PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Hernia merupakan penonjolan abnornal bagian organ atau struktur
tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam selaput
pembungkus, membran, otot, atau tulang. Hernia berasal dari kata latin yang
berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ
atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tampat dari tubuh kebanyakan
defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya. Hal yang perlu
diperhatikan seorang perawat dalam melakukan pengkajian pasien dengan
hernia inguinalis adalah adanya keluhan tentang ketidaknyamanan atau nyeri
yang dirasakan, pola aktivitas fisik, dan juga adanya riwayat batuk kronis
(Husaini, 2013; Aisyah dkk, 2015; Amanullah, 2016).
Proses pengkajian yang dilakukan pada pasien Tn. S yang berusia 66
tahun dengan diagnosa medis saat pasien masuk yaitu Hernia Inguinalis (HIL)
Sinistra, pasien masuk di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Muara Teweh. Data pasien menyangkut keluhan-keluhan diperoleh
dari pengkajian dengan cara wawancara dengan pasien maupun keluarganya
(isteri pasien), mengobservasi langsung, melakukan pengkajian fisik langsung
kepada pasien, melihat data-data pemeriksaan penunjang dari laboratorium
maupun radiologi.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga
disesuaikan dengan kondisi pasien saat di kaji. Pada saat dilakukan
pengkajian, keluarga pasien cukup terbuka dan kooperatif sehingga terjalin
hubungan saling percaya dengan perawat. Hal ini dilakukan dengan teknik
komunikasi terapeutik dimana menurut Oktaria (2017) teknik komunikasi
terapeutik terdiri dari mendengarkan seperti mengerti pasien dengan cara
mendengarkan apa yang disampaikan pasien, menunjukan penerimaan yaitu
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan keraguan atau
ketidaksetujuan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan, memberikan
68
69
yang dikemukakan oleh (Husaini, 2013; Aisyah dkk, 2015; Amanullah, 2016)
bahwa tanda dan gejala pasien dengan hernia ingunialis adalah adanya
keluhan tentang ketidaknyamanan atau nyeri yang dirasakan, hal ini
disebabkan adanya trauma pada jaringan usus (usus yang terjepit) yang
mempunyai banyak jaringan saraf. Pola aktivitas fisik dimana pekerjaan berat
dapat meningkatkan tekanan intraabdominal pada perut yang mengkibatkan
organ perut (biasanya usus) menonjol melalui titik yang lemah atau robekan
pada dinding otot yang tipis yang biasanya dihubungkan dengan pekerjaan-
pekerjaan mengangkat beban seperti pada buruh yang sering mengangkat
beban berat, petani yang sering mencangkul.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian fisik, observasi, dan wawancara dengan
pasien dan keluarga, serta data-data penunjang (labolatorium dan radiologi)
didapatkan masalah keperawatan pasien Tn. S adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Trauma
jaringan/usus terjepit) ditandai dengan Klien mengatakan “Nyeri sekali
pada daerah alat kelamin (skrotum)”. Karakteristik nyeri PQRST
(Palliative or precipitating factors = saat beraktivitas, Quality of pain =
seperti ditusuk-tusuk, Region and radiation of the pain (daerah hernia),
Subjective description of pain= 6 (nyeri sedang 4-6), Time of pain =
kurang lebih 2 menit hilang dan timbul saat bergerak. Keadaan umum
klien tampak sakit sedang, Ekspresi wajah klien tampak meringis. TTV:
Temp = 36,2oC, Pulse= 76x/menit, Resp = 27x/menit, Blood Pressure =
188/101 mmHg, SpO2 = 96%).
Diagnosa keperawatan nyeri akut diletakkan pada diagnosa prioritas
pada kasus Tn. S dikarenakan nyeri. Nyeri harus segera diatasi karena
dapat menimbulkan perubahan pada aspek psikologis, dan gangguan
aktifitas dasar sehari-hari, dimana nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan actual, potensial, atau digambarkan dalam ragam yang
menyangkut kerusakan atau sesuatu yang digambarkan dengan terjadinya
71
kerusakan (Muttaqin, 2015). Nyeri akut harus segera diatasi dan dapat
berkurang dengan manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis
dalam waktu yang tidak lama tergantung kondisi/keadaan penyebab nyeri
tersebut. Oleh karena efisiensi waktu dalam penanganan masalah
keperawatan, maka dari itu diagnosa keperawatan nyeri akut diangkat
sebagai diagnosa pertama pada klien Tn. S.
Diagnosa keperawatan nyeri akut terdapat juga dalam diagnosa
keperawatan hernia inguinalis berdasarkan teori, hal ini disebabkan
karena keadaan/kondisi nyeri pada area usus yang terturun/terjepit. Faktor
pencetus nyeri ini semua sama disebabkan akibat terjadi nya trauma dan
menyebabkan tekanan intra abdomen pada hernia inguinalis.
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan gangguan rasa nyaman
ditandai dengan Klien mengatakan “rasa penuh pada kandung kemih.
Sore hari kemarin nyeri memberat apalagi saat buang air kecil, sehingga
tidak berani BAK”. Teraba distensi vesika urinaria.
Diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urine diletakkan pada
diagnosa kedua pada kasus Tn. S dikarenakan suatu keadaan serius yang
terjadi jika sistem eliminasi tidak diatasi. Maka dari pada itu gangguan
eliminasi urine diangkat sebagai diagnosa kedua setelah nyeri akut pada
klien Tn. S.
3. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi ditandai dengan Klien mengatakan “belum
mengetahui secara lengkap tentang penyakit HIL dan persiapan pre
operasi”. Klien dan keluarga memberikan feedback positif kepada
perawat, klien tampak antusias untuk meningkatkan pengetahuan akan
manajemen pada klien.
Diagnosa keperawatan kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan
diletakkan pada diagnosa terakhir pada kasus Tn. S dikarenakan diagnosa
keperawatan kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan adalah
merupakan diagnosa asuhan keperawatan pada bagian promotif/pemberi
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan minat dan pengetahuan baik
kepada klien maupun keluarga klien tentang hernia inguinalis. Maka dari
72
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan diagnosa keperawatan. Pada tahap
ini penulis menyusun tujuan keperawatan, kriteria hasil dan rencana tindakan
keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang
disesuaikan dengan kondisi pasien. Perencanaan yang disusun mengandung
unsur tindakan pengkajian, mandiri, health education dan kolaborasi.
Perencanaan dilakukan oleh penulis bersama dengan pasien, keluarga pasien,
perawat senior, dan juga dokter.
Berdasarkan kasus pasien Tn. S terdapat 3 diagnosa keperawatan yang
muncul, dalam kategori tindakan pengkajian yang dibuat oleh penulis
terdapat total 16 intervensi. Kategori mandiri sebanyak 10 intervensi, kategori
kolaborasi sebanyak 2 intervensi, dan dalam kategori health education
sebanyak 4 intervensi. Pada kategori tindakan mandiri paling banyak dibuat
penulis dikarenakan kondisi pasien yang composmentis/sadar penuh, dimana
kondisi tersebut membutuhkan lebih banyak tindakan mandiri untuk
membantu proses pemulihan kesehatan pasien. Ketiga rencana tindakan yang
akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Intervensi pada diagnosa nyeri akut yaitu berupa 5 tindakan mandiri dan
1 tindakan kolaborasi dengan dokter yaitu:
a. Kaji tingkat dan skala nyeri
b. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
c. Berikan kompres dingin pada area nyeri
d. Ajarkan terknik nafas dalam saat nyeri
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri dengan guided imagery
74
Dari hasil rencana tindakan yang akan dilakukan penulis pada pasien
Tn. S sudah sesuai dengan teori Husaini (2013) yang mengatakan bahwa
untuk rencana tindakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hernia
inguinalis adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa keperawatan nyeri akut
Intervensi:
a. Kaji dan dokumentasikan nyeri; beratnya, karakternya, lokasi,
durasi, faktor pencetus dan metode-metode penghilangnya. Gunakan
skala nyeri pada pasien, rentangkan ketidaaknyamanan dari 0 (tanpa
nyeri) sampai 10 (nyeri paling hebat). Rasional: Mengetahui
karakteristik nyeri pada pasien.
b. Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengontrol nyeri. Rasional:
Teknik nafas dalam dapat mengurangi perasaan nyeri.
75
D. Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
implementasi atau pelaksanaan. Implementasi merupakan pelaksanaan
rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Menurut
Capernito (2016), sebelum melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan,
76
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbadingan yang sitematis dan terencana tenatng
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bekesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Caksono, 2014).
Pada tahap evaluasi yang penulis lakukan pada pasien Tn. S dengan
diagnosa medis hernia inguinalis dan dengan diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan/usus terjepit ditandai
dengan pasien mengatakan “.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan rasa nyaman.
3. Kurang pengetahuan.
1. Evaluasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut teratasi sebagian. Dimana
pasien melaporkan bahwa Pasien mengatakan “nyeri berkurang, P:
Masuknya usus ke rongga skrotum, Q: Seperti ditekan dan terasa
kencang, R: Skrotum, S: 5 (0-10), T: ± 1 menit. Selain itu berdasarkan
hasil observasi ekspresi wajah rileks, tanda-tanda vital: T: 36,8°C, P: 95
x/menit, R: 21 x/menit, BP: 130/80 mmHg. Berkurangnya nyeri (hasil
dari implementasi manajemen nyeri menggunakan teknik nafas dalam,
kompres dingin, dan teknik guided imagery). Berdasarakan hasil
penelitian Ruhman (2017) teknik nafas dalam secara signifikan
menurunkan intensistas nyeri. Hal ini disebabkan oleh nafas dalam dan
77