1. SEJARAH
1.1. Peradaban Awal Mesir
Pada akhir masa Paleolitk, iklim di Afrika Utara mengalami peningkatan panas dan kering.
Hal ini menyebabkan penduduk di wilayah tersebut terpaksa mengungsi dan bermukim di
sepanjang sungai Nil (sekitar tahun 5000-4000 SM). Para pengungsi inilah yang kemudian
dikenal sebagai orang Mesir pertama.
Mereka menemukan cara untuk mengatasi banjir tahunan dengan menggali tempat
penampungan untuk menyimpan air pada masa banjir, serta saluran untuk mengairi ladang di
musim panas. Mereka membangun permukiman di kedua tepi, dan menanam biji-bijian di
tanah subur lembah sungai Nil. Selain bercocok tanam, mereka juga berburu binatang liar di
sekitar sungai Nil. Penduduk Lembah Nil semakin bertambah, setelah bergabungnya
pendatang lain dari pesisir barat Laut Merah.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber
daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
Di Mesir Utara, Badari diikuti oleh peradaban Amratia dan Gerzia, yang menunjukkan
beberapa pengembangan teknologi. Bukti awal menunjukkan adanya hubungan antara Gerzia
dengan Kanaan dan pantai Byblos.
Sementara itu, di Mesir Selatan, peradaban Naqada, mirip dengan Badari, mulai memperluas
kekuasaannya di sepanjang sungai Nil sekitar tahun 4000 SM. Sejak masa Naqada I, orang
Mesir pra dinasti mengimpor obsidiandari Ethiopia, untuk membentuk pedang dan benda lain
yang terbuat dari flake. Setelah sekitar 1000 tahun, peradaban Naqada berkembang dari
masyarakat pertanian yang kecil menjadi peradaban yang kuat. Pemimpin mereka berkuasa
penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai Nil. Setelah mendirikan pusat
kekuatan di Hierakonpolis, dan lalu di Abydos, penguasa-penguasa Naqada III memperluas
kekuasaan mereka ke utara.
Budaya Naqada membuat berbagai macam barang-barang material-yang menunjukkan
peningkatan kekuasaan dan kekayaan dari para penguasanya-seperti tembikar yang dicat, vas
batu dekoratif yang berkualitas tinggi, pelat kosmetik, dan perhiasan yang terbuat dari emas,
lapis, dan gading. Mereka juga mengembangkan glasir keramik yang dikenal dengan
nama tembikar glasir bening. Pada fase akhir masa pra dinasti, peradaban Naqada mulai
menggunakan simbol-simbol tulisan yang akan berkembang menjadi sistem hieroglif untuk
menulis bahasa Mesir kuno.
Periode Dinasti Awal Mesir terdiri dari dinasti pertama dan kedua, berawal dari tahun 2920
SM, melanjutkan periode Protodinastik Mesir sampai tahun 2575 SM, atau pada
permulaan Kerajaan Lama. Beberapa ahli sejarah Mesir menyertakan dinasti ketiga ke dalam
periode ini.
Menurut Manetho, raja pertama pada periode ini adalah Menes. Namun, raja pertama yang
diketahui dari dinasti pertama adalah Hor-Aha, dan raja pertama yang berhasil menyatukan
kedua negara (Mesir Hulu dan Mesir Hilir) adalah Narmer (raja terakhir periode
Protodinastik). Namanya ditemukan tertulis pada sebuah pelat (pelat Narmer) yang
digunakan untuk menggiling mineral untuk kohl, yang digunakan oleh orang Mesir Kuno
untuk menghias matanya. Kegiatan pemakaman untuk para petani dan rakyat biasa sama
dengan yang ada pada zaman predinastik, tetapi para orang-orang yang lebih kaya
menginginkan sesuatu yang lebih. Karena itu, bangsa Mesir Kuno memulai
pembangunan mastaba.
Sebelum penyatuan antara Mesir Hulu dan Hilir yang berlangsung kira-kira tahun 3100 SM,
tanah Mesir telah ditempati desa-desa otonomi. Dengan adanya dinasti pertama, para
penguasa mendirikan sebuah pemerintahan nasional dan menetapkan gubernur-gubernur di
daerah. Bangunan pemerintahan pusat menyerupai kuil terbuka yang dibangun dengan kayu
atau batu pasir.
Dinasti Pertama
Informasi mengenai dinasti ini diperoleh dari beberapa monumen dan benda-benda lainnya
yang memuat nama-nama para raja. Benda yang paling penting adalah Narmer Palette. Tidak
ada catatan mendetail mengenai dua dinasti pertama ini yang masih ada kecuali sebuah
catatan pendek pada batu Palermo. Hieroglif Mesir pun cukup berkembang setelah itu, dan
bentuk-bentuk tulisan tersebut digunakan dengan sedikit perubahan selama sedikit lebih dari
tiga ribu tahun.
Makam-makam besar para raja di Abydos, Naqada dan Saqqara, serta sebuah pemakaman di
Helouan di dekat Memphis, menunjukkan bahwa bangunan-bangunan tersebut dibangun
dengan menggunakan kayu dan batu dari tanah liat dengan sedikit penggunaan batu untuk
dinding dan lantai. Batu kebanyakan digunakan untuk ornamen, wadah, dan kadang-kadang
patung.
Dinasti Ketiga
Raja pertama dari "Kerajaan Lama" bernama Djoser (antara sekitar tahun 2691 dan 2625 SM)
dari Dinasti Ketiga, yang memerintahkan pembangunan piramid bertingkat ("Pyramid of
Djoser") di nekropolis Memphis, Saqqara. Seorang tokoh penting pada masa pemerintahan
Djoser adalah perdana menteri (vizier) yang bernama Imhotep.
Dinasti Keempat
Kerajaan Lama dan kekuasaannya mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Dinasti
Keempat (2613–2494 SM), yang dimulai dengan berkuasanya raja Sneferu (2613–2589 SM).
Dinasti Kesepuluh
2. Arsitektur Mesir
Hasil karya arsitektur muncul dalam waktu 1 abad setelah Firaun pertama Kerajaan Lama, yaitu
sekitar tahun 2600 sebelum masehi, dengan ditandai oleh suatu karya arsitektur yang pantas bagi para
Raja serta Dewanya.
Peningkatan dari pemakaian bata/lumpur yang dikeringkan dibawah terik matahari menjadi konstruksi
batu yang lebih baik kualitasnya dan perlu teknik yang lebih tinggi dalam pengerjaannya.Dalam
waktu ± 200 tahun saja, ahli bangunan Mesir telah begitu menguasai bahan bangunan baru tersebut,
dan dapat menyelesaikan pyramid di Gizeh.
Pada abad-abad berikutnya, arsitek Mesir talah membatasi sungai dari delta, dekat laut Tengah sampai
Nubia Hilir, dengan monumen-monumen batu yang megah.
Seni tidak ketinggalan dari Arsitektur, pengrajin Mesir menunjukkan rasa keindahan dengan simetri,
menyentuh benda yang banyak digunakan sehari-hari seperti tempayan batu atau tanah liat, serta alat-
alat rumah tangga yang lain. Pematung memahat gambar para Dewa serta Raja dari batu dalam skala
ukuran yang sangat besar, serta membuat patung dari bahan batu, kayu atau tembaga dengan ukuran
yang sesungguhnya.
Material yang digunakan berupa bata lumpur yang dipanggang, batu kapur atau batu granit
karena pada saat itu material kayu sangat langka
Bangunan dominan berbentuk simetri
Pada umumnya bangunan difungsikan sebagai kegiatan ritual keagamaan
Ukuran bangunan yang besar dan dinding miring dengan sedikit bukaan
Dinding eksterior ataupun interior dan kolom dihiasi dengan hieroglif dan gambar-gambar
ataupun ukiran yang dicat dengan warna-warna yang cerah
2.2.1. Kuil
Kuil merupakan besar yang terbuat dari batu dan pasir yang dibangun di atas lahan yang
datar. Bangunan kuil biasanya merupakan suatu kompleks pemujaan yang lengkap mencakup
tempat tinggal para pendeta, kolam suci, bengkel kerja dan lain-lain. Sehingga
pembangunannya membutuhkan waktu yang lama bahkan sampai beberapa generasi dari
dinasti-dinasti yang ada.
Antara kuil yang satu dengan kuil yang lain tidak ada yang memiliki kemiripan, akan tetapi
setiap kuil memiliki gerbang (pilon).
Kuil dirancang terutama untuk dinikmati dari dalam, dan bukan dari luar sebagai penghias
alam. Bagian utamanya adalah sebuah pilon (2 piramid yang dipotong puncaknya dan
membentuk gerbang besar); sebuah halaman dengan tiang-tiang tanpa atap, sebuah ruangan
beratap tinggi dengan langit-langit yang disangga oleh tiang-tiang kokoh dari batu pasir;
sebuah tempat suci sebagai kamar pribadi Dewa yang tersembunyi dibelakang dinding dan
dikelilingi kamar-kamar upacara yang berukuran kecil.
Setiap memasuki pintu gerbang terdapat segel yang menempel pada pintunya, dan diberi
segel lagi (dari tanah lempung) sesudah selesai digunakan upacara.
Kuil tersebut makin kebelakang makin meninggi mengikuti teras-teras lantainya, sedangkan
langit-langitnya makin kebelakang makin menurun, sehingga secara keseluruhan makin
kedalam makin mengecil dan gelap yang mencerminkan kemisteriusan.
Dewa yang paling dipuja di seluruh Mesir adalah Dewa Matahari Amon Ra dan kuil yang
paling besar di Karnak da Luxor.
Bangunan kuil terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Cult Temple yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan pemujaan kepada dewa.
Seperti: kuil Medinet Habu, kuil Kom Ombo, kuil Philae, kuil Edfu, dan kuil Karnak.
Mortuary Temple yang berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap seorang firaun
yang telah meninggal. Seperti: kuil Seti I, kuil Hatshepsut, Abu Simbel, dan Colossi
of Memnon.
a. Mastaba
Mastaba berasal dari kata Arab yang berarti “bangku”. Mastaba berbentuk persegi panjang
dengan sisi miring ke dalam dan memiliki atap datar. Panjangnya sekitar empat kali dari
lebarnya, dan memiliki tinggi sekitar 30 kaki. Dinding eksteriornya adalah batu bata yang
terbuat dari lumpur kering. Bangunan ini berorientasi Utara-Selatan, yang diyakini orang
Mesir penting untuk akses ke akhirat.
Di dalam bangunan terdapat ruangan kecil yang disebut kapel persembahan yang dilengkapi
dengan pintu palsu. Ruang pemakaman digali sampai ke batuan dasar dan dilapisi dengan
kayu. Terdapat ruang tersembunyi yang bernama serdab yang digunakan sebagai tempat
untuk menyimpan apa pun yang mungkin dianggap penting untuk kenyamanan almarhum di
akhirat, seperti bir , biji-bijian, pakaian dan barang-barang berharga. Mastaba adalah tipe
kuburan standar pada masa permulaan Mesir ( Periode Predinastik dan Periode Dinasti
Permulaan Mesir).
(mastaba)
(struktur mastaba)
b. Piramida
Dalam masyarakat Mesir kuno terdapat filosofi mengenai piramida yaitu piramida dibangun
untuk menunjukkan kekuasaan tertinggi Pharaoh/Firaun saat itu, semakin tinggi piramida
tersebut maka semakin tinggi pila kekuasaan firaun yang memerintah pada masa itu.
Piramida juga menggambarkan strata masyarakat Mesir pada zaman itu, yaitu:
i. Pharaoh/Firaun
ii. Pemuka agama dan bangsawan
iii. Pedagang, seniman, penjaga toko, dan ahli tulis
iv. Petani dan penggembala
v. Budak
Piramida paling awal dari bangsa Mesir Kuno adalah piramida bertingkat. Dibangun pada
masa Dinasti Ketiga Mesir, arsitek Imhotep mendesain piramida bertingkat itu sebagai
makam firaun Djoser. Piramida tersebut dibangun sekitar 2630 SM di Nekropolis Saqqara di
barat laut kota Memphis. Piramida Mesir pertama ini terdiri dari beberapa mastaba yang
disusun bertumpuk. Piramida Djoser pada masa itu memiliki tinggi 62 meter dan diselubungi
oleh marmer putih. Piramida Bertingkat (step pyramid) tersebut dianggap merupakan
bangunan batu berskala besar pertama yang dibangun.
(piramida Djoser)