Pembimbing:
drg. Iin Eliana, M.Kes
Disusun oleh :
Kelompok tutorial V
Anggota :
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial oral
sarana untuk lebih mendalami materi tentang diagnosa pada bidang penyakit
1. drg. Iin Eliana, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih
kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami
juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk
pendalaman pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan pada penyakit
dentomaksilofasial ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur diagnosis pada
bidang penyakit mulut.
2. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan faktor etiologi
pada kasus skenario.
3. Mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan dari kasus
skenario
4. Mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang dan
pembacaan hasil lab nya.
5. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis dari kasus skenario
SKENARIO III
ILMU PENYAKIT MULUT
Pak Rizal, usia 50 tahun, datang dengan keluhan sariawan pada
lidah yang tidak sembuh- sembuh tanpa diketahui penyebabnya,
sejak satu bulan yang lalu. Sudah diobati dengan albothyl tapi ti dak
ada perbaikan. Sebelumnya penderita sering sariawan dengan
lokasi berpindah2 tanpa diketahui penyebabnya, kadang muncul
saat penderita kurang istirahat, namun yang muncul kali ini paling
parah.
Klinis:
- BMI : 17
- Lateral Lidah : ulser, single, diameter 15 mm, tengah putih, tepi
kemerahan, sakit
- Mukosa pipi ki/ka : garis putih, setinggi oklusal gigi, tidak dapat
dikerok, tidak sakit
5
BAB II
PEMBAHASAN
Meliputi :
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. Nomer telpon
f. Status perkawinan
g. Ras (suku bangsa)
a. Keluhan.
6
Bila ada lebih dari 1 keluhan, keluhan utama harus ditangani
terlebih dahulu, diikuti dengan keluhan lainnya berurutan ke bawah
sesuai dengan tingkat keseriusannya. Ada beberapa pertanyaan
dasar yang harus diajukan untuk memastikan ciri – ciri keluhan :
1. Lokasi
2. Kapan pertama kali diketahui
3. Kapan kehadirannya
c. Pembengkakan
Keberadaan dan keparahan pembengakakn yang terus menerus
dapat ditentukan oleh klinisi pada saat pemeriksaan. Dalam
sejumlah kondisi, pembengkakan mungkin episodik dan tidak ada
pada saat pada pasien datang. Dalam keadaan demikian, pasien
harus ditanya untuk menggambarkan basarnya pembengkakan
misalnya apakah ukurannya sebesr kacang polong, jagung atau biji
kenari, waktu terjadinya serta kecepatan pertumbuhannya.
Kesadaran pasien akan pembengakakan itu harus dicatat.
d. Ulserasi/lesi
bila pasien mengeluh tentang adanya luka di RM (ulserasi/lesi).
Selanjutnya pasien ditanya tentang
7
- asal usul ulser tersebut
- apakah ulserasai baru terjadi untuk pertama kalinya atau apakah
sebelumnya sudah pernah timbul
-perkembangannya
-gejala nya
-riwayat sebelumnya (apa sudah pernah mengalami/ kekambuhan).
Dalam kasus ulserasi yang berulang, informasi yang harus
didapatkan dalah mengenai
-lokasi
-jumlah
-frekuensi, serta
-lamanya (durasi luka).
5. Riwayat keluarga
8
Dijumpai ada beberapa kasus penyakit yang merupakan penyakit
keturunan atau ada hubungannya dengan keluarga
6. Riwayat dental
Riwayat dental harus mencakup perincian pola pertumbuhan gigi, tipe
dan umur gigi palsu dan serta kapan dipakainya.
Rincian tiap setiap ortodonti lepasan atau cekat harus dicatat. Hal ini
sangat membantu dalam memastikan apakah keluhan itu ada
hubungannya dengan gigi sebelumnya.
Bagi pasien yang menggunakan protesa, pertanyaan mengenai
kebersihan protesa harus diajukan, termasuk rincian dari cair an yang
digunakan untuk membersihkan dan merendam protesa pada mal am
hari. Perlu juga diketahui apakah pasieen memeriksakan diri secara
teratur atau tidakkarena hal ini dapat memberikan persepektif tentang
arti kesehatan mulut bagi dirinya.
9
Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati
pasien pada saat pencatatan riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan –
kelainan dapat dilihat dengan jelas, misalnya kelumpuhan saraf
kranial, pembengkakan wajah atau ruam – ruam kulit. Mengamati
frekuensi kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna bagi
dokter, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya xenophthalmia.
Apabila pasien jelas – jelas, ini mungkin menunjukkan adanya
kekacauan psikologis. Tak ada metode pemeriksaan klinis tertentu
yang bisa dianggap lebih benar, intinya semua pemeriksaan dilakukan
secara cermat. Pemeriksaan klinis dapat dibagi atas pemeriksaan
kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan rongga mulut dan
sekitarnya (intra oral dan ekstra oral). Pemeriksaan klinis ini bisa
dilakukan dengan cara : inspeksi/visual, palpasi, auskultasi dan
diaskopi
Selalu mulai dengan pemeriksaan ekstra oral kepala dan lehe r. Pada
beberapa kasus, informasi klinis yang diperoleh sangat berharga dalam
menentukan etiologi dan perjalanan penyakit mulut pada pasien yang
mencari perawatan. Sebagai contoh, manifestasi oral utama si ndrom
hamartoma adalah adanya papiloma oral multipel. Pemeriksaan
histopatologi melalui spesimen biopsi pada pasien tersebut tidak
menunjukkan perubahan karakteristik mikroskopik tertentu; meski
demikian, adanya trikolemoma yang dikaitkan dengan sindrom
tersebut dapat menegakkan diagnosis. Perubahan pigmentasi mukosa
rongga mulut (seperti yang terlihat pada insufisiensi korteks adrenal,
sebagai efek samping terapi minosiklin) memiliki kemiripan satu sama
lain di kulit kepala dan leher.
1. Pemeriksaan Kesehatan umum
Meliputi penampilan umum pasien, yaitu cara berjalan, adanya
deformitas fisik, dsb. Selain itu juga diperiksa tanda vital, meliputi
temperatur, denyut nadi, pernafasan, tekanan darah.
10
2. Pemeriksaan Kesehatan Rongga mulut dan sekitarnya
a. Pemeriksaan Ekstraoral
Meliputi Simetri wajah, tekstur kulit, mata, pergerakan
mata, hidung, TMJ, bibir, kelenjar limfe dan kelenjar saliva
11
lainnya dapat membesar juga. Limfadenopati sekunder
karena infeksi biasanya mobile dan lunak, sedangkan
limfadenopati metastatik biasanya asimptomatik dan
terfiksir pada struktur di bawahnya; meski variasi-variasi
limfadenopati ditemukan sebagai penemuan subjektif
maupun objektif Massa ekstraoral yang umum ditemukan
selanjutnya yang mungkin ditemukan melalui palpasi
adalah neoplasma glandula saliva. Neoplasma parotis,
secara khusus, paling baik dideteksi melalui palpasi kulit
preaurikular Palpasi ekstraoral glandula submandibuler
kadang kadang mengungkapkan pembesaran dan
perlunakan; palpasi bimanual biasanya lebih efektif.
12
menggunakan gigi palsu maka gigi palsu ini harus dilepas
dan diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau adanya
debris. Selanjutnya mintalah pasien untuk
memasangkannya kembali ke dalam mulut. Guna menilai
hubungannya dengan daerah abnomalitas mukosa.
Pemeriksaan intraoral yang sistemik harus dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada daerah dimulut yang terlewati.
Bagian dalam bibir, palatum keras dan lunak, mukosa
bukal, dasar mulut, dan tepi dasar serta lateral dari lidah
juga diperiksa. Tepi lateral lidah harus diperiksa dengan
jalan ujung lidah dipegang dengan menggunakan sebuah
kasa. Jumlah gigi yang ada harus dicatat seiring dengan
evaluasi singkat mengenai distribusi karies atau restorasi
dan adanya kelainan periodontal termasuk goyangnya gigi
– gigi.
Selama pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat
ditentukan. Cara penilaian yang sederhana adalah kaca
mulut harus mudah diangkat dari jaringan, ketika
ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada xerostomia, kaca
akan lengket pada mukosa. Orifice saluran kelnjar parotis
dan submandibularis hrus diidentifikasi. Pada individu yang
sehat, palpasi eksternal yang lembut pada kelenjar saliva
utama (mayor) seharusnya ,menambah aliran saliva jetrnih
dari saluran kelnjar liur yang bersangkutan. Palpasi
bimanual pada kelnjar saliva submandibularis harus
dilakukan untuk menetukan ada atau tidaknya pembesaran
atau nyeri
Bibir diperiksa secara visual dan palpasi. Vermilion border
seharusnya halus dan lembut Kerusakan aktinik pada bibir
(actinic cheilitis), terutama pada bibir bawah bermanifestasi
pada perubahan atrofi yang berkaitan dengan eritema atau
13
leukoplakia dengan penebalam epitelium. Kedua perubahan
ini sering ditemukan secara simultan pada area yang
berdekatan dengan vermilion border. Maserasi dan cracking
pada sudut mulut (angular chelitis) dianggap disebabkan
oleh:
• Infeksi lokal, ter utama melibatkan Candida albicans
• Defisiensi nutrisi, terutama vitamin B kompleks
• Penutupa n rahang berlebih; disebabkan karena
kehilangan gigi (bruxism, gigi, protesa usang)
14
pigmentasi kutan muncul secara umum proporsional
dengan jumlah pigmentasi pada mukosa rongga mulut;
perubahan warna pada mukosa rongga mulut yang tidak
seharusnya dapat mengindikasikan penyakit sistemik. Bibir
kemudian ditarik ke depan dan inspeksi mukosa labial.
15
sering dijumpai pada mukosa bukal setinggi interdigitasi
gigi geligi (linea alba) yang menunjukkan adanya
hiperkeratosis benigna sekunder terhadap iritasi jangka
panjang ringan tonjol-tonjol gigi. Muara glandula parotis
(ductus Stensen) dapat ditemukan sebagai massa jaringan
lunak kecil pada mukosa bukal berdekatan dengan molar
pertama atas.
16
Seperti papilla fungiform, papilla circumvallata mempunyai
sejumlah kuncup rasa. Papilla filiform kadang-kadang
memanjang (hairy tongue) dan sisa makanan dapat
menyangkut padanya – hal ini dapat mengarah pada
halitosis. Papila memanjang dapat juga menyebabkan
sensasi pada palatum menjadi tidak nyaman dan dapat
mengacu pada perasaan ingin muntah. Pembentukan fis ur
pada permukaan dorsal lidah ditemukan pada anomali
trisomi 21; adanya fisur pada lidah tidak mempunyai
signifikansi klinis pada sebagian besar kasus.
17
dengan lidahnya. Pembuluh darah sublingual biasanya
nampak jelas, terutama pada individu yang lebih tua. Plica
sublingualis – yang berbentuk daun pakis – dapat diinspeksi
dengan cara memanjangkan permukaan ventral lidah Dasar
mulut, mirip dengan mukosa bukal, berwarna pink-salmon.
Muara glandula submandibular (ductus Wharton) tampak
sebagai sepasang papila pada midline pada sisi lat eral
frenulum lingualis
18
kurang pink dibandingkan mukosa rongga mulut lainnya
karena adanya peningkatan keratinisasi Palatum durum dan
gingiva cekat hanyalah salah duanya mukosa yang biasanya
terlibat dalam infeksi virus herpes simpleks rekuren.
Palatum durum anterior dilapisi dengan rigi-rigi fibrous
atau disebut dengan rugae
19
Kripta tonsilar mempunyai vaskularisasi tinggi dan tampak
lebih eritem dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Kadang ditemukan sel-sel epitel terdeskuamasi, sisa
makanan pada kripta tonsilar yang dapat menyebabkan
sensasi kasar-gatal pada kerongkongan dan halitosis.
Adenois (jaringan limfe pada posterior faring) tampak
sebagai papula pucat ireguler. Jaringa ini mungkin
membesar dengan adanya inflamasi atau infeksi. Perubahan
faring tidak umum ditemukan – terutama karena infeksi
virus – misalnya herpangina, hand, foot, and mouth
disease).
20
Retendi plak dan kalkulus dapat pula menyebabkan lesi
gingiv reaktif seperti piogenik granuloma. Gingiva juga
kadang menjadi tempat inisiasi penyakit mukokutan –
misalnya lichen planus, pemphigoid cicatrical, pemphigus
vulgaris. Gingiva juga kadang menjadi indikator i nfeksi
HIV dan indikator pertama imunosupresi.
21
(Lewis & jordan, 2012 : 11)
22
2.2 Diagnosis dan faktor etiologi pada kasus skenario
a. Di bagian lateral lidah ditemukan ulser, single, diameter 15 mm, tengah
putih, tepi kemerahan, sakit , diagnosa sementara : RAS (Recurent
Aphtous Stomatitis)
Diagnosis RAS berdasarkan pada penampilan klinis ulser serta riwayat
penyakitnya. Perhatian harus khusus ditujukan pada umur terjadinya,
lokasi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan
kelainan pencernaan, haid, stress, serta makanan harus dicatat (Lewis &
Lamey , 1998).
Rekuren Aftosa Stomatitis (SAR) merupakan radang yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat
berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu dan dapat terjadi berulang-
ulang pada mukosa mulut tanpa adanya tanda-tanda suatu penyakit. SAR
dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam,
lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit ini relatif ringan
karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular, namun RAS
sangat menganggu.
Klasifikasi
23
meninggi, eritematous dan mengkilat, yang menunjukkan bahwa
terjadi edema. Lesi berbentuk kawah warna abu-abu dan keras jika
dipalpasi. Tipe ini sering diragukan dengan squamus karsinoma.
Masa penyembuhannya sekitar 3-6 minggu. Lesi yang sembuh akan
meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan parut
tersebut terjadi karena keparahan dan lamanya ulser.
24
Gambar 3. Scar yang timbul dari RAS mayor
25
Gambar 4. RAS tipe minor
26
Gambar 5. SAR Tipe Herpetiform
Etiologi
Etiologi dan patogenesis RAS belum diketahui pasti. Ulser pada RAS
bukan oleh karena satu faktor saja (multifaktorial) tetapi dalam
lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-
faktor ini terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi,
dan infeksi mikroorganisme atau faktor imunologi .
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicara, kebiasaan buruk
(brukism), atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau
minuman yang terlalu panas. Trauma bukan merupakan f aktor yang
27
berhubungan dengan berkembangnya RAS pada semua penderita tetapi
trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung
Pada beberapa wanita mengalami rekurensi RAS setiap bulan yang
berhubungan dengan perubahan hormon, selalu ditandai dengan
peningkatan kadar progesteron saat fase luteal siklus menstruasinya. Pada
wanit sekelompok RAS sering terlihat di masa pra menstrual bahkan
banyak mengalami berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan
dengan faktor homonal antara lain hormon estrogen dan progesteron
(Lewis & Lamey , 1998).
Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut diduga juga berperan
penting dalam patogenesis RAS, terutama golongan Streptococcus.
Berdasar penelitian terdahulu, kecenderungan lebih besar untuk terjadi
reaksi hypersensitivitas tipe lambat terhadap Streptococcus sanguis
diantara pasien RAS
atau B kompleks
28
Merokok Pembentukan stomatitis pada perokok yang
dihentikan
Sumber : Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Wid ya
Dari skenario didapatkan BMI penderita 17, BMI (body mass index) atau IMT
(indeks masa tubuh) adalah indikator status gizi untuk mengukur berat badan
29
Dari klasifikasi ini, BMI penderita, yaitu 17, tergolong underweight. BMI
Oleh karena itu RAS yang terjadi pada penderita kemungkinan besar karena
defisiensi nutrisi, seperti Adanya defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, atau
B kompleks
Defisiensi hematinic (besi, asam folat, vitamin B1, B2, B6, B12) kemungkinan
dua kali lebih besar terkena SAR dibandingkan orang yang sehat. Pada penelitan
yang mengandung zat besi dan vitamin B1. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak
defisiensi haematologi.
Pada penelitian yang baru-baru ini dilakukan di India dilaporkan adanya korelasi
antara konsentrasi nitrat dalam air minum dengan timbulnya SAR, nitrat
30
Defisiensi vitamin B1, B2, dan B6 telah ditemukan pada 28% pasien yang
mukosa sehingga bakteri mudah melekat pada mukosa, dan menurunnya sintesis
b. Di mukosa pipi kiri kanan ditemukan garis putih, setinggi oklusal gigi,
tidak dapat dikerok, tidak sakit Linea alba
Linea alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan dari mukosa rongga
normal. Lesi ini merupakan bentuk umum dari hiperkeratosisfisiologis yang
merupakan kondisi yang terdiri dari penebalan pada epitel mukosa sebagai respon
terhadap friksi atau gesekan secara berulang. Lineaalba merupakan garis putih
keabu-abuan yang terjadi di sepanjang mukosa bukal pada ketinggian occlusal
plane.
Lesi ini merupakan penemuan lazim, dan biasanya dihubungkan dengan tekanan,
iritasi friksional, atau suckingtrauma dari permukaan fasial gigi-geligi.
Coleman (1993) menyatakan bahwa linea alba dapat terjadi karena chronic
chewing serta sucking pada pipi yang pada akhirnya menghasilkan lapisan tipis
putih pada mukosa bukal.
31
Kelihatannya, linea alba tidak ada hubungannya dengan cusp yang kasar atau
suatu mukosa bukal, linea alba (garis putih) merupakan garis putih atau putih
keabu-abuan yang menonjol dan memanjang dari komisura bibir sampai dengan
daerah molar. Lesi ini memiliki demarkasi yang baik terhadap mukosa bukal
berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya, lunak dan lembut dengan batas yang
pada pagi hari, area ini akan terlihat sedikit terangkat dan menunjukkan indentasi
jinak. Oleh karena itu, tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini. Garis putih ini
32
Terapi rehabilitatif
Terapi psikologis (seringkali bekerja sama dengan psikolog atau psikiater)
Diagnosa sementara dari kasus di skenario adalag RAS dan linea alba
buccalis. Untuk Linea alba jika tidak parah dan tidak mengganggu pasien
tidak perlu di terapi, Untuk RAS berikut terrapi yang sering digunakan
Vitamin
Thiamin
Pyridoxine
Obat Kumur
Klorexidin glukonat
Benzydamine hydrocloride
Carbenoxolone disodium
Kortikosteroid topikal
Hidrokortison hemisuksinat
Triamnicolone acetonide
Fluocinonide
Bethametasone valerate
Beclomethasone dipropionate
Flumethasone pivalate
Antimikroba
Imunomodulator
Levamisole
Faktor transfer
Colchicine
33
Gammaglobulin
Dapsone
Thalimode
Lail lain
Cromoglycate
Sumber : Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya
Tidak semua obat diatas harus kita berikan untuk pasien RAS,kita harus
mampu memilah- milah obat mana yang harus segera diberikan kepada
pasien, ini tergantung kondisi pasien. Pada kasus di skenario, berikut rencana
34
eritrosit, clotting screen, kelainan sel sabit.
Pembacaan hasil pemeriksaan hematologis
lewis, 1998
Rata- rata volume sel Def b12, folat, Kekurangan zat besi,
Rata- rata sel hb (MCH) Anemia pernisiosa Def zat besi, thalasemia
b. Pemeriksaan biokimia
Pada pemeriksaan biokimia yang diperiksa adalah
- kadar glukosa dalam plasama darah
- kortisol
- profil
- hormon pertumbuhan
- tiroid
35
c. Pemeriksaan imunologis
-imunoglobulin
-autoantibodi
-faktor antinukleardan reumatoid
-komplemen
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Kultur
bakteri tidak secara rutin dilakukan pada lesi-lesi ronga mulut karena
masalah kontaminasi silang. Kultur virus dilakukan dengan frekuensi
yang lebih, terutama pada pasien imunosupresi dengan dugaan lesi oral
yang disebabkan oleh virus. Tes Tzanck – digunakan untuk melihat
adanya akantolisis pada penyakit virus (misalnya herpes labialis) dan
penyakit mukokutan autoimun (pemphigus vulgaris) biasanya digunakan.
Kedua tes sayangnya memerlukan lesi yang intak yang kadang susah
didapatkan pada kasus, antigen virus spesifik dapat juga dideteksu pada
spesimen biopsi menggunakan teknik imunohistokimia yang
bervariasi.Infeksi jamur juga merupakan penemuan umum pada rongga
mulut. Jamur yang biasa ditemukan di ronggamulut adalah candida
albicans.
e. Pemeriksaan histopatologi
-biopsi
-sitologi
f. Teknik imaging
-radiografi
-CT
-MRI
-Skening isotropik
36
untuk pasien berusia 50 tahun dengan diagnosa sementara RAS adalah
biopsi. Martin S Greenberg menyebutkan dalam bukunya burket‟s oral
medicine, untuk dianosa sementara RAS, jika kondisi ulser memburuk
atau pada penderita diatas usia 50 tahun, bisa dilakukan biopsi untuk
membedakan dengan penyakit lain, atau jika mungkin berubah menjadi
suatu keganasan.
37
f. Mental dan fisik,karena salah satu penyebab RAS adalah stress,maka
upaya untuk mengurangi frekuensi kekambuhannya maka pasien harus
bermental sehat yang didukung dengan keadaan fisik yang sehat pula
g. Kooperatif ari pihak pasien, mau atau tidak mengikuti terapi
38
BAB III
KESIMPULAN
antara lain
a. Pemeriksaan hematologi
c. imunologi
d. mikrobio
e. histopatologi
39
f. imaging
histopatologi (biopsi)
5. Prognosis pasien bisa dilihat dari beberapa faktor, seperti letak ulser, OH,
40
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, Martin & Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine Diagnosis &
Laskaris, george. 2003. Color atlas of oral disease third edition. Athens, Greece :
Lewis, Michael A O & Lamey PH. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mukut ed 1.
Widya medika
Lewis, Michael & richard jordan. 2012. A colour handbook oral medicine second
41