dibatasi oleh Kerajaan Lama. Juru-
juru tulis mengembangkan gaya yang melambangkan optimisme dan
keaslian periode.
Bebas dari kesetiaan kepada firaun, pemimpin-pemimpin lokal mulai
berebut kekuasaan. Pada 2160 SM, penguasa-penguasa di Herakleopolis
menguasai Mesir Hilir, sementara keluarga Intef di Thebes mengambil
alih Mesir Hulu. Dengan berkembangnya kekuatan Intef, serta perluasan
kekuasaan mereka ke utara, maka pertempuran antara kedua dinasti
sudah tak terhindarkan lagi.
Sekitar tahun 2055 SM, tentara Thebes di bawah pimpinan
Nebhepetre Mentuhotep II berhasil mengalahkan penguasa
Herakleopolis, menyatukan kembali kedua negeri, dan memulai periode
renaisans budaya dan ekonomi yang dikenal sebagai Kerajaan
Pertengahan.
5. Kerajaan Pertengahan Peradaan Mesir Kuno
Firaun Kerajaan Pertengahan berhasil mengembalikan kesejahteraan
dan kestabilan negara, sehingga mendorong kebangkitan seni, sastra, dan
proyek pembangunan monumen. Mentuhotep II dan sebelas dinasti
penerusnya berkuasa dari Thebes, tetapi wazir Amenemhat I, sebelum
memperoleh kekuasaan pada awal dinasti ke-12 (sekitar tahun 1985 SM),
memindahkan ibu kota ke Itjtawy di Oasis Faiyum.
Dari Itjtawy, firaun dinasti ke-12 melakukan reklamasi tanah dan
irigasi untuk meningkatkan hasil panen. Selain itu, tentara kerajaan
berhasil merebut kembali wilayah yang kaya akan emas di Nubia,
sementara pekerja-pekerja membangun struktur pertahanan di Delta
Timur, yang disebut “tembok-tembok penguasa”, sebagai perlindungan
dari serangan asing.
Maka populasi, seni, dan agama negara mengalami perkembangan.
Berbeda dengan pandangan elitis Kerajaan Lama terhadap dewa-dewa,
Kerajaan Pertengahan mengalami peningkatan ungkapan kesalehan
pribadi. Selain itu, muncul sesuatu yang dapat dikatakan sebagai
demokratisasi setelah akhirat; setiap orang memiliki arwah dan dapat
diterima oleh dewa-dewa di akhirat.
Sastra Kerajaan Pertengahan menampilkan tema dan karakter yang
canggih, yang ditulis menggunakan gaya percaya diri dan elok,
sementara relief dan pahatan potret pada periode ini menampilkan ciri-
ciri kepribadian yang lembut, yang mencapai tingkat baru dalam
kesempurnaan teknis.
Penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan, Amenemhat III,
memperbolehkan pendatang dari Asia tinggal di wilayah delta untuk
memenuhi kebutuhan pekerja, terutama untuk penambangan dan
pembangunan. Penambangan dan pembangunan yang ambisius, ditambah
dengan meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi dan mempercepat
kemunduran selama masa dinasti ke-13 dan ke-14. Semasa kemunduran,
pendatang dari Asia mulai menguasai wilayah delta, yang selanjutnya
mulai berkuasa di Mesir sebagai Hyksos.
6. Periode Menengah Kedua dan Hyksos
Sekitar tahun 1650 SM, seiring dengan melemahnya kekuatan firaun
Kerajaan Pertengahan, imigran Asia yang tinggal di kota Avaris
mengambil alih kekuasaan dan memaksa pemerintah pusat mundur ke
Thebes. Di sana firaun diperlakukan sebagai vasal dan diminta untuk
membayar upeti. Hyksos (“penguasa asing”) meniru gaya pemerintahan
Mesir dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun. Maka elemen
Mesir menyatu dengan budaya Zaman Perunggu Pertengahan mereka.
Setelah mundur, raja Thebes melihat situasinya yang terperangkap
antara Hyksos di utara dan sekutu Nubia Hyksos, Kerajaan Kush, di
selatan. Setelah hampir 100 tahun mengalami masa stagnansi, pada tahun
1555 SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk
melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun.
Firaun Seqenenre Tao II dan Kamose berhasil mengalahkan orang-
orang Nubia. Pengganti Kamose, Ahmose I, berhasil mengusir Hyksos
dari Mesir. Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan militer
menjadi prioritas utama firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir
dan menancapkan kekuasaan atas wilayah Timur Dekat.
7. Kerajaan Baru
Firaun-firaun Kerajaan Baru berhasil membawa kesejahteraan yang
tak tertandingi sebelumnya. Perbatasan diamankan dan hubungan
diplomatik dengan tetangga-tetangga diperkuat. Kampanye militer yang
dikobarkan oleh Tuthmosis I dan cucunya Tuthmosis III memperluas
pengaruh firaun ke Suriah dan Nubia, memperkuat kesetiaan, dan
membuka jalur impor komoditas yang penting seperti perunggu dan
kayu.
Firaun-firaun Kerajaan juga memulai pembangunan besar untuk
mengangkat dewa Amun, yang kultusnya berbasis di Karnak. Para firaun
juga membangun monumen untuk memuliakan pencapaian mereka
sendiri, baik nyata maupun imajiner. Firaun perempuan Hatshepsut
menggunakan propaganda semacam itu untuk mengesahkan
kekuasaannya. Masa kekuasaannya yang berhasil dibuktikan oleh
ekspedisi perdagangan ke Punt, kuil kamar mayat yang elegan, pasangan
obelisk kolosal, dan kapel di Karnak.
Sekitar tahun 1350 SM, stabilitas Kerajaan Baru terancam ketika
Amenhotep IV naik tahta dan melakukan reformasi yang radikal dan
kacau. Ia mengubah namanya menjadi Akhenaten. Akhenaten memuja
dewa matahari Aten sebagai dewa tertinggi. Ia lalu menekan pemujaan
dewa-dewa lain.
Akhenaten juga memindahkan ibu kota ke kota baru yang bernama
Akhetaten (kini Amarna). Ia tidak memperdulikan masalah luar negeri
dan terlalu asyik dengan gaya religius dan artistiknya yang baru. Setelah
kematiannya, kultus Aten segera ditinggalkan, dan firaun-firaun
selanjutnya, yaitu Tutankhamun, Ay, dan Horemheb, menghapus semua
penyebutan mengenai bidah Akhenaten.
Ramses II naik tahta pada tahun 1279 SM. Ia membangun lebih
banyak kuil, mendirikan patung-patung dan obelisk, serta dikaruniai anak
yang lebih banyak daripada firaun-firaun lain dalam sejarah. Sebagai
seorang pemimpin militer yang berani, Ramses II memimpin tentaranya
melawan bangsa Het dalam pertempuran Kadesh. Setelah bertempur
hingga mencapai kebuntuan (stalemate), ia menyetujui traktat
perdamaian pertama yang tercatat sekitar 1258 SM.
Kekayaan menjadikan Mesir sebagai target serangan, terutama oleh
orang-orang Laut dan Libya. Tentara Mesir mampu mengusir serangan-
serangan itu, tetapi Mesir akan kehilangan kekuasaan atas Suriah dan
Palestina. Pengaruh dari ancaman luar diperburuk dengan masalah
internal seperti korupsi, penjarahan makam, dan kerusuhan. Pendeta-
pendeta agung di kuil Amun, Thebes, mengumpulkan tanah dan
kekayaan yang besar, dan kekuatan mereka memecahkan negara pada
masa Periode Menengah Ketiga.
8. Periode Menengah Ketiga Peradaban Mesir Kuno
Setelah kematian firaun Ramses XI tahun 1078 SM, Smendes
mengambil alih kekuasaan Mesir utara. Ia berkuasa dari kota Tanis.
Sementara itu, wilayah selatan dikuasai oleh pendeta-pendeta agung
Amun di Thebes, yang hanya mengakui nama Smendes saja.
Pada masa ini, orang-orang Libya telah menetap di delta barat, dan
kepala-kepala suku penetap tersebut mulai meningkatkan otonomi
mereka. Pangeran-pangeran Libya mengambil alih delta di bawah
pimpinan Shoshenq I pada tahun 945 SM.
Mereka lalu mendirikan dinasti Bubastite yang akan berkuasa selama
200 tahun. Shoshenq juga mengambil alih Mesir selatan dengan
menempatkan keluarganya dalam posisi kependetaan yang penting.
Kekuasaan Libya mulai mengikis akibat munculnya dinasti saingan di
Leontopolis, dan ancaman Kush di selatan. Sekitar tahun 727 SM, raja
Kush, Piye, menyerbu ke arah utara. Ia berhasil menguasai Thebes dan
delta.
Martabat Mesir terus menurun pada Periode Menengah Ketiga.
Sekutu asingnya telah jatuh kedalam pengaruh Asiria, dan pada 700 SM,
perang antara kedua negara sudah tak terhindarkan lagi. Antara tahun 671
hingga 667 SM, bangsa Asiria mulai menyerang Mesir. Masa kekuasaan
raja Kush, Taharqa, dan penerusnya, Tanutamun, dipenuhi dengan
konflik melawan Asiria. Akhirnya, bangsa Asiria berhasil memukul
mundur Kush kembali ke Nubia. Mereka juga menduduki Memphis dan
menjarah kuil-kuil di Thebes.
9. Periode Akhir Peradaban Mesir Kuno
Dengan tiadanya rencana pendudukan permanen, bangsa Asiria
menyerahkan kekuasaan Mesir kepada vassal-vassal yang dikenal
sebagai raja-raja Sais dari dinasti ke-26. Pada tahun 653 SM, raja Sais
Psamtik I berhasil mengusir bangsa Asiria dengan bantuan tentara
bayaran Yunani yang direkrut untuk membentuk angkatan laut pertama
Mesir. Selanjutnya, pengaruh Yunani meluas dengan cepat. Kota
Naukratis menjadi tempat tinggal orang-orang Yunani di delta.
Di bawah raja-raja Sais, Mesir mengalami kebangkitan singkat
ekonomi dan budaya. Sayangnya, pada tahun 525 SM, bangsa Persia
yang dipimpin oleh Cambyses II memulai penaklukan terhadap Mesir.
Mereka berhasil menangkap firaun Psamtik III dalam pertempuran di
Pelusium. Cambyses II lalu mengambil alih gelar firaun. Ia berkuasa dari
kota Susa, dan menyerahkan Mesir kepada seorang satrapi.
Pemberontakan-pemberontakan meletus pada abad ke-5 SM, tetapi tidak
ada satupun yang berhasil mengusir bangsa Persia secara permanen.
Setelah dikuasai Persia, Mesir digabungkan dengan Siprus dan
Fenisia dalam satrapi ke-6 Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Periode
pertama kekuasaan Persia atas Mesir, yang juga dikenal sebagai dinasti
ke-27, berakhir pada tahun 402 SM. Dari 380–343 SM, dinasti ke-30
berkuasa sebagai dinasti asli terakhir Mesir. Restorasi singkat kekuasaan
Persia, kadang-kadang dikenal sebagai dinasti ke-31, dimulai dari tahun
343 SM. Namun, pada 332 SM, penguasa Persia, Mazaces, menyerahkan
Mesir kepada Alexander yang Agung tanpa perlawanan.
10. Dinasti Ptolemeus
Pada tahun 332 SM, Alexander yang Agung menaklukan Mesir
dengan sedikit perlawanan dari bangsa Persia. Pemerintahan yang
didirikan oleh penerus Alexander dibuat berdasarkan sistem Mesir,
dengan ibu kota di Iskandariyah.
Kota tersebut menunjukkan kekuatan dan martabat kekuasaan
Yunani, dan menjadi pusat pembelajaran dan budaya yang berpusat di
Perpustakaan Iskandariyah. Mercusuar Iskandariyah membantu navigasi
kapal-kapal yang berdagang di kota tersebut, terutama setelah penguasa
dinasti Ptolemeus memberdayakan perdagangan dan usaha-usaha, seperti
produksi papirus.
Budaya Yunani tidak menggantikan budaya asli Mesir. Penguasa
dinasti Ptolemeus mendukung tradisi lokal untuk menjaga kesetiaan
rakyat. Mereka membangun kuil-kuil baru dalam gaya Mesir,
mendukung kultus tradisional, dan menggambarkan diri mereka sebagai
firaun. Beberapa tradisi akhirnya bergabung. Dewa-dewa Yunani dan
Mesir disinkretkan sebagai dewa gabungan (contoh: Serapis).
Bentuk skulptur Yunani Kuno juga memengaruhi motif-motif
tradisional Mesir. Meskipun telah terus berusaha memenuhi tuntutan
warga, dinasti Ptolemeus tetap menghadapi berbagai tantangan, seperti
pemberontakan, persaingan antar keluarga, dan massa di Iskandariyah
yang terbentuk setelah kematian Ptolemeus IV.
Lebih lagi, bangsa Romawi memerlukan gandum dari Mesir, dan
mereka tertarik akan situasi politik di negeri Mesir. Pemberontakan yang
terus berlanjut, politikus yang ambisius, serta musuh yang kuat di Suriah
membuat kondisi menjadi tidak stabil, sehingga bangsa Romawi
mengirim tentaranya untuk mengamankan Mesir sebagai bagian dari
kekaisarannya.
11. Dominasi Romawi
Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada 30 SM setelah
Augustus berhasil mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII
dalam Pertempuran Actium. Romawi sangat memerlukan gandum dari
Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan praefectus yang ditunjuk
oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang besar,
serta mencegah serangan bandit.
Meskipun Romawi berlaku lebih kasar daripada Yunani, beberapa
tradisi, seperti mumifikasi dan pemujaan dewa-dewa, tetap berlanjut.
Seni potret mumi berkembang, dan beberapa kaisar Romawi
menggambarkan diri mereka sebagai firaun (meskipun tidak sejauh
penguasa-penguasa dinasti Ptolemeus). Pemerintahan lokal diurus
dengan gaya Romawi dan tertutup dari gaya Mesir asli.
Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di
Iskandariyah. Agama tersebut dipandang sebagai kultus lain yang akan
diterima. Namun, Kekristenan pada akhirnya dianggap sebagai agama
yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama
lokal, sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen.
Penyerangan terhadap orang Kristen memuncak pada masa pembersihan
Diokletianus yang dimulai tahun 303, tetapi Kristen berhasil menang.
Pada tahun 391, kaisar Kristen Theodosius memperkenalkan
undang-undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil.
Iskandariyah menjadi latar kerusuhan anti-pagan yang besar. Akibatnya,
budaya pagan Mesir terus mengalami kejatuhan. Meskipun penduduk asli
masih mampu menuturkan bahasa mereka, kemampuan untuk membaca
hieroglif terus berkurang karena melemahnya peran pendeta kuil Mesir.
Sementara itu, kuil-kuil dialihfungsikan menjadi gereja, bahkan
ditinggalkan begitu saja.

B. Peradaban Yunani Kuno


Yunani kuno merupakan sebuah peradaban yang sangat maju di berbagai
bidang kehidupannya. Peradaban bangsa ini pada awal terbentuknya berasal
dari suku-suku yang bermigrasi yang datang secara bergelombang ke daratan
Yunani. Meskipun letak secara geografisnya di kelilingi pegunungan-
pegunungan, pantainya berteluk-teluk. Namun, keunikan pasang surut air laut
membuat, letak Yunani menjadi sangat strategis. Letak tersebut
memungkinkan pembuatan pelabuhan perdagangan dengan mudah, seolah-
olah merupakan sebuah jembatan alam yang menghubungkan daratan Yunani
dengan pantai Asia Barat. Sehingga tidak mengherankan bahwa pelayaran
merupakan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Yunani
kuno.
Peradaban Yunani ini dimulai dari suatu peradaban yang berada di pulau
Kreta yang sering disebut dengan peradaban Minoa atau Minos, dari
peradaban tersebut sudah terdapat bangunan-bangunan istana. Setelah
kebudayaan peradaban ini runtuh oleh gempa bumi dahsyat, berkembanglah
peradaban di pulau Mycenae yang ketika peradaban ini berkembang
bersamaan dengan kemunduran yang terjadi pada peradaban Minos.
Peradaban Mycenae mempunyai banyak kota-kota yang memiliki beberapa
istana di kota-kota yang berdiri sendiri yang masing-masing kotanya
dipisahkan oleh pegunungan seperti kota Tebes, Athena, Pylos. Di kota-kota
inilah terdapat Negara kota atau polis yang merupakan salah satu sifat khas
dari peradaban Yunani kuno.
Kemajuan peradaban Yunani yang paling menonjol adalah dari segi limu
pengetahuan, salah satunya yaitu di bidang filsafat yang melahirkan banyak
filsuf-filsuf hebat yang pemikiranaya masih dipakai sampai saat ini, antara
lain Aristoteles, Plato, Socrates. Peradaban ini tidak hanya terkenal dengan
pemikiran-pemikiran ilmuwan-ilmuwan yang masih dipakai sampai saat ini.
Peradaban Yunani dalam kepercayaanya menganut Polyteisme yang
mempercayai banyak dewa, dewa tertingginya adalah dewa Zeus, yang oleh
masyarakat Yunani dibuat kuil dewa Zeus di gunung Olimpus untuk
pemujaan kepadanya. Peradaban Yunani dapat dikatakan peradaban kuno
yang sangat maju, jauh meninggalkan bangsa lain yang semasa dengannya.
Sehingga pada pembahasan ini, penulis akan memfokuskan pembahasan pada
4 aspek, yaitu: letak geografis, asal-usul masyarakat, kepercayaan, dan
Kebudayaan.
1. Letak Geografis Yunani Kuno

Wilayah Yunani bagian tenggara berbatasan dengan laut Tengah


Mediterania, wilayah utara berbatasan dengan Macedonia, Yunani bagian
selatan semenanjung Balkan, sebelah timur berbatasan dengan laut
Aegeia, dan sebelah barat berbatasan dengan laut Ionia. Secara geografis
Yunani terdiri dari berbagai pulau-pulau serta tanah datar yang di
pisahkan oleh pegunungan-pegunungan, yang secara geografis Yunani
menjadi lembah-lembah yang letaknya terpisah, pantainya berteluk-teluk,
perbedaan pasang surut air laut yang memungkinkan pembuatan bandar-
bandar yang baik dengan mudah. Kepulauan Aegeis terdiri atas beribu-
ribu pulau-pulau kecil yang berdekatan letaknya sehingga seolah-olah
merupakan sebuah jembatan alam yang menghubungkan daratan Yunani
dengan Asia Barat, maka tak mengherankan jika pelayaranlah yang
memegang peranan penting dalam masyarakat Yunani kuno, bangsa ini
oleh alam seakan-akan didorong untuk menjadi bangsa bahari.
Letak dari keadaan iklim yang seperti itulah menjadi sangat
berpengaruh terhadap penghidupan bangsa Yunani. Iklim Yunani terbagi
atas dua iklim, yaitu musim panas yang terik dan lama serta kering, dan
musim dingin yang sejuk, singkat dan banyak turun hujan. Keadaan iklim
yang demikian itu sangat berpengaruh bagi kehidupan bangsa Yunani,
dari iklim ini banyak menghasilkan buah anggur,zaitun dan berbagai
jenis gandum, Inilah yang membedakan antara peradaban yang berada di
Yunani dengan peradaban sebelumnya, dikarenakan di Yunani pelayaran
melalui sungai sangat tidak mungkin di adakan, karena sungai-sungainya
yang pendek dan hanya akan berair takkala tibanya musim dingin dan
arusnya sangat deras. Daerah lembah oleh masyarakat Yunani sangat
dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman gandum dan di
daerah pegunungan mereka meanfaatkan untuk menanam pohon anggur,
yang saat itu hasil perasan buah anggur yang telah diawetkan menjadi
minuman yang sangat digemari.
Asal-usul dan Kondisi Masyarakat Yunani Kuno

Peradaban awal terjadi di Yunani merupakan peradaban pulau Kreta


yang disebut dengan peradaban Minos(Minoa). Nama Minoa ini diambil
dari seorang raja yang pernah berkuasa yaitu raja Minos, peradaban ini
telah ada kira-kira 2000-1450 SM. Peradaban di pulau ini telah
mempunyai sebuah istana yang terletak di tengah kota Knossos suatu
pemukiman yang sedikit masuk kedalam dari pusat garis pantai utara dan
merupakan tempat strategis yang dapat memantau ujung timur dan barat
pulau ini. Istana ini berada di pusat kota yang ramai, sebagai Negara
maritime, penduduk kota itu berdagang dengan peradaban yang ada di
seberang laut. Ini dapat dibuktikan bahwa peradaban Minos ini
merupakan peradaban yang bergantung pada perdagangan laut, yang
perdagangan tersebut dilakukan dengan Negara-negara seberang, negara
ini hanya mempunyai sedikit daerah yang subur dan sumber daya alam.
Namun bangsa ini merupakan bangsa pertama yang meraih kekuasaan
atas laut, karena kerajaan ini merupakan kerajaan pertama yang
mempunyai angkatan laut.
Penduduk disini mempunyai kebiasaan mengorbankan manusia, ini
dibuktikan saat para arkeolog menemukan pemandangan seorang pemuda
dalam keadaan terikat dan terbaring ke sisi samping di atas sebuah
mazbah dari tanah dan lempung,sebuah pisau menancap di atas
tubuhnya,serta di depan mazbah tersebut terlihat orang yang
menggunakan sebuah cincin dan segel upacara, korban manusia itu
dipersembahkan kepada Minotaurus (manusia berkepala banteng) yang
menurut keprcayaan orang Minos. Masyarakat di pulau ini juga
mempunyai peninggalan-peninggalan yang berupa gerabah-gerabah yang
berwarna cerah yang ditemukan di sekitar pulau Kreta. Istana-istana
meninggalkan bukti berupa fresco 42(lukisan dinding yang menggunakan
warna-warna cerah yang terbuat dari arang, oker kuning, bijih besi dan
mineral lain di atas batu gamping. Peradaban ini hancur di karenakan ada
gempa yang terjadi di pulau Thera.
Peradaban Minos yang hancur membuat kota-kota disebelah utara
pulau itu menjadi semakin berkembang. Peradaban itu disebut dengan
peradaban Mycenas, peradaban ini berkembang sekitar tahun 1600-1400
SM mereka mempunyai kemiripan dengan pearadaban Minos, mereka
juga membuat tembikar, lukisaan, serta busana itu bergaya Minos.
Tempat makam-makam kerajaan Mycenas yang dinamakan lingkungan
makam raja, dipenuhi tembikar dan lukisan. Orang Mycenas telah
mengembangkan aksara mereka sendiri yang khas, yang mengikuti pola
lama dari segel hingga pikotgram sampai piktografik yang ramping.
Mereka juga merupakan pelaut yang handal, kapal-kapal mereka telah
berlayar sampai Mesir. Peradaban Mycenas memiliki beberapa istana
yang masing-masing terpisah oleh pegunungan, istana-istana atau Negara
kota itu terdapat di kota Thebes, Pylos, Athena. Meskipun memiliki
kemandirian kota-kota ini memiliki hubungan,bahasa dan budaya yang
sama.
Tahun 1260-1230 SM terjadi pertempuran yang melibatkan negara
kota Yunani dengan kota Troya yang membutuhkan waktu sampai
sepuluh tahun lamanya,namun dari pertempuran itu menyebabkan
terjadinya kemunduran oleh peradaban bangsa Mycenas karena biaya
perang yang tinggi. Setelah mereka pulang ke Yunani mereka peradaban
Mycenas ini juga mendapatkan banyak bencana, cuaca buruk,gagal
panen dan peperangan. Tahun 1200-1050 masuklah Yunani kedalam
abad pertengahan yang mengakibatkan bangsa Yunani ini menjadi
menyebar di sekitar Mediterania. Saat tahun 850 SM tiga bangsa yang
menyebar itu bersatu mereka adalah bangsa Arkadia, Ionian dan Doria
lalu mereka memutuskan untuk membangun tempat suci, salah satunya
Kuil Zeus di kota Olimpia,tempat yang menjadi pemersatu di masyarakat
Yunani. Serta terdapat festival penghormatan kepada dewa Zeus yang
membuat kota –kota tersebut bersatu dalam perayaan itu. Ketika itu
mulai dibangun kembali kota-kota tersebut seperti Athena, Sparta,
Tebes , walau mereka mempunyai kebudayaan yang sama namun mereka
sering berperang satu sama lain.
Beberapa tahun setelah itu tepatnya tahun 776 SM. Mereka
memutuskan untuk membuat suatu festival berupa permainan-permainan
di kota Olimpia yang mengigatkan bahwa kota-kota di Yunani
dipersatukan oleh bangsa yang sama dengan dewa-dewa yang sama yang
di lakukan empat tahun sekali yang sampai sekarang masih peringati.
Saat festival ini dimulai mereka sepakat untuk menghentikan peperangan
jauh-jauh hari sebelumnya.
Kepercayaan Yunani Kuno

Sejak peradaban awal sampai berbentuk kerajaan, masyarakat


Yunani mempercayai mitologi banyak dewa yang dikembangkan pada
peiode Mycenas yang digambarkan berupa kekuatan utama dalam
kehidupan masyarakat Yunani. Dewa-dewi ini digambarkan seperti
manusia,tetapi memiliki kekuatan dan keindahan yang lebih di
bandingkan dengan manusia dan hidup abadi. Dewa-dewa ini tinggal di
gunung Olympus dengan dewa tertinggi dewa Zeus. Karena merupakan
dewa tertinggi maka sebagai bentuk penghormatan kepada dewa Zeus,
dibuatkanlah kuil dewa Zeus di gunung Olympus.
Sosok dewa ini digambarkan seperti layaknya kehidupan manusia,
bisa saling berpasangan, mempunyai sifat baik atau buruk, maupun jenis
kelaminnya. Berikut ini dewa-dewi Olimpus:
a. Zeus adalah pemimpin/raja para dewa, penguasa Olimpus, dewa
iklim, dewa petir, dan cuaca.
b. Hera, istri Zeus, ratu para dewa, adalah dewi pelindung pernikahan,
pengorbanan, dan kesetiaan.
c. Poseidon adalah dewa laut, gempa bumi, dan bapak bangsa kuda.
d. Ares adalah dewa perang dan pembantaian.
e. Hermes adalah dewa penunjuk jalan, pelindung para petualang,
penggembala, dan penghibur. Ia juga utusan dewa Zeus.
f. Hefaistos adalah dewa api, tukang kayu, penempa besi, dan
pengrajin senjata.
g. Afrodit adalah dewi cinta, seks, dan keindahan fisik.
h. Athena adalah dewi kebijaksanaan, perang, keindahan jiwa, seni, dan
pendidikan.
i. Apollo adalah dewa matahari, cahaya, musik, tarian, obat-obatan,
dan pelindung para pemanah.
j. Artemis adalah dewi bulan, pelindung hewan, perburuan, kesuburan,
dan kesucian. Merupakan saudara kembar Apollo
k. Demeter adalah dewi bunga, tumbuh-tumbuhan, makanan,
argraris ,dan pelindung perkawinan.
l. Hestia adalah dewi pelindung rumah, keluarga, dan perapian.
Sebagai penghormatan kepada dewa-dewa orang-orang Yunani tidak
banyak membangun kuil-kuil peribadatan, namun membuat altar-altar
peribadatan.
Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Yunani Kuno

Kebudayaan dan ilmu pengetahuan ini sangat berkembang setelah


peperangan melawan bangsa Persia, namun perkembangan yang terjadi
ini paling menonjol di tunjukan oleh Negara kota Athena karena system
pemerintahanya hak seseorang itu dijamin oleh Negara, juga karena
orang-orang Athena menaruh perhatian besar terhadap kemajuan
seni,olahraga, ilmu pengetahuan dan falsafah. Ini sangat kontras dengan
Negara kota Sparta yang rakyatnya hanya di jadikan alat Negara, mulai
dari kegiatan dan perhatian mereka hanya di tunjukan untuk tugas
pemerintahan dan pertahanan Negara, inilah yang membuat Sparta tidak
dapat mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Kebudayaan serta ilmu pengetahuan berkembang pesat terlebih di
Athena yang telah maju pesat di bidang kebudayaan dan sejarah dunia
sulit sekali menemukan peradaban lain yang sebanding dengan Athena
masa tersebut. Di Athena sendiri berkembang berbagai kebudayaan dan
ilmu pengetahuan diantaranya dalam sastra, kesusastraan, kesenian, seni
arsitektur, matematika dan filsafat.
Bidang Seni Sastra ditulis oleh Homerus yang banyak menceritakan
perjuangan, antara lain Illyas dan Odyssea, cerita mengenai
peloponnesian war oleh Thuchydides, sastra lucu karya Aristofane, dan
cerita tragedi karya Aiskhilos dan Sofokles. Seni drama ini juga ada
peninggalanya dalam sebuah kutipan drama ini sering digelar saat malam
waktu perlombaan Olympiade di Athena.
Bidang Arsitektur banyak bangunan yang telah didirikan antara lain
Kuil dewa Zeus yang terdapat di gunung Olympus, Epidaurus yang
merupakan gedung kesenian, Kuil Pathenon, kuil Erectheum, pembuatan
makam lingkungan raja, pembuatan Acropolis yang terdapat seni pahat
yang menjadi kebanggaan dari bangsa Yunani. Pembuatan tembikar,
pahatan batu marmer,perunggu, arca, serta pembuatan lukisan-lukisan
yang menggunakan cat alami.
Bidang Ilmu Pengetahuan yang paling menonjol yaitu ilmu filsafat
yang berisi penalaran yang berbentuk metode yang masuk akal. Banyak
tokoh-tokoh dari ilmu ini antara lain :
a. Socrates
b. Plato
c. Aristoteles
Bidang Ilmu pengetahuan yang berkembang tidak hanya dari bidang
filsafat, namun ada dari bidang Matematika, astronomi dan kedokteran
tokoh-tokohnya antara lain :
a. Thales adalah bapak Pengetahuan Yunani yang mengambil pelajaran
astronomi dari Mesir dan Persia.
b. Herodotus, adalah bapak penulisan sejarah.
c. Tuchydides, adalah bapak penulisan sejarah kritis.
d. Pythagoras, ahli matematika dan ilmu ukur yang ilmunya masih
dipakai hingga sekarang.
e. Heraclitus, ahli ilmu pengetahuan alam
f. Hippocrates ahli dalam bidang kedokteran.
Peradaban Yunani Kuno juga telah mengenal tulisan ,karena segala
jenis karya sastra tentu tidak dapat terpisahkan dari tulisan, orang Yunani
mempunyai alphabet sederhana yang mengandung huruf contoh huruf
alphabet Yunani : : α, β, γ, δ, π, σ, ψ, ω .
1. Kondisi geografis
Sungai nil, mesir menjadi daerah yang subur. Masyarakat mesir
memanfaatkan lahan dengan membangun pertanian untuk
menanggulangi banjir
2. Kondisi sosial politik
Terjadi pertentangan antarkaum bangsawan feodal yang berhasil
dipersatukan firaun sesostris 3, pada abad 1552-1069 dibawah pimpinan
firaun ahmosis 1 dan terakhir digantikan firaun thutmosis 3
3. Struktur masyarakat
Golongan atas : bangsawan, keturunan raja, dan pendeta. Golongan
tengah : pedagang, pegawai. golongan bawah : penduduk/masyarakat
mesir, petani, dan budak
4. Sistem kepercayaan
Politeisme, menyakini banyak dewa, seperti dewa osiris, dewa thot,
dewa anubis, dewa apis, dewa ra, dan dewa amon ra
5. Hasil budaya
Piramida giza, Obelisk, Sphinx, Mumi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gfchjbkm.slafsnfknfadsngkjna,gndsa

B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan beberapa informasi yang
menambah wawasan mengenai peradaban mesir dan yunani kuno.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda, S. (2022, November 29). Brain Academy. Retrieved Mei 16, 2023, from
brainacademy.id: https://www.brainacademy.id/blog/menyusun-kata-
pengantar

Anda mungkin juga menyukai