Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN REGULASI DIRI DAN STRES AKADEMIK

PADA MAHASIWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS


BHAKTI KENCANA BANDUNG

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan

ZELIKA GUSRITA ZAHRA


NIM.AK.1.18.212

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa ialah kelompok spesial dimana mereka dikala ini terletak pada
fase transisi serta kritis saat sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya
di publik. Pada fase ini mereka dihadapkan pada tekanan ganda ialah
menuntut ilmu dan ada yang bekerja. Mahasiswa pada masa ini akan hadapi
masa transisi dimana banyak tekanan dari sekitarnya antara lain interaksi
dengan orang lain, tekanan buat belajar, permasalahan dengan dosen, sahabat
serta keluarga, permasalahan kesehatan diri sendiri, adaptasi area baru serta
lain sebagainya dimana kondisi ini dapat merangsang munculnya tekanan
pikiran dalam kehidupannya.( Hou, Linping, Liu, Yaozhong, 2016).
Riset literatur yang mengatakan tingkatan stress pada anak muda
cenderung besar. Jumlah mahasiswa yang hadapi stress akademik bertambah
tiap semesternya. Stress yang sangat universal dialami oleh mahasiswa ialah
stress akademik. Stress akademik dimaksud sebagai sesuatu keadaan orang
yang mengalami tekanan hasil anggapan serta penilaian tentang stressor
akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan serta pembelajaran di
akademi tinggi (Govaerst & Gregoire, 2004) hasil riset Liu (2011)
memperoleh hasil jika 90% subjek riset mengalami stress akademik yang
diakibatkan oleh tes, minimnya prestasi, penundaan tugas, pekerjaan rumah,
suasana kampus yang kurang menunjang, dan kepercayaan serta keinginan
belajar. Sagita (2017) menarangkan jika mahasiswa yang menghadapi stress
akademik cenderung dipengaruhi oleh keahlian dalam manajemen waktu
antara belajar serta aktivitas yang lain.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Purwati (2012) yang dilihat dari
usia, jenis kelamin, prestasi, dan kondisi kesehat kepada mahasiswa Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia terdapat 50% mahasiswanya
mengalami stress akademik sedang. Sebagian mahasiswa mengalami stress
akademik akibat padatnya jadwal kuliah dan ada banyaknya tugas. Respon

2
yang di kemukakan oleh beberapa mahasiswa seperti sulit berkonsentrasi,
merasa mudah Lelah, dan susah tidur hal tersebut merupakan bagian dari
respon stress akademik. Menurut Zimmerman (dalam Wulandari 2018)
mendefinisikan regulasi diri selaku proses yg kita pakai guna mengaktifkan
serta mempertahankan pikiran, sikap, serta emosi untuk menggapai tujuan
kita.
Menurut Mardiati, dkk., (2018) factor mahasiswa mengalami stress
akademik ialah cara dosen mengajar, jadwal perkuliahan yang padat, tidak
adanya relasi teman, kurangnya motivasi akademik, koping tidak adekuat,
pembelajaran system blok, ujian praktikum, dan penyusunan tugas akhir.
Adapun dampak stress akademik ialah adanya perubahan status gizi, menurut
Wijayanti, dkk., (2019) perubahan status gizi dapat berubah saat seseorang
mengalami stress. Dampak stress akademik juga akan menyebabkan seseorang
mengalami gejala gastrointestinal, sydromdispepsia fungsional, disminorea,
gangguan pola tidur, terdapat acne vulgaris, insomnia, obesitas dan penurunan
prestasi belajar.
Dampak stress akademik juga sudah muncul di mahasiswa keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung. Berdasarkan studi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan melalui wawancara pada mahasiswa
keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung sebanyak 20 Mahasiswa,
hasil wawancara tersebut membuktikan bahwa 70% mahasiswa merasa
frustasi dengan banyaknya tugas, dan mengeluh tentang banyaknya materi
yang tidak di pahami. 90% mahasiwa sering merasa cemas, takut dan
kepercayaan diri menurun Ketika menghadapi ujian-ujian dan 80% mahasiwa
mengalami insomnia akibat dari seringnya menunda-nunda menyelsaikan
tugas.
Berdasarkan kasus yang dipaparkan sebelumnya, mahasiswa
membutuhkan strategi yang tepat untuk menghadapi kemungkinan yang akan
terjadi di masa depan berupa motivasi internal yang berakibat pada timbulnya
keinginan untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai serta
melakukan evaluasi dan modifikasi terhadap perilaku sendiri. Hal tersebut

3
dikenal sebagain regulasi diri (Cervone & Lawrence, 2012). Cervon dan
Pervin (2010) menyatakan bahwa regulasi diri merupakan motivasi internal
yang dapat memunculkan keinginan individu untuk menentukan tujuan dalam
hidup, merencanakan sebuah strategi dan memodifikasi perilaku yang akan
dilakukan. Kemampuan meregulasi diri dalam belajar dapat mengurangi stress
akademik pada mahasiswa. Mahasiswa yang kognitif dan behavioral akan
lebih percaya diri dalam proses belajar.
Penelitian mengenai regulasi diri dalam belajar dengan stres akademik
pada mahasiswa sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Wulandari dan Wijaya
(2018). Partisipan yang digunakan dalam penelitian tersebut merupakan 220
mahasiswa kedokteran di Universitas Islam Indonesia, diperoleh nilai
signifikasi korelasi atau p= 0,000 dan r= -,486 yang artinya tedapat korelasi
negative antara regulasi diri dalam belajar dengan stres akademik pada
mahasiswa kedokteran.
Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dilakukan maka
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara
regulasi diri dalam belajar dengan stres akademik pada mahasiwa di
Universitas Bhankti Kencana Bandung guna mengetahui regulasi diri
mahasiwa di Universitas Bhakti Kencana Bandung dari jurusan Keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah adalah “
bagaimana Hubunga Regulasi Diri Dalam Belajar dan Stress Akademik
Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung”.

1.3 Tujuan
a. Tujuan umum

4
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut hubungan
regulasi diri dalam belajar dan stress akademik pada mahasiswa
keperawatan Univeritas Bhakti Kencana Bandung.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui regulasi diri dalam belajar dan stress akademik
pada mahasiswa
2. Untuk mengtahui tingakat stress akademik pada mahasiswa
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung

1.4 Manfaan Penelitian


1. Manfaat teoritik
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memperluas penelitian
serupa terutama pada regulasi diri dan stress akademik
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa
Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam menambah minat dan motivasi mahasiwa sehingga dapat
meningkatkan regulasi diri dalam belajar dan mengerjakan
tugas pada mahasiswa Fakultas Keperawatan di Universitas
Bhakti Kencana Bandung
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk referensi
penelitian selanjutnya untuk bahan tambahan yang meneliti
dengan tema penelitian ini.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Stress Akademik


2.1.1 Pengertian stress akademik
Stress akademik adalah mahasiswa yang mengalami
perasaan tertekan pada fisik maupun emosional, disebabkan adanya
tuntutan akademik dari dosen maupun orangtua agar mendapatkan
hasil belajar yang baik, menyelsaikan tugas tepat waktu, tidak
adanya bimbingan dalam mengerjakan tugas dan suasana kelas
yang tidak kondusif (Mulya & Indrawati, 2017).
Stress akademik merupakan stress yang berhubungan
dengan aktivitas Pendidikan yang terjalin dalam masa
pembelajaran diakibatkan oleh tuntutan yang mencuat dikala
seorang dalam masa pembelajaran (Rakhmawati, dkk., 2014).
Menurut Busari (2011) mengatakan bahwa stress akademik terjalin
kala orang tersebut berhadapan dengan suatu suasana yang merasa
dapat dihadapi tetapi tidak bisa diselsaikan ataupun diatasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gupta( 2011) stress
akademik merupakan ketegangan emosional siswa yang dinyatakan
ataupun dialami oleh dirinya selama kegagalan dalam mengalami
tuntutan akademik serta konsekuensinya dalam wujud kendala
kesehatan raga serta mental.
2.1.2 Aspek-askpek stress Akademik
Menurut Sarafino dan Smith (2011) ada 2 aspek dalam
stress akademik ini adalah:
a. Aspek biologis

Badan akan menyesuaikan terhadap stressor yang dapat


meningkatkan fluktuasi hormone seperti hormone
kirtisol dan epinefrin yang dapat mengakibatkan

6
tekanan darah, detak jantung cepat dan otot yang
bergetar.

b. Aspek fisiologis
1. Kognisi dan stress
Berpikir jernih saat stress yang menyertai kontrol
regulasi yang buruk dari respon fisiologis atau
stress. Kondisi stress bisa mengganggu proses
berpikir individu dan cernderung mengalami
gangguan memori dan hilangnya konsentrasi, dan
membuat seseorang tidak focus dalam melakukan
sesuatu.
2. Emosi dan stress
Emosi selalu berhubungan dengan stress, mereka
cenderung mengevaluasi pengalaman emosional.
Stress dapat memengaruhi peresaan, seperti
perasaan kesedihan dan depresi. Ketakutan dan
kecemasan juga menrupakan manifestasi dari emosi.
3. Perilaku dan Stres
Dalam situasi stress, stress dapat mengubah perilaku
seseorang akan menjadi kurang bersosialisasi
dengan orang lain. Kemarahan juga dapat
menyebabkan seseorang berperilaku agresif.
Sedangkan Menurut Sarafino (2011) aspek-aspek dalam
stress akademik ialah biologis, kognitif, emosional dan
perilaku sosial.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
individu di katakana stress jika ada gejala fisiologis, dll.
Aspek yang berlebihan dan psikologis seperti gangguan
kognitif, emosional dan perilaku membutuhkan.
2.1.3 Faktor-faktor penyebab stress akademik

7
Menurut Yusuf dan Yusuf (2020) factor penyebab stress
akademik terdiri dari factor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari:
1. Self efficacy
Penelitian Sagita, dkk., (2017) mengemukakan
bahwa danya hubungan yg signifikat antara self efficacy,
stress akademik, motivasi berperestasi dan prokrastinasi
akademik. Hasil penelitian Utami (2015) membuktikan
bahwa ada hubungan negative antara self efficacy dengan
stress akademik. Dapat diartikan jika seseorang memilikin
self efficacy yang tinggi maka stress akademik yang di
alami akan rendah, begitu juga berlaku sebaliknya. Dapat di
artikan self efficacy menjedi salah satu factor penyebab
stress akademik.
2. Hardiness
Penelitian Putri dan Sawitri (2017) membuktikan
adanya hubungan negative antara kepribadian hardiness dan
stress akademik. Ini juga di perkuat dengan adanya
penelitian Kamtsios dan Karagiannopoulou (2015)
mahasiwa yang memiliki kepribadian hardiness rendah
akan mengalami stress akademik yang rendah juga.
3. Optimisme
Hal ini sesuai dengan penelitian Mathur dan Sahrma
(2015) yang menunjukan bahwa optimisme secara
signifikan berpengaruh terhadap stress akademik. Yaitu jika
seseorang memiliki optimisme yang tinggi maka stress
akademik yang dimiliki orang tersebut akan rendah.
4. Motivasi berprestasi
Sejalan dengan penelitian (Mulya dan Indrawati,
2016) yang menunjukan bahwa semakin tinggu motivasi
berprestasi maka semakin rendah stress akademik.

8
5. Prokrastinasi
Prokrastinasi adalah kecenderungan seseorang untuk
menunda-nuda tugas sampe batas akhir pengumpulan tugas
tersebut. Seseorang yang melakukan prokrastinasi
cenderung mendapatkan tekanan yang menimbulkan stress
akademik pada diri sendiri (Ursia, Siaputra, dan Sutanto,
2013).
6. Dukungan orang tua
Factor eksternal dari stress akademik adalah
dukungan orang tua atau dukungan emosional orang tua
terhadap anaknya. Ernawati dan Rusmawati (2015)
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang negative antara
hubungan orang tua dan stress akademik, hubungan yang
negative mengartikan bahwa semakin rendah dukungan
orang tua kepada anaknya akan menyebabkan tingginya
stress akademik terhadap anak tersebut.
2.2 Regulasi Diri Dalam Belajar
2.2.1 Defisini Regulasi Diri Dalam Belajar
Menurut Nurjanah (2018) regulasi diri dalam belajar ialah
proses keahlian mengendalikan tingkah laku dan melaksanakan
tingkah laku belajarnya sendiri, mulai dari merancang, memantau,
mengendalikan serta mengevaluasi dirinya secara sistematis untuk
menggapai tujuan dalam belajar dengan berhasil, yang
mengunakan bermacam strategi baik kognitif, motivasional
maupun behavioral.
Regulasi diri belajar mencampurkan banyak perihal tentang
belajar efisien semacam pengetahuan, motivasi, serta sikap disiplin
diri. Siswa yang belajar dengan regulasi diri dengan baik dapat
memahami dirinya sendiri serta bagaimana metode mereka belajar.
Regulasi diri belajar memiliki pengaruh yang sangat berarti dalam
dunia pembelajaran( Zimmerman, 2012).

9
Menurut Winne (dalam Oktaria, 2018) Self Regulated
Learning merupakan kemampuan guna menimbulkan serta
memonitor sendiri pikiran, perasaan, serta sikap untuk mencapai
sesuatu tujuan. Tujuan ini dapat jadi berbentuk tujuan
akademik( tingkatkan uraian dalam membaca, menjadi penulis
yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang
relevan), ataupun tujuan sosio emosional( mengendalikan
kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
2.2.2 Aspek -aspek regulasi diri
Menurut Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam
Ormrod, 2012, hal.132) ada lima komponen aspek-aspek regulasi
diri yaitu: mengatur standar dan tujuan (setting standards and
goals), observasi diri (self-observation), evaluasi diri (self-
evaluation), reaksi diri (self-reaction), refleksi diri (self-reflection).
Sedangkan pada Schunk dan Zimmerman (dalam Khairuddin,
2014),regulasi diri mencakup tiga aspek:
1. Metakognisi metakognisi adalah kemampuan seseorang
untuk merencanakan, mengorganisasikan, atau
mengorganisasikan, Pengarahan diri, supervisi dan
penilaian dalam kegiatan pembelajaran.
2. Motivasi merupakan daya dorong yang ada dalam diri
individu, termasuk Self-efficacy, kemampuan untuk
mandiri dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah fungsi
kontrol dan kebutuhan dasar yang terkait dengan Setiap
orang memiliki perasaan kompetensi.
3. Perilaku merupakan upaya Pengaturan diri individu,
pilihan dan penggunaan lingkungan dan Menciptakan
lingkungan yang mendukung kegiatan belajar.

Menurut Pintrich (dalam Wulandari, 2018), aspek regulasi


diri dalam belajar adalah:

10
1. Kontrol kognitif dan regulasi kognitif adalah aktivitas
kognitif dan Metakognisi.
2. Regulasi perilaku, melibatkan upaya untuk mengatur
berbagai keyakinan motivasi.
3. Regulasi perilaku adalah aspek regulasi diri yang
melibatkan usaha individu untuk mengontrol
perilakunya sendiri.
4. Regulasi kontekstual adalah upaya untuk mengontrol
konteks Menghadapi pembelajaran di kelas.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut, Regulasi diri dalam belajar adalah metakognisi,
motivasi, perilaku, dan regulasi ke konteks.

2.2.3 Hubungan Antara Regulasi Diri dalam Belajar dengan


Stress Akedemik Pada Mahasiswa Keperawatan
Regulasi diri berhubungan langsung dengan stress
akademik mahasiswa keperawatan dalam belajar karena
berpengaruh pada mahasiswa manghadapi ujian dan tugasnya.
Apabila mahasiswa keperawatan tidak mengatur strategi belajar
dengan baik, maka saat ujian atau mengerjakan tugas akan
mengalami kebingungan dan frustasi.
Miller (2012) mengemukakan bahwa regulasi diri adalah
bagian dari manajemen stress, yang berguna untuk menenangkan
diri dan mengurangi rangsangan fisiologi. Ini berarti bahwa jika
seseorang mempunyai regulasi diri yang baik makai ia akan
mampu mengatasi stress yang akan terjadi. Menurut hasil
penelitian (Rodameria dan Ediati, 2018) bahwa terdapat hubungan
positif yang signifikan antara strategi koping stress dengan regulasi
diri dalam belajar, dapat di artikan bahwa semakin bagus strategi
koping stress maka semakin bagus pula regulasi diri dalam
belajarnya.

11
Hal tersebut juga di dukung oleh Alwisol (dalam Agustia,
2014) yang menyatakan bahwa faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi regulasi diri adalah faktor lingkungan, yaitu
mahasiswa akan mampu bertindak atau berperilaku secara tepat
melalui experiential learning berinteraksi dengan lingkungan yang
lebih luas, sehingga mereka dapat mengembangkan kriteria dan
mengidentifikasi berbagai metode yang dapat digunakan untuk
menilai pencapaian diri untuk mengatasi situasi yang akan muncul
kemudian, baik negatif maupun positif, seperti stres. Artinya jika
seseorang memiliki regulasi diri yang baik maka ia akan mampu
mengatasi tekanan-tekanan (stress) yang datang

12

Anda mungkin juga menyukai