Anda di halaman 1dari 23

OBJEK ASESMEN

KELOMPOK 3

NAMA-NAMA ANGGOTA:

1. IRMA YULIA AROHAN

2. R. TETY SUKMAWATI

3. WIWIN NUR PRASETYOWATI

4. HILIM QODRIYAH

UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFI’IYAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assallamua’alaikum wr.wb

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

makalah dengan tema “Tantangan Pendidik Menilai Aspek Kognitif, Afektif, Dan

Psikomorik Dalam Rangka Pembelajaran Jarak Jauh” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada Mata Kuliah

Assessmen Pembelajaran. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang “Tantangan Pendidik Menilai Aspek Kognitif, Afektif, Dan

Psikomorik Dalam Rangka Pembelajaran Jarak Jauh” bagi para pembaca dan

khususnya bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen selaku pengajar

pada Mata Kuliah Assessmen Pembelajaran, yang telah memberikan tugas ini

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan Mata Kuliah

ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kiritk saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Bekasi, 30 Maret 2021

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...........................................................1

B. PERUMUSAN MASALAH ......................................................................2

C. TUJUAN .................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ranah Kognitif ..................................................................4

B. Pengertian Ranah Afektif......................................................................8

C. Pengertian Ranah Psikomotorik .........................................................10

D. Perkembangan Taksonomi Bloom ......................................................12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................15

B. SARAN ...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan, keterampilan,

dan kebiasaan dari kelompok orang yang diwariskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Menurut

J.J Rousseau (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan memberikan kita

pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi

membutuhkannya pada masa dewasa”. Menurut P.H. Coombs (1968) Dalam

proses pendidikan sangat diperlukan komponen-komponen pendidikan.

Komponen berarti bagian dari sebuah sistem yang memiliki fungsi dalam

berlangsungnya suatu proses untuk mencapai sebuah tujuan. Komponen

pendidikan ialah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang

menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.

Salah satu komponen pendidikan yaitu peserta didik.

Dalam rangka pencapaian proses pembelajaran kepada peserta didik ini,

pemerintah sering mengupayakan adanya pengendalian mutu pendidikan

baik dalam jenjang PAUD, Taman Kanak-kanak, SD, SMP, SMA, S1 maupun

yang sederajat. Pada hakikatnya pengendalian mutu pendidikan adalah

pengendalian mutu Sumber Daya Manusia yang berada dalam sistem

pendidikan tersebut. Untuk mengetahui pengendalian ini dibutuhkan informasi

tentang keadaan peserta didik, apakah pelajaran yang diberikan oleh guru

dapat dimengerti dengan baik atau tidak, apakah guru menjalankan tugas dan

perannya dengan baik dalam proses pendidikan dan apakah sekolah

1
mendukung pelaksanaan program-program pendidikan sehingga hasilnya

dapat dicapai secara optimal.

Kemudian cara selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan

melakukan penilaian objek peserta didik melalui ranah kognitif (pengetahuan),

ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan). Penilaian ini

diharapkan bisa menjadi instrumen atau alat dalam menjamin mutu

pendidikan yang lebih baik. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional diperlukan keberanian dalam mengambil kebijakan dan

membenahi sistem, peran serta dari seluruh komponen baik internal maupun

eksternal juga sangat diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem

tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut makalah ini akan memaparkan suatu

bentuk penilaian khususnya “Objek Asesmen”, yang mencakup ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik juga perkembangan taksonomi bloom.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang ada, maka perumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik?

2. Apa contoh dan tujuan dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik?

3. Bagaimana perkembangan taksonomi bloom mengenai ketiga ranah

tersebut ?

2
C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik.

2. Untuk mengetahui contoh dan tujuan dari ranah kognitif, ranah afektif dan

ranah psikomotorik.

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan taksonomi bloom mengenai

ketiga ranah tersebut.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

Kemampuan seseorang dalam belajar dilihat dari beberapa ranah, menurut teori

taksonomi bloom ketiga ranah tersebut yaitu, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan seseorang terhadap ketiga ranah tersebut akan sangat mempengaruhi

proses, interaksi seseorang dalam belajar. Dalam hal ini akan dibawah secara jelas

mengenai ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

A. Pengertian Ranah Kognitif

Pengertian kognitif menurut beberapa ahli; (1) Margaret W Matlin “Kognitif

adalah proses aktivitas yang melibatkan beberapa jenis kegiatan yang berkaitan

dengan mental seseorang. Kegiatan yang terkait antara lain, mencari, memperoleh,

menyimpan, dan menggunakan ilmu pengetahuan. Penggunaan ilmu pengetahuan

diharapkan pada situasi dan kondisi yang tepat .” (2) Husdarta dan Nurian “Kognitif

adalah bentuk proses yang terus menerus tetapi hasil yang diperoleh tidak bersifat

berkesinambungan dengan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Kemampuan

kognitif akan terus berkembang sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah atau

lingkungannya.” (3) Chaplin “Kognitif adalah sebuah konsep yang bersifat umum

dimana mencakup semua bentuk pengenal, hal-hal yang termasuk antara lain

mengamati, memiliki prasangka, melihat, membayangkan, memperkirkan,

memberikan, menduga, dan menilai. Apabila kita lihat hal-hal yang termuat dalam

kognitif sangat komplek”. (4) Ahmad Susanto “Kognitif adalah proses berpikir,

kemampuan individu untuk menilai, mempertimbangkan dan menghubungkan suatu

peristiwa satu dengan yang lain.  Kemampuan ini merupakan dasar dari segala jenis

4
kemampuan yang dimiliki seseorang. Hal ini juga dipengaruhi oleh minat seseorang

untuk menunjukkan segala ide yang dimiliki.

Bila diperhatikan pengertian kognitif dari pendapat ahli tersebut, maka setiap

individu sudah tentu memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda yang

semuanya bisa diperoleh dari berbagai aspek, misalnya;

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Aspek ini menyangkut beberapa hal akan sesuatu yang mendasar.

Pengetahuan dapat berupa kemampuan untuk mengingat, menjelaskan, dan

lain-lain. Kemampuan yang dimiliki menyangkut beberapa hal antara lain

kemampuan untuk mengingat sebuah konsep, metode, struktur, atau proses

tertentu.

Tingkatan ini merupakan tingkatan paling dasar untuk melihat kemampuan

seseorang dalam memahami sebuah materi yang telah disampaikan. Setiap

anak adalah unik sehingga kadang anak tidak memiliki kemampuan yang baik

dalam mengingat tetapi memiliki kemampuan lain yang lebih tinggi.

2. Pemahaman (comprehension)

Penilaian ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan, tidak hanya mengingat

tetapi memahami. Beberapa hal yang harus dimiliki pada tahap ini adalah

membandingkan, mendeskripsikan, mengorganisir, mengelompokkan,

memahami makna, memahami konsep, dan lain-lain. Pada tahap ini juga

sudah ada tuntutan bagi seorang peserta didik untuk mengeksplorasi atas

konsep yang telah dipahami.

Tidak hanya mengingat tapi juga memahami, tingakatan ini fokus pada

bagaimana seseorang memiliki sudut pandang masing-masing dalam

5
memahami sebuah konsep. Pemahaman ini dapat terjadi secara langsung

atau pembelajaran yan bersifat berulang.

3. Penerapan (application)

Penerapan atas apa yang telah dipahami merupakan tahapan lebih lanjut

dibanding tahap sebelumnya. Aspek ini bertujuan untuk menerapkan apa

yang telah dipahami dengan menggunakan aturan dengan prinsip dari materi

yang telah dipelajari dalam kondisi yang nyata.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan ini ketika dilihat pada kehidupan sehari-hari ialah kemampuan

seseorang yang menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain dalam

suatu kejadian yang saling berkaitan. Ketika telah menghubungkan suatu

permasalahan atau kejadian maka akan dapat ditarik kesimpulan.

5. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Evaluasi dapat dikatakan sebuah penilaian seseorang dalam memperhatikan

sebuah peristiwa. Kesimpulan yang diambil dapat mendukung atau menolak,

benar atau salah, setuju atau tidak setuju, dan lain-lain.

Proses yang dilakukan setalah melalui tahap sebelumnya ialah dapat

menyimpulkan sesuatu yang dikerjakan sudah benar atau belum. Hal ini

merupakan bentuk kesadaran untuk meningkatkan kemampuan atau harus

mempelajari pada tahap tertentu. Tahap ini juga penentu seseorang dalam

memahami suatu materi.

6. Mencipta/mengkreasi (create)

Bentuk pengembangan atas pembelajaran yang telah diterima dari guru.

Seorang anak diharapkan dapat mampu mengembangkan kemampuan dan

menciptakan sesuatu yang tergolong unik dari materi yang telah dipelajari.

6
Kreaasi dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada kreativitas

masing-masing individu. Contoh kreativitas ini akan muncul ketika memang

telah memiliki bakat atau pemahaman yang penuh atas konsep dasar. Kreasi

merupakan titik tertinggi dalam penilaian dari ranah kognitif.

Seseorang yang telah mampu mengkreasikan apa yang diperoleh dalam

sebuah proses pembelajaran dianggap telah memahami secara penuh

konsep yang disampaikan. Kreasi akan menambah nilai jual suatu objek.

Kemampuan ini akan mendapat penilaian tersendiri dalam setiap prosesnya.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada

kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan

dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari

untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah

subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal

dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Adapun contoh yang termasuk dalam ranah kognitif diantaranya adalah sebagai

berikut;

1. Membaca

Kemampuan untuk membaca merupakan salah satu kemampuan kognitif

yang dapat dilihat ketika pertama kali mengenal huruf. Kemampuan ini

merupakan salah satu hal yang menunjukkan kognitif anak dalam beberapa

tingkatakan. Tentu saja ada tingkatan mengingat, memahami, dan

mengaplikasi dalam membaca teks tertentu.

7
2. Mengingat

Kemampuan untuk mengingat apa yang telah dilalui baik berupa sebuah

peristiwa atau materi pembelajaran. Kemampuan untuk mengingat ini salah

satu hal yang cukup penting untuk melihat kemampuan kognitif seseorang

walaupun hanya pada tingkatan yang rendah.

3. Penalaran logis

Kemampuan untuk menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain

merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Hal ini merupakan salah satu

kegiatan yang menunjukkan kemampuan menalar atau berpikir. Kemampuan

ini dimulai pada tahap analisis yang dapat menghubungkan satu dengan yang

lain.

4. Memperhatikan

Salah satu proses untuk mendapatkan pengetahuan kognitif adalah

memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Ketika seseorang

memperhatikan diharapkan dapat memiliki pemahaman yang penuh akan

sebuah konsep yang disampaikan untuk meningkatkan kemampuan kognitif

yang dimiliki.

B. Pengertian Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa

pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila

8
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar

afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Menurut Kratwhol (1964) klasifikasi tujuan ranah afektif terbagi menjadi lima

kategori, yaitu:

1. Receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan)

2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”

3. Valuing (menilai atau menghargai)

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu

nilai atau komplek nilai)

Dalam proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik, ranah afektif

inilah yang paling sulit untuk diukur, karena ini berkaitan erat dengan sikap dan nilai

seorang anak. Beberapa contoh dari ranah afektif antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengusulkan kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran, salah satu

bentuk sikap yang memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam proses

pembelajaran. Partisipasi yang dilakukan berupa usulan kegiatan yang

menarik bagi dirinya.

2. Bertanya kepada guru, bentuk tanggapan siswa atas penyampaian guru

merupakan suatu yang wajar bahkan beberapa guru menginginkan hal

tersebut. Kemampuan untuk melakukan hal ini akan menunjukkan salah

satu aspek yang ada pada unsur penilaian dalam pembelajaran.

3. Bertutur kata yang baik dan sopan, wujud dari kemampuan seseorang

dalam menghayati apa yang sudah disampaikan oleh guru. Penghayatan

ini akan membuat seseorang dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

9
4. Menyampaikan pendapat, keberanian seorang anak dalam menyampaikan

pendapat dalam proses pembelajaran ketika ada sesuatu yang kurang

tepat merupakan sesuatu yang baik. Hal ini termasuk dalam salah satu

aspek ranah afektif yaitu menilai.

5. Memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh guru, atensi

seorang anak merupakan bentuk penerimaan yang sangat dasar bagi

seseorang yang memiliki respon positif. Memperhartikan apa yang

disampaikan guru menunjukkan sikap baik seorang anak.

C. Pengertian Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Psikomotorik memiliki hubungan erat dengan kerja otot hal ini

menyebabkan gerak tubuh atau bagian lainnya. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam merespon apa yang di stimulus . Hasil belajar

psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif

(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk

kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan

langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran

praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan

memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,

dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam

lingkungan kerjanya.

Contoh dari ranah psikomotorik yang dilakukan dalam proses pembelajaran

antara lain:

10
1. Penilaian berdasarkan tingkah laku

Penilaian psikomotorik merupakan penilaian atas segala tingkah laku

yang telah dilakukan oleh seseorang sebagai bentuk hasil pembelajaran.

Pendidik akan melakukan pengamatan hal-hal yang dilakukan oleh

masing-masing peserta didik berdasarkan kisi-kisi dan rubrik yang telah

dibuat oleh pendidik.

Penilaian yang tepat akan menunjukkan penilaian yang bersifat objektif

akan sebuah konsep dan dilihat penerapannya dalam hal psikomotorik.

Dimana pun seseorang berada akan mengalami proses pembelajaran

walaupun tidak bersifat formal.

2. Melakukan tugas portofolio

Tugas portofolio merupakan salah satu penilaian terhadap psikomotorik

yang berada di lingkungan sekolah baik tingkat dasar, menengah, dan

pendidikan tinggi. Tugas ini diberikan setelah menyelesaikan tugas

kognitif. Tugas portofolio juga dapat menjadi tugas akhir dalam materi

tertentu. Hasil portofolio dapat menjadi dasar penilaian dalam proses

belajar.

3. Tugas

Pemberian tugas dalam waktu yang singkat akan membuat seorang anak

berusaha melakukan yang terbaik. Misal saat materi pelajaran IPA yang

membahas tentang organ tubuh manusia. Organ tubuh yang dimasksud

11
adalah jantung, maka secara langsung anak akan membuat jantung

seperti apa yang pernah di pelajari. Dan Tugas yang dikerjakan dengan

baik dapat mengkategorikan bahwa kemampuan motorik anak tersebut

baik. Kognitif yang dimiliki oleh seorang anak akan menentukan

keterampilan tersebut. semakin baik hasilnya dapat dikatakan semakin

mahir.

4. Kemampuan menulis

Menulis merupakan tahap awal dalam melihat motorik seseorang ketika

memasuki masa sekolah. Hal ini terjadi ketika awal pendidikan dasar,

keterampilan tangan sangat dilatih dan terus berlatih hingga mampu

menulis.

Keterampilan menulis ini juga diimbangi dengan kemampuan kognitif

dalam mengingat huruf dan angka. Semakin mengenal angka dan huruf

maka akan membuat seseorang semakin mahir menulis berdasarkan

pengetahuan kognitif yang dimiliki.

5. Membuat karya tertentu berdasarkan materi pembelajaran

Karya yang dibuat berdasarkan materi yang disampaikan sebelumnya.

Karya yang telah dibuat akan dianggap sebagai hasil atas keterampilan

yang dimiliki oleh seorang anak. Semakin baik  karya yang dihasilkan

maka keterampilan yang dimiliki akan semakin baik.

D. PERKEMBANGAN TAKSONOMI BLOOM

12
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi

Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari

evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase

terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan

hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang

dilakukan pada tahun 1948.

Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam

kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi

yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang

kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan

Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang

dinamakan Taxonomy Bloom.

Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills

mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan

yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka

konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah

kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

Taksonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah klasifikasi bidang

ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek. Taksonomi untuk

tujuan pendidikan adalah kategorisasi tujuan pendidikan yang digunakan untuk

merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Taksonomi Bloom merujuk kepada taksonomi yang dibuat untuk tujuan

pendidikan. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain, yaitu:

1. Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti

pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

13
2. Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan

emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

3. Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan

mesin.

Bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro pun menggambarkan hal yang sama

dalam ungkapan cipta, rasa, dan karsa. Atau ada juga yang menyebutnya dengan:

penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Taksonomi merupakan kriteria yang digunakan oleh Guru untuk mengevaluasi

mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam setiap aspek taksonomi terkandung

kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang ingin dicapai

melalui suatu pembelajaran. Kata kerja operasional diperlukan oleh Guru saat

menyusun silabus dan RPP.

14
15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada individu maupun

perkembangan dalam hal pengetahuan dan sikap setelah individu melakukan

pembelajaran atau belajar secara mandiri.Perubahan yang timbul pada individu

harus mengarah ke hal-hal yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar yang dilakukan

oleh individu akan mengubah tingkat perkembangan mental yang terwujud pada tiga

aspek yaitu perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Ahmad Susanto “Kognitif adalah proses berpikir, kemampuan

individu untuk menilai, mempertimbangkan dan menghubungkan suatu peristiwa

satu dengan yang lain.  Kemampuan ini merupakan dasar dari segala jenis

kemampuan yang dimiliki seseorang. Hal ini juga dipengaruhi oleh minat seseorang

untuk menunjukkan segala ide yang dimiliki.

Kognitif erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam pengetahuan,

Sedangkan afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-

ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Adapun Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Psikomotorik memiliki hubungan erat dengan kerja otot hal ini

menyebabkan gerak tubuh atau bagian lainnya. Hasil belajar psikomotor ini

sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami

15
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk

kecenderungan dalam berperilaku).

B. SARAN

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan

dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

nantinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarantentang

pembahasan makalah diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-
bloom/

http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-
psikomotor.html

http://kumpulan-artikel-sekolah.blogspot.com/2017/02/Pengertian-
dan-Tingkatan-Ranah-Kognitif-Ranah-Afektif-dan-Ranah-
Psikomotorik.html

https://dosensosiologi.com/pengertian-kognitif/

https://bukuanakcerdas.org/2016/02/19/apa-itu-kognitif-afektif-dan-
psikomotorik/

iii

Anda mungkin juga menyukai