Anda di halaman 1dari 18

KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMAN 97 JAKARTA DALAM PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT


DAN FIELD DEPENDENT

PROPOSAL
Diajukan kepada Dosen Metodologi Penelitian

Dr. Jakiatin Nisa M.Pd

Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memenuhi Nilai Tugas Akhir

Oleh

Muhammad Fajar Sodiq

11190150000045

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “.KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA
SMAN 97 JAKARTA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT ”. Penulisan ini
dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan di Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta , Penulis menyadari
bahwa penulisan Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
Proposal Penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan penulis berharap proposal ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 17 agustus 2022

Muhammad Fajar Sodiq


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Kurikulum 2013, guru dituntut agar tugas dan perannya tidak lagi sebagai
pusat informasi, melainkan sebagai pendorong agar siswa dapat mengonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui berbagai aktivitas. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan
siswa yaitu dengan berkomunikasi.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu makna/pernyataan
yang dilakukan seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosia 1.
Sementara itu, komunikasi matematika merupakan salah satu bentuk khusus dari
komunikasi, yakni segala bentuk komunikasi yang dilakukan dalam rangka
mengungkapkan ide-ide matematika.
Ada dua alasan penting mengapa komunikasi menjadi salah satu fokus dalam
pembelajaran matematika. Pertama, matematika pada dasarnya merupakan suatu bahasa,
sehingga matematika dapat digunakan sebagai alat untuk mengomunikasikan berbagai
ide dengan jelas, tepat dan ringkas. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan
aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan siswa2.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi individu dalam memecahkan masalah
matematika, salah satunya adalah gaya kognitif. Menurut Desmita: gaya kognitif adalah
karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat,
memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi, memproses informasi, dan
seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama.
Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu dipertimbangkan
dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan matematika adalah gaya kognitif yang
dibedakan berdasarkan kontinum global analitik, yakni gaya kognitif Field Independent
(FI) dan Field Dependent (FD).

1
Effendy, OnongUchjana. 2000. DinamikaKomunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya
2
Umar, Wahid. 2012. MembangunKemampuanKomunikasiMatematis dalam PembelajaranMatematika, (Online),
(http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/Wa hid-Umar.pdf)
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dimungkinkan terdapat perbedaan
cara berpikir antara siswa yang bergaya kognitif Field Independent (FI) dengan siswa
yang bergaya kognitif Field Dependent (FD). Perbedaan cara berpikir yang dimiliki
siswa dalam memproses informasi dan menggunakan strateginya untuk merespon suatu
tugas tersebut, memungkinkan terjadinya perbedaan komunikasi tulis dan lisan mereka
dalam memecahkan masalah matematika.
Selain itu, perbedaan jenis kelamin dimungkinkan juga menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap komunikasi tulis dan lisan siswa dalam pemecahan masalah
matematika. Krutetzkii dengan menggeneralisasikan pendapat beberapa ahli,
mengemukakan bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam kemampuan
matematika, mekanika, ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan berpikir.
Sedangkan, perempuan lebih unggul dalam kemampuan verbal (lisan)3.
Fakta menunjukkan bahwa pada umumnya pembelajaran matematika di sekolah
lebih mengutamakan pada hasil belajar daripada kemampuan komunikasi matematika
siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat merancang model pembelajaran maupun
pendekatan-pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.
Namun sebelum itu, hendaknya guru terlebih dahulu mengetahui sejauh mana
komunikasi matematika secara tertulis dan lisan yang dimiliki oleh siswa.
Selain itu, guru hendaknya juga mempertimbangkan gaya kognitif dan jenis
kelamin yang dimiliki siswa sebagai bagian dari variabel pembelajaran, agar
pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan secara optimal dan tepat sasaran.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa yang ditinjau dari gaya
kognitif field independen dalam menyelesaikan masalah matematika ?
2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa yang ditinjau dari gaya
kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah matematika ?

3
Haryani, Desti. 2012. Profil Proses BerpikirKritisSiswa SMA dengan Gaya Kognitif Field Independent dan
BerjenisKelaminLaki-Laki dalam MemecahkanMasalahMatematika, (Online),
(http://s2pmath.pasca.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/06/3-pendidikan2-revisi2.pdf)
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka dapat kita rumuskan
tujuan dari penelitian ini adalah
1. untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa ditinjau dari gaya
kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah matematika.
2. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang ditinjau dari
gaya kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah matematika.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya
dalam pembelajaran matematika. Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. bagi peserta didik untuk mengetahui gaya kognitif yang dimilikinya.
2. Serta untuk para guru dapat digunakan untuk mempertimbangkan dalam
membimbing peserta didik berdasarkan gaya kognitif belajar matematika.
3. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai bahan acuan selanjutnya yang mengangkat
topik penelitian yang relevan.

E. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di SMN Negeri 97 Jakarta pada kelas XI
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan komunikasi matemtika
yang ditinjau dari gaya kognitig field independen dan field dependen.
F. Defininisi Operasional
Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran maka ada beberapa istilah yang perlu
didefiniskan. Adapun istilah tersebut adalah:
1. Komunikasi Matematika
Menurut abdulhak komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian
pesan dari pengirim kepada penerima melalui saluran tertentu untuk tujuan
tertentu. Di pihak lain Roger mengartikan komunikasi sebagi proses para peserta
untuk saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai penngertian timbal
balik. Sedangkan menurut Mulyadiana komunikasi merupakan salah satu
keterampilan proses, yaitu berkaitan engan kemampuan siswa dalam
menyampaikan atau menerima gagasan atau ide agar lebih kreatif, baik melalui
lisan maupun tulisan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas makan dapat kita simpulkan
bahwa komunikasi harus terdapat beberapa faktor diantaranya: orang yang
memberi informas, orang yang menerima informasi, dan informasi yyang akan
disampaikan.komunikasi merupakan suatu wahana yang mengungkapkan
perasaan, gagasan, serta penemuannya kkeoada orang lain saat berinteraksi.
Dengan demikian penngertian komunikasi adalah proses penyampaian dan
penerimaan informasi antara dua orang atau lebih baik secara lisan maupun
tulisan.
Komunikasi matematika merupakan proses yang esensial dalam
pembelajaran matematika karena melalui komunikasi, siswa merenungkan,
memperjelaskan dalam memperluas ide dan pemahaman mereka tentang
hubungan dan argumen matematika.
2. Gaya Kognitif
Setiap individu secara psikologi memiliki perbedaan mengenai cara
memproses informasi dan mengorganisasikan kegiatannya. Perbedaan tersebut
berpengaruh pada kuantitas dan kualitas dari hasil krgiatan yang dilakukan
termasuk dalam kegiatan belar siswa. Perbedaan ini disebut dengan gaya kognitif
(cognitive style). Gaya kognitif merujuk cara orang memperoleh informasi dan
menggunakan strategi untuk merespon stimuli lingkungan sekitar.
Beberapa karakteristikindividu yang memiliki gaya kognitif field-
independent, antara lain:
 Memilikikemampuanmenganalisis untuk memisahkanobjek dari
lingkungansekitar, sehinggapersepsinya tidak terpengaruh bila
lingkunganmengalamiperubahan.
 Mempunyaikemampuanmengorganisasikanobjek-objek yang
belumterorganisir dan mereorganisirobjek-objek yang sudahterorganisir.
 Cenderungkurangsensitif, dingin, menjagajarak dengan orang lain, dan
individualistis.
 Memilihprofesi yang bisa dilakukansecaraindividu dengan materi yang
lebih abstrak atau memerlukanteori dan analisis.
 Cenderungmendefinisikantujuansendiri,.
 Cenderungbekerja dengan mementingkanmotivasiintrinsik dan lebih
dipengaruhi oleh penguataninstrinsik.
Sedangkankarakteristikindividu yang memiliki gaya kognitif Field Dependent
adalah:
 Cenderungberpikir global, mamandangobjeksebagai  satukesatuan dengan
lingkungannya, sehinggapersepsinyamudahterpengaruh oleh
perubahanlingkungan.
 Cenderungmenerimastruktur yang sudah ada karena
kurangmemilikikemampuanmerestrukturisasi.
 Memilikiorientasisosial, sehinggatampak baik hati, ramah, bijaksana, baik
budi dan penuhkasih sayang terhadapindividu lain.
 Cenderungmemilihprofesi yang menekankanpadaketerampilan social.
 Cenderungmengikutitujuan yang sudah ada.
 Cenderungbekerja dengan mengutamakanmotivasieksternal dan lebih
tertarikpadapenguataneksternal, berupahadiah, pujian atau dorongan dari
orang lain.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah mmatematika berasal dari kata yunani latin “ mathematika” yang
mulanya diambil dari perkataan yunani “ mathematike” yang erarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal katanya “mathema” yang berarti pengetahuan atau
ilmu. Kata “mathematike” berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir
sama, yaitu “mathei” atau “mathenein” yang artinya belajar. Berdasarkan asal
kata maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir .
matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia penalaran. Buan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk
karena pikiran – pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran.4
Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa matematika adalah
salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting, khususnya dalam
dunia pendidikan karena lebih menekankan pada proses bernalar dari pada hasil
eksperimen dan hasilnya.
Untuk dapat memahami bagaimana hakikatmatematikaitu, kita dapat
memerhatikanpengertianistilahmatematika dalam beberapa deskripsi yang
diuraikan para ahli, menurut Tri Wijayanti (2011)
menyebutkanbahwamatematikaadalahilmutentangkuantitas, bentuk, susunan dan
ukuran, yang utamaadalahmetode dan proses untuk menemukan dengan konsep
yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubunganantarajumlah dan
ukuran, baik secaraabstrak, matematikamurni atau dalam
keterkaitanmanfaatpadamatematikaserapan. ErmanSuherman (2001),
matematikaberartiilmupengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini
dimaksudkanbukanberartiilmu lain diperoleh tidak melaluipenalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih menekankanaktivitas dalam dunia rasio (penalaran),

4
Revyareza, hakikat matematika, 2013. Dalam http://revyareza.wordpress.com/2013/10/31/hakkikat-matematika/.
sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankanhasilobservasi atau
eksperimentdisampingpenalaran.
Jadi matematikamerupakaninduk dari ilmupengetahuan, karena dalam
matematikaterdapatkomponen-komponenyaitu bahasa yang dijalankan oleh para
matematikawan, pernyataan yang digunakan oleh para
metematikawansertaterdapatide-ide dan lambang atau simbol-simbol yang
memilikiarti dari makna yang diberikankepadanya.
Berdasarkanuraiantersebutdijelaskanbahwamatematikamerupakandisiplinilmu
yang mempunyaisifat khusus jika dibandingkan dengan disiplinilmu yang lainnya.

2. Ciri – ciri Matematika


Belajar matematika tidaklah bermakna jika tidak dikaitkan dalam
kehidupan sahari – hari karena manusia sangat memerlukan matematika dalam
aktivitasnya. Suwangsih (2006: 25 – 26) ciri – ciri pembelajaran matematika
adalah:
 Pembelajaran menggunakan metode spiral, metode spiral ini
melambangkan adanya keterkaitan antara suatu materi dengan materi
lainnya.
 Pemmbelajaran matematika dilakukan dilakukan secara bertahap. Materi
pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap yang dimulai dari
konsep – konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih kompleks
 Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
 Pembelajaran matematikan merupakan ilmu deduktif.
 Pembelajaran matematika hendaknya bermakna konsep matematika tidak
diberikan dalam bentuk jadi, tapi sebaliknya siswalah yang harus
mengonstruksikan konsep tersebut.

3. Tujaun Pembelajaran Matematika


Aisyah (2007: 1 – 4) matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagia beriku:
 Memahami konsep matematika , menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efesien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
 Menggunnakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti atau
menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.
 Memcahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperole.
 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu:
memiiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika , serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

B. Komunikasi Matematika
1. Pengertian Komunikasi Matematika
Komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam merefleksikan
gambar, tabel, grafik kedalam ide matematika; memberikan penjelasan ide konsep
atau situasi matematika dengan bahas sendiri dalam bentuk penulisan secara
matematik dan menyatakan peristiwa sehari – hari dalam bahasa atau simbul
matematika.5
Melalui kemmampuan komunikasi matematika ini siswa dapat
mengembangkan pemahaman matematika bila menggunakan bahasa matematika
yang benar untuk menulis tentang matematika, mengklarifikasi ide – ide dan
belajar membuat argumen serta merepresentasikan ide – ide matemamatik a
secara gambar dan simbul. Dalam proses pembelajaran matematika, penggunaan
simbol – simbol dan lambang – lambang merupakan cara efisien dalam
mengkomunikasikan ide – ide matematika.

5
Latifah, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemamuan komunikasi matematika
siswa, tersedia dalam: 101119- LATIFAH-FITK.pdf (SECURED) – Adobe Reader.
Kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran ataupun pendapat sangatlah
penring sebagaimana juga deklarasi NCTM. Terkait dengan peningkatan
kemampuan komunikasi matematika, NCTM bahwa kemungkinan siswa untuk:6
a) Mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pikiran matematika mereka
melalui komunikasi.
b) Mengkomunikasikan pikiran matematika mereka secara logis dan jelas
kepada teman, guru, ataupun orang lain.
c) Menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang
digunakan orang lain.
d) Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide – ide matematika
secara tepat.

2. Komponen Komunikasi Matematika


Dalam komunikasi terdpat 5 komponen yang terlibat, diantaranya:
a) Komunikator (pengirim pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Keakredibilitas
komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
b) Pesan yang disampaikan
Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan
penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada
peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima.
c) Komunikan (penerima pesan)
Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan
pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada
perhatian terhadap pesan yang diterima.
d) Konteks
Komunikasi berlangsung dalam seting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunkasi.

6
Fajar Shadiq, www.standard.nctm.org, kemahiran matematika, (yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2009)
e) Sistem penyampaian
Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan
media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan
kondisi atau karakteristik penerima pesan.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kommunikasi matematika


Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kemampuan komunikasu matematika,
diantaranya7:
 Pengetahuuan prasyaratan
Pengetahuan prasyaratan merupakan pengetahuan yanng telah dimiliki
siswa sebagai akibat proses belajar mengajar sebelumnya. Hasil belajar
siswa tentu saja bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri.
Jenis kamampuan yang dimiliki sangat mempengaruhi hasil pembelajaran
selanjutnya.
 Kemampuan membaca, diskusi dan menulis
Dalam komunikasi matematika, kemampuuan membaca, diskusi, dan
menulis dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan pertajaman
pemahaman.
 Pemahaman matematika
Pemahaman matematika merupakan kemampuan siswa untuk menjelaskan
situasi dan suatu tindakan matematika.

4. Indikator kemampuan komunikasi matematika


NCTM(2000) menguraikan indikator kmunikasi matematis diantaranya:
1) Kemampuan mengekspresikan ide – ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
2) Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide – ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.

7
http://ramdani-miftah.blogspot.com/2012/01/model-reciprocal-teaching-untuk.html .
3) Kemampuan dalam menggunakan istilah – istilah, notasi – notasi,
matematika dan struktur – strukturnya untuk menyajikan ide – ide,
menggambarkan hubungan – hubungan dengan model – model situasi.
Beberapa Indikator kemampuan komunikasi matematis tertulis yang dikemukakan
oleh Ross dan Nurlaelah adalah:
a) Mengambar situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
mengggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara al-jabar.
b) Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.
c) Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep
matematika dan solusinya.
d) Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan
dalam bentuk tertulis.

C. Gaya kognitif
1. Pengertian gaya kognitif
Kogan (dalam Fanny, 2015:116) mendefinisikan gaya
kognitifsebagaivariasi cara individu dalam memandang, mengingat, dan berpikir
atau sebagai cara tersendiri dalam halmemahami, menyimpan,
mentransformasikan dan menggunakan informasi.
Menurut Woolfolk , gaya kognitif adalah suatu cara yang berbeda untuk
melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Setiap individu memiliki cara
tertentu yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai
respon terhadap stimuli lingkungannya.sedangkan Riding and Rayner
menjelaskan gaya kognitif adalah suatu pendekatan yang disukai individu secara
konsisten dalam mengorganisasi dan menggambarkan informasi. Pendapat
tersebut hampir sama dengan yang disampaikan oleh Massick bahwa gaya
kognitif adalah kebiasaan individu dalam memperoleh informasi.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwasanya gaya kognitif
merupakan dimensi psikologi sebagai karakter seseorang dalam merespon segala
informasi yang diterimanya. Maka dapat dipahami gaya kognitif adalah cara yang
disukau individu secara konsisten dalam memperoleh, mengorganisasi,
menggambarkan dan memproses informasi.
Gaya kognitif cenderung stabil dalam memproses, menyimpan maupun
menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas berbagai jenis situasi
lingkungannya. Keberagaman gaya kognitif pada siswa berpengaruh pada
perbedaan cara masing-masing siswa dalam menanggapi masalah yang
diterimanya. Witkin (dalam Fanny, 2015:116) menggolongkan gaya kognitif
menjadi dua, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent.8

2. Gaya kognitif field indpendent.


Siswa yang begaya kognitif field indpendent lebih efektif mereka belajar tahap
demi tahap atau beraturan yang dimulai dengan menganalisis fakta dan
memproses untuk mendapatkan. Menurut Deniels bahwa siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent berkarakteristik:
 Memahami obyek yang terpisah dari lingkungan
 Memisahkan bagian – bagian yang tidak relevan.
 Menciptakan struktur meskipun struktur tersebut tidak inheren di dalam
informasi yang ada.
 Mereorganisasi informasi untuk memberi konteks bagi informasi
sebelumnya.
 Cenderung lebih efisien dalam mengingat bagian – bagian dari informasi
lama.

Dengan demikian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif


field independent lebih cenderung tidak terpengaruh oleh obyek – obyek
lingkungan. Mereka lebih mengutamakan kemampuan mengolah informasi secara
mandiri meskipun hal itu tidak sesuai dengan realita yang ada.

Dari keterangan – keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, siswa


dalam belajar cenderung lebbih mandiri dengan mengutamakan kemampuan
berpikir analitis dan sistematis.

8
http://ikipwidyadarma.ac.id/assets/upload/pub/PUB270116084648.pdf
3. Gaya kognitif field dependent
Wooldridge menjelaskan siswa yang bergaya kognitif field dependent
bergantung pada struktur lingkungannya, proses belajar bergantung pada
pengalaman, mempunyai perhatian singkat yang mudah berubah, suka
mempelajari lingkungan, memillih situasi pembelajaran sesuai perasaan dan
pengalaman, berorientasi sosial dan kurang berorientasi pada prestasi, dan kurang
berkompetisi.9
Penjelasan ini menunjukkan siswa yang bergaya kognitif field dependent
cenderung tidak dapat melepaskan dari faktor lingkungan maupun sosial. Unsur
lingkungan dan sosial sangat berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan
mengambil keputusan siswa. Sementara itu Woolfolk menidentifikasi siswa yang
bergaya kognitif field dependent memiliki karakteristik sebagai berikut; lebih
mudah mempelajari ilmu pengetahuan sosial, mempunyai ingatan ingatan yang
baik untuk informasi sosial, lebih mudah terpengaruh oleh kritik, sukar
mempelajari bahan-bahan yang tidak terstruktur, perlu diajari cara menggunakan
alat-alat bantu ingatan, cenderung menerima pelajaran yang telah tersusun dan
tidak mampu menyusunnya kembali, dan perlu diajari cara memecahkan
masalah.10Selanjutnya Wiktin dkk. mengidentifikasi ciri-ciri gaya kognitif field
dependent sebagai berikut: cenderung untuk berpikir global, cenderung untuk
menerima struktur yang sudah ada, memiliki orientasi rasional, cenderung
memiliki profesi yang menekankan keterampilan sosial, cenderung mengikuti
tujuan yang sudah ada, cenderung bekerja dengan motivasi eksternal serta lebih
tertarik pada penguatan eksternal.
Dengan demikian dapat dipahami siswa yang bergaya kognitif field
dependent lebih mengutamakan pengaruh lingkungan. Siswa dalam berpikir
cenderung global (keseluruhan), sehingga meraka mudah mengikuti dan tidak
membutuhkan pemikiran secara analitis dan sistematis. Dalam belajar, mereka
mempunyai minat yang tinggi terhadap ilmu-ilmu sosial. Dalam kaitannya dengan

9
Blue Wooldridge dan Melanie Haimas-Bartolf, The Field Dependence/Field Independence Learning Style;
Implications for Adult Student Diversity, Outcomes Assessment and Acountability , (New York: Nova Science
Publishers, 2006), p. 239
10
Woolfolk, op. cit., p. 131
hubungan sosial, siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung
menerima berbagai kritikan dan nasehat baik dari sesama teman maupun guru.
Kaitannya dengan kemampuan memecahkan masalah, siswa yang bergaya
kognitif field dependent mengalami kesulitan memecahkan masalah sendiri.
Sehingga untuk mengatasinya mereka membutuhkan bantuan dan motivasi baik
dari sesama teman maupun guru.

BAB III

METODE PENELIITIAN

A. JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif.
Eksploratif dimaksud untuk mengungkap penalaran matematis siswa dalam pemecahan
masalah matematika yang terjadi pada subjek penelitian di tinjau dari gaya kognitif field
dependent dan field independent. Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu untuk
menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari subjek
yang dapat diamati.

B. Populasi dan Sampel


Penelitian dilaksanakan di kelasXI SMAN 97 Jakarta. Pengambilan subjek dalam
penelitian adalah 2 subjek, yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu satus ubjek yang
memiliki gaya kognitif field dependent dan sat usubjekber gaya kognitif field independet.

C. TeknikPengumpulan Data
 Tes
Dalam penelitian ini digunakan tes GEFT dan tes pemecahan masalah. Tes GEFT
digunakan untuk pengelompokkan dan pemilihan subjek penelitian sedangkan tes
pemecahan masalah digunakan untuk mendapatkan data tentang penalaran
matematis siswa. Group Embedded Figurest Test (GEFT) adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui gaya kognitif secara psikologis yaitu gaya kognitid
field dependent dan field independent
 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi lebih detail tentang penalaran
matematis siswa dalam memecahan masalah matematika.

D. InstrumenPenelitian
Intrumen dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu instrument utama dan
instrumen bantu. Instrumen utam aadalah peneliti sendiri. Instrumen bantu dalam
penelitian ini adalah: Lembar Indikator Penalaran Matematis, dalam penelitian ini
penalaran matemati sdilihat dari penalaran induktif dan deduktif.
 Lembar Tugas Pemecahan Masalah Matematika.
Dalam penelitian ini, lebar tugas pemacahan masalah matematika berupa soal /
masalah matematika yang harus diselesaikan oleh subjek. Sebelum digunakan
dalam penelitian, soal tes terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan divalidasikan.

 PedomanWawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang akan
diajukan peneliti pada subjek penelitian dengan tujuan untuk mengungkap
penalaran matematis subjek dalam pemecahan masalah matematika.

E. TeknikAnalisis Data
Analisis data hasil tugas pemecahan masalah matematika dilakukan berdasarkan
kebenaran pemecahan masalah yang dilakukan subjek penelitian. Jawaban subjek
tersebut kemudian dianalisi penalaran matematisnya berdasarkan indikator yang di
tetapkan. Analisis hasil wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi
dari subjek yang tidak terungkap pada jawaban penyelesaian pemecahan masalah.
Analisis hasil wawancara dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Reduksi, dimaksud untuk pengurangan data yang tidak perlu. Dalam tahap
ini dilakukan proses seleksi dan penyederhanaan data.
2. Tahap Klasifikasi, dalam tahap ini kumpulan data diorganisasikan dan
dikategorikan sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan.
3. Tahap pengambilan kesimpulan, dalam tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan
pada setiap hasil wawancara dengan subjek penelitian

DAFTAR PUSTAKA
 Umar, Wahid. 2012. MembangunKemampuanKomunikasiMatematis dalam
PembelajaranMatematika, (Online),
(http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/Wa hid-Umar.pdf)
 Revyareza, hakikat matematika, 2013. Dalam
http://revyareza.wordpress.com/2013/10/31/hakkikat-matematika/.
 http://ikipwidyadarma.ac.id/assets/upload/pub/PUB270116084648.pdf
 http://ramdani-miftah.blogspot.com/2012/01/model-reciprocal-teaching-untuk.html.

Anda mungkin juga menyukai