Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

LEUKOPLAKIA

Disusun Oleh:
Muhammad Rizki Kamil
G99171029

Pembimbing:
Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
A. Definisi

Dalam beberapa tahun terakhir definisi Leukoplakia menurut WHO telah mengalami
perubahan. Sejak dipaparkan sejak tahun 1978, leukoplakia didefiniskan sebagai bercak atau
plak berwarna putih yang tidak bisa dikategorikan secara klinis maupun patologis sebagai
penyakit lain (WHO, 1978). Kemudian hampir setiap dekade terdapat definisi baru, hingga pada
tahun 1997 definisi Leukoplakia menurut WHO adalah sebuah lesi putih pada mulut yang
dominan yang tidak dapat dekategorikan sebagai lesi definitif lainnya (WHO, 1997). Menurut
Warnakulasuriya (2007) leukoplakia adalah sebuah plak putih dengan risiko peningkatan kanker
mulut dipertanyakan setelah menyingkirkan penyakit atau kelainan yang telah diketahui tidak
meningkatkan resiko kanker.

B. Epidemiologi

Menurut Feller dan Lemmer (2012), prevalensi global leukoplakia berkisar antara 0,5% -
3,46% dan perubahan keganasan dari leukoplakia sekitar 0,7% - 2,9%. Prevalensi pria lebih
signifikan dibandingkan dengan wanita dengan peningkatan kejadian pada pria diatas 50 tahun
(Espinoza, 2003). Leukoplakia meningkatkan risiko kanker sel squamous esophagus dengan
rasio 1,31 (Fan et al., 2014).

C. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi leukoplakia dianggap berupa multifaktor, diantaranya:

1. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan iritasi pada mukosa mulut karena pembakaran
tembakau dan panas yang dihasilkan merupakan senyawa yang dapat menyebabkan
leukoplakia. Mukosa menjadi pucat karena peningkatan keratinisasi dan nodul-nodul
muncul berhubungan dengan hyperplasia pada kelenjar terkait, retensi saliva, dan
fibrosis.

2. Maloklusi, gigitan kronis pada mukosa pipi, dan kerusakan gigi dapat secara konstan
mengiritasi mukosa.
3. Konsumsi alkohol karena dapat menyebabkan iritasi pada lapisan mukosa mulut.

4. Defisiensi vitamin A dan B

5. Penderita sifilic glossitis

6. Kehadiran Candida albicans yang merupakan flora normal pada rongga mulut juga
dilaporkan berhubungan dengan leukoplakia

(Harris, 2017)

D. Klasifikasi

Pindborg mengklasifikasikan leukoplakia pada dua tipe utama:

1. Leukoplakia homogen

2. Leukoplakia non homogen

Leukoplakia homogen atau leukoplakia simpleks memiliki lesi datar seragam, tipis, dan
umumnya berwarna putih. Permukaan lesi dapat lembut, keriput atau bergelombang. Lesi ini
asimptomatik dan menunjukan resiko sangat rendah untuk transformasi keganasan. Non
homogeny leukoplakia berupa campuran lesi-lesi putih dan merah berhubungan dengan
komponen eritromatous. Paisen mengeluh nyeri, gatal, dan tidak nyaman. Lesi ini menunjukan
resiko tinggi untuk transformasi keganasan.

Proliverative Verrocous Leukoplakia (PVL) merupakan jenis leukoplakia yang agresif.


Diawali dengan adanya hyperkeratosis simple tanpa displasia epitel, diikuti dengan hyperplasia
verrocous, verrucous carcinoma, dan diakhiri dengan carcinoma konvensional. Oral hairy
leukoplakia (OHL) merupakan jenis leukoplakia yang berhubungan dengan Epstein-Barr virus
(EBV) dan berhubungan dengan keadaaan AIDS. Lesi ini terlihat pada batas lateral lidah, jarang
pada mucosa buccal, dengan gambaran lesi yang meninggi, bergelombang, dan permukaan
berbulu (Abdillah, 2014).
Berdasarkan ukuran lesi, klinis dan tingkatan patologis, WHO merumuskan klasifikasi

leukoplakia sebagai berikut (Warnakulasuriya, 2007):

Ukuran lesi Klinis Patologis


Lx- ukuran tidak spesifik C1- Homogen Px- Tidak spesifik
L1- kurang dari 2 cm, single/multiple C2- Nonhomogen P0- Tidak ada displasia epitel
L2- 2-4 cm, single/multiple P1- Displasia epitel jelas
L3- lebih dari 4 cm, single/multiple
Staging Klinis Patologis
Stage 1 L1P0 L1C1
Stage 2 L2P0 L2C1
Stage 3 L3P0 L3C1
Stage 4 L3P1 L3C2

E. Diagnosis

Terdapat beberapa rekomendasi mengenai alur penegakan diagnosis leukoplakia,


diantaranya dengan menggunakan diagram skematis yang dapat membantu pengenali
leukoplakia dengan cara mengeliminasi penyakit-penyakit mukosa lain (Warnakulasuriya, 2007).
Plak putih

Eksklusi dari kondisi/penyakit/kelainan


lain yang telah diketahui berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan

Diagnosis klinis
sementara leukoplakia

Biopsi:
Konfirmasi penyakit lain yang
Menyingkirkan penyakit
telah diketahui
lain yang telah diketahui

Leukoplakia dengan Revisi diagnosis pada


displasia penyakit lain
Leukoplakia tanpa
displasia

Skema diagnosis leukoplakia.

F. Terapi

Manajemen penanganan leukoplakia adalah untuk mendeteksi dan mencegah


transformasi menjadi keganasan. Pertama-tama dengan penghentian aktivitas beresiko seperti
merokok hingga dibutuhkannya evaluasi secara histologis. Derajat displasia dapat membantu
dalam pemilihan terapi. Leukoplakia resiko keganasan rendah (tidak ada displasia atau displasia
sederhana) dapat dilakukan pembuangan lesi baik secara keseluruhan ataupun tidak. Pilihannya
tergantung faktor lain seperti lokasi, ukuran, dan keterlibatan pasien dengan merokok.
Keberadaan displasia epitel sedang atau berat disarankan dengan penanganan operatif (Napier,
2008).

Penanganan operatif dapat mengunakan bedah konvensional, elektrokauterisasi, atau


cryosurgery. Leukoplakia kambuhan setelah penangan bedah eksisi bedah dapat terjadi pada
lebih dari 10% kasus. Cryotherapy tidak dianggap sebagai terapi lini pertama dari leukoplakia
sebab memiliki resiko timbulnya jaringan parut pascaoperasi dan menyebabkan kontraksi
jaringan. Perawatan medis menggunakan agen kemopreventif lokal dan sistemik seperti vitamin
A dan retinoid, beta karoten, likopen, ketorolac (obat kumur), bleomycin lokal dan campuran teh
yang digunakan secara topikal atau sistemik bermanfaat dapat mengurangi lesi. Pilihan lain
adalah pengamatan terhadap leukoplakia secara klinis dan histologis tanpa pengobatan lain.
Pilihan ini digunakan untuk mengamati transformasi keganasan dan memperkirakan pengobatan
spesifik berikutnya (Lodi, 2008).
Daftar Pustaka

Abidullah, M., Kiran, G., Gaddikeri, K., Raghoji, S., & Ravishankar T, S. (2014). Leuloplakia -
Review of A Potentially Malignant Disorder. Journal of Clinical and Diagnostic
Research : JCDR, 8(8), ZE01–ZE04. http://doi.org/10.7860/JCDR/2014/10214.4677

Espinoza I, Rojas R, Aranda W, Gamonal J. Prevalence of oral mucosal lesions in elderly people
in Santiago, Chile. J Oral Pathol Med 2003; 32:571-5.
Fan JH, Wang JB, Qu CX, et al. Association between oral leukoplakia and upper gastrointestinal
cancers: a 28-year follow-up study in the Linxian General Population Trial. Oral Oncol.
2014 Oct. 50 (10): 971:5

Feller L, Lemmer J. Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review. Int J Dent 2012;
2012: 540561.
Harris CM. 2017. Oral Leukolakia. Medscape, WebMD dilihat pada 22 Oktober 2018, <
https://emedicine.medscape.com/article/853864-overview>
Lodi G, Porter S – Management of potentially malignant disorders: evidence and critique. J Oral
Pathol Med 2008; 37:63-69

Martorell-Calatayud A, Botella-Estrada R, Bagán-Sebastián JV, Sanmartín-Jiménez O, Guillén-


Baronaa C. Oral leukoplakia: Clinical, histopathologic, and molecular features and
therapeutic approach. Actas Dermosifiliogr 2009;100:669-84.
Napier SS, Speight PM – Natural history of potentially malignant oral lesions and conditions: an
overview of the literature. J Oral Pathol Med. 2008; 37:1-10

Pindborg JJ, Reichart PA, Smith CJ, Van der Waal I. World Health Organization International
Histological Classification of Tumours. Histological typing of cancer and precancer of the
oral mucosa. Berlin: Springer, 1997

Warnakulasuriya S, Johnson NW, can der Waal I. (2007). Nomenclature and classification of
potentially malignant disorder of oral mucosa. Journal of Oral & Pathology Medicine, 36:
575-580
World Health Organization Collaborating Centre for Oral Precancerous lesions. Definition of
leukoplakia and related lesions: an aid to studies on oral precancer. Oral Surg Oral Med
Oral Pathol 1978; 46: 518–39.

Anda mungkin juga menyukai