Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN

Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk
memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga
membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada
puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai
yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati
beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi.

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti


mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian,
dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi,
serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan,
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi,
mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Stainer juga
menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah
yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap
permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.

Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan mempunyai kaitan
dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan
menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu social, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari
ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi
keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan
memecahkan permasalahan organisasi. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi social dan
budaya manusia dalam suatu organisasi.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang mempelajari


hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi yang mempelajari hubungan
antara perilaku manusia dengan system akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah system
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang uas yang meliputi system pengendalian,
system penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti
desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta serta
pelaporan keuangan. Secara lebih rinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi :

1.Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan


penggunaan system akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti bagaimana
sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan
desain organisasi.
2.Mempelajari pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana system akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan keputusan,
kepuasan kerja dan kerja sama.

3.Metode untuk memprediksi perilaku dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana system akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku.

Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science),teori-teori akuntansi


keperilakuan dikembangkan dari ilmu keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris
ayas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam
pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di
bidang akuntansi sangat luas sekali, tidak hanya meliputi bidang akuntansi manajemen saja,
tetapi juga menyagkut penelitian dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), system
informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.

Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan untuk
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk memandang
secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial Menurut Robbins (2003),
Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama
dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan
perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda
mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu
bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap
stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan
ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai
suatu organisasi.
Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang
mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami
perilaku individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan
tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi
konseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan perhatian
mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi
peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan
manusia-manusia sesamanya.
Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik
dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.
Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan
fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu
dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang
berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola
komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses
pengambilan keputusan kelompok.
Pada bab ini fokus pada perubahan faktor sosiologi ke factor psikologi dan psikologi sosial.
Faktor ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran dan
personalitas. Sasaran pembelajaran dari psikologi dan psikologi sosial adalah sebagai berikut:
1. Sikap/Prilaku
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Pembelajaran (learning )
5. Kepribadian

B.PEMBAHASAN

1.SIKAP/PERILAKU

Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada orang, objek,
ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk menggabungkan seluruh objek
terhadap seseorang yang mungkin bereaksi. Sikap dipelajari, dibangun dengan baik, dan sulit
untuk diubah. Seseorang belajar tentang/ mendapat sikap dari pengalaman pribadi, orang tua,
teman sebaya, dan kelompok sosial.

Akuntansi keperilakuan harus tahu tentang sikap untuk memahami dan memprediksi perilaku
seseorang. Akuntansi keperilakuan mungkin juga berkepentinagn dalam sikap para karyawan
terhadap sebuah paket kompensasi yang diusulkan, sikap auditor internal terhadap
pengenalan paket perangkat lunak yang baru, dan sikap pelanggan terhadap sebuah
perubahan pengemasan.

a.Komponen Sikap
Sikap memiliki komponen kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen kognitif
disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan slah satunya mengenai objek sikap
komponen emosional atau afektif mengarah pada perasaan terhadap objek sikap. Perasaan
positif meliputi rasa suka, hormat, atau empati. Perasaan negative termasuk rasa tidak suka,
rasa takut, atau benci. Komponen keperilaku mengarah pada bagaimana seseorang bereaksi
terhadap objek sikap.

b.Kepercayaan, Pendapat, Nilai, Dan Kebiasaan


Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep kepercayaan, pendapat, nilai, dan
kebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin didefenisikan sebagai komponen kognitif atas
sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada dugaan bukti ilmiah, atas prasangka atau
sebaih intuisi. Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan sebagai sinonim untuk sikap
dan kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih sempit dari
sikap. Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan komponen kognitif atas
sikap dan dikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai atau mengevaluasi sebuah objek.

Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar keperilakuan. Nilai adalah dan perasaan
dasar yang mana orang-orang mengorientasikan diri mereka ke arah sasaran yang lebih tinggi
dan mereka membedakan apa yang bermanfaat dan indah dari apa yang jorok dan tidak
sopan. Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.

Kebiasaan adalah pola yang tanpa disadari, otomatis, dan berulang dari tanggapan perilaku.
(Siegel;1989:29)
c.Fungsi Sikap
Sikap memberikan empat fungsi utama :

1. Pemahaman/pengetahuan/fungsi membantu seseorang memberi arti, menyusun  pengertian


dari, informasi atau kejadian baru.

2. Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang cenderung untuk membentuk sikap positif
terhadap objek saat memperoleh apa yang mereka inginkan dan bersifat negative terhadap
objek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

3. Pembelaan diri melalui pengembangan atau perubahan untuk melindungi orang dari dasar
pengakuan kebenaran tentang diri mereka atau dunia.

4. Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri mereka


melalui sikapnya.

d.Pembentukan dan Perubahan Sikap.


Pembentukan sikap mengarah pada pengembangan sebuah sikap terhadap sebuah objek
ketika tidak terdapat sikap sebelumnya. Perubahan sikap mengarah pada penggantian sebuah
sikap yang telah ada sebelumnya dengan sikap baru. Sikap terbentuk atas dasar factor
psikologi, pribadi/personal, dan sosial

e.Teori Perubahan Sikap


Teori perubahan sikap membantu kita memperkirakan permohonan apa yang paling efektif,
yang mana sikap kemungkinan besar berubah sebagai hasil dari permohonan, dan dalam
keadaan tersebut yang mana sebuah permohonan tidak menjadi efektif. Kita harus mengingat
bahwa sikap mungkin berubah tanpa dorongan dari luar. Sebagai contoh, jika seseorang
diarahkan terhadap informasi baru mengenai objek, maka perubahan sikap mungkin
 
dihasilkan. Karyawan yang setia yang mempelajari bahwa karyawan keuangan puncak
perusahaan telah menggelapkan dana untuk beberapa tahun yang lalu mungkin mengubah
kecenderungannya terhadap perusahaan, eksekutif perusahaan secara umum, dan
pekerjaannya sendiri.

 Teori Stimulus-Respon dan Penguatan


Teori stimulus-respon dan penguatan atas perubahan sikap fokus pada bagaimana
seseorang menanggapi stimulus khusus. Penempatan teori lebih menegaskan komponen
stimulus dari  pada respon.

 
 Teori Penilaian Sosial 
Teori penilaian sosial dari perubahan sikap mengambil sebuah pendekatan
pandangan/persepsi. Teori ini mempertimbangkan perubahan sikap sebagai sebuah
hasil dari  perubahan bagaimana orang-orang merasa sebuah objek lebih baik dari pada
sebuah  perubahan akan objek tersebut. Teori menekankan bahwa kita dapat
menciptakan perubahan kecil dalam sikap individu jika kita mengetahui struktur sikap
seseorang saat ini dan jika kita membuat pemohonan untuk berubah dengan cara sedikit
mengancam.

 Teori Konsistesi dan Ketidaksesuaian


Beberapa teori perubahan sikap mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk
mempertahankan sebuah konsistensi, atau kesesuaian, antara sikap dan perilaku
mereka. Teori ini menegaskan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang. Teori
konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilakU adalah seimbang
ketika tidak terdapat stress kognitif dalam system. Teori Ketidaksesuaian adalah sebuah
variasi dari teori konsistensi. Teori ini berkaitan dengan hubungan antara unsure
kognitif (informasi, kepercayaan, dan gagasan). Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika
seseorang mempunyai dua kondisi yang bertentangan.

 Teori Persepsi Diri


Teori ini menyatakan bahwa orang-orang mengembangkan sikap mereka berdasarkan cara
mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilakunya.. dengan kata lain, teori
menempatkan bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi lebih kepada sikap dibentuk
setelah perilaku terjadi sehingga sikap akan menjadi konsisten dengan perilaku. Teori
ungsional menyatakan bahwa sikap membantu orang untuk memperoleh kebutuhannya,
seperti diskusi ada awal bab. Sehinggan untuk mengubah sikap sesorang kita harus
menemukan apa kebutuhan dari orang tersebut.
2.MOTIVASI

Motivasi adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu. Motivasi
adalah kunci untuk memulai, manjalankan, memelihara dan mengarahkan perilaku. Motivasi
juga terkait dengan reaksi subjektif yang terjadi selama proses ini. Manajer dan akuntan
perilaku harus memotivasi orang-orang pada level ini pada kinerja yang diharapkan agar
tujuan organisasi tercapai. (Siegel;1989:34)

Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas organisasi
tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan bekerja. Manajer dan
akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat performa yang diharapkan ini agar
sasaran organisasi dapat dicapai. Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan pross
motivasi. Sebagai contoh, beberapa orang menginginkan uang, sementara yang lain
menginginkan kekuasaan, ketenaran, atau keamanan.

Motif adalah sifat alami seseorang. Orang dari keluarga yang sejahtera mungkin mencari
pekerjaan yang memberikan rasa pencapaian/prestasi dan harga diri. Orang lain dari keluarga
miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekhawatiran
keuangan.

 Teori Kebutuhan
Sebagaimana yang kita ketahui mengenai teori motivasi yakni teori hirarki kebutuhan
Maslow. Teori ini digunakan dimana seseorang termotivasi oleh hasrat mereka untuk
memenuhi hirarki kebutuhan yang diinginkan: kebutuhan-kebutuhan dasar psikologi,
kebutuhan-kebutuhan social dan kepemilikan (pertemanan dan cinta), kebutuhan atas
penghargaan diri (dihargai, pengakuan, kekuatan, dan status) dan kebutuhan akan aktualisasi
diri (pemenuhan akan potensi yang dimiliki).

Berdasarkan teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan yang diinginkan dari
yang paling rendah sampai kebutuan yang paling tinggi, hal ini menjadi penting dalam
mengarahkan prilaku. Hal ini tidak sepenuhnya bahwa kebutuhan yang paling rendah
merupakan kepuasan yang lengkap dan selanjutnya menjadi kebutuhan yang lebih tinggi.
 
Teori tersebut juga merupakan salah satu kepuasan yang diperlukan dan bukan pemotivator
dalam jangka lama.

Konsep hirarki kebutuhan tidak akan didukung dengan baik hanya dari penelitian empiris.
Hal ini terjadi karena di Amerika Serikat, dimana banyak penelitian telah ada yang
menghubungkan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah lebih pada kepuasan. Beberapa
peneliti-peneliti bertanya akan gagasan mengenai struktur kebutuhan manusia yang kompleks
dimasukkan dalam hirarki yang diinginkan. Kritik lainnya berpendapat bahwa teori tersebut
tidak dapat memprediksikan suatu prilaku.

Walaupun terdapat kelemahan, teori kebutuhan Maslow adalah penting bagi para manajer dan
prilaku akuntan untuk diketahui karena hal itu memusatkan perhatian pada kebutuhan
individu dan pengakuan yang serupa dengan pemberian insentif yang mungkin tidak hanya
merupakan kepuasan yang menjadi kebutuahan setiap orang.

Konsep ERG merupakan sebuah peningkatan dari hirarki kebutuhan. Konsep tersebut
mengusulkan tiga kategori kebutuhan: keberadaan (hasrat fisik dan materi), hubungan
kekerabatan (pertemanan dan kepemilikan) dan pertumbuhan (pengembangan personal dan
pemenuhan diri). Hal ini berbeda dengan hirarki kebutuhan Maslow bahwa tidak dengan
mudah memenuhi kebutuhan baik yang paling tinggi maupun rendah dan walaupun hal
tersebut dapat memberikan kepuasan, sama halnya dengan kebutuhan yang menjadi motivasi
yang dominan. Sebagai contoh, seorang eksekutif yang frustasi akan usahanya dalam
pemenuhan kebutuhan berupa keakraban mungkin dapat termotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tambahan gaji.

Teori kebutuhan yang ketiga dalam motivasi yakni teori kebutuhan atas penghargaan oleh
McClelland yang mengemukakan semua motif, termasuk kebutuhan untuk penghargaan yang
sedang dipelajari. Karenanya, waktu kritis untuk mengembangkan motivasi ini adalah sejak
kanak-kanak yang memungkinkan untuk pembelajaran struktur sampai anak-anak, dan
selanjutnya meningkatkan harapan mereka dan mengembangkan kebiasaan bekerja untuk
mengaktualisasikan harapannya. Ketika kebutuhan akan penghargaan adalah penting bagi
kesuksesan bisnis, seseorang dengan  posisi eksekutif yang tinggi juga memiliki kebutuhan
yang kuat untuk kekuasaan. Dengan demikian, teori kebutuhan untuk penghargaan tidak
membantu kita untuk menjelaskan motivasi untuk semua orang dan seharusnya digunakan
dalam kombinasi bersama dengan teori lainnya untuk mengerti akan pemenuhan motivasi.

Teori 2 Faktor Hezberg berfokus pada dua bagian dari imbalan atas kerja; yaitu upah yang
berhubungan dengan kepuasan pekerjaan (pemotivasi) dan yang berhubungan dengan
ketidakpuasan pekerjaan (factor hygiene). Pemotivator, yang berhubungan dengan bagian
dari pekerjaan, termasuk di dalamnya promosi, pengakuan, tanggung jawab, pekerjaannya,
dan potensi untuk pengaktualisasian diri. Faktor hygiene, yang berhubungan dengan bagian
dari pekerjaan, atau lingkungan dimana pekerjaan tersebut dilakukan, termasuk di dalamnya
keamanan dalam bekerja, gaji, aturan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan personal
dalam bekerja.

Teori ini bagi motivator dapat menghubungkan kepuasan kerja tapi juga ketidakpuasan.
Faktor hygienis berhubungan dengan kepuasan tetapi juga ketidakpuasan. Dengan demikian,
karyawan termotivasi oleh sesuatu seperti pengakuan dan kemajuan dalam perusahaan.
Peningkatan gaji tidak akan memotivasi, itu hanya untuk melindungi ketidakpuasan kerja.
 Teori Ekspektasi
Teori ekspektasi terhadap motivasi diasumsikan bahwa pada level ini, motivasi dalam
melakukan tugas bergantung pada kenyakinannya mengenai imbalan atas tugas tersebut.
Dengan kata lain, struktur motivasi ada ketika pengharapan seseorang atas penerimaan
imbalan atas kinerja dari tugas yang dilakukannya masing-masing.

Pada umumnya, motivasi adalah hasil dari harapan, instrument, dan Valance. Ekspektasi
memberikan kemungkinan yang dirasakan bahwa tindakan spesifik akan menghasilkan
sebuah hasil yang spesifik. Sebagai contoh, karyawan-karyawan mungkin percaya bahwa
kinerja yang memuaskan akan dihasilkan dengan promosi. Valance adalah kekuatan dimana
seseorang merasa untuk bagian dari hasil. Sebagai contoh, bagaimanakah pentingnya promosi
bagi karyawan ? Instrumen menunjukkan efek kausal dari hasil awal pada hasil-hasil yang di
masa depan. Sebagai contoh, sebuah valansi memiliki nilai karena merupakan hasil dari
harapan yang dipercayai sebagai instrument yang memberikan hasil lainya. Keinginan
karyawan untuk promosi mungkin dapat dilihat sebagai instrumen yang ditransfer ke kantor
pusat.

Teori distinguish antara imbalan interistik dan imbalan ekstristik. Imbalan intristik adalah
kreasi internal dan dihasilkan dari melakukan pekerjaannya sendiri, meliputi perasaan untuk
memperoleh penyelesaian dari melakukan pekerjaan dengan baik atau perasaan puas ketika
proyek telaksana dengan lengkap dan sukses. Imbalan ekstrinsik meliputi upah, pengakuan,
keamanann kerja, dan promosi yang mewakili pembayaran atas kinerja. Teori motivasi yang
digunakan adalah sebuah fungsi antara kedua imbalan intrinsic dan ekstrinsik.
3.PERSEPSI

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi ( Miftah Thoha: 1996. hal.123)

Persepsi adalah bagaimana seseorang memandang atau menginterpretasikan kejadian, tujuan,


dan manusia. Tindakan manusia yang didasarkan tanpa memperhatikan persepsi lainnya yang
secara akurat maupun tidak mencerminkan realitas. Pada kenyataannya, realitas adalah apa
yang setiap orang rasakan untuk melakukannya. Deskripsi seseorang terhadap suatu realitas
mungkin jauh dari deskripsi dari orang yang lain. Definisi formal dari persepsi adalah proses
dimana kita menseleksi, mengorganisir, dan dorongan interpretasi ke dalam pemikiran dan
koheren dengan gambaran dunia.

Para manajer dan prilaku akuntansi harus mengembangkan persepsi yang akurat bagi
seseorang yang mereka anggap ideal. Perbedaannya bahwa mereka merasa antara kunci dari
sekelompok orang dapat memberikan sejumlah kesuksesan atau ketidaksuksesan operasi.
Sebagai contoh, sebuah rencana manajer harus mengembangkan persepsi masing-masing
pembimbing, pelanngan utama, kesatuan pekerja, penjualan yang representatif, dan manajer-
manajer lainnya. Rencana manajer harus mampu mengoreksi kekuatan maupun kelemahan
dari setiap pembimbing dalam lingkungan tersebut.
Prilaku para akuntan perlu mengetahui tentang persepsi karena persepsi tersebut mem bentuk
seseorang untuk berkembang ke dalam ide dan sikapnya mempengaruhi prilaku. Jika dapat
mengembangkan potensi karyawan bagi perusahaan dengan promosi dan kompensasi yang
adil, bahwa seseorang yang bergabung dalam perusahaan dan menjadi pekerja yang
memuaskan. Jika aturan yang diberikan tidak adil, maka calon karyawan yang bergabung
bersama perusahaan lainnya atau lebih sedikit dari total pekerja yang produktif. Beberapa
pengaplikasian berdasarkan persepsi yang telah didiskusikan sebelumnya.
 
Dorongan Fisik Vs Kecenderungan Individu

Pengalaman seseorang di dunia berbeda-beda karena adanya kemandirian persepsi antara


kedua dorongan fisik dan kecenderungan individu. Dorongan fisik merupakan masukan dari
pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, dan berbicara. Kecenderungan individu
termasuk tujuan, kebutuhan, sikap, pembelajaran masa lalu dan harapan. Persepsi berbeda
oleh setiap orang karena kemampuan pancaindera dalam merespon mungkin memiliki fungsi
yang berbeda, tetapi pada dasarnya karena kecenderungan yang berbeda. Dengan demikian,
kesamaan aturan perusahaan akan mengakibatkan penangkapan yang berbeda oleh pekerja
produksi, manajer menengah, dan top manajemen.

Empat faktor lainnya yang diasosiasikan dengan kecenderungan individu adalah


kekeluargaan, perasaan, kepentingan dan emosi. Pada umumnya orang merasa tujuan
sederhana lebih cepat daripada tujuan yang tidak sederhana. Sebagai contoh jika kita ketahui
bahwa manajer baru merupakan seorang anggota pada The Elks atau Lions, hubungan
kekeluargaan dalam organisasi dapat berdampak lebih baik walaupun tidak semudah itu
anggota Tutles atau Tiger, kehilangan kekeluargaan dalam organisasi akan mengakibatkan
pengembangan persepsi yang lebih lambat.

Perasaan seseorang terhadap suatu tujuan atau seseoarang juga berefek pada persepsi. Ini
merupakan sebuah tendensi bagi seseorang untuk mencari lebih banyak informasi mengenai
tujuan terhadap yang mereka pegang sebagai kekuatan positif atau perasaaan negatif. Secara
sederhana, yang lebih penting adalah manusia atau tujuannya, informasi lebih yang
ditunjukkan. Pada dua kasus, informasi lebih yang didapatkan tentang sebuah tujuan, persepsi
yang lebih lengkap dari tujuan.

Akhirnya, kondisi emosional seseorang dapat memberikan efek pada persepsi. Persepsi
mungkin dapat bergantung secara masing-masing, apakah kita telah memiliki hari yang baik
atau hari yang buruk, apakah perasaan riang gembira atau depresi dan selanjutnya.

Penyelesaian, Pengorganisasian, dan Dorongan Interpretasi

Persepsi yang telah dikemukakan di atas merupakan proses dimana kita menyeleksi,
mengorganisasi, dan menginterpretasikan dorongan. Kita tidak hanya untuk merasakan
sedikit dari bagian untuk semua dorongan yang kita perlihatkan. Jadi secara sadar atau tidak
sadar, kita menyeleksi apa yang kita rasakan. Biasanya kita melakukan seleksi untuk
mempersepsikan sesuatu yang kita temukan lebih menarik atau lebih penting.

Apa yang kita seleksi untuk perasaan yang secara khas bergantung pada sifat dari dorongan,
harapan kita dan motiv kita. Sifat dari dorongan yang dimaksudkan seperti factor-faktor
seperti atribut fisik, desain, dan dorongan lainya yang berlainan, “buzz words” dan nama
-nama cabang. Harapan merupakan dasar dari pengalaman yang kita rasakan dan kita
kondisikan. Secara frekuensinya, kita melihat apa yang kta harapkan terjadi dan termotivasi
untuk merasakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Sebagai contoh, ketergantungan pada
kebutuhan-kebutuhan atau harapan-harapan, kita tidak hanya melihat “baik” atau “buruk”
dari situasi-situasi yang berbeda.

Biasanya seseorang mencari simpati dari luar dan dorongan atas kesenangan dan menghindari
rasa sakit atau dorongan yang berupa ancaman. Mereka mungkin seperti tidak merasa
penting, mungkin kehilangan informasi bahwa hal itu bukan suatu konsistensi terhadap
kepercayaan yang berlebih-lebihan atau sederhana “turn off” untuk melindungi dirinya dari
dorongan yang bombarder.

Persepsi Relevan Untuk Akuntan

Akuntan perilaku dapat mengaplikasikan pengetahuaan akan persepsinya ke dalam aktivitas-


aktivitas perusahaan. Misalnya, dalam evaluasi kinerja, tata cara dimana seseorang dihargai
dipengaruhi oleh akurasi dari persepsi supervisor. Dalam keputusan seleksi karyawan
manajer haruslah sensitif terhadap kemungkinan bahwa keputusan mereka mungkin saja
biasa terhadap kesan pertama yang berpengaruh atau tidak.

Selalu terdapat risiko dalam mengambil keputusan bisnis. Keputusan manajer tergantung
pada risiko yang mereka tetapkan dan toleransinya pada risiko. Seseorang yang mengambil
risiko tinggi cenderung menjadi "kelompok sempit". Dan mereka yang mengambil risiko
rendah adalah "kategori luas", yang memilih wilayah lebih luas dari alternatif.

4.PEMBELAJARAN ( LEARNING )
Pola pemikiran dan keprilakuan yang orang bawah ke dalam lingkungan kerja mereka yang
merefleksikan pengalaman, persepsi, dan motivasi mereka. Pola keperilakuan ini bias
sehingga tidak optimal terhadap organisasi. Untuk itu perilaku akuntan harus akrab dengan
hal yang bersifat prinsip dengan teori pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses di mana
perilaku yang baru terjadi sebagai hasil motivasi, pengalaman, dan pengulangan pada respon
untuk situasi tertentu. Kombinasi motivasi, pengalaman, dan terjadi pengulangan dalam
bentuk kondisi klasik dan operasional
 
Kondisi Klasik (Pavlov’sDog)
 
Pavlov mengamati anjing yang mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makan tetapi juga
ketika mereka mengamati makanan. Makanan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan
menyebabkan tanggapan keperilakuan yang tidak sesuai terjadi. Pada pengalamannya, Pavlov
pertama kali membunyikan bel kemudian memberi makan anjing. Pertama anjing hanya
mengeluarkan air liur ketika diperlihatkan makanan. Tetapi setelah perlakuan demikian
dilakukan berulang-ulang, anjing akhirnya mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi. Pada
kasus ini bel (ransangan) diikuti dengan respon yang sesuai kondisi. Hubungan antara sebuah
ransangan dengan respon yang sesuai kondisi disebut Classical Conditioning.

Operant Conditioning

Pada classical conditioning rangsangan murni diikuti oleh sebuah balasan di mana
menghasilkan respon. Pembelajaran yang bersifat prinsip telah diaplikasikan pada
kebanyakan organisasi. Hasilnya dalam bentuk pengatuan bonus dan penghargaan lainnya
yang telah dibangun untuk memperbaiki produktifitas, mengurangi perbaikan dan
ketidakhadiran dan membuat karyawan lebih tanggap kepada kebutuhan konsumen.

5.KEPRIBADIAN

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis dari dalam diri. Yang menentukan dan
merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya. Tidak ada dua orang
yang memiliki persamaan dalam karakter pribadi secara khusus. Aplikasi utama dari teori
kepribadian dalam organisasi merupakan prediksi keperilakuan. Pengujian personalitas dapat
menentukan siapa yang lebih efektif dalam tekanan pekerjaan, siapa yang merespon dengan
baik setiap kritikan, siapa yang pertama kali dipuji sebelum berbicara tentang perilaku yang
tidak diinginkan, siapa yang memiliki kemampuan memimpin, siapa yang senang bekerja
berpartisipasi dalam lingkungan kerja.

Penentu Kepribadian

Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua
pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi.
 
a.Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian
seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.

b.Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya
dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga, temam-
teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialmi.

c.Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada
kondisi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai