Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Stres Akademik

a. Definisi Stres

Stres adalah syarat seseorang yang mengalami tuntutan emosi

berlebihan serta atau waktu yang membuatnya sulit memfungsikan

secara efektif seluruh daerah kehidupan (Kirana, Litaqia,

Karlistiyaningsih, 2022).

Menurut Charles D. Speilberger mengatakan stres adalah tuntutan

eksternal yang mengenai seorang misalnya objek dalam lingkungan

atau sesuatu stimulus secara objektif ialah berbahaya. Tetapi stres

pula bisa diartikan menjadi tekanan, ketegangan, gangguan yang tak

menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT

Donsu, 2017).

b. Definisi Stres Akademik

Menurut Olejnik dan Holschuh tahun 2016 dalam S. Lestari (2020)

menyampaikan bahwa stres akademik menjadi suatu respon yang

muncul sebab terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus

dikerjakan individu. Stres akademik artinya perasaan tertekan yang

dialami oleh mahasiswa baik secara fisik maupun emosional,

15
16

dikarenakan adanya tuntutan akademik dari dosen ataupun orang tua

untuk menerima hasil belajar yang baik, setelah tugas sempurna pada

waktunya, tidak adanya arahan dalam mengerjakan tugas pekerjaan

rumah serta suasana kelas yang tidak kondusif (Mulya dan

Indrawati, 2017 dalam Tasalim dan Cahyani, 2021).

Stres akademik adalah hasil kombinasi tuntutan akademis terkait

yang melebihi kemampuan yang dimiliki seorang individu

(Kaddapati dan Vijayalaxmi, 2012 dalam S. Lestari, 2020).

c. Penyebab Stres Akademik

Menurut Tasalim dan Cahyani (2021) ada enam penyebab stress

akademik, yaitu:

1) Adaptasi proses Belajar proses menyesuaikan diri dengan

lingkungan

Setiap individu mempunyai perbedaan dalam kemampuan untuk

beradaptasi dengan lingkungan baru ada yang mudah

menyesuaikan diri serta ada pula yang sulit menyesuaikan diri.

Individu yang sulit untuk menyesuaikan diri akan mengalami

gangguan dalam proses belajar, berinteraksi dengan lingkungan

dan bahkan bisa mengalami stres.


17

Menurut Mardiati, dkk (2018) dalam Tasalim dan Cahyani (2021)

ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi mahasiswa

mengalami stres diantaranya, yaitu:

a) Cara Dosen Mengajar

Dengan cara dosen mengajar sangat berpengaruh terhadap

tingkat stres mahasiswa. Sebagai dosen tentunya harus bisa

memilih metode dalam penyampaian materi kepada

mahasiswa. Karena dengan penyampaian materi yang menarik

dan tepat tidak akan membuat mahasiswa merasa jenuh/bosan

serta mahasiswa dapat memahami materi dengan baik dan

menyenagkan untuk di dengar.

b) Jadwal Perkuliahan

Jadwal perkuliahan yang tidak konsisten, serta dapat berubah

kapan saja, tentunya dapat membentuk mahasiswa mengalami

kesulitan mengatur saat untuk melakukan aktivitas baik pada

dalam maupun pada luar kampus. Jadwal perkuliahan yang

tidak konsisten seperti adanya perubahan jam kuliah,

ruang/tempat kuliah, waktu istirahat serta lain-lain, tentunya

dapat membentuk mahasiswa merasa stres sampai stress.

c) Relasi Teman

Selain persoalan kampus serta persoalan dengan lingkungan

sekitar, persoalan pertemanan serta pergaulan pula dapat

mengakibatkan mahasiswa mengalami stres. relasi teman


18

menjadi faktor yang paling mayoritas mempengaruhi tingkat

stres mahasiswa. Mahasiswa yang tidak bisa menyesuaikan diri

serta bergaul akan mengalami kesulitan pada proses

belajarnya, yang di akhirnya akan akan membuatnya kesulitan

untuk menuntaskan persoalan dalam proses belajar karena

tidak adanya dukungan dan bantuan dari teman sekitarnya.

Tidak adanya bantuan dan dukungan dari teman dapat

menurunkan pertahanan diri terhadap stressor.

2) Kurangnya Motivasi Akademik

Motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dimana

di dalamnya terdapat kekuatan, tenaga atau daya, kesiapsediaan

yang ada di dalam diri seseorang untuk bergerak melakukan suatu

kegiatan yang mengarah pada tujuan tertentu yang ingin dicapai

baik disadari maupun tidak disadari (Pratama dan Prihatiningsih,

2014 dalam Tasalim dan Cahyani, 2021).

Rendahnya motivasi dari seseorang dapat meningkatkan stres,

merasakan adanya tekanan dari dalam dirinya terhadap tuntutan

tugas dan kegiatan yang harus segera diselesaikan.

3) Koping Tidak Adekuat

Menurut Kurnia dalam Talasim dan Cahyani (2021) Mekanisme

koping adalah kemampuan yang dilakukan seseorang untuk

menatasi faktor stres yang muncul, baik dari daktor internal

maupun eksternal, seperti ketika sedang menyelesaikan masalah,


19

melakukan penyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi, dan

respon terhadap kondisi yang mengancam seseorang. Jika

seseorang memiliki mekanisme koping yang baik maka ia mampu

menyelesaikan masalahnya, sebaliknya jika seseorang memiliki

mekanisme koping yang buruk maka ia tidak dapat

menyelesaikan masalah dengan baik, hingga pada akhirnya timbul

stres (Suminarsis dan Sudaryanto, 2017 dalam Tasalim dan

Cahyani, 2021).

4) Pembelajaran Sistem Blok

Tasalim dan Cahyani (2021) pembelajaran system blok

merupakan pengelompokan jam belajar efketif dalam satuan

waktu dimana pada awal hingga ujian semester mahasiswa

mendapatkan materi konsep teori dan pada akhir semester

mahasiswa melakukan praktikum ataupun sebaliknya. Umumnya

mahasiswa akan lebih banyak mendapatkan teori disbanding

praktikum oleh karena itu mahasiswa akan lebih banyak

memahami konsep-konsep teori yang diberikan oleh dosen. Jika

mahasiswa tidak menyukai konsep teori yang diberikan dosen ini

akan menjadi masalah besar dan berdampak negatif terhadap hasil

evaluasi pembelajaran.

5) Ujian praktikum

Ujian praktikum dilakukan untuk mengevaluasi berasal hasil

belajar yang telah dilaksanakan. Waktu ujian praktikum akan


20

dilaksanakan, respon setiap mahasiswa berbeda-beda. Bagi

mahasiswa yang tidak mempersiapkan dengan baik serta jauh-

jauh hari maka akan mengalami stres di waktu berhadapan

dengan dosen penguji. Handayani, dkk (2017) dalam Tasalim dan

Cahyani (2021) mahasiswa yg mengalami stres pada ketika ujian

praktikum akan mengalami susah buat berkonsentrasi, denyut

nadi semakin tinggi, tangan dan kaki gemetar, tubuh dingin,

merasa ingin buang air, serta sampai akhirnya akan berdampak di

kelulusan ujian.

6) Penyusunan Tugas Akhir

Tasalim dan Cahyani (2021) mahasiswa tingkat akhir di akhir

semester akan berhadapan dengan tugas akhir mahasiswa seperti

karya tulis ilmiah, skripsi, tesis, maupun disertasi sebagai salah

satu syarat guna untuk mengikuti proses kegiatan yudisium atau

wisuda. Pada penyusunan tugas akhir mahasiswa banyak yang

mengalami stres yang diakibatkan karena belum menemukan

fenomena masalah penelitian, variabel penelitian, referensi

penelitian yang cukup minim, lamanya balasan chat atau SMS

dari dosen pembimbing ketika ingin bimbingan langsung,

keterbatasan waktu dalam proses bimbingan (Pratama dan

Burhanto, 2018 dalam Tasalim dan Cahyani, 2021)

d. Faktor yang mempengaruhi Stres


21

Menurut Robbins dan Judge (2016) dalam Kirana, dkk (2022)

sumber-sumber potensi stress ada tiga kategori yaitu antara lain:

1) Faktor Lingkungan

Adapun faktor lingkungan yang meliputi ketidakpastian ekonomi,

politik dan teknologi.

2) Faktor Organisasional

Faktor yang terdiri dari tuntutan tugas, peran dan antar pribadi.

3) Faktor Pribadi

Faktor yang terdiri meliputi keluarga, ekonomi dan kepribadian.

e. Aspek-aspek Stres Akademik

Menurut Sun, Dunne, dan Hou dalam S. Lestari (2020)

mengungkapkan bahwa terdapat lima aspek stres akademik, yaitu:

1) Tekanan Belajar

Tekanan belajar yang berkaitan dengan tekan yang dialami

individu waktu sedang belajar di sekolah serta di rumah. Tekanan

yang dialami oleh individu dapat berasal dari orang tua, teman

sekolah, ujian pada sekolah dan jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

2) Beban Tugas

Beban tugas berkaitan dengan tugas yang wajib dikerjakan sang

individu di sekolah. Beban yang dialami individu berupa

pekerjaan rumah (PR), tugas di sekolah dan ujian sekolah.


22

3) Kekhawatiran terhadap Nilai

Aspek intelektual berkaitan memakai kemampuan seseorang buat

memperoleh ilmu pengetahuan baru. Aspek ini juga berkaitan

menggunakan proses kognitif individu. Individu yang sedang

mengalami tekanan akademik akan sulit buat berkonsentrasi,

mudah lupa dan terdapat penurunan kualitas kerja.

4) Ekspetasi diri

Ekspetasi diri berkaitan dengan seseorang untuk memiliki

harapan atau ekspetasi terhadap dirinya sendiri. Seorang yang

memiliki stress akademik akan memiliki ekspetasi yang rendah

terhadap dirinya sendiri seperti merasa selalu gagal pada nilai

akademik dan merasa selalu mengecewakan orang tua dan guru

bila nilai akademis tidak sinkron dengan yang diinginkan.

5) Keputusasaan

Keputusasaan berkaitan dengan respon emosional seseorang saat

ia merasa tidak bisa mencapai sasaran pada hidupnya. Indvidu

yang mengalami tertekan akademik akan merasa bahwa dia tak

bisa memahami pelajaran serta mengerjakan tugas-tugas pada

sekolah.

f. Dampak Stres Akademik

Menurut Tasalim dan Cahyani tahun 2021 ada beberapa dampak dari

stres akademik, yaitu:


23

1) Perubahan Status Gizi

Pengukuran hasil dapat dilihat seberapa besar keberhasilan

pemenuhan nutrisi dari keseimbangan antara kebutuhan dan

masukan nutrisi yaitu dapat dilihat dari suatu pengukuran status

gizi (Biliwati, dkk., 2010; Kemenkes RI, 2012 dalam Tasalim dan

Cahyani , 2021).

Menurut Wijayani, dkk (2019), perubahan status gizi terjadi

karena seseorang mengalami stres. Seseorang yang mengalami

stres akut akan cenderung lebih mengalami penurunan nafsu

makan, sedangkan seseorang yang mengalami stres kronis lebih

cenderung mengalami peningkatan nafsu makan. Terganggunya

sistem pencernaan akibat stres yang dialami bisa menimbulkan

perasaan mual dan muntah, sehingga akhirnya membuat

seseorang kehilangan selera untuk makan (Menginte, 2015 dalam

Tasalim dan Cahyani, 2021)

2) Gejala Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal adalah kumpulan dari beberapa gejala

system saluran pencernaan. Gejala gastrointestinal dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu stres. Gejala

yang biasa di rasakan penderita yaitu nyeri pada perut, gejala pada

kerongkongan (esophagus), gejala pada kekuatan otot esophagus,

lambung atau usus yang tidak bekerja dengan baik (dismotilitas

atas). Gejala gastrointestinal mempunyai peluang cukup banyak


24

sebanyak 2.037 kali jika seseorang mengalami tingkat stres tinggi

dibandingkan dengan seseorang yang mengalami tingkat stres

rigan (Afifah dan Wardani, 2019 dalam Tasalim dan Cahyani,

2021).

3) Sindrom Dispepsia Fungsional

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami

sindrom dyspepsia fungsional adalah salah satunya tingkat stres.

Meningkatnya asam lambung di karenakan produksi hormone

adrenal yang meningkat yang disebabkan oleh tingkat stres yang

cukup tinggi (Chaidir dan Maulina, 2015 dalam Tasalim dan

Cahyani, 2021)

4) Disminorea

Disminorea bisa dialami oleh sesroang yang memiliki stres

dengan tingkat ringan sampao sedang dan tekanan psikis.

Keadaan psikis seseorang dapat menimbulkan rasa nyeri dan

dapat memperberat rasa nyeri. Menurut Ismail, dkk (2015) ketika

pertama kali menstruasi stres dapat memperburuk rasa nyeri

(Tasalim dan Cahyani, 2021).

5) Gangguan pola Tidur

Menurut Wahyuni (2018) kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu stres. Stres akan muncul ketika

seseorang terlalu banyak berifikir, stres yang muncul dapat

menyebabkan seseorang kesulitan untuk mengontrol emosinya


25

yang akhirnya mengakibatkan ketegangan dan kesulitan untuk

memulai tidur (dalam Tasalim dan Cahyani, 2021)

6) Kejadian Acne Vulgaris

Acne Vukgaris muncul dari beberapa faktor, salah satunya stres.

Timbulnya acne dikarenakan sebagian orang yang mengalami

stres dan gangguan emosi.

7) Insomnia

Menurut Wulandari, dkk (2017) penyebab terjadinya insomnia

adalah salah satunya yaitu stres.

8) Sleep Paralysis

Sleep paralysis adalah ketidakmampuan seseorang untuk

menggerakan otot-ototnya selama dia tertidur dan sesudah bangun

dari tidur yang disertai atau tanpa dengan halusinasi, hal ini

terjadi dalam waktu yang relative singkat. Seseorang cenderung

dapat mengalami sleep paralysis jika tingkat stres sedang dan

berat dibandingkan dengan seseorang yang mengalami stres

tingkat rendah.

9) Obesitas

Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

faktor lingkungan, genetik, stres, fisik dan pengaruh hormon.

10) Penurunan Prestasi Belajar

Menurunnya prestasi belajar bisa disebabkan karena kurangnya

minat mahasiswa tentang jurusan yang di ambil, kurangnya usaha


26

untuk belajar, kurangnya motivasi belajar dan kemampuan dalam

menyelesaikan masalah.

g. Alat ukur tingkat stress

Menurut Sarafino dan Ewing (dalam Tasalim dan Cahyani, 2021)

Pengukuran tingkat stres mahasiswa dengan berdasarkan kejadian

yang dialami oleh mahasiswa dalam satu bulan terakhir. Kuesioner

HASS-COL. Jumlah skor tertinggi pada kuesioner ini adalah 270

serta skor terendahnya yaitu 0. Skala pegukuran pada kuesioner

HASS-COL menggunakan skala Likert dengan 6 kriteria yaitu:

1) Skor 0: Tidak Pernah (TP)

2) Skor 1: sangat Jarang (SJ)

3) Skor 2: Beberapa Kali (BK)

4) Skor 3: Sering (S)

5) Skor 4: Sangat Sering (SS)

6) Skor 5:Hampir Setiap Saat (HSS)

Jika skor yang didapatkan <75 maka tergolong dalam kategori stress

ringan, jika yang didapatkan 75-135 maka tergolong dalam kategori

stres sedang, bila skor yang didapatkan >135 maka tergolong dalam

kategori stres berat.

2. Konsep Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi Belajar


27

Menurut Masni (2015) motivasi berasal dari istilah motif yang

bisa diartikan menjadi daya penggerak yang ada pada dalam diri

seseorang buat melakukan kegiatan-aktivitas tertentu demi

tercapainya suatu tujuan. Untuk mencapai adanya tujuan dalam

diri seseorang harus mempunyai feeling serta di dahului dengan

stimulus dalam perubahan energi. Pada kegiatan belajar,

motivasi sangat diperlukan, karena seorang yang tak mempunyai

motivasi belajar tidak akan mungkin bisa melakukan aktivitas

belajar.

Menurut W.S. Winkel (1996: 53) mengungkapkan bahwa

belajar ialah suatu kegiatan mental atau psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang membentuk

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,

keterampilan serta nilai sikap (dalam Sinar, 2018). Sedangkan

berdasarkan Muhibbin Syah (2003: 68) dalam Sinar (2018)

mengungkapkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relative menetap menjadi

hasil pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yg

mlibatkan proses kognitif, yang seringkali dilakukan pada

bentuk tes hasil belajar.


28

Demikian motivasi menurut Wasty Soemanto (dalam Masni,

2017) yaitu kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan

atau memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah

laku mencapai tujuan. Sedangkan menurut Thomas L. good, Jere

B. Briphy dan Elida Prayitno, 1989:8 (dalam Masni, 2017)

berpendapat bahwa motivasi itu merupakan sebagai suatu

penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku seseorang

dalam melakukan perbuatan tertentu. Individu yang akan

melakukan suatu perbuatan memiliki suatu tenaga penggerak

serta mengarahkan untuk memperkuat perbuatan itu untuk

mencapai tujuan.

Demikian menurut Wasty Soemanto (dalam Masni, 2017)

mengungkapkan bahwa motivasi berhubungan dengan tiga hal

yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi, ketiga hal

tersebut yaitu keadaan yang mendorong tingkah laku

(motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan

tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku

tersebut (goals or ends of such behavior).

b. Jenis-jenis Motivasi Belajar

1) Motivasi Intrinsik

Menurut Azhar Haq (2018) Motivasi intrinsik merupakan


29

suatu kondisi peserta didik yang bisa melakukan aktivitas

belajar. Selanjutnya motivasi intrinsik adalah keinginan atau

dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.

Namun bisa juga dapat diartikan bahwa manusia terdorong

agar berperilaku untuk menggapai tujuan tanpa adanya faktor

lain dari lingkungan sekitar.

Pada proses pembelajaran siswa yang memiliki motivasi

secara intrinsik bisa terlihat dari aktivitasnya yaitu rajin pada

saat belajar dan menginginkan untuk tercapainya tujuan

belajar yang diinginkannya, tidak karena menginginkan

pujian, hadiah, dan lain sebagainya.

2) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Muhid dan Muawanah (2021) Motivasi ektrinsik

adalah faktor dari luar diri individu tersebut. Motivasi

ektrinsik diperlukan untuk peserta didik untuk belajar.

Didalam kelas seluruh mahasiswa yang memiliki dorongan

belajar tinggi membutuhkan motivasi ekstrinsik. Para

mahasiswa membutuhkan atensi dan pengarahan yang khusus

baik dari dosen maupun pengajar. Namun hal tersebut

tentunya bukan sebuah prioritas utama untuk seorang

mahasiswa. Para mahasiswa harus bisa memuncukan

semangat dorongan belajar untuk menggapai cita-cita

kedepannya.
30

c. Faktor yang dapat Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Max Darsono dkk (2000:34) dalam Masni (2017) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Cita-cita

Cita-cita atau apirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.

Penentuan target ini tidak sama bagi seluruh mahasiswa.

Target ini diartikan menjadi tujuan yang ditetapkan pada

suatu kegiatan yang mengandung makna bagi mahasiswa.

2) Kemampuan

Kemampuan dalam belajar sangat dibutuhkan. Kemampuan

ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri

mahasiswa, misalnya kecerdasan, pengamatan, perhatian dan

daya pikir analisa.

3) Kondisi

Kondisi mahasiswa mencakup kondisi fisik (kesehatan) dan

syarat psikologis contohnya emosi. Syarat ini terkadang

menganggu kegiatan mahasiswa pada kuliah, contohnya saja

mahasiswa yang kurang sehat motivasi belajarnya akan tidak

selaras sewaktu dia dalam keadaan sehat. Begitu pula kondisi

psikis mahasiswa, misalnya dia sedang mengalami patah hati

atau putus dari pacarnya, hal ini akan berdampak buruk bagi

mahasiswa yang tidak mampu menempatkan atau


31

mengendalikan emosinya secara baik. Dia akan banyak

murung daripada mengerjakan berbagai tugas-tugas

perkuliahan.

4) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan mahasiswa meliputi lingkungan

keluarga, lingkungan kos, lingkungan kampus serta

lingkungan masyarakat.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar artinya unsur-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-

kadang kuat, kadang-kadang lemah serta bahkan hilang sama

sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional

contohnya emosi mahasiswa, gairah belajar, situasi belajar,

dan situasi dalam keluarga.

6) Cara Dosen Mengajar

Cara yang dimaksud di sini artinya bagaimana seorang dosen

mempersiapkan diri sebelum mengajar, ketepatan waktu,

materi yang disampaikan, keakraban oleh mahasiswa, dan

sejenisnya.

3. Konsep Covid-19 varian Omicron

a. Definisi Covid-19

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2020 Covid-


32

19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis

coronavirus yang baru ditemukan.

Corona Virus (CoV) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

corona dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan

pernapasan. Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan virus

jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya oleh

manusia (Ns. Sudrajat, 2022).

Virus Corona mengakibatkan penyakit flu biasa hingga penyakit

yang lebih parah mirip Sindrom Pernafasan Timur Tengah

(MERS-CoV) serta Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-

CoV). Virus Corona ialah zoonotic yang artinya ditularkan

antara hewan serta manusia. Menurut Kementrian Kesehatan

Indonesia perkembangan kasus Covid-19 di Wuhan mulai pada

tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health

Committee mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the

treatment of pneumonia of unknown cause” (Hanoatubun, 2020

dalam Sarip dkk, 2020).

Penyebaran virus covid-19 ini sampai ke lintas Negara lain.

Hingga sampai saat ini total kasus covid-19 yaitu 472.000.000 di

seluruh dunia (Our World in Data dan JHU CSSE COVID-19,


33

2022). Penyebaran virus Corona yang sudah meluas ke berbagai

belahan dunia membawa dampak pada perekonomian Indonesia,

baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata (Sarip dkk,

2020).

b. Etiologi Covid-19

Penyebab covid-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal

positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Virus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia (Rusman dkk,

2021)

Menurut Rusman dkk (2021) terdapat 4 genus yaitu

alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan

deltacoronavirus. Belum dipastikan berapa lama virus penyebab

Covid-19 bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini

menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya

coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang

berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan

lingkungan).

c. Definisi Covid Varian Omicron

Saat ini ada beberapa varian dari covid-19 salah satunya varian
34

omicron. Virus penyebab COVID-19, Sars-CoV-2 terus alami

mutasi yang membentuk varian baru. Yang paling baru dan

sudah terdeteksi di banyak negara adalah Varian Omicron.

Varian baru virus penyebab covid-19 (SARS-CoV-2) yang

dikenal juga sebagai Varian B.1.1.529 (variant of concern)

(Kominfo, 2021).

Varian ini pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada 24

November 2021 dan kini Organisasi Kesehatan Dunia sudah

mengklasifikasi omicron sebagai Varian of concern (VOC) yang

merupakan varian yang harus diwaspadai (Dinas Kesehatan,

2021). Proses transmisi/penularan pada varian omicron lebih

meningkat dibanding varian delta untuk tingkat keparahan lebih

rendah, sebagian tidak menunjukkan gejala (OTG) dan varian

omicron masih dapat di deteksi dengan menggunakan tes PCR-

SGTF (S Gene Target Failure).

Prevalensi covid varian Omicron pada tanggal 16 Februari 2022

yaitu sekitar 64.718 kasus baru, rata-rata 7 hari sekitar 48.444

kasus. Sedangkan pada tanggal 23 Maret 2022 yaitu sekitar

6.376 kasus baru dan rata-rata 7 hari 7.639 kasus (Ns. Sudrajat,

2022).
35

d. Tanda dan Gejala Omicron

Menurut CNN Indonesia (2022) ada lima tanda dan gejala varian

omicron, yaitu:

1) Sakit tenggorokan tapi tidak batuk

Sakit teggorokan disertai batuk merupakan salah satu gejala

umum ketika seseorang dinyatakan terinfeksi virus Covid-

19. Namun pada varian omicron, sakit tenggorokan

cenderung terasa gatal, kering, bahkan tanpa disertai batuk.

2) Nyeri Otot dan Sendi

Laporan pertama terkait gejala omicron di Afrika Selatan

menunjukkan reaksi nyeri punggung bagian bawah. Selain

itu, rasa nyeri ini juga berlangsung menjalar ke beberapa

area lain seperti persendian, dan nyeri otot (myalgia).

3) Kelelahan

Ciri-ciri gejala omicron lainnya yaitu kelelahan sehingga

tubuh menjadi lemas bahkan mudah merasa lelah meski

tidak beraktivitas berat.

4) Sakit Kepala

Sakit kepala yang terasa nyeri disertai demam seperti flu

merupakan reaksi peradangan bahwa tubuh sedang

melawan virus. Pada gejala omicron, sakit kepala ini terasa

berdenyut, tertekan, dan terkadang disertai rasa menusuk

dengan intensitas ringan sampai berat.


36

5) Tidak Kehilangan Indera Penciuman

Pada varian Covid-19 sebelumnya, penderita yang terinfeksi

akan mengalami gangguan indera penciuman dan perasa.

Namun untuk varian Omicron ini justru sebaliknya.

Penderita tidak kehilangan indera penciuman dan perasa

sehingga masih terasa normal seperti biasa. Adapun bentuk

gejala lain varian Omicron yang terdeteksi menurut Pusat

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC)

diantaranya yaitu, diare, batuk kering, hidung tersumbat,

mual, demam, gejala seperti flu, dan napas pendek hingga

kesulitan bernapas.

e. Dampak Covid-19 bagi Mahasiswa

Menurut penelitian Argaheni (2020) ada beberapa dampak

covid-19 yang dialami mahasiswa diantaranya, yaitu:

1) Mahasiswa mengalami stres

Stres yang dialami mahasiswa akibat endemi COVID-19 ini

dipengaruhi oleh munculnya rasa takut akan tertular COVID-

19, kekhawatiran ketika pergi keluar rumah, kebosanan

ketika melakukan social distancing, serta kesulitan

memahami materi ketika perkuliahan daring. Hal ini terjadi

sebab mahasiswa terbiasa dengan pembelajaran tatap muka

secara reguler, sedangkan pembelajaran jarak jauh


37

sebelumnya hanya dilakukan secara insidental. Sebagai

akibatnya perubahan pola pembelajaran ini memberikan

permasalahan tersendiri bagi mahasiswa.

2) Penumpukan informasi/konsep pada mahasiswa kurang

bermanfaat

Konsep/informasi adalah suatu hal yang sungguh penting.

Pentingnya pemahaman konsep pada proses belajar-mengajar

sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara

memecahkan masalah, maka dari itu yang terpenting ialah

proses terjadinya belajar yang bermakna dan proses berpikir

bagi mahasiswa.

3) Mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif

Dalam mencapai tujuan pembelajaran dosen harus tetap

memperhatikan bagaimana model pembelajaran serta

skenario dari pembelajaran yang akan dilaksanakan karena

pembelajaran tanpa rencana yang matang akan menyulitkan

pendidik dan mahasiswa.

4. Konsep Mahasiswa

a. Definisi Mahasiswa

Menurut Spica tahun 2008 mengatakan bahwa mahasiswa

adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada

perguruan tinggi (dalam Saputra, 2015).


38

Menurut Budiman (dalam Saputra, 2015) mahasiswa adalah

orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk

mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana.

b. Ciri-ciri Mahasiswa

Menurut Siregar (dalam Saputra, 2015) mahasiswa merupakan

anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara

lain:

1) Memiliki kemampuan serta kesempatan untuk belajar di

perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum

intelektual.

2) Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat

bertindak menjadi pemimpin yang mampu dan terampil, baik

menjadi pemimpin masyarakat ataupun pada dunia kerja.

3) Diharapkan dapat seperti daya penggerak yang dinamis untuk

proses modernisasi.

4) Dibutuhkan mampu memasuki dunia kerja menjadi tenaga

yang berkualitas dan profesional.

c. Peranan Mahasiswa

Menurut Siallagan (dalam Saputra, 2015) ada tiga peranan

penting dan mendasar bagi mahasiswa yaitu:


39

1) Peran Intelektual

Mahasiswa menjadi seorang yang intelek, jenius, serta jeli

harus mampu menjalankan hidupnya dengan proporsional,

menjadi seorang mahasiswa, anak, dan harapan masyarakat.

2) Peran Moral

Mahasiswa menjadi seorang yang hidup di kampus yang

dikenal bebas berekpresi, beraksi, berdiskusi, berspekulasi

dan berorasi, harus dapat menunjukkan perilaku yang

bermoral pada setiap tindak tanduknya tanpa terkontaminasi

serta terpengaruh dengan kondisi lingkungan.

3) Peran Sosial

Mahasiswa menjadi seorang yang membawa perubahan harus

selalu bersinergi, berpikir kritis serta bertindak konkret yang

terbingkai oleh kerelaan serta keikhlasan untuk menjadi

pelopor, penyampai aspirasi dan pelayan masyarakat.

5. Hubungan Stres Akademik dengan Motivasi Belajar

Dalam penelitian Farhana dan Sary (2020) Stres akademik

merupakan sumber stres yang berasal dari proses belajar mengajar

atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, yang

meliputi tekanan untuk naik kelas, lama belajar, menyontek,

banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan

beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta


40

kecemasan ujian dan manajemen waktu. Sedangkan kedudukan

motivasi dalam belajar tidak hanya memberikan arah kegiatan

belajar secara benar, lebih dari itu dengan motivasi hendak

mendapat pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatan

belajar dan salah satu proses pembelajaran di dalam perguruan

tinggi adalah ujian, tugas, dan tuntutan organisasi serta penyusunan

tugas akhir pada mahasiswa, terutama untuk mahasiswa semester

VII yang sudah mulai memasuki tahap akhir dari perkuliahan.

Sehingga kemungkinan ada hubungannya antara stres akademik

dengan motivasi belajar (Farhana dan Sary, 2020).

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian Farras Cahya Puspitha, Merry Indah Sari, Dwita

Oktaria (2018)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Stres Terhadap Motivasi Belajar

Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung” jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil analisis

univariat tingkat stres yang paling banyak dialami oleh responden yaitu

stres sedang dengan penyebab stres sangat berat terbanyak yaitu stres

akademik. Berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi square

didapatkan hubungan bermakna antara stres terhadap motivasi belajar

dengan nilai P=0,19 P.


41

2. Penelitian Deyisi Pratiwi A. Demolingo, Flora Kalalo, Mario

Katuuk (2018)

Penlitian ini berjudul “Hubungan Stres Dengan Motivasi Belajar Pada

Mahasiswa Semester V Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado” jenis penelitian ini

menggunakan desain penelitian analisis korelatif, dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional dan data dikumpulkan dari responden

dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil Penelitian menunjukan

tidak adanya hubungan stres dengan motivasi belajar pada mahasiswa

semester V di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado dengan nilai p= 0,062. Kesimpulan

tidak terdapat hubungan stres dengan motivasi belajar semester V di

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi Manado.

3. Penelitian Hilma A’yunina dan Abdurrohim, S. Psi, M. Si (2019)

Penelitian ini berjudul "Hubungan Antara Stres Akademik dan Motivasi

Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa

Universitas Islam Sultan Agung Semarang" teknik analisis data pada

penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dua prediktor dan

korelasi parsial. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan ada hubungan

yang sangat signifikan antara stres akademik dan motivasi berprestasi

dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa UNISSULA dengan

korelasi R= 0,709 dan F hitung = 132,779 dengan taraf signifikansi


42

0,000 (p.

4. Penelitian Indah Indira, Juliarni Siregar, Yulia Herawaty (2019)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Kesabaran dan Stres

Akademik pada Mahasiswa di Pekanbaru” penelitian ini melibatkan 120

sampel mahasiswa Universitas X yang dipilih menggunakan teknik

cluster sampling. Alat pengumpulan data berupa skala sabar yang

disusun oleh Rozi dan El Hafiz dan skala stres akademik yang disusun

oleh Wicaksana. Berdasarkan dari hasil analisis uji korelasi Pearson

Product Moment, maka diperoleh nilai koefisien korelasi = -0,559

dengan nilai signifikansi 0,000.

5. Penelitian Hairani Lubis, Ayunda Ramadhani, Miranti Rasyid

(2020)

Penelitian ini berjudul “Stres Akademik Mahasiswa dalam

Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19” jenis

penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami

stress akademik terbanyak pada kategori sedang yaitu 80 mahasiswa

(39,2%). Stress akademik kategori tinggi sebanyak sebanyak 55 orang

(27%), kategori rendah sebanyak 48 orang (21%), kategori sangat tinggi

sebanyak 14 orang (6,9%), dan kategori sangat rendah sebanyak 11

orang (5,4%). Artinya mahasiswa merasakan tekanan yang cukup berat

selama melaksanakan pembelajaran daring di masa pandemic Covid19.

6. Penelitian Nina Permata Sari, Muhammad Andri Setiawan, Ismi


43

Rajiani, Fatchul Muin (2020)

Penelitian ini berjudul “Analisis Hubungan Stres Akademik Mahasiswa

Terhadap Akses Internet Terbatas Saat Belajar Selama Pandemi Covid

19” peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian korelasi, Melalui pengambilan sampel purposive random,

yaitu 345 orang mahasiswa angkatan 2019 di Universitas Lambung

Mangkurat dan 340 orang mahasiswa angkatan 2019 di Universitas

Islam Negeri Antasari, total ada 685 sampel. Diperoleh hasil nilai

signifikansi sebesar 0,000 < 0,01, bahwa terdapat hubungan variabel

stress akademik dengan jangkauan domisili terhadap akses internet

dimasa pandemi. Arah hubungan antar variabel bernilai positif adalah

sebesar 0,778.

7. Penelitian Khansa Farhana, Dr. Fetty Poerwita Sary, S.S., M.Pd

(2020)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Stres Akademik Dengan

Motivasi Belajar” jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

metode pengumpulan data penelitian diperoleh dengan penyebaran

kuesioner terhadap mahasiswa semester VII Teknik Fisika Universitas

Telkom sebanyak 170 responden yang selanjutnya dihitung

menggunakan rumus slovin dan menghasilkan 119 responden. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

deskriptif dan analisis korelasi. Pada penelitian ini stres akademik

berhubungan dengan motivasi belajar dengan nilai korelasi sebesar


44

0,303 atau 30,3% dengan tingkat kekuatan variabel rendah.

8. Penelitian Laras Ayu Savira, Octa Reni Setiawati, Ismalia Husna,

dan Woro Pramesti (2021)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Stres Dengan Motivasi Belajar

Mahasiswa disaat Pandemi Covid-19” jenis penelitian ini adalah

kuantitatif dengan desain analitik dan pendekatan cross sectional.

Instrumen pengukuran yang digunakan adalah angket DASS 42

(Depression Anxiety Stress Scales 42), angket motivasi belajar. Hasil;

menunjukkan bahwa sebaran variabel stres tertinggi dengan tingkat

stres sedang (43,3%) dan variabel motivasi belajar tertinggi dengan

tingkat motivasi belajar sedang (48,3%) dan untuk Hasil analisis

korelasi terhadap motivasi belajar. variabel dengan stres diperoleh P =

0,000 dan hasil koefisien korelasi r = -0,511. Kesimpulan; bahwa ada

hubungan antara stres dengan motivasi belajar.

9. Penelitian Dean Permata Sari1, Fadhilah Febrianti Widyasari,

Ivani Zulvia Jelita, Syahnur Rahman (2021)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Motivasi Belajar, Relasi Teman

Sebaya, dan Stres Akademik Terhadap School Well-being pada Siswa

Sekolah Menengah” jenis penelitian ini menggunakan metode studi

literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antar

variabel independen dan variabel dependen.

10. Penelitian Nila Zaimatus Septiana (2021)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Stres Akademik dan


45

Resiliensi Akademik Siswa Sekolah Dasar di Masa Pandemi Covid-19”

jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

penelitian korelasional. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

uji korelasi bivariate. Selanjutnya tingkat korelasi antara variabel stress

akademik dan resiliensi akademik masuk kategori rendah.


46

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Stres Aspek-aspek Stres Faktor yang mempengaruhi
Akademik Akademik: stres:
1. Tekanan belajar 1. Faktor Lingkungan
2. Beban Tugas 2. Faktor Organisasional
3. Kekhawatiran 3. Faktor Pribadi
Penyebabterhadap
Stres Akademik:
nilai
1. Adaptasi proses diri
4. Ekspetasi Belajar
proses beradaptasi
5. Keputusasaan
dengan lingkungan Dampak Stres Akademik:
Covid-19 1. Perubahan Status Gi
2. Kurangnya Motivasi
Akademik 2. Gejala Gastrointestin
Etiologi covid 19 3. Koping tidak Adekuat 3. Sindrom Dispepsia
adalah virus yang 4. Pembelajaran system Dampak Covid-19 Bagi Mahasiswa: Fungsional
tergolong dalam blok 1. Mahasiswa mengalami stres4. Disminorea Peran
family coronavirus 5. Ujian Praktikum 2. Penumpukan informasi pada5. Gangguan Pola1.Tidu In
2.
6. Kejadian Acne Vulga
mahasiswa kurang bermanfaat M
6. Penyusunan tugas akhir 3. So
7. Insomnia
3. Menjadi pasif, kurang kreatif
Motivasi Belajar Varian Omicron 8. Sleep Paralysis
dan produktif
Menurut Dinas Kesehatan: 9. Obesitas
Varian Omicron omicron 10. Penurunan Prestasi B
Jenis-jenis sebagai Varian of concern
Motivasi yang merupakan varian Mahasiswa
Belajar: yang harus diwaspadai
1. Motivasi Sumber: Olejnik & Holschuh 2016 (S. Lestari, 2020); Robbins & Judge 2016 (Kirana, dkk, 2022);
Intrinsik Lestari, 2020); Tasalim & Ciri-ciri
Cahyanimahasiswa:
2021; Masni 2015; Azhar Haq 2018; Muhid & Muawanah 20
2. Motivasi 1. Mempunyai kemampuan
Tanda dan GejalaArgaheni
Omicron:2020; Saputra 2015; Kominfo 2021; CNN Indonesia 2022.
Ekstrinsik dan kesempatan belajar di
1. Sakit tenggorokan tidak batuk
perguruan tinggi
2. Nyeri otot dan sendi
2. Sebagai pemimpin yang
3. Kelelahan
terampil
r yang 4. Sakit kepala
3. Menjadi daya pergerak
pengaruhi Motivasi 5. Tidak kehilangan indera
4. Tenaga yang berkualitas
ar: penciuman
dan profesional
ita-cita
emampuan
ondisi
ondisi lingkungan
nsur-unsur dinamis
alam belajar
ara Dosen Mengajar

Anda mungkin juga menyukai