Anda di halaman 1dari 4

1.

SYARAT GTL YANG BAIK


a. Memiliki retensi dan stabilisasi yang baik (Pridana, 2016).
b. Memberikan rasa nyaman saat digunakan pasien (Falatehan, 2018).
c. Dapat memperbaiki fungsi mastikasi, estetik, dan fonetik (Falatehan, 2018).
 Fungsi mastikasi
Kehilangan gigi menimbulkan tekanan kunyah yang dibebankan pada
jaringan pendukung tidak merata, sehingga pasien kesulitan untuk
mengunyah makanan. Apabila dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka
pasien akan merasakan perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang
tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian
jaringan pendukung. Dengan demikian gigi tiruan ini berhasil
mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah (Adnan, 2016).
 Fungsi estetik
Perubahan bentuk, susunan, warna, serta hilangnya maupun berjejalnya
gigi-geligi sangat mengganggu penampilan wajah pasien. Apabila
dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka pasien akan lebih percaya diri
dengan penampilan wajahnya. Hal tersebut dikarenakan gigi tiruan yang
digunakan menyerupai gigi dan jaringan pendukung yang asli (Adnan,
2016).
 Fungsi fonetik
Organ untuk berbicara dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama,
bagian yang bersifat statis yaitu gigi geligi, palatum dan tulang alveolar.
Kedua, yang bersifat dinamis yaitu lidah, bibir, pita suara dan
mandibula. Organ pengucapan yang tidak lengkap dan kurang sempurna
dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya berdasarkan skenario pasien
banyak kehilangan gigi oleh karena karies. Kesulitan saat berbicara
dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini gigi
tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan berbicara
seperti mampu mengucapkan kembali kata-kata dan berbicara dengan
jelas terutama bagi lawan bicaranya (Adnan, 2016).
2. Prosedur Pemasangan Gigi Tiruan
a. Anamnesa tentang penyakit sistemik yang diderita pasien
 Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh
darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam
mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya
penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar
secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial,
berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan
hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi
klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering
ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat
lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali
jaringan mulut. Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali,
pembuatan protesa dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai
berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu
mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan
buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan,
serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat
memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila
dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap
enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk
mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 2012).
 Penyakit kardiovaskuler
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh
karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk.,
2012).
 Penyakit depresi mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam
bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap
depresi mentalnya dapat diatasi. Seorang penderita yang frustasi biasanya
menempatkan faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang
dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta
mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada
protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk., 2012)
3. Evaluasi
a. Adaptasi fungsi bicara
Adaptasi bicara pada pengguna gigi tiruan lengkap normalnya terjadi antara
dua minggu sampai empat minggu setelah insersi.Adaptasi bicara bagi
kebanyakan pengguna gigi tiruan lengkap akan terjadi dalam jangka waktu
pemakaian satu bulan, beberapa pasien lain baru bisa terjadi adaptasi bicara
kurang lebih setelah enam bulan pemakaian, dan ada pasien yang setelah satu
tahun pemakaian masih belum bisa beradapatasi dengan gigi tiruannya
(Fathonah dkk, 2015).
Kriteria pasien yang mampu beradaptasi bicara dengan gigi tiruannya adalah
tidak adanya hambatan yang dirasakan saat berbicara menggunakan gigi
tiruannya dan tidak ada kesalahan pengucapan kata yang terdengar. Penilaian
adaptasi pada pasien dapat dilakukan menggunakan analisis suara (Fathonah
dkk, 2015).
Hambatan bicara seringkali dilaporkan setelah penggunaan gigi tiruan lengkap
dan hambatan ini terjadi ketika mengucapkan huruf konsonan, terutama suara
huruf “S” (Fathonah dkk, 2015).
b. Terjadinya perubahan bentuk jaringan lunak dan resorbsi tulang
Terjadinya perubahan bentuk jaringan lunak dan resorbsi tulang ditunjukan
setelah pemakaian gigi tiruan yang cukup lama mengakibatkan ketepatan gigi
tiruan sangatlah sulit untuk dipertahankan dalam waktu yang panjang karena
gigi tiruan akan longgar dan menurunkan kecekatan fitting surface gigi tiruan
terhadap jaringan mukosa mulut (Azhindra dkk, 2013).
Prediksi umur pemakaian bahan akrilik sulit dilakukan karena banyak faktor
lingkungan mempengaruhi daya tahan dari bahan tersebut. Sifat dari resin
akrilik yang menyerap dan melepaskan air menyebabkan ketidak stabilan
dimensi, mengalami keretakan atau menjadi patah karena air berinteraksi
dengan rantai polimer, yang dapat menghasilkan beberapa efek seperti
melonggarkan gigi tiruan, pecahnya struktur, dan melemahkan rangkaian
susunan gigi artifisialis. Kondisi ini mempengaruhi dimensi dan stabilitas gigi
tiruan dan sekaligus mengurangi retensi gigi tiruan sehingga perlu dilakukan
relining/rebasing (Azhindra dkk, 2013).
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk menanggulangi
permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting surface gigi tiruan yang
sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan bahan dasar baru, menghasilkan
lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area landasan gigi tiruan.
Tujuan relining adalah memperbaiki retensi sehingga gigi tiruan dapat
berfungsi kembali, kesehatan pada jaringan lunak dapat diperbaiki, pasien
merasa enak dan nyaman dengan gigi tiruan yang dipakai (Azhindra dkk,
2013).

Azhindra, A., Ismiyati, T., & Dipoyono, H. M. (2013). Perbedaan Retensi Antara Heat Cured,
Self Cured dan Soft Liner Sebagai Bahan Relining Basis Gigi Tiruan Lengkap Rahang
Atas Resin Akrilik (Kajian Laboratoris). Jurnal Kedokteran Gigi, 4(4), 242-247.
Falatehan, N., & Kusumah, E. (2018). GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN ESTETIK
DAN FONETIK PADA PEMAKAI GIGI TIRUAN LENGKAP DI FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI. Cakradonya Dental
Journal, 10(2), 102-106.
Fathonah, D. T., Mustiko, H., & Indrastuti, M. PENGARUH LAMA ADAPTASI BICARA
PEMAKAI GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK TERHADAP KUALITAS
SUARA PENGUCAPAN HURUF/S/(Observasi klinis). Jurnal Kedokteran Gigi, 6(3),
271-277.
Pridana, S., & Nasution, I. D. (2016). Bentuk Residual Ridge dan Hubungannya Dengan
Retensi Gigi Tiruan Penuh. Cakradonya Dental Journal, 8(1), 55-60.

Anda mungkin juga menyukai