BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
a. Otak
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau
sekitar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan
fungsional. Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume
sekitar 1200 cc. Ada pertimbangan variasi akan besarnya ukuran otak,
yaitu otak laki-laki lebih besar 10% dari perempuan dan tidak ada
korelasi yang berarti antara besar otak dengan tingkat intelejensi.
Seseorang dengan ukuran otak kecil (750 cc) dan ukuran otak besar
(2100 cc) secara fungsional adalah sama. Otak lebih kompleks
daripada batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari
berat badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung,
memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya (Syaifuddin, 2011; Untari, 2012).
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi
dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses
metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan
kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah
konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa
ada masa istirahat. Bila aliran darah terhenti selama 10 detik saja,
maka kesadaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit
saja dapat menimbulkan kerusakan permanen. Hipoglikemia yang
berkepanjangan juga merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak
pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai
pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistem efektor
perifer tubuh, dan sebagai pengatur informasi yang masuk,
menyimpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Otak
dibagi menjadi empat bagian, yaitu (Untari, 2012):
1) Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
10
2) Hipotalamus
Hipotalamus terletak di bawah talamus. Hipotalamus berkaitan
perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Beberapa
fungsi dari hipotalamus meliputi:
a) Pengendalian secara tidak sadar dari kontraksi otot-otot
skeletal
b) Pengendalian fungsi otonom
c) Koordinasi aktivitas sistem persarafan dan endokrin
d) Koordinasi ini dilakukan dengan menghambat atau
menstimulasi sel-sel kelenjar hipofisis untuk memproduksi
hormon regulator.
e) Sekresi hormon
Hipotalamus menyekresi 2 hormon, yaitu:
(1) Hormon antidiuretik (ADH).
(2) Hormon oksitosin.
f) Menghasilkan dorongan emosi dan perilaku
g) Koordinasi antara fungsi otonom dan volunter
h) Mengatur suhu tubuh
3) Subtalamus
Subtalamus merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon
yang penting. Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus
ruber, substansia nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis.
Fungsinya belum jelas diketahui, tetapi lesi pada subtalamus dapat
menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus.
4) Epitalamus
Epitalamus berbentuk pita sempit jaringan saraf yang
membentuk atap diensefalon. Struktur utama daerah ini adalah
nukleus habenular dan komisura, komisura posterior, striae
medularis, dan epifisis. Epitalamus berhubungan dengan sistem
limbik dan sedikit berperan pada beberapa dorongan emosi dasar
dan integrasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin
14
3) Dura Mater
Dura mater merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan
mirip kulit sapi, yang terdiri atas dua lapisan-bagian luar yang
disebut duraendosteal dan bagian dalam yang disebut dura
meningeal. Lapisan endosteal membentuk bagian dalam periosteum
tengkorak dan berlanjut sebagai periosteum yang membatasi
kanalis vertebralis medula spinalis. Medula spinalis dipertahankan
di sepanjang kanalis vertebralis oleh 20 sampai 22 pasang
ligamentum dentatum atau dentikulatum. Ligamenta yang melekat
pada dura mater dalam jarak-jarak tertentu ini, merupakan
perpanjangan lateral dari jaringan kolagen pia mater yang
memisahkan radiks dorsal dan radiks ventral.
Hemisfer serebri kanan dan kiri dipisahkan pada fisura
longitudinal oleh falks serebri. Tentorium serebeli memisahkan
serebrum dari serebellum. Sinus-sinus vena terletak di antara kedua
lapisan dura mater di tempat-tempat di mana kedua lapisan tersebut
memisah. Sinus-sinus ini tidak mempunyai jaringan vaskular dan
terdiri atas dura mater yang dilapisi oleh jaringan endotel. Pada
kerusakan vaskular otak dapat terjadi perdarahan di ruang
ekstradural atau epidural (antara duraendosteal dan tulang
tengkorak), ruang subdural(antara durameningeal dan arakhnoid),
ruang subarakhnoid (antara arakhnoid dan pia mater), atau di
bawah pia mater ke dalam otak sendiri.
Kulit kepala merupakan struktur tambahan lain yang juga
harus dipertimbangkan sebagai salah satu penutup SSP. Kulit
kepala yang melapisi tengkorak dan melekat pada tengkorak
melalui otot frontalis dan oksipitalis merupakan jaringan ikat padat
fibrosa yang dapat bergerak dengan bebas, yang dinamakan galea
aponeurotika (dalam bahasa Latin "galea" berarti " helm"). Galea
membantu meredam kekuatan trauma eksternal, terutama pukulan
yang tidak tepat. Tanpa lindungan kulit kepala, tengkorak jauh
16
3) Nervus okulomotoris
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola
mata). Di dalam saraf ini terkandung serabut-serabut saraf otonom.
Fungsinya saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai otak
dan menuju ke lekuk mata dan megusahakan persarafan otot yang
mengangkat kelopak mata atas, selain dari otot miring atas mata
dan otot lurus sisi mata.
4) Nervus troclearis
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola
mata). Fungsinya saraf pemutar mata yang pusatnya terletak di
belakang pusat saraf penggerak mata dan saraf penggerak mata
masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas mata.
5) Nervus trigeminalis
Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai 3 buah
cabang yaitu :
a) Nervus optalmikus sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir, kelopak mata
dan bola mata.
b) Nervus maksilaris sifatnya sensoris, mensarafi gigi-gigi atas,
bibir atas, palatum, batang hidung, rongga hidung dan sinus
masaelaris.
c) Nervus mandibularis sifatnya majemuk (sensoris dan motoris),
serabut-serabut motorisnya mensarafi otot pengunyah, serabut-
serabut sensorinya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal
dan dagu. Fungsinya sebagai saraf kembar 3 dimana saraf ini
merupakan saraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah akar
saraf besar yang mengandung serabut saraf penggerak dan di
ujung tulang belakang yang terkecil mengandung serabut
penggerak.
19
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata dimana saraf ini keluar disebelah
bawah jembatan pontis menembus selaput otak sela tursika,
sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke otot lurus sisi mata.
7) Nervus facial
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris). Serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir dan selaput
lendir rongga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabur-serabut
saraf otonom untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai
mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap, yang mana saraf
ini keluar di sebelah belakang dan beriringan dengan saraf
pendengar.
8) Nervus auditorius
Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengaran membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya
sebagai saraf pendengaran yang mana saraf ini mempunyai 2 buah
kumpulan serabut saraf yaitu rumah keong (koklea), disebut akar
tengah adalah saraf untuk mendengar dan pintu halaman
(vestibulum), disebut akar tengah adalah saraf untuk
keseimbangan.
9) Nervus glossofaringeus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mensarafi faring, tonsil dan
lidah.saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak,di
dalamnya mengandung saraf otonom. Fungsinya sebagai saraf lidah
tekak dimana saraf ini melewati lorong diantara tulang belakang dan
karang, terdapat 2 buah simpul saraf yang di atas sekali dinamakan
ganglion jugularis atau ganglion atas dan yang di bawah dinamakan
ganglion petrosum atau ganglion bawah.
20
terdiri dari substansi grisea dan alba. Substansia grisea di dalam otak
ada di daerah eksternal dan substansia alba pada bagian internal. Di
medulla spinalis, substansia grisea ada di bagian tengah dan semua
sisi saraf dikelilingi oleh substansia alba.
Kolumna vertebral melindungi medulla spinalis, memungkinkan
gerakan kepala dan tungkai, dan menstabilkan struktur tulang untuk
ambulasi. Vertebra terpisah oleh potongan-potongan kecuali servikal
pertama dan kedua, sakral dan tulang belakang koksigeus. Masing-
masing tulang belakang mempunyai hubungan dengan ventral tubuh
dan dorsal atau lengkungan saraf, dimana semua berada di bagian
posterior tubuh. Medulla spinalis dikelilingi oleh meningen,
duramater, arakhnoid dan piamater. Di antara duramater dan kanalis
vertebralis terdapat ruang epidural. Medulla spinalis berbentuk
struktur H dengan badan sel saraf (substansia grisea) dikelilingi
traktus asenden dan desenden. Bagian bawah yang berbentuk H
meluas dari bagian atas dan bersamaan menuju bagian tanduk anterior.
Keadaan tanduk-tanduk ini berupa sel-sel yang mempunyai serabut-
serabut, yang membentuk ujung akar anterior (motorik) dan berfungsi
untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas refleks dari otot-otot yang
berhubungan dengan medulla spinalis. Bagian posterior yang tipis
mengandung sel-sel berupa serabut-serabut yang masuk ke ujung akar
posterior (sensorik) dan kemudian bertindak sebagai relay station
dalam jaras refleks/sensorik (Syaifuddin, 2011; Untari, 2012).
2. Fisiologi sistem saraf
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi
otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan
informasi dari berbagai organ sensori dan kemudian mengintegrasikannya
untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel
bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara
cairan ekstraselular dan intraselular.
22
wajah, tiroid, lidah, dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu
arteri meningea media, memperdarahi struktur-struktur dalam di daerah
wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke dura mater. Arteri
karotis interna yang sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya
disebut sinus karotikus. Arteri karotis interna masuk ke dalam
tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi
arteri serebri anterior dan media (Syaifuddin, 2011; Untari, 2012).
b. Arteri Serebri
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian
kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian (terutama
medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami
sumbatan pada cabang utamanya, maka akan terjadi hemiplegia
kontralateral yang lebih berat di bagian kaki dibandingkan bagian
tangan (ekstremitas bawah lebih terkena dibandingkan dengan
ekstremitas atas). Paralisis bilateral dan gangguan sensorik timbul bila
terjadi sumbatan total pada kedua arteri serebri anterior, tetapi pada
keadaan ini pun ekstremitas bawah terserang lebih parah dibandingkan
dengan ekstremitas atas. Arteri serebri media menyuplai darah untuk
bagian lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks serebri, serta
membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas.
Korteks auditorius, somestetik, motorik, dan pramotorik disuplai oleh
arteri ini seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi
integrasi yang lebih tinggi pada lobus sentralis tersebut.
Apabila arteri serebri media tersumbat di dekat percabangan
kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat
bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa. Selain itu, juga
mengakibatkan kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua
titik kontralateral serta hemiplegia kontralateral yang berat, terutama
ekstremitas atas dan wajah (Syaifuddin, 2011; Untari, 2012).
24
2. Pathway
Aterosklerosis Pembentukan
Kepekatan darah
(elastisitas pembuluh thrombus
meningkat
darah menurun)
Hipoksia Cerebri
Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral Infark jaringan otak
31
Mobilitas menurun
Kerusakan
mobilitas fisik
Gangguan reflek Resiko nutrisi
menelan kurang dari
kebutuhan tubuh
Tirah baring
Gangguan
menelan
Kerusakan Defisit
Integritas Perawatan
Kulit Diri
2. Pembedahan
Menurut Ariani (2012) tindakan pembedahan biasanya dilakukan
pada penderita stroke hemoragik. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan,
menghentikan, dan mencegah perdarahan yang terjadi di pembuluh darah
otak. Pembedahan dilakukan saat 24-48 jam pertama pada stadium 1 dan
2. Tindakan bedah akan ditunda jika terjadi vasopasme ( pengerutan )
pembuluh darah otak sebab tindakan bedah akan semakin memperparah
kodisi pasien
3. Medikasi
Menurut Ariani (2012) obat atau terapi pengobatan yang paling
umum untuk stroke antara lain :
a. Anti Trombosis
Antitrombosis mencegah pembentukan bekuan darah yang dapat
menjadi plak di arteri otak dan menyebabkan stroke. Obat anti platelet
mencegah pembekuan dengan menurunkan aktivitas platelet sel darah
yang berhubungan dengan proses pembekuan darah. Obat ini
digunakan untuk pencegahan dan mengurangi resiko stroke iskemik.
Obat tersebut antara lain Aspiri, Clopidogrel, dan Tiklopidin.
b. Anti Koagulan
Antikoagulan mengurangi risiko stroke dengan mengurangi
substansi untuk proses pembekuan darah. Yang paling umum
digunakan antikoagulan warfarin ( dikenal juga sebagai Coumadin)
dan heparin.
c. Trombolitik Agen
Digunakan untuk mengobati stroke rekuren iskemik akut yang
disebabkan oleh oklusi arteri. Obat ini berfungsi melarutkan bekuan
darah yang menghalangi aliran darah ke otak. Penggunaan obat ini
harus hati-hati dan harus dengan pemeriksaan darah lengkap karena
dapat memicu terjadinya perdarahan.
35
d. Neuroprotectants
Merupakan obat-obat yang melindungi sel otakdari cedera
sekunder akibat stroke. Obat ini terbagi dalam kelas, sperti antagonis
Calsium, Antagonis glutamat, Antagonis Opiat, Antiokidan dan
lainnya. Salah satu antagonis calsium, Nimodipine, memiliki efek
mengurangi resiko vasospasme otak.
4. Treatment
Menurut Ariani (2012) adapun perawatan yang bisa dilakukan pada
pasien dengan Stroke Non Hemoragik:
a. Prinsip pengobatan dan perawatan penderita stroke meliputi tiga
aspek, yakni :
1) Penangan fase akut ( emergensi )
2) Perawatan pasien di ruang rawat inap rumah sakit
3) Perawatan dan rehabilitasi pasien stroke di luar rumah sakit
b. Keberhasilan penanganan stroke ditentukan oleh beberapa hal
diantaranya:
1) Kecepatan penderita dirujuk secara aman ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas memadai.
2) Penanganan stroke yang bersifat kerja tim dokter yangm meliputi
ahli saraf, ahli penyakit dalam, ahli radiologi, ahli bedah saraf dan
perawat
3) Serta kelengkapan sarana penunjang diagnostik stroke yang
dimiliki sarana layanan kesehatan
5. Diet
Menurut Untari (2012) makanan yang harus dikonsumsi penderita
harus cukup gizi dan menyehatkan, seperti :
a. Konsumsi sayuran hijau
Sayuran hijau yang kaya akan kandungan kadar folat
ditemukan sayuran pada sayuran brokoli, bayam, daun adas, daun
papaya dan lain-lain. Kandungan kadar folat dapat membantu
mengurangi resiko kemunduran kemampuan bicara.
36
darah anda dan dapat merusak arteri Anda. Jika anda merokok,
berhenti merokok dapat sangat mengurangi resiko anda mengalami
stroke.
b. Tekanan darah tinggi. Pastikan tekanan darah Anda diperiksa
setidaknya sekali setahun. Jika tinggi itu harus diobati. Tekanan darah
tinggi biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat merusak arteri
Jika anda memiliki tekanan darah tinggi, pengobatan tekanan darah
cenderung memiliki efek paling besar untuk mengurangi resiko anda
mengalami stroke.
c. Jika anda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan disarankan.
d. Memiliki kolesterol tinggi.
e. Anda harus berusaha untuk melakukan beberapa aktivitas fisik
moderat beberapa hari dalam seminggu paling sedikit selama 30
menit. Misalnya, berjalan cepat, berenang, bersepeda, menari,
berkebun, dll.
f. Alkohol harus dikurangi atau bahkan harus dihentikan .
g. Jika anda memiliki diabetes, perawatan untuk menjaga kadar gula
darah anda sebagai mendekati normal mungkin penting.
38
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah ke serebral, gangguan oklusif, vasospasme serebral,
edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan
neuromuskuler, kelemahan, paralisis hipotonik, paralisis spastis.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirulasi
serebral, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasia/oral.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
kontrol atau koordinasi otot.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan serta perawatan
(Muttaqin, 2011; Ariani, 2012, Dosen KMBI, 2016; Wilkinson, 2016)
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan sebagai indikator evaluasi asuhan keperawatan
pada penderita Stroke Non Hemoragik adalah :
a. Fungsi serebral membaik dengan: tingkat kesadaran baik
(komposmentis), fungsi kognisi dan fungsi motorik atau sensori
baik, tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
b. Posisi yang optimal dapat dipertahankan: yang dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktur, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dari fungsi bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku
yang memungkinkan melakukan aktivitas, serta mempertahankan
integritas kulit.
c. Masalah komunikasi dapat teridentifikasi, membuat metode
komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan, menggunakan
sumber-sumber dengan tepat.
d. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi, melakukan akativitas perawatan
diri dalam tingkat kemampuan sendiri, mengidentifikasi sumber
pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai.
e. Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan terapeutik,
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.
(Muttaqin, 2011; Ariani, 2012, Dosen KMBI, 2016; Wilkinson,
2016)